senyum indah, canda tawa dan guraunya kini hilang dari kehidupanku. Hari-hari kulewati hanya sendiri tanpa dirinya lagi. Suasana hati yang rancu seolah-olah dimengerti burung beo di teras rumahku. Beo betina yang biasa kupanggil swilly seakan mencoba tertawa bersamaku. Bunga merah di jambangan itu seolah-olah tersenyum mencoba menghiburku. Suasana langit sore ini sungguh cerah, sungguh hari yang cerah untuk jiwa yang sepi. Angin menyentuh perlahan dan kupu-kupu beterbangan menghisap madu. Bunga gantung di teras rumahku menari-nari ditiup angin mencoba menghiburku. Ku lepas penat tubuhku di kursi jati di teras rumahku sambil menyeduh secangkir teh hangat. Di setiap hela nafasku ada namanya, BUMI dia adalah sahabat terbaikku. Bumi bagiku adalah sosok seorang sahabat impian. Laki-laki berwajah Indo Jerman, berkulit putih, tinggi semampai itu adalah inspirator dalam hidupku. Dia adalah sosok yang begitu dewasa, sabar menghadapi sikapku yang kekanak-kanakan. Bumi sering mengajarkanku tentang arti hidup yang sebenarnya. Aku bangga memiliki seorang sahabat bernama Bumi Pratama. Tapi sosoknya yang gagah tak akan pernah tanpak lagi di pelupuk mataku, suara lembutnya tak kan berirama lagi di telingaku. Dia pergi dariku, dari kehidupanku. Entah kapan aku akan bertemu dengannya lagi , melihat sosoknya yang penuh wibawa, humoris, dan religius itu. Jika kembali ke masa lalu mungkin hidupku lebih bahagia dibandingkan keadaanku saat ini. Pertengahan tahun 2010 dimulailah awal perkenalanku dengan Bumi. Pada suatu pagi di salah satu SMA di Jakarta. Prak.buku-buku yang kubawa jatuh berserakan. Seorang laki-laki menabrak bahu kiriku. Heh punya mata nggak sih liat nih buku aku berserakan, kan aku jadi repot Maaf aku buru- buru ujarnya dengan nafas tersenggal senggal.
Diapun pergi tanpa
menolongku, aku benar benar kesal dengan laki laki itu . Akupun menggerutu sambil merapikan buku-buku yang berserakan tadi. Seperti biasa , kalau hatiku sedang kasal, marah, dan sedih bangku kecil di bawah beringin di taman sekolah adalah tujuan utamaku. Di sana udara terasa sejuk, semua masalah rasanya lenyap. Ketika fikiranku sudah mulai agak tenang tiba-tiba terdengar suara bernada tinggi memekakkan telingaku . Woi..minggir loe! gue mo istirahat ! seru Bobi, siswa ternakal di SMA dan telah berulang kali berurusan dengan kepala sekolah . Melihat tampangnya yang sangar ,kulit hitam dan tubuhnya yang tinggi itu rasanya hari itu adalah akhir hidupku . Duit dong kata Bobi sambil menarik tasku . Duit apa Bob? aku nggak punya duit. jawabku gemetaran. Itu apa kalau bukan duit ? teriaknya . Ini duit buat bayar buku .Bobi kelihatan sangat kesal dan melayangkan tangannya ke pipi ku, tapi tangan Bobi tidak sampai mendarat di pipiku , dan ternyata,,,,,,,,, Maaf sama perempuan jangan kasar dong ! seseorang membelaku sambil memegaang tangan Bobi yang hendak mendarat di pipiku. Siapa loe brani brani nyegah gw ? jawab Bobi kesal. Nggak penting siapa aku, yang penting jangan pernah menyakiti perempuan, ibu kamu kan seorang perempuan dan bila kamu menyakiti perempuan sama halnya kamu menyakiti ibumu sendiri. dengan bijaknya laki laki itu berkata . Bobi pun langsung pergi dengan wajah kesal karena tidak berhasil mendapatkan uang dariku. Siapa laki laki ini ? pertanyaan itulah yang ada di benakku saat itu.
Intan Yulia Safira
K3-2011 1105975 Oh ya kenalin nama aku Bumi Pratama, kamu bisa manggil aku Bumi ujarnya lembut. Hai Bumi kenalin juga namaku Biru Marcellia jawabku tersipu malu. Maafin aku ya tadi aku buru-buru, aku murid baru di sekolah ini jadi aku harus tau di mana kelasku nanti . Nggak papa kok, makasih banget ya kamu udah nolong aku.O ya apa sih arti nama kamu Bumi? tanyaku padanya penasaran . Bumi sangat bermanfaat bagi orang banyak, jadi ayahku menginginkan aku juga menjadi anak yang berguna dan arti nama kamu apa biru ? . Panggil aku Ayu aja, kata ibu sih biru artinya ketenangan jadi ibu memberi namaku biru . Kamu kelas berapa,Yu ? . Aku kls x dan kelasku yang ada bunga mawar di sebelah pintunya itu . Itu kelas xb ya? kelasku juga di sana jadi kita sama masuk aja ajak Bumi. Itulah awal perkenalanku dengaan Bumi, perkenalan yang cukup mengesankan . Aku melihat sosok yang pemberani darinya. Semakin hari pertemananku dengan Bumi semakin dekat, aku sudah mengaggapnya sahabat begitu juga sebaliknya. Dia bagai setetes air di gurun pasir yang gersang bagai angin di padang yang tandus dan bagai bintang di malam yang gelap . Suatu sore Bumi mengajakku ke sebuah taman yang begitu indah . Tumben kamu ajak aku ke sini biasanya ke toko buku atau nggak ke perpus selaku padanya. Gimana Yu kamu suka tempat ini? tanya Bumi lembut . Suka banget Bumi, taman ini benarbenar mengagumkan, hijau terbentang luas, kupu-kupu beterbangan , angin berhembus perlahan dan bunga-bunga bermekaran, aku benar2 suka tempat ini dan makasih ya udah ngaajak aku ke sini. ujarku sambil membentangkan tangan dan mennghirup udara segar.
Akupun berbaring di rumput nan hijau
sambil memandang ke arah langit yang cerah .Bumi pun berbaring tepat di sebelaahku dan berkata Yu seandainya Bumi tidak ada apakah langit akan tetap bewarna biru? tanya Bumi padaku. Pertanyaan Bumi sungguh membuatku heran, ada makna di balik perkataan Bumi tadi . Menurutku tidak Bumi, langit tanpak biru karena hijau Bumi dan ketentraman Bumi jawabku singkat . Yu aku benar-benar takut Takut kenapa mi ? tanyaku penasaran. Tapi Bumi langsung bangun dan menggelitikku seolah-olah dia mengelak dari pertanyaanku tadi. Karena kesal aku pun bagkit dan mengejar Bumi. Suasana di sore itu terasa amat menyenangkan dan mengesankan . Ternyata kebersamaan di sore itu adalah yang terakhir kalinya. Bumi mulai menghindariku. Setiap ku sapa dia selalu memalingkan wajahnya dariku. Setiap aku ajak bicara dia selalu menolak dengan seribu alasan. Aku bingung dengan perubahan sikap Bumi itu. Rasanya itu bukan Bumi yang ku kenal . Di suatu sore hatiku terasa gelisah, fikiranku melayang kemana-mana, . perasaanku tidak enak, aku teringat Bumi, aku takut sesuatu yang buruk menimpanya. Langit mendung ketika ku mulai tenggelam dalam lamunanku. Kebisuan membuahkan kesunyian. Kelamnya hati mempengaruhi warna langit yang semakin lama semakin kelabu. Dalam sore kelabu aku berusaha menenangkan hatiku yang gundah. Rasa pedih amat menusuk ulu hatiku karena diacuhkan sahabat. Tanpa fikir panjang ku ambil kunci motorku dan aku langsung pergi ke rumah Bumi karena rasa penasaran di hatiku menyayat kalbu. Susana langit menambah kegundahan hatiku, langit bergemuruh dan angin bertiup kencang. Setibanya di rumah Bumi ku ketok pintu rumahnya dan ternyata dugaanku benar, menurut penuturan pembantunya Bumi dirawat di rumah sakit karena dia menderita penyakit
Intan Yulia Safira
K3-2011 1105975 kanker darah stadium akhir. Aku kaget mendengar kenyataan itu, kenapa aku tak pernah tau tentang hal itu. Bumi memang pintar menyembunyikan penderitaannya. Tanpa fikir panjang lagi aku langsung pergi ke RS tempat Bumi dirawat. Di perjalanan ke RS air mataku tak terbendung lagi. Butiran air mata jatuh membasahi pipiku. Isak tanggis bercampur kegundahan hati melengkapi penderitaanku kala itu. Ingin rasanya berteriak dan berkata Bumi kenapa kamu merahasiakan hal ini dariku? belum sempat kalimat itu terucap dari mulutku sebuah mobil kijang melintas di depanku. Tanganku tak berdaya menghentikan skuter yang ku kendarai. Dalam waktu sekejap motorku yang berkecepatan tinggi menabrak badan kijang tersebut. Aku terpelanting jauh dan motorku masuk ke kolong mobil tersebut. Masih dalam keadaan setengah sadar hanya satu nama yang teringat olehku yaitu Bumi dan langit seolah menangis melihat kejadian tragis yang menimpaku. Darah bercampur air hujan menggenangi jalan raya. Orang-orang berkerumunan melihat keadaanku. Mereka langsung membawaku kerumah sakit dimana Bumi juga dirawat disana. Tiga hari aku tak sadarkan diri. Keadaan Bumi juga sangat memprihatinkan, untuk bernafas saja dibantu dengan peralatan medis, sama halnya dengan ku. Setelah sadar dari koma aku terkejut mendapati kaki ku hanya satu. Hidup ku akan pincang karna satu kaki ku di amputasi. Ingin rasanya berteriak dan menangis sekeraskerasnya, tapi apalah daya aku tak mampu melakukan hal itu. Dalam hati ku berbisik Tuhan, lengkap sudah penderitaanku, sahabatku terbaring lemah dan kini aku akan hidup dengan satu kaki. Bu .... hidup Ayu rasanya nggak artinya lagi, aku cacat Bu dan aku akan hidup dengan bantuan kursi roda dan bantuan orang lain. Lebih baik Ayu mati Bu dari pada Ayu nyusahin Ibu. ratapku. Ayu jangan bicara begitu, kamu kan anak ibu, ibu tak akan merasa direpotkatn olehmu. Dan yang harus Ayu ingat semua ini
adalah rencana Allah, Allah membuktikan kalau
dia menyayangi kamu nak. bisik ibu padaku. Apa Bumi bisa menerimaku sebagai sahabatnya lagi kalau dia tau keadaanku?. Kalau Bumi memang seorang sahabat dia pasti bisa menerima keadaanmu walau bagaimanapun" ujar ibuku. Bu aku ingin bertemu dengan Bumi, Ayu ingin tau keadaannya Bu! pintaku. Baiklah ibu ambilkan dulu kursi rodamu jawab ibuku sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Dengan air mata yang berjatuhan ku kuatkan hatiku untuk bertemu dengan Bumi. Jarak kamarku & kamarnya tidak terlalu jauh tapi terasa amat jauh karena perasaan yang campur aduk menggeluti hatiku. Rasanya aku tak sanggup bertemu dengan bumi, aku memutuskan untuk kembali ke singgasanaku. Ku lelapkan pelupuk mataku yang sembab tanda kepiluanku. Yu bangun, ada ibu Bumi nak kata ibuku. Ibu Bumi langsung memelukku erat sambil menangis dan berkata. Bumi pergi Yu..pergi selamanya, dia pergi meninggalkan ibu, kamu. Ibu kini sendiri Yu. Kupeluk ibu malang itu dengan erat dan aku berteriak Dont leave me. Saat itu Bumi serasa bergoncang kuat, kepalaku pusing tak tertahankan, pandangan berkunangkunang dan akupun jatuh pingsan. Setelah sadar aku langsung meminta ibu untuk mengantarkanku ke kediaman Bumi. Aku ingin melihat wajahnya untuk terakhir kalinya Suasana duka menyelimuti kediaman Bumi, bagaimana tidak, orang yang dikenal baik, dermawan, ramah, dan sopan itu tak akan tanpak lagi sosoknya. Semua orang merasakan perihnya ditinggal remaja terbaik itu. Ketika aku diturunkan dari mobil di halaman rumah Bumi, ternyata Bumi telah dibalut kain putih dan akan dibawa ke pemakaman keluarga. Aku benar-benar tak kuasa menahan kesedihan kehilangan seorang sahabat terbaik yang pernah ada. Air mataku jatuh bercucuran membasahi selendang hitam yang kukenakan. Ku lihat ayah dan ibu Bumi tak kuasa melepas anak semata wayangnya pergi. Ibunya pun
Intan Yulia Safira
K3-2011 1105975 tergolek tak berdaya ketika jenazah Bumi mulai dibawa ke pemakaman. Ku kuatkan hatiku menghadapi musibah ini. Jika ku harus memilih lebih baik aku yang mati dari pada aku harus melihatnya pergi untuk selamanya. Tapi ini sudah menjadi suratan takdir, aku sadar tak ada yang abadi. tak tertahankan lagi rasanya melihat jenazah sahabatku yang dibalut kain putih dimasukkan ke liang kubur dan ditimbun dengan tanah yang masih memerah. aku tidak percaya kalau yang ada di bawah itu adalah kamu,semoga kamu tenang di alam sana Bumi lirihku dalam hati. Ku taburkan bunga mawar di makamnya, nisan bertuliskan BUMI PRATAMA yang membuat kesedihanku semakin memuncak. Semua pelayat bergegas meninggalkan pemakaman karena titik- titik hujan mulai jatuh membasahi Bumi. Aku pun tergolek pingsan di kursi rodaku Aku terlelap dalam letihku. Dua jam lebih aku tak sadarkan diri. Ketika aku membuka mataku perlahan ternyata jarum infus telah melekat di urat nadiku. Keadaanku sangat lemah, untuk menggerakkan tangan saja aku tak berdaya. Aku jenuh berada di rumah sakit setiap hari. Akhirnya aku di bawa pulang ke rumah dan menjalani rawat jalan. Aku benar-benar merasa sendiri di tengah keramaian, menangis di tengah orang yng tertawa. Ku buka sepucuk surat dari Bumi yang bersampulkan hijau. Di akhir surat Bumi berpesan padaku jika nanti aku tak ada di sisimu, gapailah bintang di langit, ukir cita-citamu di sana dan kembalikan mereka ke laangit berilah warna hidupmu seindah pelangi dan tetaplah menjaadi biru walau tanpa Bumi, aku akan slalu ada dihaatimu selamanya Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dari keterpurukan itu, mencoba mencari cahaya walau habis terang, menutupi lubang di hati walaau terlanjur dalam. Dengan bantuan kaki palsu ku mulai memjalani harihari di sekolah. Aku mulai menata kehidupaanku sebaaik munngkin. Walau
tanpanya akan ku ukir berjuta kenangan yang
terbaik dan terindah. Mungkin kelak akan ku temukan jalan cahaya yang akan membawaku ke surga dunia.