Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang


Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka
merupakan kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lainnya . Menurut sumber lainnya luka adalah rusaknya struktur dan fungsi
kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal dan eksternal dan
mengenai organ tertentu. Hampir seluruh penelitian mengenai pembersihan luka
membahas mengenai cara menghilangkan bakteri dari luka. Pada luka kronis,
flora normal kulit berkoloni untuk membunuh bakteri.
Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut
maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan
prevalensi pasien dengan luka adalah 3.50 per 1000 populasi penduduk. Pada
tahun 2009, MedMarket Diligence, sebuah asosiasi luka di Amerika melakukan
penelitian tentang insiden luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit. Diperoleh
data untuk luka bedah ada 110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta kasus,luka
lecet ada 20.40 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta
kasus, ulkus vena 12.50 juta kasus, ulkus diabetik 13.50 juta kasus, amputasi 0.20
juta pertahun, karsinoma 0.60 juta pertahun, melanoma 0.10 juta, komplikasi
kanker kulit ada sebanyak 0.10 juta kasus (Diligence, 2009).

Berdasarkan tingkat keparahan luka, luka di bagi atas luka akut dan luka
kronik. Luka akut dan kronik beresiko terkena infeksi. Luka akut memiliki
seranganyang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).
Data kesehatan masyarakat pada penelitian Riskesdas (Riset KesehatanDasar)
tahun 2013 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 1.027.758 responden,8,2%
mengalami cedera. Sebagai penyebab cedera karena kecelakaan sepeda motor
menunjukkan proporsi tertinggi yaitu 67,4%. Data jenis cedera atau jenis luka
akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia, diperlihatkan terbanyak yaitu luka lecet
dan luka memar 70,9%, laki-laki (44,6%) (Riyadina et al, 2013). Pola bagian
tubuh yang terkena cedera yaitu kaki (63,8%), tangan (47,8%), kepala dan
wajah(19,6%), serta badan (10,2%) (Riyadina et al, 2009. Prevalensi penderita
ulkus diabetika di Indonesia sekitar 15.00%, angka amputasi 30.00%, angka
kematian 32.00% dan ulkus diabetika merupakan sebab perawatan rumah sakit
terbanyak sebesar 80.00% untuk diabetes mellitus. Angka kematian dan angka
amputasi masih cukup tinggi, masing-masing sebesar 32.50% dan 23.50%
(Hastuti, 2008).
BWAT (Bates-Jensen Wound Assesment Tool) atau pada asalnya dikenal
dengan nama PSST (Pressure Sore Status Tool) merupakan skala yang
dikembangkan dan digunakan untuk mengkaji kondisi luka tekan. Nilai yang
dihasilkan dari skala ini menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi
nilai yang dihasilkan maka menggambarkan pula status luka pasien yang semakin
parah. Alat ini akan membantu anda melacak kategori induvidu serta skor
keseluruhan (Pillen et al., 2009).

Dalam penelitian Develop of a Wound Healing index for Cronic Wound ,di
Italy tahun 2012 dengan menbandingkan 8 alat ukur pengukuran luka ,hanya skala
BWAT yang teruji validitas dan rehabilitasnya . Dengan terdiri dari 13 item
pengkajian didalamnya , yaitu : Size, Depth, Edges, Undermining, Necrotic Tissue
Type, Necrotic Tissue Amount, Exudate Type, Exudate Amount, Skin Color
Surrounding Wound, Peripheral Tissue Edema, Pheriperal Tissue Induration,
Granulation Tissue, dan Epithelialisation (EWMA Journals. 2012).
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan koefisien korelasi Spearman
rank, Kaplan-Meier analisis survival dengan waktu sampai kurva penyembuhan
50 persen, analisis factor menggunakan prinsip metode komponen dan analisis chi
square. Dua penelitian pertama pertanyaan, apakah ada hubungan antara luka dan
penyembuhan luka karakteristik dan luka penyembuhan karakteristik yang paling
prediktif atau penyembuhan luka hasil, yang diperiksa dengan analisis survival
Kaplan-Meier dengan waktu sampai kurva penyembuhan 50 persen dan analisis
chi square. Apakah ada sub-skala hadir dalam PSST dan sejauh yang masingmasing item berkontribusi terhadap total skor PSST itu ditujukan dengan
koefisien korelasi rank dan analisis faktor exploratory menggunakan komponen
utama metode. Semua analisis dilakukan dengan Analisis Statistik System (SAS
) dengan g<0,05 tingkat atau penting untuk apriori kriteria .
Hasil analisis Development of a Pictorial Guide for Traning Nurses di
tinjau dengan 53 foto . 17 adalah foto-foto bru untuk mewakili 10 karakteristik
luka dan jaringan perifer inflamasi dan 36 adalah penggatian foto mereka yang
tidak disahkan dalam tahap dua. Lebih dari satu foto yang digunakan untuk

menunjukkan beberapa karakteristik, seperti inflamasi, poliferasi dan maturase


,dimana sebelum dan sesudah foto-foto digunakan. Sembilan dari foto-foto itu
tekan ukus,14 vena ulkus, 13 bedah luka-luka, 3 ulkus kaki diabetic dan 14 dari
etiologi lainnya. Panel perawat disetujui semua 53 foto-foto luka,dengan
consensus minimal tingkat 57 % ( 1 item) dan maksimal 100 % (21 item)
meskipun hanya dengan 57 % consensus tidak memenuhi hasil yang diinginkan.
Foto-foto telah dievaluasi untuk menggambarkan luka. Karakterisktik item pilihan
BWAT diharpkan bahwa penggunaan panduan bergambar sebagai alat pendidikan
yang meningkatkan keterampilan perawat dalam menghitung penyembuhan luka
dan mendokumentasikan

luka karakteristik sebagai langkah pertama untuk

meningkatkan kualitas hasil perawatan luka (Wonud Care Canada,2009).


Dalam penelitian ini penulis memprediksi penyembuhan luka dengan
menggunakan Bates-Jensen Wound Assessment tool (BWAT) . Dengan penelitian
ini bisa membuktikan prediksi penyembuhan luka yang lebih akurat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah
Prediksi penyembuahn luka dengan menggunakan Bates-jensen Wound
Assessment Tool (BWAT) .
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

Prediksi

penyembuahn luka dengan menggunakan Bates-jensen Wound Assessment


Tool (BWAT) .
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat penyembuhan luka menggunakan Bates-jensen
Wound Assessment Tool (BWAT).
b. Mengetahui pemanfaatan Bates-jensen Wound Assessment Tool
(BWAT) denagn proses penyembuhan luka.
c. Mengetahui proses penyembuhan luka menggunakan skala Bates-jensen
Wound Assessment Tool (BWAT).
1.4. Manfaat Penelitian
1.Bagi Rumah Sakit
a. Memberi informasi kepada rumah sakit tentang
pemanfaatan Bates-jensen Wound Assessment Tool (BWAT)
dengan proses penyembuhan luka.
2.Bagi Penelitila lain

Penelitian ini bermanfaat dalam teori dan mendapatkan pemanfaatan


Bates-jensen Wound Assessment Tool (BWAT) khususnya dalam proses
penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai