Uji Buckling
II.
III.
Riswanto Setiawan
MODUL 1
PERCOBAAN ALIRAN SERBAGUNA KARAKTERISTIK UDARA
I.
PENDAHULUAN
dapat
mengetahui
dan
melaksanakan
proses
II.
DASAR TEORI
merupakan
temperature
yang
merupakan
temperature
yang
dimana
tekanan upaya sama dengan tekanan uap air dari udara jadi
temperature tersebut uapair dalam udara mulai mengembun dan
didefisinikan
sebagai
perbandingan
RH =
x 100%..............................
(1)
Dimana
Pw
= tekanan parsial uap air
Pws = tekanan jenuh uap air
(stoecker , W.F and jones , J.W. 1989. Refrigerasi dan pengkondisian
udara edisi ke2 alih bahasa ir. Suparatman hara Jakarta:erlangga)
e. Kelembaban spesifik (rasio kelembaban)
Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang
terkandung
didalam
setiap
kilogram
udara
kering
atau
Mw
Ma ..................................(2)
W
= kelembaban spesifik
Mw = massa uap air
Ma
= massa udara kering
(stoecker, W.F and jones, J. W. 1989. Refrigerasi dan pengkondisian
udara edisi ke2 alih bahasa ir. Supratman hara Jakarta : erlangga)
f. Entalpi
Entalpi merupakan eneri kalor yang di miliki oleh suatu zat
pada temperature tertentu. Atau jumlah energy kalor yang di
perlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air
(dalamfasa
cair)
dari
sampai
mencapai
dan
(G Pita, Edward. 1981. Air conditioning principles andsystems I ISA. John wily and
sons inc.)
2.1.
2.2.
udara
sehingga
temperature
udara
tersebut
mengalami
2.3.
sensibel.
Garis
proses
pada
karta
2.4.
pemanasan
dan
pelembaban
(heating
dan
humidifikasi).
Pada
proses
ini
udara
di
panaskan
disertai
dengan
2.6.
2.7.
humidifikasi)
Proses ini dilakukan dengan melewatkan udara pada ruangan
semburan temperaturenya lebih rendah dari temperature udara,
tetapi lebih tinggi dari titik embun udara sehingga temperature
1.8
Proses pendinginan dan penurunan kelembaban
(cooling dan dehumidifikasi).
Proses ini di lakukan dengan cara melewatkan udara pada koil
pendinginan atau ruangan semburan air di mana temperaturenya
lebih rendah dari temperature udara sehingga terjadi penurunan
kalor laten dan kalor sensible.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Alat
3.2
Bahan
Kapas
membasahi
dan
kapas
air
digunakan
dengan
air
untuk
dan
diikat
TWB,
di
dengan
bagian
cara
bawah
thermometer.
IV.
LANGKAH KERJA
LEMBAR DATA
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
SALURAN UDARA
Tdb
T
(Heater)
50
100
Saklar
Twb
Posisi
saklar
( C
( C
( C
( C
Low
)
27
)
26
)
26
)
24
26
24
High
28
26
28
24
25
24
Low
28
26
28
24
26
25
High
28
26
28
24
26
24
P
2
( C )
( C )
P rata-rata x
1
2
Blower
Low
High
2
3
Keterangan :
1 = Udara Masuk
1
2
1
5
0.5
1.7
Setelah Pendingin
PRODI
SEMESTER
TGL PRAKTIKUM
: TEKNIK MESIN
: 5 (LIMA)
:
Nama
NIM
Riswanto
2012030442
TTD
TTD DOSEN
Jaim, ST
Setiawan
V. ANALISA DAN KESIMPULAN
A. HASIL ANALISA
1. Tabel hasil penelitian pengujian kecepatan aliran udara
Saklar
blower
Low
High
= 62cm x 8.5cm
= 527cm2
= 0.0527m2
P rata-rata x
3
1
2
2
3
P
2
1
2
1
5
0.5
1.7
=VxA
2 g . p , dimana g = 9.8 s 2
Maka,
-
2 ( 9.8 ) . ( 0.5 )
m
= 3.13 s
V=
2 ( 9.8 ) . ( 1.7 )
m
= 5.78 s
Sehingga,
-
Posisi
(heater
saklar
)
50
Low
Tdb (oC)
2
27
26
26
Twb (oC)
2
24
26
24
High
Low
High
100
28
28
28
26
26
26
28
28
28
24
24
24
25
26
26
TDB2
= 28
Entalphi (h)
= 80
TDB3
= 26
Entalphi (h)
= 73
TDB1
TWB2 = 26
Kj
Kg
TWB3 = 24
Kj
Kg
24
25
24
TWB2 = 25
Kj
= 76 Kg
TDB3
= 28
Entalphi (h)
= 26
TWB3 = 24
Kj
= 73 Kg
TWB2 = 24
Kj
= 73 Kg
TDB3
= 28
Entalphi (h)
-
= 26
TWB3 = 25
Kj
= 76 Kg
= 26
Entalphi (h)
TWB2 = 24
Kj
= 73 Kg
TDB3
= 28
TWB3 = 24
Entalphi (h)
Kj
= 73 Kg
B. KESIMPULAN
Dari pengujian yang saya lakukan terhadap aliran karakteristik udara diatas
saya peroleh beberapa informasi dan dapat saya simpulkan sebagai berikut:
1. Semakin tinggi putaran mesin maka panas yang di hasilkan proses
pembakaran juga meningkat sehingga laju pembuangan panas mesin yang
terhubung oleh radiator juga semakin tinggi , agar temperature mesin dapat
terjaga pada kondisi aman.
MODUL II
PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang menpunyai lingkup penggunaan
yang sangat luas terkait dengan head dan kapasitas yang dihasilkan pompa sentrifugal
merupakan pompa yang paling banyak di gunakan karena daerah operasinya yang
sangat luas dari tekanan yang rendah sampai tekanan tinggi dan dari kapasitas yang
tinggi selain itu pompa sentrifugal mempunyai bentuk yang sederhana dan harga yang
relative murah
Pada praktikum ini akan menguji aliran dan debit yang di hasilkan dari dua
buahpompa sentrifugal yang di uji secara seri
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan melaksanakan preoses pengujian pompa
sentrifugal dengan baik
1. kapasitas
3
m
Kapasitas rendah <20 jam
m
Kapasitas menengah 20-:-60 jam
m
Kapasitas tinggi>60 jam
2. tekanan discharge:
Kg
Tekanan rendah <5 cm2
Kg
Tekanan menengah 5 -:- 50 cm2
Kg
Tekanan tinggi >50 cm2
Casing
Multi impeller : terdiri dan beberapa impeller yang tersusun parallel dalam
satu casing
Multi impeller/ multi stage :kombinasi multi impeller dan multi stage
4. posisi poros :
Poros tegak
Poros mendatar
5. jumlah suction
Single suction
Double suction
6. arah aliran keluar impeller :
Radial flow
Axial flow
Mixed flow
A. stuffing box
Stiffing box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah di mana poros
pompa menembus casing
B. packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros , biasanya terbuat dari asbes atau telfon
C. shaft (poros)
D. shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi. Korosi dan keausan
pada stuffing box, pada pomva multi stage dapat sebagai leakage joint , internal
bearing dan interstage atau distance sleever
E. vane
Sudu dari impeller sebagai tempat belalunya cairan pada impeller
F. casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung
elemen yang berputar, tempat kedudukan diffuser (guide vane) inlet dan outlet nozel
serta tempat memberikan arah aliran dari impeller arah alirah dan impeller dan
mengkoversikan energy kecepatan cairan menjadi energy dinamis(single stage).
G. eye of impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller
H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energy mekanis dari pomp menjadi
energy kecepatan pada cairan yang di pompakan secara kontiyu, sehingga cairan pada
sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan
dari cairan yang masuk sebelumnya
I. wearing ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati
bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller dengan cara memperkecil
celah antara casing dengan impeller J. Bearing. Bearing (bantalan) berfungsi untuk
menumpudan menahan beban dan poros agar dapat berputar . baik bempa beban
radial maupun beban axial bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar
dengan lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
Kapasitas pompa
Kapasitas pompa adalah banyaknya cairan yang dapat di pindahkan oleh
pompa setiap satuan waktu. Dinyatakan dalam satuan volume per satuan waktu ,
seperti:
m3
Cubic meter per hour ( hr )
Head pompa
Head pompa adalah energy per satuan berat yang harus di sediakan untuk
mengalirkan jumlah zat cair yang di rencanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa , atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang umumnya di
nyatakan dalam satuan panjang
Menurut persamaan bernauli, ada tiga macam head (energy) fluida dari system
instalasi aliran , yaitu energy tekanan . energy kinetic dan energy potensial hal ini
dapatdi nyatakan dengan rumus sebagai berikut :
H=
P
Y
+Z+
V
2. g
Dimana :
H
: Head total
P
Y
: head tekanan
V
2. g
: head kecepatan
Karena energy itu kekal, maka bentuk head (tinnggi tekan) dapat bervariasi
pada penampang yang berbeda . nanium pada kenyataannya selalu ada rugi energy
(losses)
III.
3.1 Alat
3.2 Bahan
Air
IV.
Langkah kerja
1. Siapkan alat uji pompa di tempat terbuka dan dekat dengan
saluran listrik dan air
2. Isi bak penampungan dengan air sepenuhnya mungkin
sehingga pipa hisap pompa bias terenam seluruhnya
3. Pasang steker ke colokan listrik AC220 V dan coba hidupkan
pompa bila pompa tidak berputar ini
HASIL
Tabel hasil pengujian
Frekuen
Posisi
si
keran
87.6Hz
Open
Close
P1
P2
-33
-28
-13
-8
0
0.2
0.4
1.0
2.0
0
Arus
Tegang
Tinggi
(I)
an
air
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
(V)
180
180
180
180
180
(Cm)
4.8
4.5
3
1.5
0
P 2P 1
y
N
y = g = 9800 m2
Posisi keran
Open
H=
0.2(33)
9800 N /m
= 0.0033m
H=
0.4(28)
9800 N /m
= 0.0029m
H=
1(13)
9800 N /m
= 0.0014m
H=
2(8)
9800 N /m
= 0.001m
Close
H=
0(0)
9800 N /m
0m
Q=
8
15
2 g hw
Posisi keran
Open
Q=
8
15
2 g hw
8
15
Q=
8
15
2 g hw
8
15
Q=
8
15
2 g hw
8
15
m3
s
m3
s
m3
s
Q=
8
15
2 g hw
Q=
8
15
2 g hw
8
15
8
15
2 x 9.8 x 0 = 0 s
m3
s
Close
Posisi keran
Open
Close
Nh = yQH = 9800x0x0 = 0
Posisi keran
Open
Close
m3
pompa
-
Nh
Np
x 100%
Posisi keran
Open
pompa
pom pa
pompa
pompa
Close
pompa
Nh
Np
52.7
x 100%
= 172.8
x 100% =
30.59%
Nh
Np
x 100%
44.9
172.8
x 100% =
25.98%
Nh
Np
x 100% =
172.8
Nh
Np
x 100%
Nh
Np
x 100% =
172.8
17.7
x 100%
= 10.24%
x 100%
= 5.2%
8.9
= 172.8
0
x 100% =
0%
Close
H
0.0033
0.0029
0.0014
0.001
0
frekuensi 87.6Hz
Q
Nh
Np
1.63
1.58
1.29
0.91
0
52.71
44.9
17.7
8.9
0
172.8
172.8
172.8
172.8
172.8
pompa
30.59
25.98
10.24
5.2
0
200
180
160
140
open (1)
120
tiga perempatan ()
100
setengah ()
80
seperempat ()
60
nol
40
20
0
H
B.
Nh
Np
pompa
Kesimpulan
MODUL III
UJI BUCKLING
I.
PENDAHULUAN
pengujian engsel-engsel
2.
pengujian engsel-jepit
3.
pengujian jepit-jepit
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan melaksanakan proses uji
buckling dengan baik
2. Menyiapkan bahan
3. Memahami cara pengukuran benda kerja dengan benar.
4. Memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan alat dan
bahan yang di gunakan .
5. Dapat memahami dan mengelolah hasil proses pelaksanaan
uji buckling dengan benar.
6. Menghitung dan menentukan gaya kritis setiap bahan yang di
uji.
2 El
L2
Dimana KL adalah panjang efektif kolom. Untuk kolom yang di-pin di kedua
ujungnya , k = 0,5 untuk yang satu ujung di jepit dan satu ujung di pin , k = 0,7,
untuk kolom yang di jepit disalah satu ujungnya semetara ujung yang lain bebas, k =2
( AEP )]
P
ec
L
1+ 2 sec
A
2
r
Dimana c adalah jarak dari sumbu netral ke serat luar , r jari jari putar (radius
ofgyration), L panjang kolom, A luas potongan melintang ini di sebut pula formula
scan dari kolom.
Tekukan kolom inelastic
Pernyataan pembebanan tekukan euler dapat di perluas untuk selang inelastic
dari aksi dengan menggantikan modulus young e dengan modulus tangen ea
Dengan demikian formula tekukan kolom (targent-modulus formula) dapat di
nyatakan sebagai:
Fcr =
2 Etl
L2
Jabarkan beban kritis untuk batang ramping panjang yang di-pin dan di bebani
dengan tekanan aksial di kedua ujungnya , garis aksi gaya gaya melewati pusat
panjang melintang.
d2 y
dx 2
=M
Momen tekuk pada titik A dengan koordinat (x,y) menghasilkan momen dengan gaya
p dan jarak y. sesuai dengan perjanjian pemberian tanda maka momen tersebut adalah
negative. Dengan demikian M=-Py. Selanjutnya kita akan mempunyai persamaan
diferensial:
EL
Seperti di ketahui
P
EL
d y
dx
= - Py
Dari kenampakan grafis dapat di lihat bahwa karakter tekukan mengandung fungsi sin
kx atau cos kx, kombinasi keduannya dalam bentuk
Y = csin kx + D COS kx
Dapat merupakan solusi dari persamaan diferensial di atas. Yang di perlukan
selanjutnya adalah menentukan nilai C dan D, pada ujung kiri batang , y = 0 ketika x
= 0, dengan mensubtribuskan nilai ini ke persamaan di atas, di peroleh:
0 = 0+d atau D = 0
Pada ujung kanan batang, y = 0 ketika X=L,sehingga
0 = C Sin KI
Kenyataan nya baik C = 0 atau Sin KL = 0 tetapi jika C = 0 maka nilai Y dimana pun
akan sama dengan 0: dan tidak memerlukan ini , maka kita pakai
Sin KL = 0
Untuk menjadi benar, kita harus mempunyai kh=nr radian (n=1,2,3.....) dengan
P
subtitusi k2 = El , di peroleh
Nilai terkecil dari persamaan tersebut terjadi jika n = 1. Maka kita memperoleh apa
yang sering di sebut mode pertama tekukan dimana beban kritis dapat dinyatakan
dengan
EL
L
Pcr
Persamaan ini juga sering di sebut sebagai beban tekuk euler untuk kolom yang di
pin di ujungnya . defliksinya dapat di nyatakan dengan:
Y = C sin
P
x)
EL
Atau
Y = C sin
x
L
III.
1.3
3.2
BAHAN
LANGKAH KERJA
1. Siapkan keenam bahan logam yang akan di uji.
2. Ukur dimensi panjang dan lebar keenam bahan tersebut
3. Siapkn alat uji buckling pada tempat yang aman
LEMBAR DATA
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
BUCKLING
Bahan
uji
AL 1
Beban Penekanan
Lekukan
Engsel-
Engsel-
Jepi-
Engsel-
Engsel-
Jepi-
engsel
jepit
jepit
engsel
jepit
jepi
10.8 Kg
7.2 Kg
10.5
19.2 Cm
16.1
18.4
Cm
Cm
Kg
AL 2
9.8 Kg
6.2 Kg
9.5 Kg
18.2 Cm
15.1
17.4
Cm
24 Cm
Fe 1
8.2 Kg
9 Kg
11.4
22.2 Cm
Cm
22.5
Fe 2
7.2 Kg
8 Kg
Kg
10.4
21.2 Cm
Cm
21.5
23 Cm
SS 1
8.6 Kg
4.6 Kg
Kg
9.2 Kg
25.4 Cm
Cm
17 Cm
21.4
SS 2
7.6 Kg
3.6 Kg
8.2 Kg
24.4 Cm
16 Cm
Cm
20.4
Cm
DIMENSI BAHAN
Bahan
Panjang
Lebar
Tinggi
uji
AL 1
710 mm
33 mm
3.2
AL 2
710 mm
33 mm
mm
3.2
Fe 1
720 mm
32 mm
mm
3.2
Fe 2
720 mm
32 mm
mm
3.2
31 mm
mm
3.2
31 mm
mm
3.2
SS 1
700 mm
SS 2
700 mm
mm
PRODI
: Teknik Mesin
SEMESTER
: 5 (Lima)
TTG PRAKTIKUM
Nama
NIM
Riswanto
2012030442
Setiawan
TTD
TTD DOSEN
Jaim, ST
V.
Bahan
uji
AL 1
AL 2
Fe 1
Beban Penekanan
Engsel-
Engsel-
Jepi-
engsel
jepit
jepit
10.8 Kg
7.2 Kg
10.5
6.2 Kg
9 Kg
Kg
9.5 Kg
11.4
9.8 Kg
8.2 Kg
Fe 2
7.2 Kg
8 Kg
Kg
10.4
SS 1
SS 2
8.6 Kg
7.6 Kg
4.6 Kg
3.6 Kg
Kg
9.2 Kg
8.2 Kg
Bahan
Panjang
Lebar
Tebal
uji
AL 1
690 mm
42 mm
0.2
AL 2
700 mm
42 mm
mm
0.2
Fe 1
680 mm
42 mm
mm
0.2
Fe 2
690 mm
42 mm
mm
0.2
SS 1
710 mm
42 mm
mm
0.2
42 mm
mm
0.2
SS 2
720 mm
mm
Alumunium 1
3
I=
bh
12
I=
b h3
12
I=
bh
12
I=
bh
12
42 x 8
12
4
= 28 mm
42 x (2)3
12
42 x 8
12
4
= 28 mm
4 2 x( 2)3
12
42 x8
12
4
= 28 mm
4 2 x( 2)
12
42 x8
12
4
= 28 mm
42 x (2)3
12
42 x 8
12
4
= 28 mm
42 x (2)
12
42 x 8
12
4
= 28 mm
42 x (2)
12
Alumunium 2
Besi 1
3
Besi 2
3
Stainless steel 1
I=
b h3
12
Stainless steel 1
I=
b h3
12
Material
Alumunium 1
Alumunium 2
Besi 1
Besi 2
Staeinless Steel 1
Staeinless Steel 2
Momen Inersia
28
28
28
28
28
28
Secara teoristis Gaya krisis suatu bahan dapat kita hitung melalui
rumus-rumus berikut ini :
A. Engsel Engsel
Fcr =
EI
2
L
Fcr =
EI
L2
= 9,86
690
3 N /mm
70
x
10
x 28 mm4
(3.14)2
= 9,86 x 4,12 N
= 41 N
2. Alumunium 2
Fcr =
EI
L2
= 9,86
70 0
= 9,86 x 4 N
= 39 N
3. Besi 1
Fcr =
EI
2
L
= 9,86
680
= 9,86 x 12,5 N
= 123 N
4. Besi 2
Fcr =
EI
L2
= 9,86
69 0
3 N /mm
207
x
10
x 28 mm 4
(3.14)2
= 9,86 x 12,2 N
= 120 N
5. Stainlees steel 1
Fcr =
EI
L2
= 9,86
71 0
56 x 105 N /mm2
5041 00 mm2
= 9,86 x 11,11 N
= 110 N
6. Stainlees steel 2
Fcr =
EI
L2
= 9,86
72 0
3 N /mm
x 28 mm4
2 200 x 10
(3.14)
56 x 105 N /mm2
5184 00 mm2
= 9,86 x 10,8 N
= 106 N
B. Engsel-Jepit
Fcr = 2,05
EI
L2
1. Alumunium 1
Fcr = 2,05
EI
L2
69 0
70
x
103 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2
= 2,05 x 9,86
Fcr = 2,05
EI
L2
0
70
70 x 103 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2
= 2,05 x 9,86
= 2,05 x 9,86 x 4 N
= 81 N
3. Besi 1
Fcr = 2,05
EI
2
L
680
3 N / mm
x 28 mm 4
2 207 x 10
2,05(3.14)
= 2,05 x 9,86
4. Besi 2
Fcr = 2,05
EI
L2
690
207
x
103 N / mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2
= 2,05 x 9,86
5796 x 10 N /mm
4761 00 mm2
Fcr = 2,05
EI
2
L
71 0
200 x 10 3 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2
= 2,05 x 9,86
56 x 105 N /mm2
5041 00 mm2
Fcr = 2,05
EI
L2
72 0
200 x 10 3 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2
= 2,05 x 9,86
56 x 105 N /mm2
5184 00 mm2
C. Jepit-Jepit
Fcr = 4
EI
L2
Fcr = 4
EI
L2
690
3 N /mm
x 28 mm 4
2 70 x 10
4 (3.14)
= 4 x 9,86
196 x 10 N /mm
476100 mm 2
= 4 x 9,86 x 4,12 N
= 162 N
2. Alumunium 2
Fcr = 4
EI
2
L
70 0
70 x 103 N /mm x 28 mm 4
4 (3.14)2
= 4 x 9,86
= 4 x 9,86 x 4 N
= 158 N
3. Besi 1
Fcr = 4
EI
L2
68 0
3 N / mm
x 28 mm 4
2 207 x 10
4 (3.14)
= 4 x 9,86
5796 x 10 N /mm
462 400 mm2
= 4 x 9,86 x 12,5 N
= 493 N
4. Besi 2
Fcr = 4
EI
L2
69 0
3 N / mm
207
x
10
x 28 mm 4
4 (3.14)2
= 4 x 9,86
= 4 x 9,86 x 12,2 N
= 481 N
5. Stainless steel 1
Fcr = 4
EI
2
L
710
= 4 x 9,86
56 x 105 N /mm2
5041 00 mm2
= 4 x 9,86 x 11,11 N
= 438 N
6. Stainless steel 2
Fcr = 4
EI
L2
720
3 N /mm
x 28 mm 4
2 200 x 10
4 (3.14)
= 4 x 9,86
56 x 105 N /mm2
5184 00 mm2
= 4 x 9,86 x 10,8 N
= 426 N