Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah


memberikan kemudahan dan kelancaran dalam melaksanakan
praktikum fenomena dasar mesin pada semester v dan dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik.
Laporan praktikum ini di bagi menjadi tiga modul yaitu:
I.

Uji Buckling

II.

Pengujian pompa sentrifugal

III.

pengujian karakteristik udara


Di latar belakangi oleh kewajiban kurikulum s-1 yang sedang

kami tempuh, maka kami melaksanakan kegiatan ini dalam


pelaksanaan praktikum banyak hal yang kami daatkan baik ilmu
maupun pengalaman baru.
Terima kasih kami ucapkan kepada laboratorium dasar mesin
universitas pamulang terlebih kepada Bapak Jaim.ST sebagai dosen
pembimbing praktikum kami yang telah banyak membantu dan
mendampingi kami selama praktikum mudah mudahan ilmu yang
telah kami dapatkan berguna dan bermanfaat.

Pamulang, 4 Desember 2014

Riswanto Setiawan
MODUL 1
PERCOBAAN ALIRAN SERBAGUNA KARAKTERISTIK UDARA
I.

PENDAHULUAN

1.1 Lat ar belakang


Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat sifat
campuran udara dengan uap air dan ini mempunyai arti yang
sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara pada
atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air jadi
tidak benar benar kering kandungan uap air dalam udara pada
untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan.
1.2. Tujuan
A. Mahasiswa

dapat

mengetahui

dan

melaksanakan

proses

percobaan aliran serbaguna karakteristik udara dengan baik.


B. Menyiapkan peralatan.
C. Memahami cara pengukuran benda kerja dengan benar.
D. Memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan alat dan
bahan yang digunakan.
E. Dapat memahami dan mengolah hasil proses percobaan sengan
benar.
F. Menghitung dan menentukan debit dan kecepatan aliran udara.
G. Menentukan entalpi.

II.

DASAR TEORI

1. dasar dasar psikometrik


Pada bagan psikometrik ada dua hal yang penting , yaitu
penguasaan akan dasar dasar bagan dan kemampuan menentukan
sifat sifat pada kelompok kelompok keadaan lain, misalnya tekanan
barometric yang tidak standar untuk memahami proses proses yang
terjadi pada karta psikometrik perlu adanya pemahaman tentang
hukum Dalton dan sifat sifat yang ada dalam karta psikometrik
antara lain.
a. Temperature bola kering
Temperature bola kering

merupakan

temperature

yang

terbaca pada thermometer sensor kering dan terbuka, namun


pennjukan dan temperature ini tidak tepat karena adanya pengaruh
radiasi panas.
b. Temperature bola basah
Temperature bola basah

merupakan

temperature

yang

terbaca pada thermometer dengan sensor yang dibalut dengan kain


basah untuk mengukur temperature ini diperlukan aliran udara
sekurangnya adalah 5 m/s. temperature bola basah sering disebut
dengan temperature jenuh adiabatic.
c. Titik embun .
Titik embun adalah temperature air pada keadaan

dimana

tekanan upaya sama dengan tekanan uap air dari udara jadi
temperature tersebut uapair dalam udara mulai mengembun dan

hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan pada tekanan


yang berbeda titik embun uap air akan berbeda semakin besar
tekanannya maka titik embunnya semakin besar.
d. Kelembaban relative
Kelembaban relative

didefisinikan

sebagai

perbandingan

fraksi molekuk uap air di dalam udara basah terhadap fraksi


molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan yang sama atau
perbandingan antara tekanan persial aup air yang ada di dalam
udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada temperature
yang sama kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai kemampuan
udara untuk menerima kandungan uap air jadi semakin besar RH
semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap air
kelembaban ini dapat dirumuskan :
Pw
Pws

RH =

x 100%..............................

(1)
Dimana
Pw
= tekanan parsial uap air
Pws = tekanan jenuh uap air
(stoecker , W.F and jones , J.W. 1989. Refrigerasi dan pengkondisian
udara edisi ke2 alih bahasa ir. Suparatman hara Jakarta:erlangga)
e. Kelembaban spesifik (rasio kelembaban)
Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang
terkandung

didalam

setiap

kilogram

udara

kering

atau

perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering


yang ada didalam atmosfir
Kelembaban spesifik dapat dirumuskan :
W=
Dimana :

Mw
Ma ..................................(2)

W
= kelembaban spesifik
Mw = massa uap air
Ma
= massa udara kering
(stoecker, W.F and jones, J. W. 1989. Refrigerasi dan pengkondisian
udara edisi ke2 alih bahasa ir. Supratman hara Jakarta : erlangga)

f. Entalpi
Entalpi merupakan eneri kalor yang di miliki oleh suatu zat
pada temperature tertentu. Atau jumlah energy kalor yang di
perlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air
(dalamfasa

cair)

dari

sampai

mencapai

dan

menguapkannnya menjadi uap air (fasa gas)


g. Volume spesifik
Volume spesifik merupakan volume udara campurandengan satuan
meter kubik per kilogram udara kering.
2.Proses udara thermal
Proses udara yang terjadi dalam karta psikometrikadalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Proses pemanasan (heating)


Proses pendinginan ( cooling)
Proses pelembaban ( humidifikasi)
Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi)
Proses pemanasan dan pelembaban (heating dan humidifikasi)
Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating dan dehumidifikasi)
Proses pendinginan dan pelembaban (cooling dan humidifikasi)
Proses pendinginan dan penurunan kelembaban ( cooling dan dehumidifikasi)

(G Pita, Edward. 1981. Air conditioning principles andsystems I ISA. John wily and
sons inc.)

2.1.

Proses pemanasan (heating)

Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensible


ke udara sehingga temperature udara tersebut naik . proses ini
hanya di sebabkan oleh perubahan temperature bolakering udara
tanpa rasio kelembaban garis proses pada karta psikometrik adalah
garis horizontal kea rah kanan.

2.2.

Proses pendinginan (cooling).

Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel


dari

udara

sehingga

temperature

udara

tersebut

mengalami

penurunan . proses ini hanya di sebabkan oleh perubahan


temperature bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban .
garis proses pada karta psikometrik adalah garis horizontal kearah
kiri.

2.3.

Proses pelembaban (hunudifikasi).

Proses pelembaban adalah proses penambahan kandungan


uap air

ke udara sehingga terjadi kenaikan entalpi dan ratio

kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan kalor laten tanpa


disertaiperubahankalor

sensibel.

Garis

proses

pada

karta

psikometrik adalah garis vertical ke atas.

2.4.

Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi).

Proses penurunan kelembaban adalah proses pengurangan


kandungan uap air ke udara sehingga terjadi penurunan entalpi dan
ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan kalor sensibel .
garis proses pada karta psikometrik adalah garis vertikalke arah
bawah.

(G pita. Edward 1981 Air conditioning principles and systems USA,


John Wily and Sons, inc.)
2.5. Proses

pemanasan

dan

pelembaban

(heating

dan

humidifikasi).
Pada

proses

ini

udara

di

panaskan

disertai

dengan

penambahan uap air yaitu dengan mengalirkan udara melewati


ruangan semburan air atau uap yang temperature nya lebih tinggi
dari temperature udara sehingga didavatkan peningkatan kalor
sensibel dan kaor laten secara bersamaan . pada proses ini terjadi
kenaikan rasio kelembaban, entalpi tdb, twb dan kelembaban
relative garis proses pada karta psikometrik adalah garis kearah
kanan atas.

2.6.

Proses pemanasan dan penurunan kelembaban

(heating dan dehumidifikasi)


Pada proses ini udara mengalami pendinginan dahulu sampai
temperature nya di bawah titik embun udara pada temperature ini
udara mengalami pengembunan sehingga kandungan uap air akan
berkurang, kemudian udara dilewati melalui koil pemanas sehingga
temperature udara akan meningkat. Proses ini terjadi penurunan
rasio kelembaban , entalpi twb, entalpi dan kelembaban relative
tetapi terjadi peningkatan tdb. Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis kea rah kanan bawah.

2.7.

Proses pendinginan dan pelembaban(coolingdan

humidifikasi)
Proses ini dilakukan dengan melewatkan udara pada ruangan
semburan temperaturenya lebih rendah dari temperature udara,
tetapi lebih tinggi dari titik embun udara sehingga temperature

akan mengalami penurunan dan rasio kelembaban akan mengalami


peningkatkan.

1.8
Proses pendinginan dan penurunan kelembaban
(cooling dan dehumidifikasi).
Proses ini di lakukan dengan cara melewatkan udara pada koil
pendinginan atau ruangan semburan air di mana temperaturenya
lebih rendah dari temperature udara sehingga terjadi penurunan
kalor laten dan kalor sensible.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Alat

Alat percobaan aliran sebaguna karakteristik udara


Evaporator atau system pendinginan
Thermometer untuk temperature dry bulb (TDB),2buah
Thermometer untuk temperature dry bulb (TWB),2 buah
Selang udara
Manometer inklinasi

3.2

Bahan
Kapas

membasahi

dan
kapas

air

digunakan

dengan

air

untuk

dan

diikat

TWB,
di

dengan
bagian

cara

bawah

thermometer.
IV.

LANGKAH KERJA

A. percobaan kecepatan aliran udara


1. Nyalakan blower yang terhubung dengan mesin pendingin pada
posisi low
2. Pasang selang udara yang terhubung dengan manometer
inklinasi pada ruang terbuka di bagian output alat percobaan aliran
serbaguna karakteristik udara
3. Tempatkan selang pada tiga posisi yang berada tik udara
4. Tempatkan selang pada tiga posisi yang berada pada bagian
output alat
5. Catat hasil pembacaan pada manometer
6. Posisikan saklar blower pada posisi high dan ulangi lagi langkah
pada posisi 1,2, dan 3
7. Posisikan saklar blower pada posisi low dan ulangi langkah pada
1,2, dan 3
B. PENGUJIAN KARAKTERISTIK UDARA
1. Nyalakan saklar pengatur mesin pendingin pada posisi low cool
2. Tempatkan satu buah TDB di saluran masuk dan satu TDB lagi di
saluran keluar
3. Tempatkan satu buah TWB di saluran masuk dan satu TWB lagi di
saluran keluar
4. Catat temperature awal masing masing TDB dan TWB
5. Setelah beberapa menit catat temperature akhir masing masing
TDB dan TWB
6. Pindahkan posisi saklar pada posisi high cool

7. Ulangi langkah 2 sampai langkah 6


8. Catat hasil penelitian pada table

LEMBAR DATA
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
SALURAN UDARA
Tdb
T
(Heater)

50
100

Saklar

Twb

Posisi

saklar

( C

( C

( C

( C

Low

)
27

)
26

)
26

)
24

26

24

High

28

26

28

24

25

24

Low

28

26

28

24

26

25

High

28

26

28

24

26

24

P
2

( C )

( C )

P rata-rata x

1
2

Blower
Low
High

2
3

Keterangan :
1 = Udara Masuk

1
2

1
5

0.5
1.7

2 = Udara Setelah Heater 3 = Udara

Setelah Pendingin
PRODI
SEMESTER
TGL PRAKTIKUM

: TEKNIK MESIN
: 5 (LIMA)
:

Nama

NIM

Riswanto

2012030442

TTD

TTD DOSEN

Jaim, ST

Setiawan
V. ANALISA DAN KESIMPULAN
A. HASIL ANALISA
1. Tabel hasil penelitian pengujian kecepatan aliran udara
Saklar
blower

Low
High

= 62cm x 8.5cm
= 527cm2
= 0.0527m2

Debit = kecepatan x luas

P rata-rata x
3
1
2

2
3

Dengan luas area saluran output adalah


A

P
2

1
2

1
5

0.5
1.7

=VxA

2 g . p , dimana g = 9.8 s 2

Maka,
-

Untuk posisi Low


V=

2 ( 9.8 ) . ( 0.5 )

m
= 3.13 s

V=

2 ( 9.8 ) . ( 1.7 )

m
= 5.78 s

Untuk posisi High

Sehingga,
-

Untuk posisi Low


m
Q = V x A = 3.13 s x 0.0527m2 = 0.165m2

Untuk posisi High


m
= V x A = 5.78 s x 0.0527m2 = 0.31m2

2. Tabel hasil percobaan karakteristik udara


T

Posisi

(heater

saklar

)
50

Low

Tdb (oC)
2

27

26

26

Twb (oC)
2

24

26

24

High
Low
High

100

28
28
28

26
26
26

28
28
28

24
24
24

25
26
26

Dengan melihat hasil diatas, dapat ditentukan entalphi udara


yang akan dicari dengan cara melihat grafik psikometrik.

Untuk output pendinginan, dari Grafik Psikometrik kita dapatkan :


Entalphi (h)

Pada posisi saklar Low dan T50, dengan


= 27 TWB1 = 24
Kj
= 73 Kg

TDB2

= 28

Entalphi (h)

= 80

TDB3

= 26

Entalphi (h)

= 73

TDB1

TWB2 = 26
Kj
Kg
TWB3 = 24
Kj
Kg

24
25
24

- Pada posisi saklar High dan T50, dengan


TDB1
= 28 TWB1 = 24
Kj
Entalphi (h) = 73 Kg
TDB2
Entalphi (h)

TWB2 = 25
Kj
= 76 Kg

TDB3

= 28

Entalphi (h)

= 26

TWB3 = 24
Kj
= 73 Kg

- Pada posisi saklar Low dan T100, denagn


TDB1
= 28 TWB1 = 24
Kj
Entalphi (h) = 73 Kg
TDB2
Entalphi (h)

TWB2 = 24
Kj
= 73 Kg

TDB3

= 28

Entalphi (h)
-

= 26

TWB3 = 25
Kj
= 76 Kg

Pada posisi saklar High dan T100, dengan


TDB1
= 28 TWB1 = 24
Kj
Entalphi (h) = 73 Kg
TDB2

= 26

Entalphi (h)

TWB2 = 24
Kj
= 73 Kg

TDB3

= 28

TWB3 = 24

Entalphi (h)

Kj
= 73 Kg

B. KESIMPULAN
Dari pengujian yang saya lakukan terhadap aliran karakteristik udara diatas
saya peroleh beberapa informasi dan dapat saya simpulkan sebagai berikut:
1. Semakin tinggi putaran mesin maka panas yang di hasilkan proses
pembakaran juga meningkat sehingga laju pembuangan panas mesin yang
terhubung oleh radiator juga semakin tinggi , agar temperature mesin dapat
terjaga pada kondisi aman.

2. Pada kondisi tanpa pembebanan dan dengan pembebanan air


conditioner menggunakan fliuda campuran air dan 30%
radiator coolant maka di dapatkan pada kondisi dengan
pembebanan air conditioner menghasilkan laju pembuangan
panas lebih besar dibandingkan tanpa pembebanan air
conditioner
3. Dari hasil laju pengujian semakin tinggi temperature tdb
maka secara otomatis

temperature yang di twb juga

semakin rendah dengan mensuplai udara sejuk secara


bergantian
4. System kelistrikan dan perpipaan refrigerant dapat di atur
panjang kabel dan pipanya sehingga lebih pendinginan dapat
dihasilkan secara maksimal dan memudahkan dalam instalasi
5. Daya fan untuk mendorong udara sejuk melalui saluran udara
sudah sesuaikan kebutuhan selain penurunan temperature
dan kelembaban yang signifikan sehingga dapat di pastikan
penggunaan fan tidak ada masalah untuk mensirkulasi udara
sejuk

MODUL II
PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang menpunyai lingkup penggunaan
yang sangat luas terkait dengan head dan kapasitas yang dihasilkan pompa sentrifugal
merupakan pompa yang paling banyak di gunakan karena daerah operasinya yang
sangat luas dari tekanan yang rendah sampai tekanan tinggi dan dari kapasitas yang
tinggi selain itu pompa sentrifugal mempunyai bentuk yang sederhana dan harga yang
relative murah
Pada praktikum ini akan menguji aliran dan debit yang di hasilkan dari dua
buahpompa sentrifugal yang di uji secara seri
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan melaksanakan preoses pengujian pompa
sentrifugal dengan baik

2. Memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan alat dan bahan yang di


gunakan
3. Memahami dan mengolah hasil proses pengujian pompa sentrifugal dengan
benar dan menghitung debit yang dihasilkan

II. TEORI DASAR


Pompa adalah suatu alat atau mesin yang di gunakan untuk memindahkan
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media pervivaan dengan
cara menambahkan energy pada cairan yang di pindahkan dan berlangsung secara
terus menerus
Pompa beroperasi dengan perinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian
masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge) dengan kata lain pompa berfungsi
mengubah tenaga mekanis dari suatusumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga
kinetic (kecepatan) dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan cairandan
mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran
Pompa sentifugal
Salah satu jenis pompa pemindah non positif dalah pompa sentrifugal yang
prinsip kerjanya mengubah energy kintes (kecepatan) cairan menjadi energy potensial
(dinamis) melalui satu impeller yang berputar dalam casing , sesuai dengan data data
yang dapat , pompa reboiler debutanizer di hidrokracking unibon menggunakan
pompa sentrifugal single - stage double suction
Klasifikasi pompa sentrifugal
Pompa sentrifuga;l dapat di klasifikasikan berdasarkan

1. kapasitas
3

m
Kapasitas rendah <20 jam

m
Kapasitas menengah 20-:-60 jam

m
Kapasitas tinggi>60 jam

2. tekanan discharge:

Kg
Tekanan rendah <5 cm2

Kg
Tekanan menengah 5 -:- 50 cm2

Kg
Tekanan tinggi >50 cm2

3. jumlah/susunan impeller dan tingkat:


Single stage : terdin dan satu impeller dan satu casing
Multi stage :terdiri dari beberapa impeller yang tersusun sen dalam satu

Casing
Multi impeller : terdiri dan beberapa impeller yang tersusun parallel dalam

satu casing
Multi impeller/ multi stage :kombinasi multi impeller dan multi stage

4. posisi poros :
Poros tegak
Poros mendatar
5. jumlah suction
Single suction
Double suction
6. arah aliran keluar impeller :
Radial flow

Axial flow
Mixed flow

Bagian bagian utama pompa sentrifugal


Secara umum bagian bagian utama pompa sentrifugal dapat di lihat seperi
gambar berikut:

A. stuffing box
Stiffing box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah di mana poros
pompa menembus casing
B. packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros , biasanya terbuat dari asbes atau telfon
C. shaft (poros)

Poros berfungsi untuk meneruskan momen punter dan penggerak selama


beroperasi dan bertempat kedudukan impeller dan bagian bagian berputar lainnya

D. shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi. Korosi dan keausan
pada stuffing box, pada pomva multi stage dapat sebagai leakage joint , internal
bearing dan interstage atau distance sleever
E. vane
Sudu dari impeller sebagai tempat belalunya cairan pada impeller
F. casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung
elemen yang berputar, tempat kedudukan diffuser (guide vane) inlet dan outlet nozel
serta tempat memberikan arah aliran dari impeller arah alirah dan impeller dan
mengkoversikan energy kecepatan cairan menjadi energy dinamis(single stage).
G. eye of impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller
H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energy mekanis dari pomp menjadi
energy kecepatan pada cairan yang di pompakan secara kontiyu, sehingga cairan pada
sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan
dari cairan yang masuk sebelumnya
I. wearing ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati
bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller dengan cara memperkecil
celah antara casing dengan impeller J. Bearing. Bearing (bantalan) berfungsi untuk
menumpudan menahan beban dan poros agar dapat berputar . baik bempa beban

radial maupun beban axial bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar
dengan lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.

Kapasitas pompa
Kapasitas pompa adalah banyaknya cairan yang dapat di pindahkan oleh
pompa setiap satuan waktu. Dinyatakan dalam satuan volume per satuan waktu ,
seperti:

Barel per day (BPD)


Gallon per menit (GPM)

m3
Cubic meter per hour ( hr )
Head pompa
Head pompa adalah energy per satuan berat yang harus di sediakan untuk
mengalirkan jumlah zat cair yang di rencanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa , atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang umumnya di
nyatakan dalam satuan panjang
Menurut persamaan bernauli, ada tiga macam head (energy) fluida dari system
instalasi aliran , yaitu energy tekanan . energy kinetic dan energy potensial hal ini
dapatdi nyatakan dengan rumus sebagai berikut :

H=

P
Y

+Z+

V
2. g

Dimana :
H

: Head total

z : head stalls total

... ... ... ... ... ... ... (1)

P
Y

: head tekanan

V
2. g

: head kecepatan

Karena energy itu kekal, maka bentuk head (tinnggi tekan) dapat bervariasi
pada penampang yang berbeda . nanium pada kenyataannya selalu ada rugi energy
(losses)

III.

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Alat uji pompa sentrifugal

3.2 Bahan
Air

IV.

Langkah kerja
1. Siapkan alat uji pompa di tempat terbuka dan dekat dengan
saluran listrik dan air
2. Isi bak penampungan dengan air sepenuhnya mungkin
sehingga pipa hisap pompa bias terenam seluruhnya
3. Pasang steker ke colokan listrik AC220 V dan coba hidupkan
pompa bila pompa tidak berputar ini

terjadi karena pompa

lama tidak di hidupkan dan bisa kita bantu dengan memutar


kipas di belakang pompanya
4. Bila pompa sudah bisa hidup, buka seluruh kran sehingga air
yang di pompa bisa mengalir ke saluran buang.
5. Set alat pengatur pompa pada frekuensi yang di inginkan.
6. Pemakaian keran 3 : posisikan kran buka full, lihat gauge 3,
lihat gauge 4, lihat amper, lihatvolt, lihat ketinggian air,lihat
pemakaian Hz nya (semua catat)
7. Pemakaian kran 3 : posisikan satu per satu kran tutup ,
tutup , tutup , dan tutup full dan cara kerjanya seperti no.
6

V. hasil dan kesimpulan


A.

HASIL
Tabel hasil pengujian

Frekuen

Posisi

si

keran

87.6Hz

Open

Close

P1

P2

-33
-28
-13
-8
0

0.2
0.4
1.0
2.0
0

Arus

Tegang

Tinggi

(I)

an

air

1.2
1.2
1.2
1.2
1.2

(V)
180
180
180
180
180

(Cm)
4.8
4.5
3
1.5
0

Dari hasil pengukuran diatas dapat dihitung


H=

P 2P 1
y

N
y = g = 9800 m2

Untuk frekuensi 87.6Hz

Posisi keran
Open

H=

0.2(33)
9800 N /m

= 0.0033m

H=

0.4(28)
9800 N /m

= 0.0029m

H=

1(13)
9800 N /m

= 0.0014m

H=

2(8)
9800 N /m

= 0.001m

Close

H=

0(0)
9800 N /m

0m

Kemudian dapat saya hitung debit airnya (Q) dengan


rumus:

Q=

8
15

2 g hw

Untuk frekuensi 87.6Hz

Posisi keran

Open

Q=

8
15

2 g hw

8
15

2 x 9.8 x 0.48 = 1.63

Q=

8
15

2 g hw

8
15

2 x 9.8 x 0.45 = 1.58

Q=

8
15

2 g hw

8
15

2 x 9.8 x 0.3 = 1.29

m3
s

m3
s

m3
s

Q=

8
15

2 g hw

Q=

8
15

2 g hw

8
15

2 x 9.8 x 0.15 = 0.91

8
15

2 x 9.8 x 0 = 0 s

m3
s
Close

Kemudian dicari dengan rumus:


Nh = yQH
-

Untuk frekuensi 87.6Hz

Posisi keran
Open

Nh = yQH = 9800x1.63x0.0033 = 52.7 watt

Nh = yQH = 9800x1.58x0.0029 = 44.9 watt

Nh = yQH = 9800x1.29x0.0014 = 17.7 watt

Nh = yQH = 9800x0.91x0.001 = 8.9 watt

Close

Nh = yQH = 9800x0x0 = 0

Kemudian dicari dengan rumus:


Np = VAK
-

Untuk frekuensi 87.6Hz

Posisi keran
Open

Np = VAK = 180x1.2x0.8 = 172.8watt

Np = VAK = 180x1.2x0.8 = 172.8watt

Np = VAK = 180x1.2x0.8 = 172.8watt

Np = VAK = 180x1.2x0.8 = 172.8watt

Close

Np = VAK = 180x1.2x0.8 = 172.8watt

Kemudian dicari efisisensi pompa dengan rumus:

m3

pompa
-

Nh
Np

x 100%

Untuk frekuensi 87.6Hz

Posisi keran
Open

pompa

pom pa

pompa

pompa

Close

pompa

Nh
Np

52.7

x 100%

= 172.8

x 100% =

30.59%

Nh
Np

x 100%

44.9
172.8

x 100% =

25.98%

Nh
Np

x 100% =
172.8

Nh
Np

x 100%

Nh
Np

x 100% =
172.8

17.7

x 100%

= 10.24%

x 100%

= 5.2%

8.9

= 172.8
0

x 100% =

0%

Tabel hasil perhitungan


Posisi
Keran
Open

Close

H
0.0033
0.0029
0.0014
0.001
0

frekuensi 87.6Hz
Q
Nh
Np
1.63
1.58
1.29
0.91
0

52.71
44.9
17.7
8.9
0

172.8
172.8
172.8
172.8
172.8

pompa
30.59
25.98
10.24
5.2
0

200
180
160
140
open (1)

120

tiga perempatan ()

100

setengah ()

80

seperempat ()

60

nol

40
20
0
H

B.

Nh

Np

pompa

Kesimpulan

Dari praktikum pompa sentrifugal dapat disimpulkan bahwa:


1. Pada pompa tunggal
Semakin besar kapasitas , maka head semakin turun di
sebabkan oleh bukaan katup yang semakin besar.
Memiliki daya poros terendah (W1) karea semakin besar
kapasitas (Q) maka fluida masuk juga semakin banyak
sehingga membutuhkan gaya yang besar untuk menggerakan
sudut.

penurunan daya air (w2) disebabkan oleh penurunan (pd-ps)


karena faktor mayor dan minor losses. Peningkatan kapasitas
yang besar juga memperbesar daya air karena bukaan katup
juga semakin besar.
Karena hanya menggunakan 1 pompa , maka fluida yang di
isap pompa sedikit sehingga sudut pompa mendapat gaya
pembebanan yang besar sehingga torsi yang di hasilkan juga
bertambah besar
Memiliki efesiensi rendah karena nilai W1 dan W2 rendah
disbanding pompa seri dan pararel.
2. Pada pompa seri
Memiliki head terbesar karena fluida mengalami dua kali
kerja, head tekanan pada saluran buang pompa 1 mendapat
tambahan head pompa 2 sehingga head total menjadi besar.
Memiliki daya poros tertinggi (w1) karena semakin besar Q,
maka gaya untuk menggerakan sudu semakin besar karena
fluida yang masuk pompa banyak.
Peningkatan daya air (w2) di sebabkan oleh kapasitas yang
besar karena bukaan katuvnya yang besar.
Beda head mengalami penurunan karena adanya losses
mayor dan minor.
Memiliki nilai torsi yang tertinggi karena fluida yang masuk
pompa 1 kemudian masuk pompa 2 sehingga gaya tangesial
yang tinggi, kapasitas besar , gaya pembebanan juga
semakin besar dan begitu pula nilai dari torsi.
Efisiensi lebih rendah dari pada pompa pararel karena pd-ps
aliran menurun yang di akibatkan adanya losses mayor dan
minor.
3. Pada pompa pararel
Nilai head relative stabil karena head pada pompa pararel
merupakan rata rata head 1 dan head 2 sedangkan debitnya
berbeda.

Nilai w1 lebih rendah dari pompa seri karena kapasitas lebih


rendah dari pada pomva seri sehingga daya porosnya lebih
rendah .
Semakin besar Q maka W2 juga semakin besar karena saat Q
kecil, beda beda tekanan besar dan kecepatan fluida rendah
(terhalang oleh bukaan katup) begitupun sebaliknya
Pompa pararel memiliki torsi lebih rendah dari pompa seri
karena susunan pipanya menyebabkan gaya tangesial tidak
terlalu tinggi.
Memiliki efesiensi tertinggi karena nila W2 besar sedangkan
nilai W1 kecil akibat gaya pembebanan yang kecil.

MODUL III

UJI BUCKLING
I.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pada dasarnya dalam suatu struktur , batang atau kolom akan
mengalami gaya lateral dan aksial. Tekuk terjadi apabila suatu
batang menerima gaya aksial meskipun belum dapat mencapai
tegangan leleh, (Daniel L.Schodek,1999). Fenomena tekuk berkaitan
dengan kekaukan elemen struktur, suatu elemen yang mempunyai
kekakuan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan
elemen yang mempunyai kekakuan besar.
Pada praktikumkali ini kita akan mencoba mengetahui gaya
kritis dari beberava bahan yang akan kita uji buckling , pengujian ini
di bagi 3 tahap yaitu:
1.

pengujian engsel-engsel

2.

pengujian engsel-jepit

3.

pengujian jepit-jepit

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan melaksanakan proses uji
buckling dengan baik
2. Menyiapkan bahan
3. Memahami cara pengukuran benda kerja dengan benar.
4. Memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan alat dan
bahan yang di gunakan .
5. Dapat memahami dan mengelolah hasil proses pelaksanaan
uji buckling dengan benar.
6. Menghitung dan menentukan gaya kritis setiap bahan yang di
uji.

II. TEORI DASAR


Beban kritis dan kolom
Beban kritis suatu balok langsing yang di kenai tekanan aksial adalah nilai
gaya aksial yang hanya cukup mempertahankan batang dalam kondisi sedikit
terdefleksi di notasikan sendagn fcr
Rasio kerampingan kolom
Rasio panjang kolom terhadap jari jari (radius of gyration) minimum
penampang melintang kolom di sebut dengan rasio kerampingan suatu kolom , rasio
tidak berdimensi,
Apabila suatu kolom adalah bebas putaran pada ujung ujungnya, maka tekukan akan
terjadi pada sumbu dimana jari jari (radius of gyration)adalah minimum.
Beban kritis kolom ramping panjang.
Jika suatu kolom panjang yang mempunyai luas penampang tetap di-pin
kedua ujungnya dan di kenai tekanan aksial, beban fcr yang akan menyebabkan
terjadinya tekukan dinyatakan dengan
Fcr =

2 El
L2

Dimana E menyatakan modulus elastistas. I momen minimum penampang melintang


terhadap suatu sumbu yang melalui titik berat, dan L panjang kolom.
Pengaruh kondisi akhir-panjang efektif
Persamaan beban kritis di atas dapat dimodifikasi menjadi
KL
( 2)
Fcr = 2 El

Dimana KL adalah panjang efektif kolom. Untuk kolom yang di-pin di kedua
ujungnya , k = 0,5 untuk yang satu ujung di jepit dan satu ujung di pin , k = 0,7,
untuk kolom yang di jepit disalah satu ujungnya semetara ujung yang lain bebas, k =2

Rancangbangun kolom dengan beban eksentris


Derivasi pernyataan yang menghasilkan model pembebanan tekuk euler
mengasumsikan bahwa beban adalah konsebtris , jika suatu gaya aksial P di kenakan
dengan tingkat eksentrisitas E, puncak tegangan pada batang terjadi pada serat serat
yang lebih luar pada bagian tengah panjang dan di nyatakan dengan.
max =

( AEP )]

P
ec
L
1+ 2 sec
A
2
r

Dimana c adalah jarak dari sumbu netral ke serat luar , r jari jari putar (radius
ofgyration), L panjang kolom, A luas potongan melintang ini di sebut pula formula
scan dari kolom.
Tekukan kolom inelastic
Pernyataan pembebanan tekukan euler dapat di perluas untuk selang inelastic
dari aksi dengan menggantikan modulus young e dengan modulus tangen ea
Dengan demikian formula tekukan kolom (targent-modulus formula) dapat di
nyatakan sebagai:
Fcr =

2 Etl
L2

Kolom balok (beam-colomns)


Suatu barang yang di kenai beberapa gaya bersamaan dengan tekanan aksial
dan pembebanan lateral di sebut sebagai beam-colomns.
Contoh1

Jabarkan beban kritis untuk batang ramping panjang yang di-pin dan di bebani
dengan tekanan aksial di kedua ujungnya , garis aksi gaya gaya melewati pusat
panjang melintang.

Persamaan diferensial dari kurva defleksi di nyatakan dengan


EL

d2 y
dx 2

=M

Momen tekuk pada titik A dengan koordinat (x,y) menghasilkan momen dengan gaya
p dan jarak y. sesuai dengan perjanjian pemberian tanda maka momen tersebut adalah
negative. Dengan demikian M=-Py. Selanjutnya kita akan mempunyai persamaan
diferensial:
EL

Seperti di ketahui

P
EL

d y
dx

= - Py

=k2 sehingga persamaan di atas dapat di tulis


d
dx

Dari kenampakan grafis dapat di lihat bahwa karakter tekukan mengandung fungsi sin
kx atau cos kx, kombinasi keduannya dalam bentuk
Y = csin kx + D COS kx
Dapat merupakan solusi dari persamaan diferensial di atas. Yang di perlukan
selanjutnya adalah menentukan nilai C dan D, pada ujung kiri batang , y = 0 ketika x
= 0, dengan mensubtribuskan nilai ini ke persamaan di atas, di peroleh:

0 = 0+d atau D = 0
Pada ujung kanan batang, y = 0 ketika X=L,sehingga
0 = C Sin KI
Kenyataan nya baik C = 0 atau Sin KL = 0 tetapi jika C = 0 maka nilai Y dimana pun
akan sama dengan 0: dan tidak memerlukan ini , maka kita pakai
Sin KL = 0
Untuk menjadi benar, kita harus mempunyai kh=nr radian (n=1,2,3.....) dengan
P
subtitusi k2 = El , di peroleh
Nilai terkecil dari persamaan tersebut terjadi jika n = 1. Maka kita memperoleh apa
yang sering di sebut mode pertama tekukan dimana beban kritis dapat dinyatakan
dengan
EL
L

Pcr

Persamaan ini juga sering di sebut sebagai beban tekuk euler untuk kolom yang di
pin di ujungnya . defliksinya dapat di nyatakan dengan:
Y = C sin

P
x)
EL

Atau
Y = C sin

x
L

III.
1.3

ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Alat uji buckling (sudah termasuk dongkrak dan timbangan)
2. Jangka sorong
3. Adaptor engsel dan jepit
4. Kunci pas 10mm

Gambar 1. Alat uji buckling

3.2

BAHAN

1. Batang alumunium (2)


2. Batang besi (2)
3. Batang stainless steel (2)
IV.

LANGKAH KERJA
1. Siapkan keenam bahan logam yang akan di uji.
2. Ukur dimensi panjang dan lebar keenam bahan tersebut
3. Siapkn alat uji buckling pada tempat yang aman

LEMBAR DATA
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
BUCKLING
Bahan
uji
AL 1

Beban Penekanan

Lekukan

Engsel-

Engsel-

Jepi-

Engsel-

Engsel-

Jepi-

engsel

jepit

jepit

engsel

jepit

jepi

10.8 Kg

7.2 Kg

10.5

19.2 Cm

16.1

18.4

Cm

Cm

Kg

AL 2

9.8 Kg

6.2 Kg

9.5 Kg

18.2 Cm

15.1

17.4
Cm
24 Cm

Fe 1

8.2 Kg

9 Kg

11.4

22.2 Cm

Cm
22.5

Fe 2

7.2 Kg

8 Kg

Kg
10.4

21.2 Cm

Cm
21.5

23 Cm

SS 1

8.6 Kg

4.6 Kg

Kg
9.2 Kg

25.4 Cm

Cm
17 Cm

21.4

SS 2

7.6 Kg

3.6 Kg

8.2 Kg

24.4 Cm

16 Cm

Cm
20.4
Cm

DIMENSI BAHAN
Bahan

Panjang

Lebar

Tinggi

uji
AL 1

710 mm

33 mm

3.2

AL 2

710 mm

33 mm

mm
3.2

Fe 1

720 mm

32 mm

mm
3.2

Fe 2

720 mm

32 mm

mm
3.2

31 mm

mm
3.2

31 mm

mm
3.2

SS 1

700 mm

SS 2

700 mm

mm
PRODI

: Teknik Mesin

SEMESTER

: 5 (Lima)

TTG PRAKTIKUM

Nama

NIM

Riswanto

2012030442

Setiawan

TTD

TTD DOSEN

Jaim, ST

V.

HASIL ANALISIS DAN KESIMPULAN

Dari pengujian-pengujian diatas dapat dihasilkan sebagai


berikut ini :

Bahan
uji
AL 1
AL 2
Fe 1

Beban Penekanan
Engsel-

Engsel-

Jepi-

engsel

jepit

jepit

10.8 Kg

7.2 Kg

10.5

6.2 Kg
9 Kg

Kg
9.5 Kg
11.4

9.8 Kg
8.2 Kg

Fe 2

7.2 Kg

8 Kg

Kg
10.4

SS 1
SS 2

8.6 Kg
7.6 Kg

4.6 Kg
3.6 Kg

Kg
9.2 Kg
8.2 Kg

Tabel hasil pengukuran dimensi bahan uji

Bahan

Panjang

Lebar

Tebal

uji
AL 1

690 mm

42 mm

0.2

AL 2

700 mm

42 mm

mm
0.2

Fe 1

680 mm

42 mm

mm
0.2

Fe 2

690 mm

42 mm

mm
0.2

SS 1

710 mm

42 mm

mm
0.2

42 mm

mm
0.2

SS 2

720 mm

mm

Dari pengukuran bahan dimensi bahan uji diatas akan hitung


momen inersia setiap bahan dengan menggunakan rumus :
b h3
I=
12

Alumunium 1
3

I=

bh
12

I=

b h3
12

I=

bh
12

I=

bh
12

42 x 8
12

4
= 28 mm

42 x (2)3
12

42 x 8
12

4
= 28 mm

4 2 x( 2)3
12

42 x8
12

4
= 28 mm

4 2 x( 2)
12

42 x8
12

4
= 28 mm

42 x (2)3
12

42 x 8
12

4
= 28 mm

42 x (2)
12

42 x 8
12

4
= 28 mm

42 x (2)
12

Alumunium 2

Besi 1
3

Besi 2
3

Stainless steel 1
I=

b h3
12

Stainless steel 1
I=

b h3
12

Hasil perhitungan diatas ditulis didalam tabel seperti dibawah


ini :

Material
Alumunium 1
Alumunium 2
Besi 1
Besi 2
Staeinless Steel 1
Staeinless Steel 2

Modulus Young (E)


70 x 10 N/mm
70 x 10 N/mm
207 x 10 N/mm
207 x 10 N/mm
200 x 10 N/mm
200 x 10 N/mm

Momen Inersia
28
28
28
28
28
28

Secara teoristis Gaya krisis suatu bahan dapat kita hitung melalui
rumus-rumus berikut ini :
A. Engsel Engsel

Fcr =

EI
2
L

Sehingga bisa dihitung gaya krisis setiap batang dengan memakai


persamaan di atas :
1. Alumunium 1

Fcr =

EI
L2

= 9,86

690

3 N /mm
70
x
10
x 28 mm4
(3.14)2

196 x 104 N /mm2


476100 mm 2

= 9,86 x 4,12 N

= 41 N

2. Alumunium 2

Fcr =

EI
L2

= 9,86

70 0

70 x 103 N /mm x 28 mm4


(3.14)2

196 x 104 N /mm2


4900 00 mm 2

= 9,86 x 4 N
= 39 N
3. Besi 1

Fcr =

EI
2
L

= 9,86

680

207 x 103 N /mm x 28 mm 4


(3.14)2

5796 x 103 N /mm 2


2
462 400 mm

= 9,86 x 12,5 N
= 123 N

4. Besi 2

Fcr =

EI
L2

= 9,86

69 0

3 N /mm
207
x
10
x 28 mm 4
(3.14)2

5796 x 103 N /mm 2


4761 00 mm2

= 9,86 x 12,2 N
= 120 N

5. Stainlees steel 1

Fcr =

EI
L2

= 9,86

71 0

200 x 103 N /mm x 28 mm4


(3.14)2

56 x 105 N /mm2
5041 00 mm2

= 9,86 x 11,11 N
= 110 N
6. Stainlees steel 2

Fcr =

EI
L2

= 9,86

72 0

3 N /mm
x 28 mm4
2 200 x 10
(3.14)

56 x 105 N /mm2
5184 00 mm2

= 9,86 x 10,8 N
= 106 N

B. Engsel-Jepit

Fcr = 2,05

EI
L2

Sehingga kita bisa hitung gaya kritis setiap batang dengan


memakai persamaan rumus diatas.

1. Alumunium 1

Fcr = 2,05

EI
L2

69 0

70
x
103 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2

= 2,05 x 9,86

196 x 104 N /mm2


2
476100 mm

= 2,05 x 9,86 x 4,12 N


= 83 N
2. Alumunium 2

Fcr = 2,05

EI
L2

0
70

70 x 103 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2

= 2,05 x 9,86

196 x 104 N /mm2


4900 00 mm 2

= 2,05 x 9,86 x 4 N
= 81 N
3. Besi 1

Fcr = 2,05

EI
2
L

680

3 N / mm
x 28 mm 4
2 207 x 10
2,05(3.14)

= 2,05 x 9,86

5796 x 103 N /mm 2


4624 00 mm2

= 2,05 x 9,86 x 12,5 N


= 253 N

4. Besi 2

Fcr = 2,05

EI
L2

690

207
x
103 N / mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2

= 2,05 x 9,86

5796 x 10 N /mm
4761 00 mm2

= 2,05 x 9,86 x 12,2 N


= 247 N
5. Stainless steel 1

Fcr = 2,05

EI
2
L

71 0

200 x 10 3 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2

= 2,05 x 9,86

56 x 105 N /mm2
5041 00 mm2

= 2,05 x 9,86 x 11,11 N


= 225 N
6. Stainless steel 2

Fcr = 2,05

EI
L2

72 0

200 x 10 3 N /mm x 28 mm 4
2,05(3.14)2

= 2,05 x 9,86

56 x 105 N /mm2
5184 00 mm2

= 2,05 x 9,86 x 10,8 N


= 218 N

C. Jepit-Jepit

Fcr = 4

EI
L2

Sehingga kita bisa hitung gaya kritis setiap batang dengan


memakai persamaan rumus diatas.
1. Alumunium 1

Fcr = 4

EI
L2

690

3 N /mm
x 28 mm 4
2 70 x 10
4 (3.14)

= 4 x 9,86

196 x 10 N /mm
476100 mm 2

= 4 x 9,86 x 4,12 N
= 162 N
2. Alumunium 2

Fcr = 4

EI
2
L

70 0

70 x 103 N /mm x 28 mm 4
4 (3.14)2

= 4 x 9,86

196 x 104 N /mm2


4900 00 mm 2

= 4 x 9,86 x 4 N
= 158 N
3. Besi 1

Fcr = 4

EI
L2

68 0

3 N / mm
x 28 mm 4
2 207 x 10
4 (3.14)

= 4 x 9,86

5796 x 10 N /mm
462 400 mm2

= 4 x 9,86 x 12,5 N
= 493 N

4. Besi 2

Fcr = 4

EI
L2

69 0

3 N / mm
207
x
10
x 28 mm 4
4 (3.14)2

= 4 x 9,86

5796 x 103 N /mm 2


2
476100 mm

= 4 x 9,86 x 12,2 N
= 481 N
5. Stainless steel 1

Fcr = 4

EI
2
L

710

200 x 103 N /mm x 28 mm 4


4 (3.14)2

= 4 x 9,86

56 x 105 N /mm2
5041 00 mm2

= 4 x 9,86 x 11,11 N
= 438 N
6. Stainless steel 2

Fcr = 4

EI
L2

720

3 N /mm
x 28 mm 4
2 200 x 10
4 (3.14)

= 4 x 9,86

56 x 105 N /mm2
5184 00 mm2

= 4 x 9,86 x 10,8 N
= 426 N

Anda mungkin juga menyukai