Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
NI PUTU DIANA CAHYANTI
24. 15. 0708
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan dan disetujui Laporan Pendahuluan Tonsilitis pada An. M di Ruang
Instalasi Bedah Sentral RSUD Saras Husada Purworejo, untuk memenuhi tugas
stase keperawatan maternitas di RSPAU Dr. S. Hardjolukito Yogyakarta Program
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.
Mahasiswa,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Widodo S.Kep.,Ns.,MM
Suib S.Kep.,NS.,CWCS
LAPORAN PENDAHULUAN
TONSILITIS
A. DEFENISI
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari
invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun
ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar
daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme
perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 :
940).
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi
(Harnawatiaj , 2006).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006), yaitu sebagai
berikut:
1. Tonsillitis akut
Tonsil akut merupakan radang akut pada tonsil. Disebabkan oleh
streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus
piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi
bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini
terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)
kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat
menyebabkan terjadinya pneumonia.
C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Megantara, Imam 2006, manifestasi klinik dari tonsillitis yaitu Nyeri
tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama). Tanda dan gejala lainnya yaitu:
1. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis :
terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi
satu (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu.
2. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak
melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak-anak.
3. Tonsila biasanya nampak bercak bercak dan kadang diliputi oleh eksudat.
Eksudat ini mungkin keabu abuan atau kekuningan. Eksudat ini dapat
mengumpul dan membentuk membran dan pada kasus dapat terjadi nekrosis
jaringan lokal, nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam, mual dan kelenjar
limfa pada leher membengkak, malaise (perasaan tidak menentu pada tubuh
yang tidak nyaman ).
4. Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)
5. Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga
menjadi malas makan Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
6. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot. Dapat disertai
batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut, pembesaran
kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
7. Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika
disertai pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian
belakang antara tenggorokan dan rongga hidung). Tentu tidak semua keluhan
dan tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan
bersifat individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke
dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan
8. Nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan bersifat kronik, menghebat bila
terjadi serangan akut.
9. Badan lesu, nafsu makan berkurang, sakit kepala.
10. Pada adenoiditis kronik terjadi hidung buntu, tidur mendengkur.
11. Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut tonsil hyperemi
12. Arkus anterior posterior merah
13. Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negative, kadang tertutup
sekret mukopurulen.
Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang
penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang
tua atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri
telan.
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian
atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar
melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar
dan
dapat
menghambat
keluar
masuknya
udara.
Infeksi
juga
dapat
(kriptus) yang akan diisi oleh detritus. Proses ini meluas hingga menembus
kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan akteri gruP A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,
terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui kuman penyebabkan dan obat yang masih sensitive terhadapnya.
3. Pemeriksaan darah lengkap yaitu
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada
anak, apabila ada menandakan anak terkena infeksi.
e) B2 (Blood)
Pada pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah dan nadi,
serta terjadi pula peningkatan suhu karena infeksi pada tonsil sehingga
terjadi pembengkakan tonsil.
f) B3 (brain)
Pada infeksi perlu dikasi tingkat kesadarannya. Di samping itu, di
perlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien
apakah composmentis, somnolen,dll.
g) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan
kecukupan intake cairan, output urine menurun
h) B5 (Bowel)
Mual/muntah (anoreksia)
Nafsu makan memburuk
Tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan karena pembengkakan
tonsil
Penurunan berat badan menetap.
i) B6 (Bone)
Penderita tonsillitis merasa keletihan,
kelemahansecara
umum
tonsil. Kesulitan tidur ini akan menghambat pertumbuhan dan daya tahan
tubuh dari anak.
b) Hygiene Personal
Pasien yang menderita tonsilitis mandi 2x sehari, saat BAB dan BAK
peampres langsung diganti oleh ibu. Terpenuhi karena Hygiene
Personalnya dipenuhi oleh Ibunya dan dengan bantuan perawat
c) Eliminasi
Haluaran urine pada anak yang menderita tonsillitis menurun. Hal itu
disebabkan oleh ketidak mampuan anak untuk menelan air, sehingga anak
tidak mau meminum air akibat rasa sakit yang dirasakan ketika menelan.
Hal itu menyebabkan haluaran urin menjadi menurun.
5. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi nafas
karena adanya benda asing ; produksi secret berlebih
b) Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan
c) Gangguan pengaturan suhu tubuh hipertermi sehubungandengan infeksi
akut oleh mikroorganisme
d) Gangguan kebutuhan istirahat tidur sehubungandengan adanya nyeri pada
daerah tonsil
e) Kecemasan s/d kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit
yang diderita oleh klien.
Post operasi
a) Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi bedah
b) Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko
perdaran akibat tindakan operatic tondilektomi
d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat
invasif pasca operatif.
Intervensi
Pre operasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi
nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil:
Tidak ada penumpukan sekrret
Frekuensi pernapasan dalam batas normal
Tidak ada bunyi nafas tambahan
a. Kajian / pantau frekuensi pernafasan
R/: Takipnea dapat ditemukan pada penerimaan atau selama adanya
proses infeksi akut.
b. Auskutasi bunyi nafas, cabit adanya bunyi nafas
R/: Adanya obstruksi jln nafas dapat / tidak dimanifestasikan adanya
bunyi nafas adventisius.
c. Catat adanya dispnea,
gelisah,
ansiebis
distress
pernafasan,
jalan nafas.
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan
Tujuan: nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
Nafsu makan meningkat
Peningkatan BB
a. Tentukan kalori harian
R/: Dengan mengetahui kalori yang dibutuhkan dapat mengetahui
jumlah diit yang diperlukan.
b. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/: Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
mempercepat penyembuhan luka.
c. Beri dorongan individu untuk makan, khususnya makanan lunak.
R/:.Asupan makanan yang cukup dan adekuat dapat meningkatkan
daya tahan tubuh.
d. Berikan kesenangan, suasana makan yang rileks
R/:.Suasana yang nyaman meningkatkan semangat klien untuk makan.
e. Sajikan makanan porsi kecil tapi sering
R/: Makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi intensitas dalam
menelan.
3. Gangguan pengaturan suhu tubuh hipertermi sehubungandengan infeksi
akut oleh mikroorganisme
Tujuan: gangguan suhu tubuh teratasi
Kriteria hasil:
Suhu tubuh kembali normal
a. Kaji tingkat demam
R/: Dengan mengkaji tingkat demam maka akan diketahui seberapa
berat infeksi yang dialami.
b. Beri kompres hangat pada daerah frontal / dahi
R/: Kompres hangat membantu vasodilatasi pembuluh darah dikepala
sehingga mempercepat penguapan panas.
c. Anjurkan keluarga klien untuk memakaikan pakaian yang tipis pada
klien
R/: Pakaian tipis membantu proses radiasi pada tubuh secara tidak
langsung.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat golongan
antipiretik
R/: Pemberian obat antipiretik bertujuan untuk menurunkan panas.
4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur sehubungandengan adanya nyeri pada
daerah tonsil
Tujuan: istirahat/tidur terpenuhi
Kriteria hasil:
Klien tidak mengelauh sulit tidur
Klien tampak kuat dan segar
a. Atur posisi tidur yang baik untuk klien
R/: posisi tidur yang baik dapat menjamin kenyamanan saat tidur
b. Batasi jam berkunjung bagi tamu
R/: Berikan kesempatan kepada klien untuk beristirahat tanpa merasa
terganggu.
c. Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah
Tujuan: nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
Klien tidak menunjukan ekspresi kesakitan
Klien dapat beristirahat dengan tenang
a. Kaji tingkat nyeri
R/: menentukan intervensi selanjutnya
non verbal
dan respon
automatik
terhadap
menyebabkan
penekanan
pada
vaskuler
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall .2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC
Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC
Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.
Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.
Pracy
R,
dkk.1985. Pelajaran
Ringkasan
Telinga
hidung
Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.
Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
http://www.medicastore.com diakses tanggal 12 Juni 2008.