Referat THT Telinga Beriar Dengan Membran Timpani Utuh
Referat THT Telinga Beriar Dengan Membran Timpani Utuh
TELINGA BERAIR
DENGAN MEMBRAN TIMPANI UTUH
Oleh:
Ervina Wati Harahap
NIM. 0708112064
Pembimbing:
dr. ASMAWATI ADNAN, SpTHT-KL
I.
Definisi
Telinga berair (otore) adalah keluarnya sekret dari liang telinga. Sekret yang
keluar bisa berupa darah, serumen telinga, pus, atau cairan lain dari liang telinga.
Jenis cairan yang keluar bisa serosa, mukoid, ataupun purulen.1
II.
Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau cavum timphani, dan
telinga dalam atau labyrinth. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan
keseimbangan.1
belakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit kira-kira 5
mm dari membrana timphani.3
2. Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrana timphani ke perilympha
telinga dalam. Cavum tymphani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu
panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timphani. Di depan,
ruang ini berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang
dengan antrum mastoideum.3
Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaannya konkaf ke lateral dan pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil,
yaitu umbo, yang tebentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena
cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan kerucut cahaya, yang memancar
ke anterior dan inferior dari umbo. Membrana timphani berbentuk bulat dengan
diameter lebih kurang 1 cm, pinggirnya tebal dan melekat di dalam sulcus
tymphanicus yang di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini
berjalan dua plica yang menuju ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil
pada membrana tymphani yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut
pars flaccida dan bagian lainnya yang tegang disebut pars tensa.3
Ossicula auditus (tulang-tulang pendengaran) adalah malleus, incus, dan
stapes. Malleus adalah tulang pendengaran terbesar yang terdiri atas caput, collum,
processus longum / manubrium, sebuah processus anterior dan lateralis. Incus
mempunyai corpus yang besar dan dua crus yakni crus longum dan breve. Stapes
mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis.3
Tuba auditiva terbentang dari dinding anterior cavum tymphani ke bawah,
depan, dan medial sampai ke nasopharinx. Sepertiga bagian posteriornya adalah
tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba berhubungan dengan
III.
Otitis Eksterna
Otitis eksterna merupakan radang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri tetapi dapat juga disebabkan oleh jamur dan virus. Faktor
yang mempengaruhi radang telinga luar ialah pH di liang telinga, yang biasanya
normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada
keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
Presdisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga.
mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada polisebasea, sehingga
membentuk
dapat
membentuk
furunkel.
Kuman
penyebabnya
biasanya
Gejala dari otitis eksterna ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan
besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung
jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu mulut (sendi
temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga.5
b. Terapi
Terapi tergantung pada keadaan furenkel, bila telah menjadi abses dilakukan
aspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika
dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat
2-5% dalam alkohol).5 Bila dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemuadian
dipasang salir (drain) untuk mengairkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan
antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simptomatik seperti analgetik dan
obat penenang.5
2. Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difues biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman
penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab
ialah Staphylococcus albus, Escherichia colli dan sebagainya.5
a. Gejala
Gejala sama dengan otitis eksterna sirkumskripta, kadang terdapat sekret
yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke luar
dari kavum timpani pada otitis media.5
b. Terapi
Pengobatnya ialah dengan membersihkan liang telinga,memasukkan tampon
yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
telinga luar dan peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang
rawan dan tulang di sekitarnya yang disebabkan organisme Pseudomonas.5
Otitis eksterna maligna lebih sering terjadi pada orang tua dengan penyekit
diabetes.5 Diabetes merupakan faktor resiko utama tetapi tidak ada hubungan yang
jelas dengan berat atau lamanya menderita diabetes dengan otitis eksterna maligna.
Pasien diabetik mempunyai pH serumen yang tinggi dan menurunnya konsentrasi
lisosim yang menghalangi aktivitas antibakteri. Penyakit ini juga pernah dilaporkan
pada pasien dengan imunitas yang rendah, pasien dengan HIV.7
Gejala dapat dimulai dengan rasa gatal diliang telinga yang dengan cepat
diikuti dengan rasa nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakan
liang telinga.5 Rasa nyeri akan semakin hebat dan bila tumbuh jaringan granulasi
yang banyak akan menyebabkan liang telinga akan tertutup. Saraf fasialis dapat
terkena sehingga menimbulkan paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting
adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan oleh infeksi kuman
Pseudomonas aeruginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat,
kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif,
menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.5
Diagnosis otitis eksterna maligna dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi.
Empat gejala yang meninjol adalah otalgia yang menetap lebih dari 1 bulan, otorea
purulen dan menetap dengan adanya jaringan granulasi dalam beberapa minggu,
riwayat diabetes melitus, status imun yang rendah dan usia lanjut dan adanya
gangguan saraf cranial.8
Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium, dapat
ditemukan adanya peningkatan leukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan kultur yang diperoleh dari sekret liang telinga sangat diperlukan untuk
sensitivitas antibiotik.7
Pengobatan harus secepatnya diberikan, sesuai dengan hasil kultur dan
resistensi. Kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa maka
diberikan antibiotic dosis tinggi sesuai dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara
menuggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluo-roquinolone
(ciprofloxacin) dosis tinggi peroral. Pada keadaan yang berat diberikan antibiotic
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotik yang sering
digunakan ciprofloxasin, ticarcilin-clavunalat, piperacilin (dikombinasikan dengan
aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime, tobramicin (dikombinasikan
dengan aminoglikosida), gentamicin (dikombinasikan dengan penicilin).5
V.
Otomikosis
Otomikosis, didefinisikan oleh Perin et al, sebagai infeksi jamur pada telinga.
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembapan yang tinggi di daerah
tersebut. Penyakit ini ditandai dengan inflamasi eksudatif dan pruritus pada liang
telinga. Otomikosis biasanya bersifat unilateral dengan karakteristik inflamasi,
pruritus dan pembentukan sisik pada kanalis auditorius eksterna.9
Agen jamur yang menyebabkan penyakit ini adalah saprofit pada lingkungan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumar A, adalah Aspergillus sp, diikuti oleh
candida sp. Aspergillus Niger adalah organisme yang paling banyak diisolasi (40%79%), diikuti oleh Aspergillus Flavus, Aspergillus Fumigatus, dan Candida Albicans
(2,5%-30%). Beberapa penelitian lainnya juga melaporkan isolasi organisme lainnya
seperti Penicillum sp, Acremonium sp, Fusarium sp dan spesies Candida lainnya
seperti Candida Parasilois, Candida Gullermondi dengan persentase insidensi yang
berbeda.10
Pruritus merupakan gejala utama pada otomikosis. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Tang Ho et al, otalgia dan otore merupakan gejala paling sering yang
timbul sebagai keluhan utama pasien untuk berobat, diikuti oleh penurunan
pendengaran, perasaan penuh pada telinga, dan pruritus. Dari 132 pasien, otalgia
merupakan keluhan utama pada 63 pasien (48%), otore pada 63 pasien, penurunan
pendengaran pada 59 pasien, perasaan penuh pada telinga pada 44 pasien dan pruritus
pada 20 pasien.11
Pemeriksaan biasanya menunjukkan penampakan debris jamur berwarna abuabu keputihan pada kanalis auditorius eksterna yang melekat pada kulit yang
hiperemis dan biasanya edema. Oleh karena itu, sangat sulit untuk membedakan
secara klinis dari otitis eksterna lainnya, terutama pada tipe alergi, dimana terdapat
debris epitel yang terdeskuamasi berwarna keputihan pada kanalis auditorius
eksterna. Dalam banyak keadaan, otomikosis tidak terdiagnosis dan penyakit ini di
tatalaksana dengan menggunakan antibiotika topikal dan kortikosteroid yang dapat
memperburuk keadaan.12
langsung, sediaan tinta india, potasium hidroksida atau calcoflour white mounts
dengan pemeriksaan fluorecent mikroskopi.12
Miringitis Granulomatosa
Miringitis granulomatosa, merupakan kelainan akibat peradangan kronis dari
Dermatitis
10
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), sebagian lain tidak
diketahui etiologinya yang pasti. pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal.
Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula
difus.
penyabarannya
dapat
setempat,
generalisata,
dan
universalis.
pada stdium akut kelainan kulit berupa eriteme, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). stadium subakut, aritema dan adema
berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. sedang pada stadium kronis lesi
tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi, mungkin juga
terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. stadium tersebut tidak terlalu
berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa
kelainan kulit stadium kronis.17
Pengobatan yang tepat didasarkan kausa, yaitu menyingkirkan penyababnya.
tetapi, seperti diketahui penyabab dermatitis multi faktor, kadang juga tidak diketahui
dengan pasti. jadi pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan
/mengurangi keluhan dan gejala dan menekan peradangan.17
11
12