Disusun oleh:
1. Nuri Bisiranawati
211131413
PENDAHULUAN
2. Untuk
mengetahui
pengadopsian
standar
akuntansi
konvergensi
IFRS
2.1.2 Tujuan
Neraca
2.
3.
4.
5.
6.
Basis Pengukuran
Biaya Perolehan
Biaya Kini
Nilai Realisasi dan Penyelesaian
Nilai Sekarang.
China, Kanada dan 27 negara Uni Eropa. Sedikitnya, 85 dari negara-negara tersebut
telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua
perusahaan domestik atau perusahaan yang tercatat (listed). Bagi Perusahaan yang
go international atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia, Russia dan
beberapa negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain menerapkan
IFRS.
Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang
merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya
berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke
IFRS, artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan.
2.1.1.2 Tonggak Sejarah Terkait International Accounting Standard (IAS) atau
International Financial Reporting Standard (IFRS)
Tahun 1966
Sejarah International Accounting Standards (IAS) dimulai pada tahun ini
dengan pengajuan proposal pembentukan kelompok studi yang beranggotakan the
Institute of Chartered Accountants of England & Wales (ICAEW), American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan Canadian Institute of
Chartered Accountants (CICA). Proposal ini pada tahun 1967 disetujui dengan
dibentuknya Accountants
International
Study
Group
(AISG).Tahun
Tahun 1997
Dibentuk
suatu
badan
interpretasi
yang
disebut
dengan
Standing
2003. Sedangkan komite penerbit interpretasi berganti nama dari SIC menjadi
IFRIC (International Financial Reporting Interpretation Committee) pada bulan
Juli dan sejak itu menerbitkan IFRIC interpretation. Pada tahun 2010 komite ini
berganti nama lagi menjadi IFRS Interpretation Committee.
2.2.2 Pengadopsian Standar Akuntansi Konvergensi IFRS (International Financial
Reporting Standards) di Indonesia
2.2.2.1 Konvergensi IFRS di Indonesia
Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan
keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai
standar Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia.
Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini dikarenakan adanya pengaruh
lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-masing negara tersebut. Adanya
tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di setiap
negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi Internasional yang lebih
dikenal dengan IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan
untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.
Konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi
dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian
praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan
dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari Selasa, 23
Desember 2008 dalam rangka Ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan rencana
Indonesia
untuk
convergence
terhadap International
Financial
Reporting
mendalam
dengan mempertimbangkan
seluruh
risiko
dan
manfaat
di
seluruh
dunia. Dengan
telah
dideklarasikannya
program
konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
investasi,
meningkatkan
transparansi
perusahaan,
diterbitkan
oleh International
Financial
Reporting
2.2.2.5 Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar akuntansi
domestik
Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002) adalah: (1)
Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, (2) Harmonisasi dapat
menghemat waktu dan uang, (3) Mempermudah transfer informasi kepada
karyawan serta mempermudah dalam melakukan training pada karyawan, (4)
Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal
internasional, (5) Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan
operasional yang berguna untuk menjalankan bisnis serta mempermudah dalam
pengelolaan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, dan pihak lain.
Pricewaterhouse Coopers (2005) dalam publikasinya Making A change To
IFRS mengatakan: Financial reporting that is not easily understood by global
users is unlikely to bring new business or capital to a company. This is why so
many are either voluntarily changing to IFRS, or being required to by their
governments. Communicating in one language to global stakeholders enhances
confidence in the business and improves finance-raising capabilities. It also allows
multinational groups to apply common accounting across their subsidiaries, which
can improve internal communications, and the quality of management reporting and
group decision-making. At the same time, IFRS can ease acquisitions and
divestments through greater certainty and consistency of accounting interpretation.
In increasingly competitive markets, IFRS allows companies to benchmark
themselves against their peers worldwide, and allows investors and others to
compare the companys performance with competitors globally. Those companies
that do not make themselves comparable (or cant, because national laws stand in
the way) will be at a disadvantage and their ability to attract capital and create value
going forward will be undermined
Dalam publikasi tersebut, Pricewaterhouse Coopers sebagai perusahaan jasa
professional atau kantor akuntan terbesar di dunia saat ini, menyatakan bahwa
laporan keuangan dituntut untuk dapat memberikan informasi yang lebih dapat
dipahami oleh pemakai global, dengan demikian dapat menarik modal ke dalam
perusahaan. Hal inilah yang mendorong atau menuntut perubahan peraturan
akuntansi domestik ke arah IFRS.
Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa
akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam
berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaannya yang berada dalam negara
yang berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan
keputusan. Dengan mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan
konsistensi dalam interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan proses akuisisi dan
divestasi. Dengan mengadopsi IFRS kinerja perusahaan dapat diperbandingkan
dengan pesaing lainnya secara global, apalagi dengan semakin meningkatnya
persaingan global saat ini. Akan menjadi suatu kelemahan bagi suatu perusahaan
jika tidak dapat diperbandingkan secara global, yang berarti kurang mampu dalam
menarik modal dan menghasilkan keuntungan di masa depan.
KESIMPULAN
Penerapan standar akuntansi IFRS ini di anggap sebagai suatu hal yang mendesak
yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang.
Mengingat tujuan penyusunan standar akuntansi tersebut untuk dapat dipergunakan
sebanyak mungkin negara di dunia maka dalam penyusunan standar akuntansi tertentu
saja Badan Standar Akuntansi Internasional mempertimbangkan kondisi sebagian besar
negara sehingga sesuai dengan kebutuhan negara yang menggunakan standar tersebut
termasuk juga bagi negara Indonesia. Jadi, beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan
mengganti angka-angka dilaporan keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan
cara semua elemen didalam perusahaan.