Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pemeriksaan forensik terdapat dua tujuan pembuktian keracunan atau
intoksikasi. Yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian dan yang
kedua untuk mengetahui seberapa jauh racun atau keracunan mempengaruhi
terjadinya suatu peristiwa semisal kecelakaan lalu lintas, pembunuhan dan
perkosaan. Pendekatan yang dilakukan pada kedua tujuan ini berbeda. Untuk
tujuan pertama perlu dibuktikan adanya racun dalam jumlah yang mematikan
tidak demikian halnya dengan tujuan yang kedua. Tujuan kedua lebih
mementingkan rekonstruksi kasus dan pembuktian bahwa racun memang
berperan dalam peristiwa tersebut1.
Racun adalah suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan secara
faali, yang dalam dosis toksis, selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh yang
dapat berakhir dengan penyakit atau kematian. Racun dapat masuk ke dalam
tubuh melalui udara yang dihirup pada saat bernafas(inhalasi), ditelan (peroral),
melalui penyuntikan (parenteral atau injeksi), penyerapan melalui kulit yang sehat
atau sakit, atau dapat pula melalui anus atau vagina2.
Sianida dalah zat beracun yang sangat mematikan yang telah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu. Sianida banyak digunakan pada saat perang dunia
pertama. Efek dari sianida sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam
jangka waktu beberapa menit1.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan pada pada setiap
produk yang biasa kita makan dan digunakan. Sianida diproduksi oleh bakteri
,jamur, dan ganggang. Sianida ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor,
dan makanan seperti bayam, bambo, kacang, tapioka, dan singkong. Sianida
banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti
natrium, kalium atau kalsium sianida3

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami dan mampu
mendeskripsikan penyebab kematian dan untuk mengetahui seberapa jauh racun atau
keracunan mempengaruhi terjadinya suatu peristiwa semisal kecelakaan lalu lintas,
pembunuhan dan perkosaan.
1.3 Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat memahami dan mampu mendeskripsikan penyebab kematian dan
untuk mengetahui seberapa jauh racun atau keracunan mempengaruhi
terjadinya suatu peristiwa semisal kecelakaan lalu lintas, pembunuhan,
dan perkosaan
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
keracunan sianida

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Bentuk, Cara Masuk dan Dosis Letal Sianida

2.2.1 Bentuk Sianida4


1. Hidrogen Sianida (HCN) adalah cairan atau gas yang tidak berwarna atau
biru pucat dengan bau seperti almond. Nama lainnya adalah asam
hidrosianik dan asam prussik. HCN dipakai sebagai stabilizer untuk
mencegah pembusukan .
2. Sodium Sianida adalah bubuk kristal putih dengan bau seperti almond.
Nama lainnya adalah asam hidrosianik,sodium. Bentuk cair dari bahan ini
sangat alkalis dan cepat berubah menjadi hidrogen sianida jika kontak
dengan asam atau garam dari asam.
3. Potasium Sianida (KCN) adalah bahan padat berwarna putih dengan bau
sianida yang khas. Nama lainnya adalah asam hidrosianik, garam
potasium. Bentuk cair dari bahan ini sangat alkalis dan cepat berubah
menjadi hidrogen sianida jika kontak dengan asam atau garam dari asam.
4. Kalsium Sianida (Ca(CN)2) dikenal juga dengan nama calsid atau calsyan
adalah bahan padat kristal berwarna putih. Dalam bentuk cairnya secara
bertahap membentuk hidrogen sianida. Keempat bahan diatas membentuk
ikatan yang kuat dengan metal.
5. Sianogen adalah gas beracun yang tidak berwarna dengan bau seperti
almond. Nama lainnya adalah karbon nitril, disianogen, etane dinitril, dan
asam oksalat dinitril. Bahan ini secara perlahan terhidrolisis pada bentuk
cair menjadi asam oksalat dan amonia.
6. Sianogen Klorida adalah gas tidak berwarna. Nama lainya adalah klorin
sianida (nama dagang Caswell no. 267). Bahan ini melepaskan hidrogen
sianida saat terhidrolisis.
7. Glikosida Sianogenik diproduksi secara natural oleh berbagai jenis
tumbuhan. Saat terhidrolisis membentuk hidrogen sianida.
2.2.2 Cara Masuk Sianida5
Terdapat beberapa cara masuknya sianida ke dalam tubuh yaitu,

1. Inhalasi. Pada pembakaran yang tidak sempurna dari produk sintetis yang
mengandung carbn dan nitrogen seperti plastik, hidrogen sianida dilepas
ke udara . Zat ini sangat mudah terdispersi dalam udara dan
mengakibatkan munculnya gejala dalam hitungan detik hingga menit.
2. Kontak langsung hidrogen sianida dalam bentuk cair pada kulit dapat
menimbulkan iritasi. Efek yang muncul tergantung dari kemampuan
penetrasi epidermal sianida, kelarutannya dalam lemak, kelembapan kulit,
luas dan lama area kontak, serta konsentrasi cairan yang mengenai korban
Gejala muncul segera setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60
menit
3. Tertelan bentuk garam sianida sangat fatal. Karena sianida sangat mudah
terserap masuk ke dalam saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan atau
merangsang korban untuk muntah, karena sianida sangat cepat berdifusi
ke jaringan. Gejala muncul paling lambat pada rute ini. Berat ringanya
gejala sangat tergantung dari jumlah zat yang masuk dan kemampuan
detoksifikasi tubuh .
Setelah terabsorpsi, inhalasi dan percutaneus sianida secara cepat akan
terdistribusi di sirkulasi. Sementara peroral sodium dan potasium sianida
akan melewati detoksifikasi hati terlebih dahulu. Distribusi sianida sangat
cepat dan merata di seluruh jaringan akan tetapi pada beberapa tempat
konsentrasinya tinggi seperti pada hati, paru, darah, otak. Pada orang yang
meninggal karena inhalasi sianida, kadar sianida dalam jaringan paru, darah,
otak masing-masing 0,75; 0,41; 0,32mg/100g. Dalam darah sianida akan
terkonsentrasi pada sel darah merah dan sedikit di plasma maka dari itu
konsentrasi sianida plasma menggambarkan konsentrasi sianida jaringan.
2.2.3 Dosis letal
Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam tergantung dari
bentuk dan cara masuknya ke dalam tubuh. Takaran toksik peroral untuk HCN

adalah 60-90 mg sementara untuk KCN atau NaCN adalah 200 mg. Pada
inhalasi sianida dari udara, gas sianida dalam menimbulkan efek tergantung
dari konsentrasi dan lamanya paparan. Pada kadar 20 ppm gejala keracunan
sianida sangat ringan dan muncul setelah beberapa jam. Kadar sianida 100
ppm sangat berbahaya karena akan menimbulkan gejala dalam 1 jam. Bahkan
kadar sianida antara 200 hingga 400 ppm dikatakan mampu membuat
seseorang meninggal dalam waktu 30 menit2.
Dosis letal dari beberapa bentuk sianida adalah sebagai berikut:
Asam hidrosianik sekitar 2,5005,000 mgmin/m3
Sianogen klorida sekitar 11,000 mgmin/m3.
Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg.
Pada beberapa orang terdapat suatu mekanisme unik yang menyebabkan
paparan dosis lethal tidak menimbulkan kematian. Kondisi ini dikenal dengan nama
imunitas rasputin. Daya toleransi yang tinggi pada orang ini disebabkan oleh karena
daya detoksifikasinya yang berlebihan. Hal ini di dapat dicapai dengan mengubah CN
menjadi sianat dan sulfosianat atau tidak terurainya garam CN yang tertelan menjadi
HCN karena pH lambung yang basa. Teori lain yang dikemukakan adalah berubahnya
bentuk sianida menjadi garam karbonat dalam penyimpanan sehingga menjadi tidak
toksik2.
2.4. Pemeriksaan Kedokteran Forensik3
----Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan, yang
sejak semula sudah dicurigai kematian akibat keracunan dan kasus yang sampai saat
sebelum di autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan
keracunan.

----Harus dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracuan bila pada pemeriksaan


setempat (scene investigation) terdapat kecurigaan akan keracunan, bila pada autopsi
ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu,
misalnya lebam mayat yang tidak biasa, luka bekas suntikan sepanjang vena dan
keluarnya buih dari mulut dan hidung serta bila pada autopsi tidak ditemukan
penyebab kematian.
----Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan penting, yaitu3 :
1. Pemeriksaan di tempat kejadian.
Perlu dilakukan untuk membantu penentuan penyebab kematian dan
menentukan cara kematian. Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin
tentang saat kematian. Mengumpulkan barang bukti.
2. Pemeriksaan luar
Bau. Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang
kiranya ditelan oleh korban. Segera setelah pemeriksa berada di
samping mayat ia harus menekan dada mayat untuk menentukan
apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari lubang-lubang

hidung dan mulut.


Segera. Pemeriksa harus segera berada di samping mayat dan harus
menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang

tidak biasa keluar dari lubang hidung dan mulut.


Pakaian. Pada pakaian dapat ditemukan bercak-barcak yang
disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan.
Misalnya bercak berwarna coklat asam sulfat atau kuning karena asam

nitrat.
Lebam mayat. Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai
makna, karena warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi

warna darah yang tampak pada kulit.


Perubahan warna kulit. Pada hiperpigmentasi atau melanosis dan
keratosis pada telapak tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik.

Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan akibat keracunan perak (Ag)


kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit
akan berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat
hemolisis juga pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen

karena terjadi gangguan fungsi hati.


Kuku. Keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal
yang tidak teratur. Pada keracunan Talium kronik ditemukan kelainan

trofik pada kuku.


Rambut. Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada keracunan

talium, arsen, ari raksa dan boraks.


Sklera. Tampak ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik
seperti fosfor, karbon tetraklorida. Perdarahan pada pemakaian
dicoumarol atau akibat bias ular.

3. Pemeriksaan Dalam
Sebelum pemeriksaan dalam dilakukan sangat penting diketahui bahwa
pemeriksaan dalam (autopsi) korban dengan keracunan sianida cukup beresiko karena
pemeriksa akan terpapar sianida dalam waktu yang cukup lama5.
Kematian oleh karena sianida disebabkan oleh karena histotoksik hipoksia
maka tanda-tanda asfiksia dapat dilihat pada pemeriksaan dalam seperti adanya
kongesti organ-organ dalam akibat perbendungan sistemik. Organ dalam terlihat
membesar dan jaringan di dalam mungkin juga menjadi berwarna merah muda terang
disebabkan karena oksi-hemoglobin yang tidak dapat digunakan oleh jaringan - yang
mungkin lebih umum terjadi dari pada karena sianmethemoglobin. Selain itu terjadi
kongesti pada paru-paru dan dilatasi jantung kanan5

Striae pada lambung dapat mengalami kerusakan hebat dan terlihat menutupi
permukaan, selain itu terdapat resapan darah pada lekukan mukosa. Ini terutama
disebabkan kekuatan alkali yang kuat dari hidrolisa garam-garam natrium dan kalium
sianida. Pada kasus keracunan berat, lambung akan ditandai dengan striae berwarna
merah gelap. Lambung dapat berisi darah maupun rembesan darah akibat erosi
maupun pendarahan di dindingnya. Jika sianida berada dalam larutan encer,
kerusakan yang terjadi lebih minimal. Apabila racun masuk secara oral maka
kekuatan alkali dari sianida akan mengiritasi saluran cerna. Esofagus dapat
mengalami kerusakan, terutama pada bagian mukosa pada sepertiga distal, terutama
saat post mortem dimana terjadi regurgitasi isi perut karena relaksasi dari sphincter.
Organ lain tidak menunjukkan perubahan yang spesifik dan diagnosis dibuat
berdasarkan bau dan warna kemerahan pada jaringan dalam tubuh4
2.5.

Pemeriksaan Toksikologi Kasus Keracunan Sianida


Jumlah sianida yang ditemukan dalam pemeriksaan tergantung jumlah sianida

yang masuk dalam tubuh dan waktu antara masuknya sianida dengan kematiannya.
Yang mana akhir-akhir ini biasanya diukur dalam menit, atau pada kasus dengan
dosis rendah dan sempat diterapi, korban dapat bertahan hidup dalam jam bahkan
hari. Sianida yang ditemukan dalam jumlah cukup adalah bukti bahwa sianida telah
masuk dalam tubuh yang mana hal itu sendiri tidak normal dan dikonfermasi sebagai
barang bukti dari terjadinya keracunan. Akan tetapi, Karhunen et al telah melaporkan
kasus dimana seorang tersangka pembunuhan terbakar dan pada post mortemnya
menunjukkan tingkat sianida dalam darah 10 mg/l, yang diperkirakan sesuai dengan
difusi pasif dari sianida melalui seluruh cavitas tubuh yang terbuka saat terjadinya
kebakaran. Maka dari itu sangat penting untuk mengidentifikasi sumber pasti sianida
pada kasus- kasus keracunan dan rute masuknya zat ke dalam tubuh sehingga dapat
diketahui penyebab kematiannya4.
Beberapa spesimen yang dapat diambil untuk pemeriksaan laboratorium adalah

1. Lambung (isi dan jaringannya). Material ini berguna untuk mengetahui


keracunan sianida peroral atau pada kasus mati mendadak dimana terdapat
sejumlah besar obat-obat yang tidak terabsorpsi pada lambung. Pada kasuskasus overdosis obat maka lambung harus diambil seluruhnya. Jika terdapat
tablet atau capsul pada lambung maka harus ditempatkan di kontainer terpisah
dan dikirim bersama specimen lambung.
2. Hati. Specimen ini berguna untuk kasus keracunan yang kompleks. Biasanya
diambil 100 gram pada dari lobus kanan karena tidak terkontaminasi dengan
empedu.
3. Darah. Dianjurkan untuk mengambil spesimen darah dari berbagai pembuluh
darah perifer. Khasnya, tingkat sianida darah dalam 1 serial kasus yang fatal
antara 1-53 mg/l, dengan rata-rata 12 mg/l. Kadar sianida normal dalam darah
sebesar 0,016-0,014mg/L. Selain pemeriksaan kadar sianida dapat juga
dilakukan pemeriksaan pH darah yang akan menjadi lebih asam karena
peningkatan asam laktat.
4. Otak. Pada kasus-kasus dimana sumber sianida tidak diketahui, dianjurkan
untuk mengambil sampel otak kurang lebih 20 gram dari bagian dalam untuk
mengkorfirmasi keberadaan sianida.
5. Paru-paru. Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen
sianida, paru-parunya harus dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang
terbuat dari nilon (bukan polivinil klorida).
6. Limpa merupakan jaringan dengan konsentrasi sianida yang paling tinggi,
diperkirakan karena limpa banyak mengandung sel darah merah, dalam 1
serial seperti diatas, tingkat sianida limpa berkisar antara 0,5-398 mg/l,
dengan rata-rata 44 mg/l. Dalam serial lain, tingkat sianida darah rata-rata 37
mg/l.
7. Urine. Ekskresi sianida pada urine dalam beberapa bentuk salah satunya
adalah tiosianat (Specimens, 2007). Pada orang yang tidak merokok

konsentrasi tiosianat berkisar antara 1-4mg/L sementara pada perokok


konsentrasinya hingga 3-12mg/L6.
Penting untuk membawa sampel ke laboratorium sesegera mungkin (dalam beberapa
hari) untuk menghindari struktur sianida yang tidak seperti aslinya lagi dalam sampel
darah yang telah disimpan. Hal ini biasanya dapat terjadi akibat suhu ruangannya,
sehingga jika ada penundaan, sampel darah dan jaringan sebaiknya disimpan pada
suhu 4 derajat celcius dan harus dianalisa sesegera mungkin.

2.6.

Aspek Medikolegal
Kata Racun pada hukum mempunyai definisi yang tidak jelas akan tetapi

dewasa ini definisi yang sering digunakan adalah racun merupakan suatu zat yang
bekerja pada tubuh secara kimiawi maupun faali yang dalam dosis toksik selalu
menyebabkan gangguan fungsi tubuh, hal mana dapat berakhir dengan penyakit
bahkan kematian. Keterlibatan racun dalam suatu peristiwa secara spesifik harus
dibuktikan keberadaan racun tersebut dalam tubuh dan efeknya pada tubuh Untuk itu
diperlukan seorang ahli yang dapat mengidentifikasi jenis racun dan perkiraan cara
masuknya ke dalam tubuh. Pada KUHAP pasal 131 diatur bahwa dalam hal
penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya6.

a. Keracunan
Keracunan sianida dapat terjadi karena kecelakaan misalnya pada
kasus orang tidak sengaja makan makanan yang mengandung sianida
tinggi (cyanide glicoside) atau terpapar sianida kerena pekerjaannya. Yang
kedua

ini

lebih

sering

terjadi

pada

pusat-pusat

industri

yang

mempergunakan sianida sebagai salah satu bahannya. Sianida dapat pula


dipakai sebagai sarana bunuh diri (meracuni diri sendiri). Dalam hal
peristiwa bunuh diri ini melibatkan orang lain maka orang tersebut dapat
dikenai sanksi hukum sesuai dengan pasal 345 yang menyatakan bahwa
barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang
itu jadi bunuh diri7.

b. Peracunan
Racun juga dapat dipakai sebagai alat untuk membunuh (meracuni
orang lain). Pada kondisi-kondisi dimana terdapat unsur pidana, unsur
kesengajaan haruslah dibuktikan terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan
pasal 340 yang menegaskan bahwa barangsiapa dengan sengaja dan
dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun. Dalam hal peristiwa keracunan ini melibatkan orang banyak dan
sumber racun terdapat pada sarana umum maka haruslah dibuktikan unsur
kesengajaannya sehingga pasal 202 bisa diterapkan (barang siapa
memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur pompa, sumber atau ke
dalam perlengkapan (inrichting) air minum untuk umum atau untuk
dipakai oleh, atau bersama-sama dengan orang lain, padahal diketahui

bahwa karenanya air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang,
diancam dengan pidana paling lama 15 tahun)7.

BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan forensik pada kasus keracunan bertujuan untuk mencari


penyebab kematian dan untuk mengetahui seberapa jauh racun mempengaruhi
terjadinya suatu kejadian. Terdapat berbagai jenis racun yang masuk ketubuh melalui
berbgai macam cara dan memberikan efek yang bervariasi pada masing-masing
orang. Toksikologi adalah salah satu cabang ilmu forensik yang mempelajari sumber,
sifat dan khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan serta kelainan
yang didapatkan pada korban meninggal.
Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari dosis sianida,
banyaknya paparan, jenis paparan, dan bentuk dari sianida. Tanda awal dari

keracunan sianida adalah hiperpnea, nyeri kepala, dispnea, kecemasan, gelisah,


berkeringat banyak, warna kulit kemerahan atau cherry red, tubuh terasa lemah dan
vertigo. Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan
dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan,
gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang
keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak
mempunyai riwayat terpapar sianida. Takaran toksik peroral untuk HCN adalah 60-90
mg sementara untuk KCN atau NaCN adalah 200 mg. Pada inhalasi sianida dalam
menimbulkan efek dalam 1jam pada konsentrasi 100 ppm. Prinsip pertama dari terapi
keracunan sianida adalah mengeliminasi sumber-sumber yang terus-menerus
mengeluarkan racun sianida. Tindakan kedua adalah segera cari udara segar. Segera
berikan antidote seperti sodium nitrit, dicobalt edetate, dimetil aminofenol,
hydroxicobalamin.
Pemeriksaan dalam (autopsi) korban dengan keracunan sianida cukup
beresiko karena pemeriksa akan menghirup sianida dalam waktu yang cukup lama.
Tanda-tanda asfiksia dapat dilihat pada korban ini seperti sianosis pada bibir dan
ujung jari-jari, kongesti organ dalam dan dilatasi jantung kanan. Beberapa tanda yang
dapat dilihat adalah lebam mayat berwarna merah bata, muntahan hitam disekitar
bibir, bau sianida seperti bau almond, jaringan pada organ dalam mungkin juga
menjadi berwarna merah muda terang, striae lambung berwarna merah gelap,
oesuphagus sepertiga distal mengalami kerusakan. Adanya sianida dapat secara
objektif dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium. Sampel dapat diambil dari
lambung baik isi maupun jaringannya, jaringan hati, darah, otak, paru-paru, limpa,
urine.
Pada kasus keracunan pembuktian adanya racun dan peranan racun dalam
kejadian tersebut sangat diperlukan. Untuk itu pasal 131 KUHP mengatur tentang
kesaksian ahli dari ahli racun dalam hal ini adalah dokter forensik. Selain itu jika
terdapat unsur kesengajaan maka pelaku dapat dijerat dengan pasal 340 KUHP dan

pasal 202 KUHP jika peeristiwa keracuan terjadi pada sarana-sarana umum dan
melibatkan orang banyak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Munim Idries.

Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.

Jakarta:

Binarupa Aksara, 1997.


2. Budiyanto Arif dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta : 1997
4. Fenton,jj.Toxicology A Case-oriented approach. Florid: CRC PRESS; 2002.
hal.271-75.
5. Gerbending JL. Toxicological Profile For Cyanide. U.S.Departementn of
Health and human Services, Public Health service Agency for Toxic
Substances and disease Registry.2006. hal 72-98
6. Moriya f,Hashimoto Y.Potential for Error when assessing blood Cyanide
Concentrations in fire Victims.ASTM international.2001.

Anda mungkin juga menyukai