proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien.
Arti sarana seringkali disamakan dengan kata fasilitas. Lebih luas fasilitas diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu
usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas
dapat disamakan dengan sarana.6
Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat
dikelompokkan menjadi: (1) sarana pendidikan; dan (2) Prasarana pendidikan. Jadi,
makna atau definisi manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat disamakan
dengan makna manajemen perlengkapan sekolah.
Secara sederhana, manajemen perlengkapan sekolah dapat didefinisikan
sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara
efektif dan efisien.7 Berdasarkan definisi sederhana tersebut maka pada hakikatnya
manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu merupakan proses
pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Sedangkan definisi lain diungkapkan oleh Ary H Gunawan, beliau mengatakan
bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh
serta pembinaan secara continue terhadap benda-benda pendidikan, agar senantiasa
siap pakai (ready for use) dalam proses belajar mengajar sehingga PBM semakin
efektif dan efesien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.8
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa administrasi sarana sering juga disebut
administrasi materiil, atau administrasi peralatan, adalah segenap proses penataan yang
bersangkut paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana
pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.9
2. Macam-Macam Sarana dan Prasarana Pendidikan
Dalam
hubungannya
dengan
sarana
pendidikan,
Nawawi
(1987)
Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan,
yaitu:
a. Sarana pendidikan yang habis dipakai.
Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang
apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai
contohnya adalah kapur tulis yang biasanya digunakan guru dan siswa dalam
pembelajaran, besi, kayu, dan kertas karton yang seringkali digunakan oleh
guru dalam mengajar materi pelajaran keterampilan. Semua contoh tersebut
merupakan sarana pendidikan yang apabila dipakai satu kali pakai atau
beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah sifatnya.
b. Sarana pendidikan yang tahan lama.
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang
dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa
contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe dan beberapa
peralatan olah raga.
2. Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan.
a. Sarana pendidikan yang bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa
digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Lemari
arsip sekolah misalnya, merupakan sarana pendidikan yang bisa dipindahkan
kemana-mana bila diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana
pendidikan yang bisa digunakan atau dipindahkan kemana saja.
b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan
yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan. Misalnya saja suatu
sekolah yang sudah memiliki saluran dari PDAM. Semua peralatan yang
berkaitan dengan itu, seperti pipanya, relative tidak mudah untuk dipindahkan
ke tempat-tempat tertentu.
3. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana
pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung dignakan dalam
proses belajar mengajar, contohnya kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan
lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang
tidak secara langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari
arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang tidak secara langsung
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua
macam.
a. Prasarana yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti
ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan dan ruang
laboratorium.
b. Prasarana yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi
secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Contohnya
adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil,
ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah dan tempat
parker kendaraan.10
Suharsimi mengungkapkan, fasilitas atau sarana secara garis besar dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu:
a. Fasilitas Fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan,
yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha.
Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materiil. Contoh: kendaraan, alat tulis menulis,
alat komunikasi, penampil dan sebagainya. Di dalam kegiatan pendidikan yang
tergolong dalam fasilitas fisik atau fasilitas materiil antara lain: perabot ruang
kelas, peralatan kantor tata usaha, perabot dan peralatan laboratorium,
perlengkapan perpustakaan, perlengkapan ruang praktik, dan sebagainya.
b. Fasilitas Uang, yakni segala sesuatu yang dapat mempermudah suatu kegiatan
sebagai akibat bekerjanya nilai uang.
Kalau akan diperluas lagi sebenarnya masih bisa. Pemberian pinjaman
kendaraan, kesempatan menggunakan waktu untuk berekreasi itupun fasilitas tetapi
tidak nyata sebagai benda yang dimiliki oleh sekolah. Yang disebutkan belakangan
juga memudahkan proses atau kegiatan pencapaian tujuan.
Ada tiga pengertian yang biasanya dicampuradukkan, yaitu: alat pelajaran, alat
peraga dan media pendidikan. Alat pelajaran adalah semua benda yang dapat
dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses belajar mengajar.
Buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis menulis, seperti kapur, penghapus dan papan
tulis maupn alat-alat praktek, semanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran.
Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu
pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang
10 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.2
tingkatannya paling kongkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah
pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid. Dengan pengertian ini
maka alat pelajaran dapat termasuk ke dalam lingkup alat peraga, tetapi belum tentu
semua alat peraga merupakan alat pelajaran.
Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari alat peraga. Media
pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam
proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi, tetapi
dapat pula sebagai pengganti peran guru. Media dapat dibedakan menjadi; media
audio, media visual dan media audio visual.11
Hal senada diungkapkan oleh Ary H Gunawan, beliau menyatakan bahwa
fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari:
1. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak
langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan), contoh: tanah, halaman, pagar,
tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon, serta
perabot/mebiler.
Sedangkan
sarana
pendidikan
berfungsi
langsung
(kehadirannya
sangat
menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, atau alat peraga, alat praktek
dan media pendidikan.
2. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi:
Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu sebagai sesuatu yang berwujud benda
mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau
melancarkan suatu usaha. Seperti; kendaraan, mesin tulis, computer, perabot,
media dan lain-lain.
Fasilitas non fisik yakni sesuatu yang bukan benda mati atau tidak dapat
dibendakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan sesuatu usaha seperti,
manusia, jasa dan uang.
3. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi:
Barang bergerak atau barang berpindah atau dipindahkan, dikelompokkan menjadi
(a) barang habis pakai, contonya: kapur tulis, tinta, kertas, spidol, penghapus dan
lain-lain. (b) barang tak habis pakai, contohnya mesin tulis, komputer, kendaraan,
perabot dan sebagainya.
Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau
tidak bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan atau gedung, sumur, menara air
dan lain sebagainya.12
3. Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah
memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan
dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara
rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini,
melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan diharapkan semua
perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang
berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien.
c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua
personel sekolah.13
4. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Agar tujuan-tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan, sebagaimana
diuraikan di atas bisa tercapai, menurut Ali Imron, dkk. dalam Nur Masriyah, ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:
a. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan didayagunakan oleh personel
sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses belajar mengajar.
b. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
hars dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana
dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Dan pemakaiannya
pun harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.
c. Prinsip Administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
sekola harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi dan
petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang berwenang.
d. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepada personel sekolah yang mampu
bertanggungjawab.
Apabila
melibatkan
banyak
personel
sekolah
dalam
manajemennya maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggungjawab yang jelas
untuk setiap personel sekolah.
e. Prinsip Kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah iu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak.14
5. Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Seperti kita ketahui bersama, bahwa sarana dan prasarana merpakan penunjang
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk merealisasikan pendidikan
yang merupakan uaaha sadar dan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan
kemampuan siswa, maka sekolah hendaknya membina potensi lahir dan batin secara
maksimal. Dengan demikian sekolah merupakan salah satu tempat untuk mewujudkan
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sesuai tujuan pendidikan dalam GBHN.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka sekolah perlu meningkatkan
mutu pendidikan, melalui pengembangan program pendidikan dan pengajaran dengan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar siswa. Untuk melaksanakan hal
tersebut, maka pengelolaan sarana dan prasarana perlu dikelola dengan sebaik-baiknya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah masalah pemeliharaan dan pengawasan tentang
sarana dan prasarana tersebut. Bilamana hal-hal di atas dilakukan dengan baik, maka
sarana dan prasarana dapat dipakai dan digunakan dengan perasaan yang
menyenangkan oleh para pemakainya.
Tujuan pemeliharaan agar kekayaan yang besar nilainya itu memperoleh
pengamanan yang baik. Pengamanan itu hendaknya secara menyeluruh, yaitu
pengamanan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan penghapusan.15
Ibrahim Bafadal menyatakan bahwa kegiatan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan itu meliputi: pengadaan, pendistribusian, pemakaian dan pemeliharaan,
inventarisasi dan penghapusan. Kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Proses Manajemen Sarana dan Prasarana
1. Pengadaan
Analisis kebutuhan
Analisis anggaran
Seleksi
Keputusan
pemerolehan
2.
Pendistribusian
Pengalokasian
Pengiriman
5. Penghapusan
3. Penggunaan
dan
pemeliharaan
4.
Inventarisasi
(sembrono)
(planning/programming)
tentu
diawali
yang
matang
dengan
dan
baik
suatu
perencanaan
dilaksanakan
demi
atau
menguatkan
10
11
penyimpanan
kepada
unit-unit
atau
orang-orang
yang
membutuhkan barang itu. Dalam rangka itu, ada tiga langkah yang sebaiknya
ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan atau penyaluran, yaitu: (1)
penyusunan alokasi barang; (2) pengiriman barang; (3) penyerahan barang.19
Daryanto menyatakan, ada beberapa prinsip administrasi penyimpanan
peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah:
a. Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas
dari faktor-faktor perusak, seperti: panas, lembab, lapuk dan serangga.
b. Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat.
c. Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.
d. Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa
persediaan lama harus lebih dulu digunakan.
e. Harus diadakan inventarisasi secara berkala.
f. Tanggungjawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus
dirumuskan secara terperinci dan difahami dengan jelas oleh semua pihak
yang berkepentingan.
Pendistribusian peralatan dan perlengkapan pengajaran ini harus berada
dalam tanggung jawab salah seorang anggota staf yang ditunjuk. Karena
pelaksanaan tanggungjawab ini hanya bersifat ketatausahaan maka kurang tepat
jika kepala atau guru sendiri yang langsung melaksanakannya yang paling tepat
adalah pegawai tata usaha. Kebijaksanaan pendistribusian ini hendaklah ditekankan
kepada efisien dan fleksibilitas, maksudnya bila diperlukan sewaktu-waktu segera
dapat disediakan.20
18 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm. 32
19 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm. 38
20 Daryanto. Administrasi pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 52
12
13
sekali (seperti mesin tulis) atau jam pakai tertentu (mesin statis). Pemeliharaan
tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pemegangnya/penanggungjawabnya, atau
memanggil tukang/ahli servis untuk melakukannya, atau membawanya ke bengkel
servis.
Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya dilakukan
terhadap barang habis pakai dan barang tak habis pakai, seperti pemeliharaan
terhadap kertas, kapur dan sebagainya dengan penyimpanan yang baik (aman, tidak
lembab, bebas hama dan sebagainya), sebelum barang tersebut dipakai atau dalam
penyimpanan. Terhadap barang tak habis pakai seperti mesin tlis, kendaraan dan
sebagainya dilakukan servis bila keadaan pemakaiannya ternyata sudah kurang
enak atau kurang lancar, secara rutin berkala. Pemeliharaan terhadap tanah dan
gedung, dilakukan pembersihan, pengecatan, menyapu, mengepel dan lain
sebagainya.
Pada prinsipnya kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana dan
prasarana itu senantiasa siap pakai dalam proses/kegiatan belajar mengajar.
Aktifitas, kreatifitas serta rasa tanggung jawab dan rasa handar beni adalah kunci
dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan demi optimalisasi daya pakai dan daya
guna setiap barang kita.23
4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Sekolah
Salah satu aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah
adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah. Lazimnya,
kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi
perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Secata definitive, inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan
daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan
ketentan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku.
Menurut keputusan Menteri Keuangan RI Nomor kep. 225/MK/V/4/1971
barang milik Negara adalah berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan
dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau sebagainya, dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barangnya
di bawah penguasaan pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah otonom,
baik yang berada di dalam maupun luar negeri.
Ada beberapa landasan hukum yang mendasari kegiatan inventarisasi
perlengkapan sekolah, yaitu:
23 Ary H. Gunawan, op.cit., hlm. 146
14
15
Inventaris
Bukan inventaris
16
17
18
4.
Melaksanakan
menghibahkan
penyingkiran
kepada
dengan
badan/orang
cara-cara
lain
mengadakan
atau
membakar.
lelangan,
Proses
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat dimpulkan bahwa:
1. Manajemen sarana dan prasarana adalah segenap proses penataan yang bersangkutan
dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai
tujuan yang telah ditetapkan secar efektif.
2. Tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara
professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya
proses pendidikan secara efektif dan efisien.
3. Prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah yaitu: Prinsip pencapaian tujuan, Prinsip efisiensi, Prinsip Administratif, Prinsip
kejelasan tanggung jawab, Prinsip Kekohesifan.
4. Ruang lingkup Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi prasarana
dibedakan menjadi dua yakni bangunan dan prasarana umum.
5. Dalam pelaksanaan proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan itu meliputi:
pengadaan, pendistribusian, pemakaian dan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan.
20