Anda di halaman 1dari 2

OBAT WAJIB APOTEK (OWA)

Pengertian OWA
OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) kepada pasien tanpa resep dokter.
Tujuan Owa
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat masyarakat, maka obat-obat
yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang obat yang diperlukan bagi kebanyakan
penyakit yang diderita pasien, antara lain: obat antiinflamasi (asam mafenamat), obat alergi
kulit (salep hidrokotison), infeksi mata dan kulit (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik
(CTM), obat KB hormonal.
Obat yang tergolong OWA
Obat yang tergolong dalam obat wajib apotik antara lain:
Kontrasepsi
Obat saluran cerna: obat maag, obat mules, obat mual dan kembung, obat radang usus,
juga obat cacing
Obat batuk dan asma dalam bentuk tablet maupun obat hirup
Obat kulit untuk infeksi kuman, jamur, eksim
Obat-obat antialergi.
Persyaratan dalam penyerahan OWA
persyaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA:
1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat,
umur) serta penyakit yang diderita.
2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada
pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya
boleh diberikan 1 tube.
3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontraindikasi,
cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta
tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Kriteria OWA
kriteria obat yang dapat diserahkan:
- Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun
dan orang tua diatas 65 tahun
- Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit
- Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
- Obat memiliki rasio khasiat keamanan

- Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
Kesehatan.
Peran Apoteker dalam pelaksanaan OWA
Peran dan kewajiban apoteker dalam pelaksanaan OWA :
- Memenuhi batasan dan ketentuan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalan OWA
yang bersangkutan
- Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
- Memberikan informasi meliputi dosis, aturan pakai, efek samping, dll yang diperlukan oleh
pasien.

Peraturan Kemenkes tentang OWA


Peraturan tentang OWA di Indonesia terdiri dari:
KepMenKes No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek (OWA) No.1, berisi daftar obat
yang dapat diserahkan tanpa resep oleh apoteker di apotek, mencakup oral kontrasepsi, obat
saluran cerna (antasida, anti-spasmodik, anti-spasmodik analgetik, anti mual, laksan), obat
mulut dan tenggorokan, obat saluran napas (obat asma, sekretolitik/mukolitik), obat sistem
neuromuscular (analgetik antipiretik, antihistamin), antiparasit (obat cacing), obat kulit
topikal (antibiotik topikal, kortikosteroid topikal, antiseptik lokal, antifungi lokal, anestesi
lokal, enzim antiradang topikal, pemucat kulit.
PerMenKes No.919 Tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep,
yaitu tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun, pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit, penggunaan tidak memerlukan cara dan atau
alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, penggunaannya diperlukan untuk
penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, dan obat memiliki rasio kemanfaatan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
PerMenKes No.924 Tahun 1993 tentang OWA No.2, peraturan ini memuat tambahan daftar
OWA yang dapat diserahkan apoteker.
PerMenKes No.925 Tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1, memuat perubahan
golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula OWA berubah
menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya.
KepMenKes No. 1176 Tahun 1999 tentang OWA No.3

Anda mungkin juga menyukai