OLEH
KELOMPOK XI (SEBELAS)
FARMASI B
1. QURRATUL AENI
2. HARDIYANTI EKA PUTRI
3. WIWIN KHAIRUNNISA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian farmakokinetik melibatkan penentuan kadar obat dalam sampel
biologis. Metode analisis yang digunakan untuk penentuan kuantitatif kadar obat
dalam suatu sampel biologis merupakan hal yang sangat penting dalam evaluasi
dan interpretasi data farmakokinetika.
Berbagai sampel biologis dapat diambil untuk penentuan kadar dalam
tubuh untuk penelitian farmakokinetik, sebagai contoh darah, urine, feses, saliva,
jaringan tubuh, cairan blister, cairan spinal dan cairan sinovial.
Penentuan kadar suatu obat dalam sampel biologis merupakan hal yang
kompleks disebabkan sampel biologis pada umumnya merupakan suatu matriks
yang kompleks. Jika suatu obat atau metabolitnya dalam sampel biologis dapat
dianalisa langsung tanpa perlu dilakukan perlakuan awal terhadap sampel yang
diperoleh maupun pemisahan obat atau metabolit yang ditentukan maka hal ini
merupakan suatu hal yang menguntungkan. Akan tetapi perlakuan awal sampel
maupun isolasi obat atau metabolit yang akan ditentukan dari matriks biologis
yang diperoleh harus dilakukan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan perlakuan awal sampel
maupun metode untuk memisahkan atau mengisolasi obat dan/atau metabolitnya
adalah tahapan dari prosedur yang dipilih harus seminimal mungkin untuk
menghindari kehilangan obat dari obat atau metabolit yang akan ditentukan.
Semakin panjang tahapan prosedur untuk perlakuan awal maupun untuk
memisahkan atau mengisolasi obat atau metabolitnya makin besar kemungkinan
hilangnya obat atau metabolit yang akan ditentukan sepanjang prosedur yang
dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, maka didalam makalah ini kami akan
membahas tentang ANALISIS OBAT DALAM SAMPEL BIOLOGIS.
B. Rumusan Masalah
1. Bagamana prosedur penyiapan sampel?
2. Bagaimana proses/cara identifikasi obat pada sampel biologis?
C. Tujuan Makalah
1. Mahasiswa mampu menjelaskan penyiapan awal sampel biologis
2. Mahasiswa
3. mampu menjelaskan cara analisis obat di dalam sampel biologis
D. Manfaat Makalah
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penyiapan sampel serta
identifikasi obat pada sampel biologis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sampel Biologis
Sampel biologis adalah sampel yang diambil dari sebagian tubuh untuk
tujuan analisis, misalnya darah, urine, feses, saliva atau bagian tubuh. Menurut
Chamberlain, sampel biologis merupakan contoh uji yang diambil atau berasal
dari tubuh manusia, hewan, atau tumbuhan berupa urin, darah, cairan lambung,
daging, hati, atau jaringan lainnya.
www.research.ucsf.edu/chr/guide/UCSFBiospecimenGuideMay05.pdf.
B. Sampel Biologis dan pengambilan sampel
1. Blood/darah.
Blood/darah.merupakan sampel biologis yang paling
baik untuk
identifikasi obat/ zat aktif dan untuk analisis kuantitatif. Dalam kegiatan
pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara
memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit
(skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang
paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan
dengan venipuncture. Pengambilan darah atau flebotomi merupakan prosedur
pengambilan sampel yang paling umum di laboratorium. Agar dapat diperoleh
spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka prosedur
pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan
peralatan, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik
pengambilan sampai dengan pelabelan.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya
diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan
siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau
vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri
brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan.
Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum
yang ukurannya lebih kecil
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan
cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),
sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Volume darah yang diambil yaitu 10-20 ml untuk dewasa, 1-5 ml untuk anakanak dan 1-3 ml untuk bayi.
www.brmc-cares.com/Documents/Blood%20Collection%20Procedure.pdf
2. Urine
Jenis-jenis specimen urine antara lain:
a. Urine sewaktu/urine acak (random) adalah urine yang dikeluarkan setiap
saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik,
atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan
epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
b. Urine pagi. Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur,
dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam
mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsurunsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk
pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan
berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
c. Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terusmenerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya
digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum,
kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar
bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya
toluena.
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan
plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml
urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering,
sekresi
saliva
yang
terus
berubah
setiap
warna
normal
dalam
jumlah
besar:
urobilin,
urochrom.
Merah
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna
makanan.
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker
kandung kencing.
Cokelat
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit: hepatitis.
Cokelat tua atau hitam
Zat
warna
normal
dalam
jumlah
besar:
indikan.
positif bisa diperkirakan terjadi proses perdarahan yang tidak terlihat. Hal
ini bisa karena amoeba, parasit ascaris lumbricoides, cacing pita, taenea
saginatta dan lainnya yang melukai usus.
b) Leucomalachite hijau LMG warna uji ini reagen kimia telah ada sejak
awal abad ke- dan mengalami interaksi kimia dengan darah menghasilkan
warna hijau yang khas
c) Kastle-Meyer warna uji Fenolftalein adalah reagen kimia aktif dalam tes
khusus ini. Ketika darah hidrogen peroksida dan fenolftalein dicampur
bersama-sama hasil warna gelap merah muda. Perubahan warna ini
disebabkan oleh hemoglobin molekul yang mengandung oksigen dalam sel
darah merah menyebabkan reaksi kimia antara hidrogen peroksida dan
fenolftalein.
d) Luminol Luminol sangat sensitif dan dapat mengungkapkan darah yang
hadir dalam jumlah menit. Luminol mampu mengekspos darah di tempattempat yang sudah dibersihkan berulang kali kecuali pelarut seperti
pemutih yang digunakan dan bahkan pada dinding yang telah dilukis untuk
menyembunyikan darah. Terlepas dari fakta bahwa ia dapat berdampak
negatif terhadap beberapa proses pengujian serologi luminol tidak
mempengaruhi mengetik darah berikutnya atau analisis DNA.
4. saliva
Umumnya saliva digunakan untuk menunjukkan obat-obatan yang
dikonaumsi, seperti ganja, kokain dan barbiturat. Dari saliva bisa didapatkan
sampel dari DNA. Bahkan, meskipun saliva tidak mengandung sel DNA,
tetapi sel-sel dari lapisan mulut dapat ditemukan di sampel saliva Para
ilmuwan juga dapat menggunakan saliva untuk menunjukkan berapa banyak
obat tertentu dalam tubuh. Para ilmuwan juga dapat menggunakan saliva
sebagai alat untuk mendeteksi penyakit, karena jauh lebih mudah, dan dalam
banyak kasus lebih aman. Tes HIV merupakan salah satu tes yang mana saliva
digunakan sebagai sampel, meskipun tes darah masih merupakan cara standar
untuk tes HIV. Biasanya Metode yang digunakan yaitu Metode spitting,
dengan cara saliva dikumpulkan terlebih dahulu dalam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berdasarkan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sampel
biologis adalah sampel yang diambil dari sebagian tubuh untuk tujuan
analisis, misalnya darah, urine, feses, saliva atau bagian tubuh. yang dalam
penyiapan sampelnya, diperlukan perlakuan/ treatment khusus.
B. Saran
sebaiknya sebelum menganalisis sampel biologis, semua alat harus dalam
keadaan bersih dan steril untuk menhindari terjadinya kontaminasi antara
sampel dengan zat-zat lain.
DAFTAR PUSTAKA
Brejtthaupt and Gdebel. 1981. Determination Of Allopurinol And Oxipurinol In
Biological Fluids By High Performance Liquid Chromatography. Jurnal Of
Cromatography, 226: 237-242.
Theurillat, R., and Thormann W. 1998. Monitoring of tricyclic antidepressant in
human serum andplasma by HPLC: Cahracterization of a simple, laboratory
developed method via external quality assessment. Jurnal of Pharmaceutical and
Biomedical Analysis, 18: 751-760.
www.research.ucsf.edu/chr/guide/UCSFBiospecimenGuideMay05.pdf.(diakses
pada hari kamis, 5 desember 2013 pukul 20.00 WITA)
www.brmc-cares.com/Documents/Blood%20Collection%20Procedure.pdf
(diakses pada hari kamis, 5 desember 2013 pukul 20.45 WITA)