PENDAHULUAN
Pneumonia komuniti (CAP) didefinisikan sebagai pneumonia infeksius yang terjadi
pada komuniti sosial. Hal ini berkebalikan dengan pneumonia terkait rumah sakit
(sinonim dari pneumonia nosokomial), yang mana pasien terinfeksi di rumah sakit (24
jam setelah hospitalisasi). Yang ketiga, pneumonia terkait panti jompo adalah
pneumonia yang terjadi di panti jompo, baru-baru ini telah diusulkan, yang mana
memiliki karakteristik menengah antara pneumonia komuniti dan pneumonia terkait
rumah sakit. Patogen CAP termasuk jenis yang luas dari mikroba, termasuk tidak hanya
bakteri umum namun juga mikobakteri, virus, atau jamur. Mereka bermanifestasi
sebagai pneumonia dalam bentuk bermacam-macam, dan penemuan gambarannya
sering non spesifik. Namun, karakteristik penemuan gambaran dari beberapa patogen
kadangkala mengarah pada diagnosis pneumonia spesifik. Sebagai tambahan,
pemeriksaan gambaran kadangkala menawarkan petunjuk untuk perbedaan antara
pneumonia infeksius dan penyakit non infeksius. Pada artikel ini, kami mendiskusikan
peran pemeriksaan gambaran, dan mengilustrasikan karakteristik penemuan gambaran
dari beberapa patogen (Tabel 1), beberapa kondisi klinis tertentu yang berhubungan
dengan CAP (Tabel 2), dan perbedaan antara pneumonia infeksius dan penyakit non
infeksius (Tabel 3).
ASPEK KLINIS CAP
Penilaian klinis yang tepat merupakan langkah pertama diagnosis CAP. Pasien dengan
CAP selalu mengeluhkan demam, batuk, sputum, kesulitan bernafas atau nyeri dada.
Nyeri dada bersifat indikatif pada pleuritis yang terkait. Heckerling et al mengusulkan 5
kriteria yang mengarah pada pneumonia infeksius: temperatur > 37.8C, nadi > 100
kali/menit, bunyi gemercik, suara nafas menurun dan tidak adanya asma. Berdasarkan
pada nomogramnya untuk menentukan kemungkinan adanya pneumonia, ketika
menganggap prevalensi 10% pneumonia pada populasi pasien, bila kelima kriteria ini
bertemu, maka kemungkinan pneumonia mencapai 70%. Heckerling juga menyarankan
pada laporan yang lainnya bahwa pasien dengan serangan asma akut atau tidak adanya
penemuan suara abnormal pada auskultasi tidak perlu dilakukan radiografi dada karena
kemungkinan pneumonia rendah pada kondisi ini.
Ketika penemuan klinis disarankan pada CAP, uji darah, bermacam-macam uji
untuk menentukan patogen penyebab dan radiografi dada dilakukan. Data laboratorium
selalu menunjukkan peningkatan hitungan sel darah putih, protein C reaktif dan lau
sedimentasi eritrosit.
Uji untuk patogen meliputi kultur sputum, kultur darah (pada suspek sepsis),
bermacam-macam uji antigen termasuk uji hapusan faring untuk virus influenza atau uji
antigen urin untuk Legionella pneumophila dan Streptococcus pneumonia, uji antibodi,
pewarnaan gram, uji serum berpasangan dan uji aglutinasi dingin.
Pneumonia dengan gejala klinis relatif ringan, gejala klinis atipikal seperti
atralgia, ruam kulit atau nyeri kepala, atau kurangnya leukositosis mengarah kepada
pneumonia atipikal. Patogen penyebab pneumonia atipikal termasuk Mycoplasma
pneumonia, Chlamydophila pneumonia, bermacam-macam virus dan Legionella
pneumophila.
PERAN DARI PEMERIKSAAN GAMBARAN
Pemeriksaan gambaran sangat diperlukan untuk tata laksana CAP. Peran utama
pemeriksaan gambaran adalah untuk mengkonfirmasi diagnosis pneumonia. Jika pasien
memiliki gejala klinis yang mengarah ke pneumonia infeksius, seperti demam, batuk
atau sputum, dan penemuan gambaran yang cocok dengan pneumonia, diagnosis
definitif pneumonia infeksius dapat dibuat. Pemeriksaan gambaran juga memainkan
peran tambahan untuk evaluasi efek pengobatan dengan antibiotik walaupin efek
pengobatan ditentukan berdasarkan hanya dari penemuan klinis. Hal ini umumnya
menyulitkan untuk penentuan patogen spesifik pneumonia infeksius berdasarkan pada
penemuan gambaran. Namun, karena karakteristik penemuan gambaran dari beberapa
patogen telah dilaporkan, hal ini dapat membantu dalam pemilihan pemeriksaan
berturut-turut atau antibiotik pertama. Hal ini khususnya benar untuk melakukan
eksklusi untuk tuberkulosis, yang mana membutuhkan strategi pengobatan yang cukup
berbeda dari pengobatan pneumonia bakteri biasa. Karena uji untuk tuberkulosis tidak
rutin dilakukan di kebanyakan institusi, pemeriksaan gambaran dapat menjadi
Gambar 6: Tuberkulosis post primer pada wanita usia 40an. A: Radiografi dada
menunjukkan opasitas noduler tipis pada lapangan paru kanan tengah (tanda panah).
Juga terdapat hilangnya volume pada paru kiri dengan konsolidasi bercak dan penebalan
pleura dan kemungkinan efusi pleura kiri, indikasi dari tuberkulosis lama; B: bagian
tipis computed tomography menunjukkan opasitas bercabang sentrilobuler pada lobus
kanan atas (tanda panah). Opasitas bercabang lebih padat, lebih terdistribusi dan
berlokasi lebih perifer daripada milik bronkopneumonia umum (dibandingan dengan
Gambar 3).
sering
dihubungkan.
Pneumonia
dengan
pola
ini
disebut
dengan
Gambar 8: Infeksi transbronkial kronis (bronkiolitis aspirasi difus) pada pria usia
70an. Pasien ini memiliki riwayat karsinoma esofagus dan aspirasi berulang yang
berhubungan. Bagian tipis dari computed tomography pada tingkatan dasar paru
menunjukkan nodul sentrilobuler (tanda panah) dengan bronkiektasis (kepala panah).
Area redaman rendah yang mengarah pada emfisema pulmoner juga tampak (*)
10
11
dinding bronkial dengan bronkiektasis (tanda panah) dan opasitas sentrilobuler minimal
(kepala panah).
Pola Predominan Opasitas Ground-Glass
Pneumonia infeksius kadangkala muncul sebagai GGO predominan (Gambar 10-14).
Secara patologis GGO dapat sesuai untuk pengisian alveolar inkomplit oleh sel
inflamasi atau eksudar, edema pulmoner sekunder dari infeksi meninggalkan udara di
alveoli, atau infiltrat interstisial atau sel inflamasi (pneumonia interstisial). Pola
pneumonia infeksius ini kadangkala mengarah pada pneumonia interstisial.
Virus, Mycoplasma pneumonia dan Pneumocystis jirovecii merupakan patogen
tambahan pneumonia dengan pola ini.
Juga harus diperhatikan bahwa pneumonia alveolar resolving juga dapat muncul
pada pola predominan GGO karena aerasi alveolar kembali saat pneumonia berkurang.
Predominan Nodul Acak
Pola khusus keempar dari pneumonia umum adalah nodul acak. Nodul acak
kemungkinan
dihasilkan
oleh
penyebaran
hematogen
penyakit
atau
infeksi
12
Gambar 10: Pneumonia Mycoplasma; pneumonia menunjukkan opasitas groundglass pneumonia predominan pada wanita usia 30an. A: radiografi dada
menunjukkan opasitas ground-glass bercak (GGO) dengan nodul peribronkial pada
lapangan paru kanan tengah (tanda panah); B: bagian tipis computed tomography
menunjukkan daerah GGO pada lobus kanan atas. Perhatikan bahwa GGO dibatasi
sebagian oleh septa interlobular (tanda panah).
13
Gambar 12: Pneumonia Legionella pneumophila pada pria usia 50an. Bagian tipis
computed tomography menunjukkan pelebaran opasitas ground-glass (GGO) pada lobus
kiri bawah yang bercampur dengan konsolidasi fokal yang dibatasi dengan jelas dari
GGO sekitarnya (tanda panah).
14
Gambar 13: Pneumonia influenza H1N1 pada pria usia 40an. Bagian tipis computed
tomography menunjukkan opasitas ground-glass bercak yang dibatasi dengan jelas dari
parenkim paru sekitarnya oleh septa interlobular (distribusi geografis) pada kedua paru.
Nodul sentrilobuler tipis juga terlihat (tanda panah).
Pneumonia Mycoplasma pneumoniae
Pneumonia Mycoplasma pneumonia umumnya mengenai anak muda. Hal ini secara
klinis ditandai dengan batuk kering, demam, dan kelemahan umum. Radiografi dada
menunjukkan opasitas retikulonoduler atau konsolidasi bercak. Pada CT, nodul
sentrilobuler dan lobuler ke daerah asiner dari konsolidasi atau GGO dengan penebalan
dinding bronkial merupakan penemuan yang paling umum (Gambar 5). Penemuan ini
sesuai dengan bronkopneumonia. Penebalan dinding bronkial sering terlihat pada
bronkus sentral. Penemuan ini kemungkinan berhubungan dengan fakta bahwa
Mycbacterium pneumonia mentarget epitel bronkial. Bronkopneumonia dengan
penebalan dinding bronkus sentral pada anak dan dewasa muda cukup spesifik
penemuannya untuk pneumonia Mycoplasma. Namun, GGO ekstensif (Gambar 10) atau
konsolidasi (Gambar 2) juga tidak jarang. GGO predominan pada pneumonia
Mycoplasma pneumonia dapat memperlihaatkan edema permeabilitas dibandingkan
infiltrate seluler dengan edema. Sindrom respiratori akut dapat terjadi.
15
Gambar 14: Pneumonia Pneumocystis jirovecii pada pria usia 20an. A: Radiografi
dada menunjukkan opasitas retikulonoduler; B: Computed tomography dada dengan
ketebalan potongan 5 mm memperlihatkan opasitas ground glass dengan retikulasi.
16
Gambar 16: Tuberkulosis milier pada pria usia 60an. A: Radiografi dada
mendifusikan opasitas retikulonoduler pada kedua paru; B: Bagian tipis computed
tomography menunjukkan nodul militer difus dengn distribusi acak.
17
18
Gambar 17: Emboli sepsis pulmoner dari abses paratonsiler pada pria usia 20an.
Computed tomography (CT) yang ditingkatkan pada tingkatan orofaring menunjukkan
abses pada daerah paratonsiler kanan (tanda panah); B: CT dada dengan ketebalan
potongan 5 mm menunjukkan nodul kecil pada kedua paru (tanda panah), yang mana
beberapa diantaranya berhubungan dengan pembuluh pulmoner perifer (kepala panah).
19
TUBERKULOSIS
Walaupun tuberkulosis berbeda dari pneumonia bacterial yang umum di bagian
presentasi klinis dan pengobatan, hal ini dapat bermanifestasi sebagai CAP.
Tuberkulosis diklasifikasikan ke dalam dua bentuk dalam bagian manifestasi klinis,
yaitu tuberkulosis primer dan post primer. Pada CT, tuberkulosis primer menunjukkan
limfadenopati hilar dan mediastinal, efusi pleura dan nodul pulmoner atau konsolidasi,
sedangkan tuberkulosis post primer menunjukkan nodul sentrilobuler dengan tampilan
tree-in-bud, dan nodul besar relatif mengarah ke granuloma dengan atau tanpa kavitas.
Tuberkulosis menunjukkan opasitas percabangan yang lebih halus dan lebih padat
dibandingkan dengan bronkopneumonia dari bakteri yang umum, yang mana secara
patologis merespon pengisian bronkiolus dengan bahan kaseous (Gambar 6). Tampilan
ini dinamakan tampilan tree-in-bud. Tuberkulosis kadangkala muncul pada
pneumonia alveolaris (pneumonia tuberkulous atau pneumonia kaseous). Pada kasus ini,
tuberkulosis meniru pneumonia alveolaris yang disebabkan oleh bakteri yang umum.
Pneumonia tuberkulous, meskipun demikian, menunjukkan bronkogram udara yang
berdilasi ringan di dalam konsolidasi (Gambar 4). Tuberkulosis dapat memiliki nodul
yang lebih besar daripada nodul sentrilobuler dan tidak memiliki hubungan khusus
dengan struktur lobules sekunder dengan atau tanpa kavitas. Nodul-nodul ini mengarah
sebagai tuberkuloma, sebagai granuloma pada patologi. Tuberkulosis juga dapat muncul
sebagai nodul milier acak (tuberkulosis milier) (Gambar 16).
INFEKSI JAMUR
Pneumonia fungal biasanya terlihat pada pasien dengan supresi imun. Karenanya, relatif
jarang hal ini bermanifestasi sebagai CAP. Namun, kriptokokus dapat terjadi pada
pasien imunokompeten. Pneumonia fungal dapat muncul pada pneumonia alveolaris,
bronkopneumonia, atau lesi noduler yang lebih umum dengan atau tanpa kavitas,
mengarah ke granuloma (Gambar 18).
Pneumosistis yang menginfeksi manusia diklasifikasikan sebangan fungus dan
dinamakan lagi dengan Pneumocystis jirovecii dari Pneumocystis carinii. Ini merupakan
patogen yang umum dari infeksi oportunistik. Namun, harus diperhatikan bahwa
20
Tubercle bacillus
Cryptococcus neoformans
Pneumocystis jirovecii
geografis
Perhatikan bahwa penemuan gambaran ini kemungkinan spesifik namun tidak sensitif
(contohnya penemuan gambaran lain juga tidak umum) untuk patogen-patogen ini
Penemuan gambaran
Bronkopneumonia atau opasitas ground-glass bercak
pada bagian yang tergantung dari paru (S2, S1+2, S6
21
atau
22
23
Gambar 19: Pneumonia aspirasi pada wanita usia 70an (patogen penyebab tidak
diketahui). Gambaran bagian tipis dari computed tomography menunjukkan nodul
sentrilobuler dengan opasitas ground-glass di sekelilingnya dan konsolidasi non
segmental subpleura (tanda panah) pada bagian dorsal paru kanan. Perhatikan bahwa
lumen bronkus segmental dipenuhi dengan bahan yang dihirup (kepala panah).
Gambar 20: Pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi asam lambung pada pria
usia 50an. A: bagian tipis awal dari computed tomography (CT) menunjukkan opasitas
24
ground-glass bercak pada paru kiri dengan retikulasi; B: bagian tipis CT 2 hari
kemnudian menunjukkan redaman yang meningkat sebagian dengan batas opasitas yang
cekung seperti pada gambaran umum pneumonia.
Gambar 21: Pneumonia dengan latar belakang emfisema pulmoer pada pria usia
70an (patogen penyebab tidak diketahui). Bagian tipis computed tomography
menunjukkan konsolidasi bercak dengan celah berisi udara yang kecil yang konsisten
dengan area redaman rendah pre eksisten pada lobus kiri bawah.
25
26
27
kriptogenik
terbalik
Pneumonia eusinofilik kronik Konsolidasi non segmental bilateral dengan predominan
Pneumonia lipoid
peripheral
Adanya lemak dalam konsolidasi pada kedua penilaian
Neoplasma
Adenokarsinoma invasif
musinus
Limfoma maligna
kavitas
Infiltrate menyebar sekitar konsolidasi (tanda halo,
tanda galaksi atau penebalan pembuluh sekitar, dll)
28
Gambar 24: Pneumonia organisasi kriptogenik dengan tanda halo terbalik pada
wanita usia 50an: milik Dr. Takahiro Haruyama dan Dr. Asako Yamamoto, dokter
spesialis radiologi di Departemen Radiologi, Sekolah Medis Universitas Teikyo. A:
radiografi dada menunjukkan konsolidasi definisi buruk pada lapang paru kiri bawah
(tanda panah); B: bagian tipis computed tomography menunjukkan opasitas groundglass bibasilar dengan cincin konsolidasi (tanda halo terbalik (tanda panah)).
Pneumonia eosinofilik kronis
Pneumonia eosinofilik kronis (CEP) didefinisikan sebagai pneumonia eusinofilik yang
terjadi lebih dari 2 minggu dan merupakan subtipe yang paling umum pada penyakit
paru eusinofilik. Hal ini ditandai khusus dengan eusinofilia, dan adanya otitis media
atopik dan asma.
Radiografi dada menunjukkan konsolidasi non segmental dengan predominan
peripheral. Tampilan ini mengarah pada edema pulmoner negatif fotografik (Gambar
29
25). Pada CT, konsolidasi perifer bilateral atau unilateral dan GGO terlihat. Opasitas
linear atau seperti pita pararel dari pleura dapat terlihat pada tingkatan lanjut dari
penyakit. CEP dapat terlihat seperti COP. Penebalan septa interlobular lebih umum
terlihat pada CEP, yang mana nodul dan distribusi peribronkial opasitas lebih umum
pada COP.
Neoplasma
Adenokarsinoma musinus invasif (sebelumnya karsinoma bronkioalveolar musinus) dan
limfoma maligna dapat muncul pada konsolidasi alveolar, dan kemudian dapat mirip
dengan pneumonia alveolaris (Gambar 26,27). Neoplasma ini kekurangan bukti
inflamasi pada data laboratorium, dan jika ada, nilai markrt inflamasi lebih rendah
daripada yang diduga dari perluasan penyakit pada pemeriksaan gambaran. Pada CT,
bronkus pada konsolidasi meregang atau menyempit, dan konsolidasi dapat memiliki
kontur menonjol pada fisura interlobaris pada adenokarsinoma musinus invasif (Gambar
26). Juga dilaporkan bahwa daerah fokal dari opasifikasi parenkimal pada CT dapat
mengarah pada pneumonia infeksius dibandingkan dengan adenokarsinoma musinus
invasif ketika menunjukkan penebalan dinding bronkus proksimal dari lesi dan
penebalan pleura yang berhubungan dengan lesi, yang mana adenokarsinoma musinus
invasif ditandai dengan adanya daerah redaman rendah seperti gelembung di dalam
tumor.
Limfoma maligna sering dianggap sebagai pertumbuhan infiltratif, yang mana
dapat muncul sebagai tanda halo (opasitas ground-glass yang mengelilingi nodul atau
konsolidasi) atau sebagai nodul milier di sekelilingnya atau penebalan pembulu
sekitarnya (Gambar 27).
30
Gambar 25: Pneumonia eusinofilik kronik pada wanita usia 30an. Radiografi dada
menunjukkan konsolidasi subpleural bilateral dengan lapang paru tengah predominan,
konsisten dengan tampilannya, edema pulmoner negatif fotografik.
Gambar
26:
Adenokarsinoma
musinus
invasif
(sebelumnya
karsinoma
bronkioalveolar musinus) pada wanita usia 60an. Bagian tipis computed tomography
31
menunjukkan konsolidasi non segmental dengan fisura yang menonjol (tanda panah
putih) dan bronkogram udara menyempit (tanda panah hitam).
32
Gambar 28: Pneumonia lipoid eksogen pada wanita usia 30an: Milik Dr. Kazuhiro
Suzuki, dokter spesialis radioologi, departemen Radiologi, Sekolah Medis
Universitas Juntendo. Pasien ini telah mengkonsumsi petrolatum (parafin) untuk
konstipasi yang membandel. Adanya lemak dikonfirmasi dengan biopsy paru
transbronkial. A: radiografi dada menunjukkan konsolidasi bilateral pada lapang paru
bawah (tanda panah); B: bagian tipis dari CT menunjukkan daerah opasitas ground-
33
glass dengan batas helas dengan konsolidasi subpleural (tanda panah); C: Computed
tomography (CT) dada dengan kondisi jendela mediastinum menunjukkan konsolidasi
subpleura menjadi redaman lemak (tanda panah, nilai rerata CT -45HU).
Pneumonia lipoid
Pneumonia lipoid dibagi menjadi jenis endogen dan eksogen. Pneumonia lipoid eksogen
dihasilkan dari aspirasi kronik atau inhalasi hewan, sayuran, atau minyal atau lemak
berbasis petroleum. Pneumonia lipoid eksogen dipertimbangkan sebagai subtipe
pneumonia aspirasi. CT menunjukkan konsolidasi dan GGO dengan opasitas retikuler
(tampilan crazy-paving). Konsolidasi dapat memiliki nilai CT indikatif untuk lemak (150-300HU) (Gambar 28). Penilaian visual pada kehadiran lemak juga sama pentingnya
dengan konsolidasi walaupun tanpa lemak tampaknya memiliki daerah dengan nilai CT
rendah dibandingkan dengan pada lemak karena rerata volume antara infiltrat udara dan
inflamasi atau eksudat.
KESIMPULAN
Penemuan gambaran CAP beragam dan sering non spesifik. Namun, beberapa
penemuan khas kadangkala mengarahkan ke patogen yang spesifik. Sebagai tambahan,
pemeriksaan gambaran, khususnya CT, menawarkan petunjuk untuk membedakan
antara pneumonia infeksius dan penyakit non infeksi. Untuk menyempurnakan
pembedaan ini, pengenalan akan ciri-ciri gambaran CAP dan juga penyakit non
infeksius sangat diperlukan.
34