Anda di halaman 1dari 92

Jurnal PROTEKINFO Vol.

1 September 2014

MEDIA PEMBELAJARAN MENGENAL BENTUK DAN WARNA BERBASIS


MULTIMEDIA PADA RA AL ARAAF
Akip Suhendar , Zaenal Mustofa
Program Studi Teknik Informatika
Universitas Serang Raya
akip.suhendar@gmail.com, zaenalmustofa15@gmail.com
Abstrak - Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
ini semakin berkembang pesat dan membawa kemudahan
dalam berbagai bidang, dalam bidang pendidikan, telah
melahirkan media pembelajaran yang interaktif, sehingga
media pembelajaran yang digunakan tidak hanya
menggunakan papan tulis utuk menerangkan pembelajaran
tertentu atau mendengarkan penjelasan dari guru secara
lisan. Daya tangkap siswa dalam memahami materi
pelajaran berbeda-beda. Metode pembelajaran yang
konvensional terkadang memberikan kesulitan sebagian
siswa dalam memahami materi pelajaran karena tersebut
menghafalkan catatan berupa tulisan. ra al araaf salah
satunya, sekolah tesebut dalam penyampaian materi
khususnya pelajaran mengenal angka,huruf,bentuk dan
warna masih menggunakan buku pelajaran, menulis di
papan tulis, maupun menerangkan secara lisan. Pada
Penelitian ini menghasilkan media pembelajaran interaktif
mengenal angka,huruf,bentuk dan warna yang di
implementasikan pada ra al araaf cilegon sebagai media
alat bantu proses belajar mengajar.
Kata Kunci: Multimedia, Interaktif, Pembelajaran Bentuk
dan Warna

1. PENDAHULUAN
Seiring berjalannya waktu kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini semakin berkembang
pesat dan membawa kemudahan dalam berbagai bidang,
salah satunya dalam bidang pendidikan. Maswin (2010)
dalam mengemukakan bahwa multimedia merupakan
perpaduan antara berbagai media atau format file yang
berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound,
animasi, video interaksi dan lain-lain, sedangkan dari
Wikipedia Indonesia ensiklopedia berbahasa Indonesia
pengertian multimedia adalah penggunaan komputer untuk
menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar,
animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi
(link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi,
berkarya, dan berkomunikasi,sehingga berbagai inovasi
dapat memberikan dampak positif dalam perkembangannya.
Dunia pendidikan juga dapat mengembangkan dan dapat
memberikan kesempatan pada peserta didik agar lebih
tertarik dalam proses belajar dan sekaligus berkompeten
dalam kemampuan mereka untuk belajar, berketerampilan

ISSN1: 2406-7741

harus dimulai sejak usia dini. Usia pra sekolah (TK)


merupakan usia paling peka bagi peserta didik.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru
Raudhatul Athfa (RA) Al-Araaf bahwa media pembelajaran
saat ini masih menggunakan metode konvensional yaitu
metode belajar yang masih menggunakan papan tulis
,menerangkan secara lisan dan menghafalkan catatan berupa
tulisan terkadang memberikan kesulitan kepada anak didik
Raudhatul Athfa (RA) Al-araaf karena metode
pembelajaran tersebut, terutama pada pelajaran pengenalan
angka, huruf, bentuk dan warna . hal ini lebih disebabkan
oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh Raudhatul
Athfal (RA) Al-Araaf. Sehingga kepala Raudhatul Athfal
(RA) Al-Araaf beserta guru merasa kesulitan mencari
tempat jika menambahkan media dan sumber belajar yang
terlalu banyak.
Untuk mengatasi masalah diatas maka pada
penelitian ini akan merancang sebuah aplikasi Pembelajaran
mengenal angka, huruf, bentuk, dan warna pada Raudhatul
Athfal (RA) Al-Araaf dengan menggunakan Adobe flash
cs6 ini merupakan sebuah aplikasi multimedia yang
berisikan pembelajaran tentang mengenal angka, huruf,
bentuk dan warna yang dikemas dalam bentuk yang menarik
dan interaktif dibuat dengan adobe flash cs6.
Diharapkan aplikasi ini dapat dimanfaatkan di
Raudhatul Athfal (RA) Al-Araaf dan dapat membantu anakanak sekolah dalam belajar, serta membuat proses belajar
menjadi lebih menarik dan menyenangkan. dengan
menggunakan adobe flash cs6, tampilan dari aplikasi ini
menjadi lebih menarik karena merupakan penggabungan
dari elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara
musik, dan animasi yang dirangkum menjadi satu. aplikasi
ini juga dikemas dalam bentuk cd sehingga dapat digunakan
tanpa harus menggunakan program adobe flash cs6.

1. DASAR TEORI
2.1

Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang


secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.
Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad,
2011:3). Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar
Arsyad (2011), media apabila dipahami secara garis besar

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Sedangkan menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto
(2011:4) media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator
menuju komunikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu
benda atau komponen yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa dalam proses belajar.
Media pembelajaran adalah sarana penyampaian
pesan pembelajaran, kaitannya dengan model pembelajaran
langsung yaitu dengan cara guru berperan sebagai
penyampai informasi. Dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai. Media
pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan pebelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar.
Menurut Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad
(2011:4), media pembelajaran adalah perantara yang
membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan
penerima. Maka dalam hal ini media pembelajaran menjadi
hal yang sangat penting yang dijadikan alat untuk
meberikan suatu ilmu.

Sistem Dibuat oleh adobe flash CS6

Gambar 3.1
Tampilan

Intro

Tampilan ini merupakan tampilan awal pada saat aplikasi


pembelajaran ini dijalankan. Pada tampilan ini terdapat
animasi tulisan Media Pembelajaran dan Background
aplikasi menggunakan warna-warna cerah karena
mempertimbangkan pengguna yaitu anak-anak. setelah itu
klik tombol mulai maka akan tampil menu berikutnya.

Gambar 3.2 Tampilan Menu Utama

1.2 Perangkat lunak adobe flash cs 6

Adobe Flash CS6 merupakan sebuah software yang


didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar
authoring tool professional yang digunakan untuk membuat
animasidan bitmap yang sangat menarik untuk keperluan
pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis.
Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat
animasi 2 dimensi atau 3 dimensi yang handal dan ringan
sehingga flash banyak digunakan untuk membangun dan
memberikan efek animasi pada website, CD Interaktif dan
yang lainnya, Selain itu software ini juga dapat digunakan
untuk membuat animasi logo, movie, game, pembuatan
navigasi pada situs website atau blog ,tombol animasi,
banner, menu interaktif, interaktif form isian, e-card, screen
saver dan pembuatan aplikasi-aplikasi website lainnya.

Uji Coba Sistem

ISSN2: 2406-7741

Gambar 3.3 Tampilan Menu angka

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Gambar 3.4 Tampilan Menu Huruf

pembelajaran yang menarik, sesuai riset CTR


(Computer Technology Research), dilihat, didengar
dan dilakukan 80% lebih mudah diingat dan
dipahami sehingga aplikasi media pembelajaran
berbasis multimedia ini dapat digunakan sebagai
media alat bantu proses belajar mengajar.
4.2 Saran

1. Dipublish secara online. Hal ini dimaksudkan agar

2.

3.
Gambar 3.5 Tampilan Mengenal bentuk

media pembelajaran mengenal bentuk dan warna


berbasis multimedia iini dapat dikenal dan
dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Pembuatan media pembelajaran mengenal bentuk
dan warna berbasis multimedia ini dapat digunakan
sebagai baham pembelajaran,terutama dalam
pembuatan modul ajaran lain dengan kontent dan
materi yang lain.
Pembuatan media pembelajaran mebaca mengenal
bentuk dan warna berbasis multimedia ini yang
dibuat penyusun dapat dikembangkan lebih
beragam lagi dalam hal animasi, desain, fitur,
musik serta pemrograman yang lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran.


Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Gambar 3.6
Tampilan Mengenal Warna
4. Kesimpulan dan Saran

2. Hadi Sutopo Ariseto, Multimedia Interaktif


Dengan Flash, Graha Ilmu, Yogyakarta:2003

3. http://globalsearch1.blogspot.com/2014/02/pengert

4.1 kesimpulan

1. Media pembelajaran berbasis multimedia ini dibuat

2.

3.

dengan memadukan gambar, animasi, suara dan


permainan warna sehingga menarik,memudahkan
dan menyenagkan bagi pengguna dalam
mempelajari, angka, huruf, bentuk- bentuk bangun
ruang dan warna.
Aplikasi media pembelajaran ini dapat dikemas
dalam bentuk cd, yang dapat digunakan oleh siapa
saja dan dimana saja,sehingga pengguna tidak
merasa jenuh dan penguasaan materi dapat
dilakukan dengan lebih cepat dan menyenangkan.
Dengan melakukan analisa akan kebutuhan guru
untuk mempermudah dalam menyampaikan materi

ISSN3: 2406-7741

4.
5.

ian-media-pembelajaran.html diakses pada tanggal


05 juli 2014
http://www.blanjamudah.com/komputer/software
diakses pada tanggal 18 juli 2014
http://keripiku.blogspot.com/2014/03/pengertianperbedaan-white-box-dan.html
diakses
pada
tanggal 20 juli 2014

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


PERANCANGAN APLIKASI PENGELOLAAN
PENGADUAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN
DI PROVINSI BANTEN DENGAN METODE WATERFALL
Abdi Arrafi, Harsiti
Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Serang Raya
abdi.arrafi@yahoo.com, harsiti@yahoo.com

Abstrak - PNPM Mandiri Perkotaan is a program that seeks


substance in poverty reduction through community
empowerment concept. Meanwhile, the implementation of
a program can not be expected to always run perfectly. For
any concerns and complaints from the public related to the
implementation of PNPM Mandiri Perkotaan can quickly
and appropriately handled. PNPM Mandiri Perkotaan
equipped with Complaints Handling (PPM). Complaints
management system is done currently perceived not able to
meet expectations because the process is still carried out
manually using by using common applications such as
Microsoft Office Word and Microsoft Office Excel. Thus
documenting the complaint has not been done in a fast,
accurate, and complete as well as the existing system has
not been able to effectively and efficiently in informing the
constraints that exist in the field. This study aims to
improve the quality of management of public complaints
on PNPM Mandiri Perkotaan Banten province so as to
resolve the issues related to the management of public
reports with the complaints data processing system that is
as simple, fast and complete. Steps taken to improve the
quality of complaints management as mentioned above, is
by way of computerized complaint management to be a
ready-made system. The designed system will be able to
accommodate and manage complaints quickly and
appropriately so as to provide information related to
obstacles and problems that exist in the field and facilitate
the making of a report in accordance with user needs. PPM
Application Design using the waterfall method, a method
that is able to create a quality system is maintained because
the development is structured and supervised. On the other
hand this model is a kind of document model is complete,
so that the maintenance can be done easily. PPM
application is capable of solving the problems associated
with the management of public complaints on PNPM
Mandiri Perkotaan Banten province to the optimization of
complaint management in a fast, accurate, and complete.
Keywords: Information Systems, Management of
Public Complaints

1. PENDAHULUAN
PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program yang
secara substansi berupaya dalam penanggulangan

ISSN4: 2406-7741

kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat.


Sementara itu, pelaksanaan suatu program tidak dapat
diharapkan untuk selalu berjalan sempurna. Agar setiap
permasalahan dan pengaduan masyarakat terkait
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat cepat dan
tepat ditangani. PNPM Mandiri Perkotaan dilengkapi
dengan Pengelolaan Pengaduan dan Masalah (PPM).
Sistem pengelolaan pengaduan yang dilakukan saat ini
dirasakan belum mampu memenuhi harapan karena proses
yang dilakukan masih menggunakan manual dengan
menggunakan aplikasi umum seperti Microsoft Office Word
dan Microsoft Office Excel. Sehingga pendokumentasian
pengaduan belum dilakukan secara cepat, tepat, dan
lengkap serta sistem yang ada belum mampu secara efektif
dan efisien dalam menginformasikan kendala-kendala
yang ada di lapangan.

2. DASAR TEORI
2.1 Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi
yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu
organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar
tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Sutabri,
2005:42).
Sistem informasi adalah suatu cara tertentu untuk
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi
untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan untuk
organisasi bisnis dengan cara yang menguntungkan
(Wahyono,2004:17).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh
manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam
organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan
informasi (Ladjamudin, 2005:13).
Seperti halnya sistem informasi yang merupakan suatu
sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari
komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai
suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.
2.2 The Waterfall Model
Model siklus hidup (life cycle model) adalah model
utama dan dasar dari banyak model. Salah satu model yang

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


cukup dikenal dalam dunia rekayasa perangkat lunak
adalah The Waterfall Model. Ada 5 tahapan utama dalam
The Waterfall Model seperti terlihat pada Gambar 1.
Disebut waterfall (berarti air terjun) karena memang
diagram tahapan prosesnya mirip dengan air terjun yang
bertingkat.
Tahapan-tahapan dalam The Waterfall Model secara
ringkas adalah sebagai berikut:
a) Tahap investigasi dilakukan untuk menentukan apakah
terjadi suatu masalah atau adakah peluang suatu sistem
informasi dikembangkan. Pada tahapan ini studi
kelayakan perlu dilakukan untuk menentukan apakah
sistem informasi yang akan dikembangkan merupakan
solusi yang layak.
b) Tahap analisis bertujuan untuk mencari kebutuhan
pengguna dan organisasi serta menganalisa kondisi
yang ada (sebelum diterapkan sistem informasi yang
baru).
c) Tahap disain bertujuan menentukan spesifikasi detil
dari komponen-komponen sistem informasi (manusia,
hardware, software, network dan data) dan produkproduk informasi yang sesuai dengan hasil tahap
analisis.
d) Tahap implementasi merupakan tahapan untuk
mendapatkan atau mengembangkan hardware dan
software (pengkodean program), melakukan pengujian,
pelatihan dan perpindahan ke sistem baru.
e) Tahapan perawatan (maintenance) dilakukan ketika
sistem informasi sudah dioperasikan. Pada tahapan ini
dilakukan monitoring proses, evaluasi dan perubahan
(perbaikan) bila diperlukan.

Gambar 1. The Waterfall Model


2.3 Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (selanjutnya
disebut PPM) adalah suatu proses kegiatan untuk
menampung,
mencatat,
menelaah,
menyalurkan,
mengkonfirmasi, mengklarifikasi, memberikan alternatif
solusi
kepada
pengadu,
mendokumentasi
dan
mensosialisasikan hasil pengelolaan pengaduan kepada
masyarakat.

ISSN5: 2406-7741

Gambar 2. Penanganan Pengaduan


2.4 Delphi 7
Delphi adalah sebuah IDE Compiler untuk bahasa
pemrograman Pascal dan lingkungan pengembangan
perangkat lunak yang digunakan untk merancang suatu
aplikasi program.
IDE (Integrated Development Environment) adalah
program komputer yang memiliki beberapa fasilitas yang

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


diperlukan dalam pembangunan perangkat lunak. Tujuan
dari IDE adalah untuk menyediakan semua utilitas yang
diperlukan dalam membangun perangkat lunak.
Kompilator (Inggris: compiler) adalah sebuah program
komputer yang berguna untuk menerjemahkan program
komputer yang ditulis dalam bahasa pemrograman tertentu
menjadi program yang ditulis dalam bahasa pemrograman
lain.
Pascal adalah bahasa pemrograman yang pertama kali
di buat oleh Profesor Niklaus Wirth, bahasa Pascal ini
sebagai alat bantu untuk mengajarkan konsep
pemrograman komputer.

case dari Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan


Pengaduan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi
Banten,

3. ANALISA & PERANCANGAN


3.1 Analisa Pengguna
Pengguna Aplikasi Sistem ini adalah usia muda
maupun dewasa yaitu berkisar umur 19 55 tahun, yang
merupakan karyawan dari tempat objek penelitian yaitu
Administrator/CHU dan Pengunjung, Berikut adalah
deskripsi aktor/pengguna pada sistem informasi
manajemen pengelolaan pengaduan masyarakat:
Tabel 1. Aktor Pengguna
N Aktor/Penggun
Deskripsi
o
a
1. Administrator/
Orang
yang
Complaint
bertugas
dan
Handling Unit memiliki hak akses
(CHU)
untuk melakukan
operasi
pengelolaan data
pengaduan
dan
anggota.
2. Pengunjung
Pengunjung adalah
orang yang hanya
memiliki hak akses
melihat
data
pengaduan tanpa
memiliki hak untuk
menambah ataupun
mengubah
datadata pengaduan.

Gambar 3. Use Case Diagram

B. Class Diagram
Class diagram menggambarkan struktur sistem dari
segi pendefinisian kelas-kelas yang akan dibuat untuk
membangaun sistem. Kelas memiliki apa yang disebut
atribut dan metode atau operasi.

3.2 UML
Pada pembahasan ini penulis akan membuat
rancangan sistem menggunakan penggambaran Unified
Modeling Language (UML). Unified Modeling Language
(UML) adalah salah satu standar bahasa yang banyak
digunakan di dunia industri untuk mendefinisikan
requirement, membuat analisis dan desain, serta
menggambarkan
arsitektur
dalam
pemrograman
berorientasi objek.
A. Use Case Diagram
Uses case diagram menjelaskan tentang relasi dan
dependensi antara group use-case (kasus) dan aktor yang
berpartisipasi dalam proses. Berikut adalah diagram use

ISSN6: 2406-7741

Gambar 4. Class Diagram


C. Sequence Diagram
Diagram sekuen menggambarkan kelakuan objek pada
use case dengan mendeskripsikan waktu hidup objek dan
message yang dikirimkan dan ditrerima objek. Berikut
Diagram sequence dari Sistem Informasi Pengelolaan
Pengaduan Masyarakat,

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Gambar 5. Sequence Diagram-Login

Gambar 7. Sequence Diagram-Delete Data


Gambar 6. Sequence Diagram-Entry Data

Gambar 8. Sequence Diagram-Search Data

4. HASIL/IMPLEMENTASI
Gambar 6. Sequence Diagram-Edit Data

Setelah dianalisis dan dirancang secara rinci dan


teknologi telah diseleksi dan dipilih. Tiba saatnya, sistem
untuk diimplementasikan. Tahap implementasi sistem
merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk
dioperasikan.
4.1 Instalasi Sistem
A. Konfigurasi MySQL
Langkah awal untuk menjalankan aplikasi ini, tentu
terlebih dahulu harus membuat server lokal, penulis
membuat server lokal dengan menginstalasi MySQL5.0.17-win32, MySQL Tools, dan MicroOLAP DAC for
MySQL.

B. Konfigurasi Aplikasi PPM

ISSN7: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Setelah menginstal semua aplikasi MySQL langkah
terakhir adalah menginstal Aplikasi PPM versi 1.0.
Langkah instalasi menggunakan setup wizard.

4.2 Aplikasi PPM


Setelah instalasi komponen-komponen Aplikasi PPM
selesai, saatnya menjalankan Aplikasi PPM. Berikut akan
disampaikan
mengenai
tampilan-tampilan
beserta
penjelasannya saat menjalankan Aplikasi PPM:
Form Menu Utama
Form Menu Utama berfungsi sebagai induk/parent
dari seluruh form yang ada dalam sistem, sehingga user
dapat memanggil semua form yang lain di menu utama:
Gambar 11. Tab Penerimaan Aduan

Gambar 9. Form Menu Utama

Form Daftar Pengaduan


Form Daftar Pengaduan merupakan Daftar pengaduan
yang masuk didalam sistem informasi manajemen PPM.
Menginformasi berdasarkan identitas dan klasifikasi dari
pengaduan.

Gambar 12. Tab Identifikasi Aduan

Gambar 10. Form Daftar Pengaduan

Form Entry Pengaduan


Di dalam form entry pengaduan ini terdapat 6 tab
sebagai langkah penginputan yaitu Penerimaan Aduan,
Identifikasi Aduan, Fakta Lapangan, Analisa Masalah,
Fasilitasi Masalah dan Hasil Penyelesaian.

ISSN8: 2406-7741

Gambar 13. Tab Fakta Lapangan

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a.

b.

Gambar 14. Tab Analisa Masalah

c.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan:


Pengelolaan Pengaduan Masyarakat adalah bagian
penting dari pelaksanaan Program PNPM Mandiri
Perkotaan, dimana pengelolaan pengaduan yang baik
akan memudahkan penanganan pengaduan yang akan
berdampak langsung pada perbaikan Program PNPM
Mandiri Perkotaan.
Sistem yang telah terkomputerisasi dengan program
komputer akan sangat membantu sekali dalam
menyelesaikan suatu masalah. Aplikasi ini dirancang
untuk mempermudah proses pencatatan dan
penyimpanan data, sehingga hal ini dapat
mengoptimalkan proses pengelolaan pengaduan secara
cepat dan tepat.
Aplikasi Pengelolaan Pengaduan Masyarakat mampu
memberikan informasi-informasi terkait kendala dan
permasalahan yang ada di lapangan serta memberikan
kemudahan dalam pembuatan laporan pengelolaan
pengaduan sesuai dengan kebutuhan User.

5.2 Saran
a. Tidak menutup kemungkinan akan diadakannya

Gambar 15. Tab Fasilitasi Pengaduan

b.

pembaharuan secara berkala terhadap aplikasi ini atau


melengkapi kelemahan-kelemahan program ini, agar
aplikasi selalu berjalan optimal dan sejalan dengan
perkembangan data dan teknologi;
Penulis mengharapkan setelah diimplementasikannya
Aplikasi PPM ini akan berdampak positif terhadap
kinerja divisi Monev khususnya dalam pengelolaanpengelolaan pengaduan yang menjadi bagian alat
kendali program PNPM Mandiri Perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. [Menko Kesra 2007] Pedoman Pelaksanaan :


2.

3.
4.
Gambar 16. Tab Hasil Penyelesaian

ISSN9: 2406-7741

5.

Pengelolaan Pengaduan dan Masalah PNPM Mandiri.


2007. Jakarta : Menko Kesra.
[Menko Kesra 2007] Sistem Informasi Pengelolaan
Pengaduan
Masyarakat.
[Online]
Tersedia:
http://www.p2kp.org. 2013. Diakses pada tanggal 1 Juni
2014.
[Abdul Kadir 2013] Kadir, Abdul. From Zero To A Pro
Delphi + Cd. 2013. CV Andi Offset Yogyakarta.
[Abdul Kadir 2013] Kadir, Abdul. Belajar Database
Menggunakan MySQL. 2008. CV Andi Offset
Yogyakarta.
[Rosa dan Shalahudin 2011] Rosa, A. S. And
Shalahudin. Rekayasa Perangkat Lunak. 2011. Modula
Bandung.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM FRONT OFFICE HOTEL PADA PT


RATU HOTEL BIDAKARA SERANG
M. Nuryana 1 , Sulistiyono2
Program Studi Teknik Informatika
Universitas Serang Raya
1
fcbyana89@gmail.com 2 Sulistiyonoputro@gmail.com
Abstrak - Industri perhotelan di indonesia semakin
berkembang dengan pesat. Perkembangan ini diikuti oleh
kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya informasi yang membawa persaingan dibidang
jasa akomodasi. Perkembangan ini berdampak pula pada
banyaknya tamu yang masuk (Chek-in ), pemesanan kamar
dan tamu keluar (Chek-out), yang semakin bertambahnya
sistem operasional yang harus dilakukan setiap
hari.Permaslahan yang dihadapi oleh PT. RATU HOTEL
BIDAKARA tersebut pada bagian Front Office, dimana
kegiatanya mengenai (cek-in room), pemesanan kamar (
reservation room ), (meeting room), dan (weeding). Sering
kali mengalami kekeliruan dalam pendataan customer yang
akan berdampak pada pelayanan yang diberikan oleh PT.
RATU HOTEL BIDAKARA kepada customer. Selain itu
juga data data kamar kurang terkontrol, dimana akan
menyulitkan karyawan hotel khususnya pada saat ada tamu
yang akan melakukan penginapan. Selain itu juga dalam
merekapitulasi data data kamar dan pendapatan hotel
tersebut.
Kata kunci : Analisa, Perancangan, Front Office, Sistem

1. Latar Belakang
PT. RATU HOTEL BIDAKARA adalah
perusahaan dalam bidang perhotelan yang menyediakan
jasa penginapan untuk para turis lokal maupun turis
mancanegara. Tidak hanya menyediakan jasa penginapan
saja tetapi, Pada PT. RATU HOTEL BIDAKARA juga
menyediakan tempat untuk Meeting Room, Weeding dan
Event. Oleh karen itu saya memlih PT. RATU HOTEL
BIDAKARA sebagai tempat Penelitian karena itu penulis
ingin mengetahui sistem perhotelan yang sedang berjalan
pada perusahaan tersebut dan sistem apa saja yang
digunakan guna menunjang kinerja para karyawan pada PT.
RATU HOTEL BIDAKARA tersebut.
Pada saat ini sistem untuk perhotelan sudah
memakai sistem komputer, tetapi masih ada kekurangan
dalam memproses pengelolahan data tamu yang akan
melakukan penginapan atau pemesanan kamar maupun
ruangan ( Reservation Room ). Dari pemaparan singkat di
atas penulis akan menganalisa sistem yang sudah ada tentu
mendapat persetujuan dari bagian Electronic Data
Procesing (EDP) sewaktu melakukan kuliah kerja praktek
(KKP) sebagai bahan Proposal Skripsi. Berdasarkan hasil
penelitian diangkatlah judul Analisa Dan Perancangan

ISSN
10: 2406-7741

Sistem Front Office Hotel Pada PT. RATU HOTEL


BIDAKARA
2 Dasar Teori
2.1. Definisi Hotel
Kata HOTELberasal dari kata HOSPITIUM
(bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu
lama kata hospitium mengalami proses perubahan
pengertian dan untuk membedakan antara Guest House
dengan Mansion House (rumah besar) yang berkembang
pada saat itu, maka rumah-rumah besar disebut dengan
HOSTEL. Hostel ini disewakan kepada masyarakat umum
untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, yang
selama menginap, para penginap dikoordinir oleh seorang
host, dan para tamu yang (selama) menginap harus tunduk
kepada peraturan yang dibuat atau ditentukan oleh host
(HOST HOTEL).
Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan
permintaan orang-orang yang ingin mendapatkan
kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang
terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata hostel
mengalami perubahan. Huruf s pada kata hostel tersebut
menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian
kata hostel berubah menjadi Hotel seperti apa yang kita
kenal sekarang. Pengertian hotel di Indonesia adalah suatu
jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan,
makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi
umum yang dikelola secara komersial.
2.2 Definisi Sietem
Disadari atau tidak kita sebagai manusia
sebenarnya selalu berhubungan dengan sistem. Sistem
selalu terdapat dalam hampir semua kegiatan
kehidupan kita. Sistem
yang mudah dilihat dalam
kehidupan kita misalnya,
sistem pembayaran listrik,
sistem transportasi, sistem pembuatan Surat Ijin
Mengemudi (SIM) dan sebagainya.
Setiap sistem baik sistem dalam skala yang besar
maupun dalam skala yang kecil selalu memiliki komponenkomponen atau elemen-elemen sistem. Komponenkomponenen ini dapat berupa subsistem atau bagianbagian yang memiliki sifat dari sistem. Komponenkomponen sistem ini saling berhubungan dan bekerja
sama untuk menciptakan satu kesatuan sehingga sistem
dapat mencapai tujuannya.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


2.3 Definisi Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimaan dan
bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau
mendatang.
Informasi adalah data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya. Bahan bakunya adalah data yaitu suatu
kumpulan fakta-fakta dari suatu peristiwa atau kejadian
yang belum mempunyai arti.
2.4 Definisi Sitem Informasi
Sistem Informasi adalah sekumpulan prosedur yang
terogarnisir dan di jalankan guna dapat menyediakan
infromasi untuk menunjang atau mendukung organinasi.
Sistem informasi memiliki definisi yang berbeda
menurut para ahli, namun secara umum, sistem informasi
adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas
orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung
operasi dan manajemen. Istilah ini digunakan untuk
merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk cara di
mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam
mendukung proses bisnis.
2.5 Definisi Diagram Arus Data (DAD)
Data Flow Diagram (DAD) adalah ide dari suatu
bagan untuk mewakili arus data dalam suatu sistem
bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1967, Martin dan
Estrin memperkenalkan suatu algoritma program dengan
menggunakan symbol lingkaran dan panah untuk mewakili
arus data. Pada tahap analisis, penggunaan notasi ini sangat
membantu sekali di dalam komunikasi dengan pemakai
sistem untuk memahami sistem secara logika. Diagram
yang menggunakan notasi-notasi ini untuk menggambarkan
arus dari data sistem sekarang dikenal dengan nama
diagram arus data (data flow diagram atau DFD).
(Jogiyanto,1990).

pendidikan atau juga pemerintahan sebagai solusi database


atau penyimpanan data.
Pada tahun 2000 Microsoft mengeluarkan SQL
Server 2000 yang merupakan versi yang banyak
digunakan. Berikut ini adalah beberapa fitur yang dari
sekian banyak fitur yang ada pada SQL Server 2000 (Rado,
2005):
a. XML Support. Dengan fitur ini, Anda bisa menyimpan
dokumen XML dalam suatu tabel, meng-query data ke
dalam format XML melalui Transact-SQL dan lain
sebagainya.
b. Multi-Instance Support. Fitur ini memungkinkan Anda
untuk menjalankan beberapa database engine SQL
Server pada mesin yang sama.
c. Data Warehousing and Business Intelligence (BI)
Improvements. SQL Server dilengkapi dengan fungsifungsi untuk keperluan Business Intelligence melalui
Analysis Services. Selain itu, SQL Server 2000 juga
ditambahi dengan tools untuk keperluan data mining.
d. Performance and Scalability Improvements. SQL
Server menerapkan distributed partitioned views yang
memungkinkan untuk membagi workload ke beberapa
server sekaligus. Peningkatan lainnya juga dicapai di
sisi DBCC, indexed view, dan index reorganization.
e. Query Analyzer Improvements. Fitur yang dihadirkan
antara lain: integrated debugger, object browser, dan
fasilitas object search.
f. DTS Enhancement. Fasilitas ini sekarang sudah
mampu untuk memperhatikan primary key dan foreign
key constraints. Ini berguna pada saat migrasi tabel dari
RDBMS lain.
g. Transact-SQL Enhancements. Salah satu peningkatan
disini adalah T-SQL sudah mendukung UDF (UserDefinable Function). Ini memungkinkan Anda untuk
menyimpan rutin-rutin ke dalam database enginen.

Bentuk Bentuk Diagram Arus Data (DAD)

a. Diagram Arus Data fisik (DADF)


Digunakan untuk menggambarkan sisitem yang ada dan
menekankan pada bagaimana proses sistem diterapkan
(dengan cara apa, oleh siapa, dan bagaimana) Termasuk
proses manual.
b. Logical Data Flow Diagram
Digunakan untuk menggambarkan sistem yank akan
diusulkan dan menekankan pada proses-proses apa yang
secara logika dibutuhkan oleh sistem
2.6 Definisi Sql Server
Microsoft SQL Server merupakan produk RDBMS
(Relational Database Management Sistem) yang dibuat
oleh Microsoft. Orang sering menyebutnya dengan SQL
Server saja. Microsoft SQL Server juga mendukung SQL
sebagai bahasa untuk memproses query ke dalam database.
Mirosoft SQL Server banyak digunakan pada dunia bisnis,

ISSN
11: 2406-7741

Gambar 2.5 Tampilan Layar SQL Server 2000


Jenis Perintah Pada SQL Server 2000
Secara garis besar, SQL Server mempunyai 3 (Tiga)
jenis Transact SQL yaitu :
a. Data Definition Language (DDL), merupakan bagian
dari sistem manajemen database yang dipakai untuk

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

b.

c.

mendefinisikan dan mengatur semua atribut dan


properti dari sebuah database.
Data Manipulation Language (DML), merupakan
perintah perintah yang digunakan untuk
menampilkan, menambah, mengubah, dan menghapus
data di dalam Objek Objek yang didefinisikan oleh
DDL.
Control Language (DCL), digunakan untuk
mengontrol hak hak pada Objek Objek database.

3. Perancangan Sitem
Diagram Arus Data sebagai gambaran proses
sistem yang akan digunakan. Perancangan sistem
digambarkan dengan menggunakan basis data diantaranya (
Diagram Kontek, Diagram Overview, dan Diagram Rinci)

2.7 Definisi Sybase PowerBuilder V 11.5


Sybase PowerBuilder adalah sebuah pemograman
development tool untuk membuat aplikasi. PowerBuilder
secara khususnya didesain untuk membangun sebuah
aplikasi yang intensif bekerja menggunakan database
karena dukunganya yang kuat dilengkapi objek komponen
berorientasi database yang tidak dimiliki oleh development
tool lain.

Keterangan :
Dt
Inf
Lp
Gambar 2.6 Tampilan layar PowerBuilder 11.5
Komponen-komponen yang terdapat dipowerbuilder 11.5
diantaranya adalah :
a. Workpase
Workpase adalah ruang kerja untuk pembuatan aplikasi
yang kita bangun.
b. Menubar
Menubar adlah sekumpulan dari beberapa icon-icon
yang masing-masing memiliki perbedaan sesuai
fungsinya, yang setiap fungsi mengandung perintahperintah tertentu.
c. Powerbar
Powerbar adalah serupa dengan toolbar yaitu panel
yang berisi tombol-tombol shortcut untuk item-item
menubar. Shortcut untuk melaksanakan sebuah control
pada objek window.
d. Window Sistem Tree
Window Sistem Tree digunakan selama aktivitas
pengembangan program, misalnya menampilkan objekobjek, membuat dan menjalankan program, men-debug
program dan sebagainya.
e. Window Clip
Window Clip berguna untuk menyimpan potonganpotongan kode program yang sering digunakan, jadi
berfungi sebagai catatan pribadi.

ISSN
12: 2406-7741

: Data
: Info
: Laporan
Gambar 3.1 Diagram Konteks

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Gambar 3.2 Diagram Overview


Gambar 4.2 Tampilan Menu Utamaa Pada Sistem

4. Uji Coba Sistem


Diguanakan sebagai keamanan sistem apabila akan
menggunakan sistem tersebut harus memasukan user id
dan password yang telah di miliki oleh user yang di
dapatkan dari administrator. Apabila pengguna tersebut
tidak mempunyai user id dan password maka tidak bisa
mengoprasikan sistem tersebut.

Pada menu utama pilih menu proses kemudian


pilih reservasi kamar. Pada Form ini melakukan kegiatan
pemesanan kamar, cek-in kamar,pembayaran kamar dan
cek-out kamar.

Gambar 4.3 Tampilan Form Resevasi Kamar Pada Sistem

5. Penutup
5.1 Kesimpulan

Gambar 4.1 Tampilan Login Pada Sistem


Langkah-langkah dalam Login :
a. Masukan user id dan password yang anda miliki,
kemudian klik tombol OK. Kemudian akan masuk pada
menu utamaa dari sistem.
b. Apabila tidak jadi langsung saja klik tombol NO.
Menu utama adalah inti dari program tersebut
dimana banyak kegiatan yang akan dilakukan pada sistem
tersebut, seperti :
a. Input data tamu
b. Input data jenis kamar
c. Input data kamar
d. Input data karyawan
e. Proses pemesanan kamar
f. Proses cek-in kamar
g. Proses pemabayaran kamar
h. Proses cek-out kamar
i. Laporan data tamu
j. Laporan data kamar
k. Laporan data pemesanan kamar
l. Laporan data cek-in kamar
m. Laoran pembayran kamar
n. Laporan cek-out kama

Berdasarkan hasil pembahasan dari analisa dan


perancangan sisitem Front Office hotel sedang berjalan
maupun yang sistem yang diusulkan pada bagian Front
Office pada Ratu Hotel Bidakara dalam penginputan data,
proses Cek-In atau Cek-Out dan pembuatan laporan, maka
dapat diambil kesimpulan :

a. Dengan adanya sistem komputerisasi yang lebih baik

b.

lagi dapat memotivasi sumber daya manusia lebih baik


lagi dan berinovasi dalam meningkatkan mutu
pelayanan terhadap tamu. Selain itu juga dalam
pengolahan data kamar bisa dilakukan dengan cepat
dan akurat, sehingga dapat memberikan kenyaman dan
kemanan terhadap para tamu hotel.
Pelaksanaan proses pemesanan kamar, Cek-In,
pembayaran dan Cek-Out pada Ratu Hotel Bidakara
bisa dilakukan dengan cepat dan akurat dengan
didukungnya sistem komputerisasi yang lebih baik. Hal
ini berdampak baik atas perkembangan hotel dimasa
yang akan datang. Dengan adanya sistem baru ini
aktivitas Ratu Hotel Bidakara dapat lebih mudah dan
tidak memakan waktu banyak dalam setiap memproses
data-data pada bagian Front Office.

5.2 Saran
Hasil dari penelitian dilapangan terhadap
penginputan data, proses reservasi dan pembuatan laporan,
maka dari itu memberikan bebebrapa saran yang mudahmudahan dapat bermanfaat, yaitu :

a. Dalam penggunaan sistem yang baru diperlukan


adaptasi terhadap sisttem lama ke sistem baru. Hal ini
membutuhkan pelatiahn khusus terhadap Staff Ratu
Hotel Bidakara yang bersangkutan dalam bidang ini
agar dapat memahami semua penggunaan sistem
tersebut.

ISSN
13: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


b. Diperlukan koordinasi pelaksanaan yang baik antara

7. Jagat, Irawan. (2013). Pengertian sistem informasi

bagian-bagian yang terkait baik secara langsug maupun


tidak langsung dengan sistem.
Setelah sistem berjalan maka diperlukan pengontrolan
dengan
baik
terhadap
perangkat
lunak
(Software)maupun perangkat keras (Hardware) agar
sistem bisa berjalan dengan baik dan memenuhi
kebutuhan pemakai.

atau
defini
sistem
informasi.
http://jagatsisteminformasi.blogspot.com/2013/04/
pengertian-atau-definisi-informasi.html.
[28
Maret 2014]
Jogiyanto. HM, Analisa Dan Desain Sistem
Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori Dan
prakter aplikasi bisnis, Ed.2 Cet. 1 Andi,
Yogyakarta, 1999.
Kusnaedi , wijaya. (2013). Pengertian tentang
Hotel.
http://apartelganesha.blogspot.com/2013/04/penge
rtian-hotel.html [02 April 2014]
Prih Adi Utomo https://www.direktori.umy.ac.id
Rudi, Irman.(2010). Definisi dan jenis hotel
bersadasarkan
jumlah
kamar.http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/07/
pengantar-perhotelan-definisi-hotel.html
[28
Maret 2014]
Sulastiono. (2001). Jenis-Jenis Kamar Hotel.
Jakarta
Syahrial. Chan (2009). Mengenal bahasa
pemrogrman sybase powerbuilder Versi 11.5.
http://en.wikipedia.org/wiki/PowerBuilder
[04
April 2014]
Sybase.
(2008). pemrograman berbasis
datawindow. http://www.sybase.com/ [02 April
2014]

c.

Daftar Pustaka

8.

9.

1. Andres (2009), Analisa Sistem Informasi Reservsi


Berbasis Web.

2. Bambang,Hariyanto. ,( 2000). Struktur Data.


3.

4.
5.
6.

Bandung.
Direktorat, Jendral Pajak. (2011). Pajak Hotel
adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel.
http://www.slideshare.net/kotaserang/peraturandaerah-kota-serang-nomor-14-tahun-2008tentang-pajak-hotel
Djuandi,
Feri.(
2003).
Pemrograman
PowerBuilder Dengan SQL Server 2000. Jakarta.
Harsiti. St, (2007) Sistem Basis Data.
Henny, Kusniati (2007), Sistem Informasi
Manajemen Perhotelan Dengan Aplikasi Visual
Basic Studi Kasus Pada Puri Indrakila Hotel Dan
Cottage Unggaran.

ISSN
14: 2406-7741

10.
11.

12.
13.

14.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI UNTUK KEBUTUHAN PERIZINAN
PENDIRIAN MENARA TELEKOMUNIKASI SELULER PADA
DISHUBKOMINFO KABUPATEN SERANG
Sidki Fauzi 1, Yani Sugiyani 2
Program Studi Teknik Informatika
Universitas Serang Raya
1

Sidkifauzi736@gmail.com, 2 Yani.sugiyani@yahoo.co.id

Abstrak - Perkembangan bidang telekomunikasi seluler di


Indonesia, khususnya di Kabupaten Serang begitu pesat
saat ini. Baik operator telekomunikasi yang telah lama
berdiri dan juga operator-operator yang baru berdiri,
perkembangannya mulai terlihat nyata dan sangat cepat.
Hal ini dapat kita lihat dari segi infrastruktur pembangunan
menara telekomunikasi seluler yang selalu bertambah
sehingga semakin banyak menara telekomunikasi seluler
yang didirikan di kabupaten Serang. Sistem Informasi
Perizinan Pendirian Menara Telekomunikasi Seluler adalah
suatu sistem yang akan membantu petugas pada Dinas
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Serang dalam
kegiatan pemberian rekomendasi mendirikan menara,
sistem ini juga dilengkapi dengan sistem pelaporan yang
sistematis dan akurat. Sistem Informasi Perizinan Pendirian
Menara Telekomunikasi Seluler ini dibuat dengan
menggunakan pemrograman Microsoft Visual Studio 2010
dan SQL Server 2008 sebagai basis data. Metode
pengembangan sistem yang digunakan adalah metode
Waterfall yang meliputi tahap analisis, desain, coding dan
testing.
Kata kunci : Menara, Telekomunikasi, Microsoft Visual
Studio 2010, SQL Server 2008

1. PENDAHULUAN
Perkembangan bidang telekomunikasi di Indonesia,
khususnya di kabupaten Serang begitu pesat saat ini, baik
operator telekomunikasi yang telah berdiri lama dan juga
operator-operator yang baru berdiri, perkembangannya
mulai terlihat nyata dan sangat cepat.
Hal ini dapat kita lihat dari segi infrastruktur
pembangunan menara telekomunikasi seluler yang selalu
bertambah seiring dengan waktu berjalan. Sehingga
semakin banyak menara telekomunikasi seluler yang
didirikan di kabupaten Serang. Persoalan muncul karena
masing-masing operator telekomunikasi membangun
menaranya sendiri-sendiri. Hal ini terlihat dengan jelas
banyaknya menara telekomunikasi yang berdiri di satu
lokasi yang sama. Di lokasi-lokasi tersebut ada dua atau
lebih menara telekomunikasi, bahkan di beberapa tempat

ISSN
15: 2406-7741

berdiri empat menara sekaligus, yang berarti ada empat


operator telekomunikasi yang berbeda. Jika hal ini tidak
ditertibkan akan berdiri lebih banyak lagi menara
telekomunikasi di lokasi yang sama dan pembangunan
menara telekomunikasi akan berjalan tanpa kendali.

2. DASAR TEORI
2.1 Pengertian Telekomunikasi
Menurut Peraturan Bupati Serang Nomor 52 tahun
2011 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Rekomendasi
Pengendalian Menara Telekomunikasi, telekomunikasi
adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau
penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tandatanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.

2.2 Pengertian Menara Telekomunikasi


Menurut Peraturan Bupati Serang Nomor 52 tahun
2011 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Rekomendasi
Pengendalian Menara Telekomunikasi,
menara
telekomunikasi adalah bangunan khusus yang berfungsi
sebaga penunjang jaringan telekomunikasi yang desain/
bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi.

2.3 Pengertian Rekomendasi


Menurut Peraturan Bupati Serang Nomor 52 tahun
2011 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Rekomendasi
Pengendalian Menara Telekomunikasi, rekomendasi adalah
rekomendasi
koordinat
untuk pendirian menara
telekomunikasi sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh Izin Membangun Menara Telekomunikasi.

2.4 Pengertian Zona Cell Plan

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Menurut Peraturan Bupati Serang Nomor 52 tahun
2011 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Rekomendasi
Pengendalian Menara Telekomunikasi, zona cell plan
adalah zona area dalam radius tertentu dari titik pusat area
cell plan yang terdiri atas zona-zona area yang berisikan
menara eksisting yang akan menjadi bagian dari menara
bersama dan zona-zona baru untuk mengakomodasi
kebutuhan pembangunan menara-menara baru.

3. PERANCANGAN SISTEM
3.1 Diagram Konteks
Diagram konteks merupakan alat untuk struktur
analisis. Pendekatan terstruktur ini mencoba untuk
menggambarkan sistem secara garis besar atau
keseluruhan. Dalam penggambaran ini, sistem dianggap
sebagai sebuah objek yang dijelaskan secara rinci, karena
yang tekankan adalah interaksi sistem dengan lingkungan
yang mengaksesnya.

Gambar 3.2 Diagram Overview

4. UJI COBA SISTEM


a. Form Splash

Gambar 4.1 Form Splash


Keterangan :
Form Splash Screen dimunculkan di
awal dijalankannya

b. Form Login

Gambar 3.1 Diagram Konteks


3.2 Diagram Overview
Diagram Level 0 adalah Diagram yang
menunjukkan semua proses utama yang menyusun
keseluruhan sistem.

ISSN
16: 2406-7741

Gambar 4.2 Form Login


Keterangan :
Pada form ini user di haruskan memasukan username
dan password yang telah terdaftar agar dapat masuk ke
dalam menu utama aplikasi.
a. Form Menu Utama

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


penyajian laporan terjamin ketelitian dan
kebenarannya.
Mempermudah proses monitoring menara telekomunikasi
seluler yang telah berdiri di Kabupaten Serang.

5.2 Saran
Gambar 4.3 Form Utama
Keterangan :
Rancangan form menu utama ini merupakan form
yang berisi
pilihan menu yang dapat diakses
setelah login.
b. Form Permohonan

Gambar 4.8 Form Permohonan


Keterangan :
Form ini berfungsi untuk mengolah data
permohonan
.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian yang telah dikemukakann
pada Analisis Sistem Informasi Untuk Kebutuhan Perizinan
Pendirian Menara Telekomunikasi Seluler Pada
DISHUBKOMINFO Kabupaten Serang, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Dengan dibangunnya sistem informasi yang
dapat mengelola data perizinan pendirian
menara telekomunikasi seluler lebih akurat,
cepat dan efesiensi waktu. Dikarenakan hal
tersebut akan menunjang kinerja pegawai
instansi khususnya pada bidang komunikasi
dan informatika.
2.
Kesalahan dalam proses pengolahan data
perizinan pendirian menara telekomunikasi
seluler dapat terhindarkan.
3.
Dengan adanya sistem informasi ini
diharapkan dapat mempercepat proses
pembuatan laporan yang sebelumnya masih
menggunakan tulisan tangan sehingga

ISSN
17: 2406-7741

Dengan adanya kesimpualan atas penelitian yang telah


di lakukan maka dari itu dapat di kemukakan beberapa
saran yang dapat menjadi bahan atau data untuk
mempertimbangkan lebih lanjut dalam usaha meningkatkan
pemrosesan data menara telekomunikasi yang ada pada
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Serang.
Adapun beberapa saran yang di anggap berguna
antara lain di bawah ini :
1. Sistem informasi untuk kebutuhan
perizinan
pendirian
menara
telekomunikasi
seluler
pada
DISHUBKOMINFO Kabupaten Serang
dapat dikembangkan lagi dengan
menambah
sistem
pemetaan
geografis.
2. Memberikan pelatihan bagi pegawai yang
akan menggunakan aplikasi ini, sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan dan
penginputan data.
3. Diberikan pemeliharaan (Maintance) terhadap
sistem secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

1. Emaus,
2.
3.
4.
5.
6.

7.

2014.
Micorosoft
SQL
Server
http://id.m.wikipedia.org/wiki/SqlServer , 14 Juli
2014, pk.15.00.
Emaus,
2014.
Microsoft
Visio.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Microsoft_Visio, 14
Juli 2014, pk. 16.00.
Jogiyanto. 2009. Sistem Teknologi Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem
Informasi: Pendekatan Terstruktur,
Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta:
Andi.
Muslimin, Ikhwanul. 2011. Sistem Informasi
Monitoring Perizinan Menara
Telekomunikasi Seluler Pada Dinas Komunikasi
Dan Informatika Kota Palembang Menggunakan
Delphi 2007 Dan Sql Server 2012. Skripsi.
STMIK PalCom Tech Palembang. Diterbitkan.
NHSKR, 2014. Microsoft Visual Studio.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Microsoft
Visual_Studio, 14 Juli 2014, pk. 15.00.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


8. Peraturan Bupati Kabupaten Serang. 2011.
Penataan dan Pembangunan Menara
Telekomunikasi Bersama". 2011. Serang
Pemerintah Kabupaten Serang.

ISSN
18: 2406-7741

9. Peraturan Bupati Kabupaten Serang. 2011.


Petunjuk Teknis Pemberian Rekomendasi
Pengendalian Menara Telekomunikasi. 2011.
Serang : Pemerintah Kabupaten Serang.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

SIMULASI PEMESANAN DESAIN KEMASAN BERBASIS ANIMASI 3D UNTUK


MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PELAYANAN PADA DINAS PERINDUSTRIAN
DAN PERDAGANGAN UPT BPTSI PROVINSI BANTEN
Mardiono, Mulyadi
Program Studi Teknik Informatika
Universitas Serang Raya
mardiono32@gmail.com, 2mulyadi@gmail.com
Abstrak - Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan
Teknologi dan Standarisasi Industri (UPT BPTSI) Provinsi
Banten didirikan sebagai upaya akselerasi bimbingan dan
pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) melalui
ketersediaan suatu unit pusat informasi dan komunikasi,
sehingga dapat membantu setiap Industri Kecil Menengah
(IKM) yang ingin maju dan berkembang. Simulasi
merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi atau
proses-proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan
bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa
asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa
dipelajari.Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode animasi 3D.Informasi yang di berikan melalui
animasi 3D ini yaitu tentang proses pemesanan desain dan
kemasan yang ada pada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan
Teknologi dan Standarisasi Industri (UPT BPTSI) Provinsi
Banten. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa : Tingkat efektifitas pelayanan desain dan kemasan
yang ada pada instansi ini masih tergolong rendah,
sehingga dibuatlah simulasi pemesanan desain kemasan
berbasis animasi 3D untuk meningkatkan efektifitas
pelayanan pada UPT BPTSI Provinsi Banten.
Kata Kunci: Simulasi, Animasi 3D, UPT BPTSI Provinsi
Banten.
1. PENDAHULUAN
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Teknologi
dan Standarisasi Industri (UPT BPTSI) Provinsi Banten
merupakan instansi pemerintahan yang melayani seluruh
masyarakat yang ada di Provinsi Banten, salah satu
pelayanan yang di berikan adalah pelayanan desain
kemasan dan merek. Kemasan dapat didefinisikan sebagai
seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau
bungkus suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal yaitu
merek, kemasan itu sendiri dan label. Pelayanan ini di
fokuskan untuk pengusaha Industri Kecil Menengah (IKM)
yang ingin mendapatkan desain sekaligus kemasan untuk
kepentingan usahanya. Metode penyampaian yang
konvensional membuat informasi yang di berikan kepada
kelompok Industri Kecil Menengah (IKM) menjadi kurang
efektif, karena metode tersebut hanya menggunakan buku
panduan, atau secara lisan. Cara menyampaiakan informasi

dengan menggunakan buku ini dirasa kurang efektif karena


keterbatasan buku panduan yang ada, serta daya tahan buku
yang akan rusak seiring berjalannya waktu. Informasi yang
disampaikan secara lisan juga kurang begitu efektif karena
sering kali para pengusaha Industri Kecil Menengah (IKM)
merasa malu untuk menanyakan informasi yang dianggap
belum jelas, sehingga informasi yang di dapat kurang
memadai.
Dengan kecanggihan teknologi komputer yang ada saat
ini, metode penyampaian yang konvensional tersebut akan
digantikan dengan animasi 3D yang memudahkan dalam
informasi proses pemesanan desain kemasan yang menarik
dan lebih terlihat nyata. Informasi yang dilengkapi dengan
simulasi dan animasi akan lebih mudah dipahami oleh
semua pihak, terutama pengusaha Industri Kecil Menengah
(IKM), dan terbukti lebih tinggi tingkat efektifitasnya
dibandingkan dengan cara konvensional karena manusia
lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi
dengan cara dengan cara mendengar dan melihat. Animasi
merupakan suatu kegiatan menghidupkan, mengerakkan
benda mati (Kadek Gus Yuda Ermawan, 2011). Sedangkan
Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi
atau proses-proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan
bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa
asumsi tertentu sehingga asumsi tersebut bisa dipelajari
secara ilmiah (Law and Kelton, 1991). pembahasan
masalah, sedangkan saran untuk memberikan bahan acuan
bagi
peningkatan
kinerja
serta
kemungkinan
pengembangan sistem yang lebih baik.
2. DASAR TEORI
2.1 Kemasan

a. Pengertian Kemasan
Kemasan/packaging berasal dari kata package yang
artinya sepadan dengan kata kerja membungkus atau
mengemas dalam bahasa Indonesia, sehingga secara
harfiah pengertian packaging dapat diartikan sebagai
pembungkus atau kemasan.

b. Fungsi Kemasan
Hermawan Kartajaya (1997), Seorang pakar di bidang
pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat

ISSN
19: 2406-7741
1

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


packaging berubah fungsi, dulu orang bilang Packaging
protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang
dijual). Sekarang, Packaging sells what it protects
(Kemasan menjual apa yang dilindungi). Dengan kata
lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah
tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.
c. Desain Kemasan
Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang
baik adalah kemasan tersebut harus simple (sederhana),
fungsional dan menciptakan respons emosional positif
yang secara tidak langsung berkata, Belilah saya..
2.2 Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpurapura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
2.3 Animasi 3D
Animasi (animation) berasal dari perkataan latin yang
membawa arti dihidupkan. Dengan kata lain, animasi
merujuk kepada satu perbuatan atau proses menjadikan
sesuatu agar kelihatan hidup. Secara keseluruhannya,
animasi boleh didefinisikan sebagai satu proses
menghidupkan atau memberikan gambaran bergerak
kepada sesuatu yang statik agar kelihatan hidup dan
dinamik.
2.4. Objek Penelitian
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Teknologi dan
Standarisasi Industri (UPT BPTSI) Provinsi Banten
beralamatkan di Jl.Ciwaru Raya No 65 Cipocok Jaya Kota
Serang, Banten.
3. Desain Penelitian
3.1 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metodologi pengembangan multimedia yang
dikembangkan oleh Luther (1994) menurut Luther, metode
pengembangan multimedia terdiri dari enam tahap yaitu
concept, design, material collecting, assembly, testing, dan
distribution. (Binanto, 2010 : 260).

ISSN
20: 2406-7741

Gambar 1 Tahap Pengembangan Multimedia Menurut


Luther (1994)

a. Concept
Concept (pengonsepan) adalah tahap untuk menentukan
tujuan dan siapa pengguna program aplikasi (identifikasi
audiens). Tujuan dan pengguna akhir program berpengaruh
pada nuansa multimedia sebagai pencerminan dari identitas
organisasi yang menginginkan informasi sampai pada
pengguna akhir.
b. Design
Design (perancangan) adalah tahap pembuatan
spesifikasi mengenai arsitektur program,gaya, tampilan dan
kebutuhan material atau bahanuntuk program. Jenis design
dalam tahap ini diantaranya yaitu :
i.
Design berbasis media,
seperti storyboard atau flowchart view.
ii.
Design struktur navigasi
iii.
Design berorientasi objek
Biasanya salah satu atau lebih design di atas
diterapkan, seperti: storyboard dan struktur navigasi atau
dengan flowchart view.
c. Material collecting
Material collecting (pengumpulan bahan) adalah tahap
pengumpulan dan pengelompokan bahan yang sesuai
dengan kebutuhan rancangan. Bahan-bahan tersebut antara
lain gambar clip art, foto, animasi,
video, audio, dan
lain-lain. Yang dapat diperoleh secara gratis atau dengan
pemesanan kepada pihak lain sesuai dengan rancangan,
ataupun dibuat sendiri dengan piranti lunak pembuat media
yang diperlukan, disesuaikan dengan kebutuhan rancangan.
d. Assembly
Tahap assembly (pembuatan / penyusunan aplikasi)
adalah tahap pembuatan semua objek atau bahan
multimedia. Pembuatan aplikasi didasarkan pada tahap
design, seperti storyboard dan struktur navigasi atau bagan
alir.
e. Testing
Pada tahap testing (pengujian) dilakukan setelah
menyelesaikan tahap pembuatan (assembly) dengan
menjalankan aplikasi / program dan melihatnya apakah ada
kesalahan atau tidak.
f. Distribution
Pada tahap ini, aplikasi akan disimpan dalam
suatu media penyimpanan. Jika media penyimpanan tidak
cukup untuk menampung aplikasinya, kompresi terhadap
aplikasi tersebut akan dilakukan. Tahap ini juga dapat
disebut tahap evaluasi untuk pengembangan produk yang
sudah jadi supaya menjadi lebih baik. Hasil evaluasi ini
dapat digunakan sebagai masukan untuk tahap concept
pada produk selanjutnya.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


4. Uji Coba Sistem
Simulasi animasi 3D dibuat menggunakan gabungan dari
beberapa software yaitu: 3Ds Max 2010, Adobe Primiere
CS4, Adobe Soundbooth CS4, dan Adobe After effect CS4.
4.1 Tampilan Simulasi

dikembangkan lebih beragam lagi dalam hal


animasi, desain, fitur, musik, serta konsep
informasi yang dikemas agar lebih menarik lagi.
b. Perawatan simulasi yang juga harus
diperhatikan, dengan selalu meng update
informasi yang ingin disampaikan kepada objek
sasaran.
Dipublish versi online, Hal ini dimaksudkan agar simulasi
pemesanan desain kemasan berbasis animasi 3D ini bisa
semakin diketahui secara luas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Binanto, Iwan. (2010). Multimedia Digital-Dasar


Teori Dan
ANDI

Pengembangannya.Yogyakarta:

2. Buku Pedoman Skripsi. Universitas Serang Raya.


2014/2015.

3. Handayani, Tri Kusuma. (2011). Pembuatan


Animasi 3D Organ Reproduksi Manusia Untuk
Meningkatkan Pemahaman Remaja Dalam
Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi Remaja.
Laporan Penelitian : UIN

4. I Wayan Mudra (2010). Desain Kemasan


Produk Pelatihan Pembuatan Kemasan pada
Kegiatan Pembinaan Kemampuan Teknologi
Industri di Kota Denpasar. Hlm 1- 6
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa terlihat bahwa simulasi
pemesanan desain kemasan berbasis animasi 3D ini
memiliki strategi yang sangat bagus untuk meningkatkan
efektifitas pelayanan yang ada di instansi. Selain itu,
simulasi ini memiliki objek penyampaian pesan langsung
kepada para industri kecil menengah (IKM) karena
menggunakan teks, animasi, gambar (visual dan audio).

5. Kadek Gus Yuda Ermawan (2011). Simulasi dan


Animasi Pemrograman Simulasi. Hlm 1-11

6. Leno Sambodo dan Sukadi (2013). Perancangan


Animasi 3 Dimensi Sosialisasi Tsunami Early
Warning System Kabupaten Pacitan Jurnal
Indonesian

7. Journal on Networking and Security (IJNS). Hlm


1-7

8. Luther, Arc C. (1994). Authoring Interactive


Multimedia. San Fransisco: AP Profesional.
5.2 Saran
Untuk merancang simulasi pemesanan desain
kemasan berbasis animasi 3D ini diperlukan sumber daya
yang kreatif, pemahaman software aplikasi dan penggunaan
efek audio video yang tepat. Untuk itu penyusun
memberikan saran untuk dipertimbangkan baik dalam
perancangan maupun pemanfaatan multimedia, diantaranya
yaitu:
a. Pembuatan simulasi pemesanan desain kemasan
berbasis animasi 3D yang dibuat penyusun dapat

ISSN
21: 2406-7741

9. Maryono, Donny. (2007). Pembangunan Aplikasi


Perangkat Ajar Statistika Berbasis 3D. Laporan
Penelitian : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

10. McGloughlin, Stephen. (2001). Multimedia:


Concept and Practice. New Zersey: Prentice Hall.

11. Saeba. (2008). Modeling dan Animasi dengan 3D


Studio Max 2008 dan 2009. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


12. Setiawan, Arif. (2012). Sosialisasi Tsunami

14. Suyanto, M. (2003). Multimedia Alat Untuk

Sebagai Upaya Pencegahan Banyaknya Jatuh


Korban Menggunakan Film Animasi. Laporan
Penelitian : Universitas Kanjuruhan Malang

Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta:


ANDI

13. Sutopo, Ariesto Hadi. (2003). Multimedia


Interaktif Dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu

ISSN
22: 2406-7741

15. Zulfahmi Erdinal, dkk (2013). Simulasi 3D


Pesawat Terbang dengan Pengontrolan Joystick
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer. Hlm 211222

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Jurusan


Siswa Baru di SMK Negeri 1 Kragilan Menggunakan
Metode Naive Bayes
Dian Tri Budianto1, Agus Irawan2
Program Study Strata Satu Teknik Informatika
Universitas Serang Raya
1
dyanzzz@gmail.com, 2agus.irawan@unsera.ac.id
Abstrak SMKN 1 Kragilan merupakan Sekolah
Menengah Kejuruan yang memberikan pendidikan kepada
siswa siswinya dalam hal kemampuan khusus sesuai
jurusan yang diminatinya, dan bertujuan meningkatkan
kualitas siswa siswi sebelum masuk kedalam dunia kerja.
Salah satu hal penting yang dapat menentukan kualitas
siswa di dalam dunia kerja yaitu dapat masuk kedalam
jurusan yang sesuai dan diminati oleh siswa dan siswi
tersebut. Dalam pemilihan jurusan dilakukan pada awal
siswa masuk sekolah ketika mendaftarkan diri di SMKN 1
Kragilan, penjurusan didasari dengan nilai UN, yang sudah
sudah ditentukan sebelumnya untuk persyaratan.
Diharapkan dengan dukungan system yang dibangun ini
dapat menyelesaikan permasalahan dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan jurusan siswa baru, agar
siswa tidak salah dalam memilih jurusan yang sesuai
dengan minat dan bakatnya.
Kata Kunci : SMKN 1 Kragilan, System Pendukung
Keputusan, Naive Bayes, System Penentuan Jurusan

1. PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan setiap tahunnya terus berusaha
meningkatan mutu pendidikan khususnya Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dengan harapan lulusannya
dapat memiliki ketrampilan dan keahlian lebih
dibandingkan sekolah sederajat, hal tersebut dilakukan
demi meningkatkan kualitas lulusan sehingga siap
memasuki dunia kerja. Antusias siswa lulusan SMP untuk
masuk SMK cukup besar, tetapi kebanyakan mereka
kurang matang untuk memilih jurusan yang ada sesuai
kemampuannya, akibatnya cukup banyak siswa baru yang
gagal di tengah jalan ketika mereka sudah diterima di
SMK, banyak juga kasus siswa yang merasa tidak cocok
dengan jurusan yang dipilihnya ketika ia telah memperoleh
pelajaran disekolah siswa tersebut tidak merasa nyaman
dengan pelajaran yang ditempuh. [1]

2. DASAR TEORI
2.1. DATA MINING

ISSN
23: 2406-7741

Data mining adalah penambangan atau penemuan


informasi baru dengan mencari pola atau aturan tertentu
dari sejumlah data yang sangat besar. Data mining juga
disebut sebagai serangkaian proses untuk menggali nilai
tambah berupa pengetahuan yang selama ini tidak
diketahui secara manual dari suatu kumpulan data. [2]

2.2. METODE KLASIFIKASI


Klasifikasi adalah proses untuk menemukan model
atau fungsi yang menjelaskan atau membedakan konsep
atau kelas data, dengan tujuan untuk dapat memperkirakan
kelas dari suatu objek yang labelnya tidak diketahui. Dalam
mencapai tujuan tersebut, proses klasifikasi membentuk
suatu model yang mampu membedakan data kedalam
kelas-kelas yang berbeda berdasarkan aturan atau fungsi
tertentu. Model itu sendiri bisa berupa aturan jika-maka,
berupa pohon keputusan, atau formula matematis. [3]

2.3. TEOREMA BAYES


Dalam teori probabilitas dan statistika, teorema
Bayes adalah sebuah teorema dengan dua penafsiran
berbeda. Dalam penafsiran Bayes, teorema ini menyatakan
seberapa jauh derajat kepercayaan subjektif harus berubah
secara rasional ketika ada petunjuk baru. Dalam penafsiran
frekuentis teorema ini menjelaskan representasi invers
probabilitas dua kejadian. Teorema ini merupakan dasar
dari statistika Bayes dan memiliki penerapan dalam sains,
rekayasa, ilmu ekonomi (terutama ilmu ekonomi mikro),
teori permainan, kedokteran dan hukum. Penerapan
Teorema Bayes untuk memperbarui kepercayaan
dinamakan inferens Bayes.[4]

2.4. NAIVE BAYES


Algoritma Naive Bayes merupakan salah satu
algoritma yang terdapat pada teknik klasifikasi. Naive
Bayes merupakan pengklasifikasian dengan metode
probabilitas dan statistik yang dikemukan oleh ilmuwan
Inggris Thomas Bayes, yaitu memprediksi peluang di masa
depan berdasarkan pengalaman dimasa sebelumnya
sehingga dikenal sebagai Teorema Bayes. Teorema tersebut

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


dikombinasikan dengan Naive dimana diasumsikan kondisi
antar atribut saling bebas. Klasifikasi Naive Bayes
diasumsikan bahwa ada atau tidak ciri tertentu dari sebuah
kelas tidak ada hubungannya dengan ciri dari kelas lainnya.
Dasar dari metode Naive Bayes adalah teorema bayes yang
menyatakan bahwa, jika X merupakan sampel data kelas
(label) yang tidak diketahui, dan H adalah hipotesa dimana
X merupakan data klas (label) C, dan P(H) adalah peluang
dari hipotesa H, kemudian P(X) dinyatakan sebagai
peluang kejadian X (data sample) yang diamati, maka P(X|
H) adalah peluang data sample X, yang diasumsikan bahwa
hipotesa H bernilai benar (valid).[4]

3. Design Penelitian
3.1. Metodologi
Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah jenis
penelitian informasi kuantitatif yaitu pengambilan data
yang telah dikumpulkan oleh SMKN 1 Kragilan.

3.2. Sampling
NO

JURUSA
N

B.
IND

NILAI UN
B.
MTK
ING

AK

8.6

6.6

2
3
4
5

AK
AK
AK
AK

8.8
8.4
6.6
7.4

6.2
7.5
4.4
4.8

4.5
7.7
8.5
4.5

AK

3.6

AK

3.8

2.5

AK

3.2

2.5

9
10

AK
AK

8
5.4

4.2
4.2

3.5
2.5

11

AK

3.8

6.8

7.25

12

AK

5.4

7.25

13
14
15
16

AK
AK
AK
AK

8.4
5
6.4
5.6

7.5
3.2
4
3.8

7.8
3.25
4
2

17

AK

5.4

1.8

2.75

18

APK

4.6

6.4

3.75

19

APK

7.8

5.8

5.5

20

APK

7.6

5.2

3.75

ISSN
24: 2406-7741

IPA
5.2
5
4.5
8.2
7
4
3.2
5
7.2
5
2.7
5
4
3
6.7
5
4.2
5
8.2
3
3
4
6.7
5
6.5
5.2
5
2

21

APK

5.8

3.5

22

APK

8.2

4.4

23

APK

7.2

2.75

24
25
26
27

APK
APK
APK
APK

8
6.2
3.2
7.6

5
3.8
6.2
2.6

3
3.25
2
3.25

28

APK

3.8

3.25

29

APK

5.8

2.25

30

APK

8.2

6.4

6.5

31

APK

7.8

3.25

32

APK

7.4

2.5

33

APK

3.8

3.5

34

APK

5.2

3.25

35

APK

5.2

3.6

7.25

36

APK

3.2

1.25

37
38

APK
APK

8.2
4.6

4
3.8

2.5
4.25

39

APK

5.4

3.4

3.75

40

APK

6.2

3.6

2.75

41

APK

7.4

3.6

2.75

42

APK

6.4

4.2

2.25

43

APK

6.4

7.25

44

APK

3.4

3.6

45

MESIN

3.75

46

MESIN

4.6

4.6

3.75

47

MESIN

3.25

48

MESIN

4.8

4.8

49

MESIN

4.6

4.6

4.75

50

MESIN

5.2

5.2

7.75

51

MESIN

2.5

52
53
54
55

MESIN
MESIN
MESIN
MESIN

2.6
2
3.4
3.6

2.6
2
3.4
3.6

7.25
3.25
2.25
2

56

MESIN

6.2

6.2

2.7
5
3
4.2
5
3
3.5
5.5
5
5.2
5
2.5
5.2
5
4.2
5
4.5
3.7
5
3.7
5
7
3.7
5
4
4.5
7.2
5
3.2
5
2.5
3.2
5
2
2.7
5
7.2
5
7.7
5
4
2.2
5
3
4.2
5
2.2
5
4
4.5
6.5
7
3.2
5

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


57

MESIN

5.8

5.8

4.5

58

MESIN

7.4

7.4

6.5

59
60
61

MESIN
MESIN
MESIN

3.2
7.6
4.4

3.2
7.6
4.4

3
5.25
7.75

62

MESIN

63

MESIN

5.4

5.4

3.5

64

MESIN

3.4

3.4

65

MESIN

3.8

3.8

3.25

66

MESIN

2.6

2.6

3.75

67

MESIN

4.6

4.6

4.75

68

MESIN

8.7

8.7

7.8

69

MESIN

2.8

2.8

2.25

70

MESIN

3.8

3.8

3.75

71

MESIN

5.4

5.4

3.5

72
73

MESIN
MESIN

6.4
2.8

6.4
2.8

6.75
3.5

74

MESIN

5.2

5.2

6.75

75

MESIN

3.2

3.2

3.25

76

MESIN

4.8

4.8

1.75

77

MESIN

3.2

3.2

6.75

78
79

MESIN
OTO

6.4
5.6

6.4
3.4

7.25
4

80

OTO

6.8

3.4

3.25

81

OTO

8.2

6.4

4.2

82

OTO

6.2

4.4

3.75

83

OTO

4.75

84
85

OTO
OTO

7.8
6.2

3.4
3.6

3.75
2.5

86

OTO

5.4

4.4

87

OTO

6.4

2.6

3.75

88
89
90
91
92

OTO
OTO
OTO
OTO
OTO

5.2
8.2
6
6.8
5.4

4.2
7
3.4
4.6
3.2

7
7
3
5
3.5

ISSN
25: 2406-7741

7.4
2.7
5
7
5.1
6.5
3.2
5
7.2
5
3.2
5
7
4.2
5
3.2
5
7.7
5
7
3.7
5
4.7
5
6
3.5
3.7
5
3.2
5
6.7
5
6.7
5
8
3
3.7
5
4.7
5
3
4.7
5
4
2.5
4.7
5
4.2
5
3
8
4.5
6
3.7

5
3.5
3
3.7
5
3.2
5
3.7
5
4.2
5
2.2
5

93
94

OTO
OTO

6.8
5.4

3
5.4

3
2

95

OTO

7.2

4.6

2.5

96

OTO

3.8

1.75

97

OTO

6.4

4.2

4.5

98

OTO

7.2

4.2

3.25

99

OTO

5.2

OTO

3.6

3.75

OTO

7.4

4.4

3.25

3.5

OTO

2.75

OTO

8.4

5.7

8.5

OTO

7.4

7.25

OTO

3.2

5.4

7.75

OTO

7.2

3.2

3.25

2.5

OTO

4.6

4.2

1.75

3.5

OTO

5.6

3.8

3.5

4.5

OTO

7.2

3.2
5

OTO

4.4

5.8

5.25

OTO

7.6

6.8

6.25

OTO

7.8

4.2

OTO

7.8

5.5

OTO

6.6

3.8

2.75

OTO

4.2

OTO

5.4

OTO

4.8

6.75

OTO

6.4

3.8

2.5

OTO

5.2

8.5

OTO

7.6

3.8

2.75

10
0
10
1
10
2
10
3
10
4
10
5
10
6
10
7
10
8
10
9
11
0
11
1
11
2
11
3
11
4
11
5
11
6
11
7
11
8
11
9
12

7.2
5
6.7
5

3.7
5
3.7
5
7.2
5
6.7
5
5.5
2.7
5
3.5

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


0
12
1
12
2
12
3
12
4
12
5
12
6
12
7
12
8
12
9
13
0
13
1
13
2
13
3
13
4
13
5
13
6
13
7
13
8
13
9
14
0
14
1
14
2
14
3
14
4
14
5
14
6

OTO

7.2

3.8

1.75

OTO

2.5

OTO

4.8

2.8

2.5

OTO

4.6

3.6

4.5

5
4.7
5
4.2
5
3.2
5

OTO

5.4

2.4

7.5

OTO

5.8

8.6

8.25

OTO

4.2

OTO

3.2

4.25

OTO

4.4

4.4

2.5

OTO

6.6

4.4

OTO

6.6

3.6

3.5

OTO

5.2

4.4

3.5

5
5.2
5
6.7
5
4.7
5
3.5
3.5
3.7
5
3.2
5
5.2
5
4.7
5

TKJ

8.6

6.2

2.5

TKJ

5.4

7.25

TKJ

7.8

7.4

3.5

TKJ

7.6

4.2

TKJ

7.4

6.4

5.75

7.5

TKJ

4.4

7.25

3.7
5

TKJ

7.8

5.8

3.75

3.5

TKJ

7.6

4.5

4.7
5

TKJ

8.6

7.75

TKJ

7.8

3.6

3.25

TKJ

4.6

3.75

TKJ

8.2

5.6

4.5

TKJ

7.8

6.6

5.7

TKJ

7.2

4.5

ISSN
26: 2406-7741

14
7
14
8
14
9
15
0
15
1
15
2
15
3
15
4
15
5
15
6
15
7
15
8
15
9
16
0
16
1
16
2
16
3
16
4
16
5
16
6
16
7
16
8
16
9
17
0
17
1
17
2
17
3

TKJ

6.4

7.5

8.2

8.7

TKJ

7.8

4.8

5.5

4.5

TKJ

8.4

7.1

7.7

8.6

TKJ

8.2

4.6

3.5

TKJ

3.2
5

TKJ

6.8

4.2

2.25

TKJ

4.2

4.75

4.2
5

TKJ

6.8

4.4

4.25

TKJ

3.2

5.8

2.75

TKJ

3.2

3.4

6.75

TKJ

6.5

TKJ

3.2

5.2
5

TKJ

6.4

4.8

3.25

TKJ

3.8

2.75

2.5

TKJ

6.5

8.1

7.9

7.6

TKJ

6.2

4.6

3.2

3.5

TKJ

4.2

TKJ

3.2

7.25

3.5

TKJ

3.5

TKJ

7.2

5.6

5.75

3.7
5

TKJ

7.2

4.2

3.5

TKJ

4.2

5.25

4.5

TKJ

3.2

7.2

3.5

3.5

TKJ

6.8

6.8

7.25

6.2
5

TKJ

8.6

3.6

3.25

TKJ

6.2

3.2

3.25

TKJ

6.4

3.8

4.5

6.7
5
2.7
5

3.7
5
4.2
5

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


17
4
17
5
17
6
17
7
17
8
17
9
18
0
18
1
18
2
18
3
18
4
18
5

TKJ

4.8

3.2

TKJ

8.8

5.2

4.25

6.5

TKJ

3.4

7.4

TKJ

7.6

2.75

4.5

TKJ

7.2

3.8

3.5

TKJ

7.2

3.2

8.25

TKJ

7.8

2.2

TKJ

6.8

4.2

3.75

TKJ

6.2

4.4

4.25

TKJ

4.2

7.2

2.75

3.2
5

TKJ

6.8

4.8

3.5

TKJ

5.4

5.2

8.2
5

2.2
5
3.2
5

3.3. Proses Naive Bayes


Jika diketahui ada sebuah data baru yang belum
memiliki klas sebagai berikut :
X = (B.Indonesia=5.00, B.Inggris=7.00, Matematika=8.00,
IPA=6.00)
Ubah menjadi Indikator yaitu Rendah<7, Sedang=7-7.9
dan Tinggi>7.9
B.Ind=5.00
: Rendah
B.Ing=7.00
: Sedang
Matematika=8.00 : Tinggi
IPA=6.00
: Rendah
Tentukan klas yang cocok untuk data di atas:
Jawab:
Langkah 1 : Hitung nilai P(Xk | Ci) untuk setiap klas i
P(B.Ind=Rendah Jurusan="AKN")=11;
P(Jurusan ="AKN")=17
Dengan menggunakan persamaan :

P ( X|H )=

P(X H )
, maka diperoleh
P (H)

dengan cara yang sama, maka nilai P(X k | Ci) untuk klas
yang lain diperoleh sebagai berikut :
P(B.Ind="Rendah" | Jurusan="APK") = 15/27 = 0.556
P(B.Ind="Rendah" | Jurusan="MSN") = 30/34 = 0.882
P(B.Ind="Rendah" | Jurusan="OTO") = 35/54 = 0.648
P(B.Ind="Rendah" | Jurusan="TKJ") = 23/53 = 0.434
P(B.Ingg="Sedang" | Jurusan ="AKN")=2/17=0.118
P(B.Ingg="Sedang" | Jurusan ="APK")=0/27=0.1
P(B.Ingg="Sedang" | Jurusan ="MSN")=3/34=0.088
P(B.Ingg="Sedang" | Jurusan ="OTO")=3/54=0.056
P(B.Ingg="Sedang" | Jurusan ="TKJ")=7/53=0.132
P(MTK="Tinggi" | Jurusan ="AKN") = 1/17 = 0.059
P(MTK="Tinggi" | Jurusan ="APK") = 1/27 = 0.037
P(MTK="Tinggi" | Jurusan ="MSN") = 0/34 = 0.1
P(MTK="Tinggi" | Jurusan ="OTO") = 3/54 = 0.056
P(MTK="Tinggi" | Jurusan ="TKJ") = 3/53 = 0.057
P(IPA ="Rendah" | Jurusan="AKN") = 13/17 = 0.765
P(IPA="Rendah" | Jurusan="APK") = 25/27=0.926
P(IPA="Rendah" | Jurusan="MSN") = 24/34=0.706
P(IPA="Rendah" | Jurusan="OTO") = 48/54=0.889
P(IPA="Rendah" | Jurusan="TKJ") = 47/53=0.887
Langkah 2 : Hitunglah nilai P(X | C i) untuk setiap klas
menggunakan persamaan (5)

P ( X k|Ci
n

P ( X|C i) = , sehingga di peroleh :


k =1

P(X | Jurusan="AKN") = 0.647 x 0.118 x 0.059 x 0.765 =


0.0034242885
P(X | Jurusan="APK") = 0.556 x 0.1 x 0.037 x 0.926 =
0.0019051974
P(X | Jurusan="MSN") = 0.882 x 0.088 x 0.1 x 0.706 =
0.0054956239
P(X | Jurusan="OTO") = 0.648 x 0.056 x 0.056 x 0.889 =
0.0017781842
P(X | Jurusan="TKJ") = 0.434 x 0.132 x 0.057 x 0.887 =
0.0028770109
Langkah 3 : Hitunglah nilai klas (label) dari data sample
tersebut, gunakan persaman (6)

P ( X|C i)P ( Ci ) ,
sehingga diperoleh :
P (B . Ind=RendaH Jurusan=AKN) 11
P ( B . Ind =RendaH |Jurusan=AKN =
= =0.647
P( Jurusan=AKN)
17

P(X|Jurusan="AKN")
*
P(Jurusan="AKN")
0.0034242885 * 0.09189 = 0.000314664
P(X|Jurusan="APK")
*
P(Jurusan="APK")
0.0019051974 * 0.14595 = 0.000278056

ISSN
27: 2406-7741

=
=

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


P(X|Jurusan="MSN")
*
P(Jurusan="MSN")
0.0054956239 * 0.18378 = 0.001010007
P(X|Jurusan="OTO")
*
P(Jurusan="OTO")
0.0017781842 * 0.29189 = 0.000519038
P(X|Jurusan="TKJ") * P(Jurusan="TKJ")
0.0028770109 * 0.28649 = 0.000824225

5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Dengan demikian X memiliki klas "Jurusan =


MSN(Mesin)" karena memiliki nilai maksimum untuk
perhitungan klas (label) nya.

4. Uji Coba System


Sistem dibuat dengan menggunakan php hypertext
procesor, berikut Forminputnya:

Berdasarkan proses pembuatan sistem pendukung


keputusan untuk menentukan jurusan, maka proses
perancangan system yang telah dirancang sebelumnya,
diantaranya penulisan analisa data masukan, keluaran dan
data proses, perancangan DAD, transformasi ERD ke LRS,
pembuatan database struktur table, dan pembuatan layout
halaman aplikasi. Tujuan penerapan hasil rancangan agar
maksud dan tujuan pembuatan website sistem pendukung
keputusan ini dapat tercapai. Setelah penerapan dilakukan
maka pada tahap pengujian terhadap pembuatan website
system pendukung keputusan yang telah dibangun,
dilakukan guna mengetahui apakah maksud dan tujuan
yang ingin dicapai telah terpenuhi, sehingga dapat ditarik
kesimpulan :

1. Dapat memudahkan panitia penerimaan siswa baru

Gambar 1. Formulir Input Biodata

Gambar 2. Formulir Input Persyaratan dan Nilai UN

Gambar 3. Hasil Klasifikasi dari metode Naive Bayes

ISSN
28: 2406-7741

untuk memberikan saran kepada siswa dalam


mengambil keputusan jurusan yang sesuai dengan
minat dan bakat siswa.
2. Dapat mempermudah siswa dalam menentukan
pemilihan jurusan ketika siswa tersebut tidak dapat
masuk kedalam jurusan yang diinginkan karena
persaingan yang begitu erat.
3. Memudahkan pengolahan data pendaftaran sebagai
arsip milik sekolah.
4. Memudahkan dan mempercepat proses penerimaan
siswa baru.
5.2. Saran
Dari kesimpulan kesimpulan diatas, maka
penyusun mengemukakan saran yaitu:
1. Diharapkan program aplikasi ini dapat
dikembangkan kembali agar aplikasi ini digunakan
secara lebih baik serta optimal.
2. Diharapkan pada setiap siswa ataupun panitia
penerimaan siswa baru dapat menentukan jurusan
berdasarkan jurusan yang memang benar-benar
sesuai dengan minat dan bakat siswa.
DAFTAR PUSTAKA
1. [Ilyas, Asmidir. 2011]. Padang, Meningkatkan
Mutu Pendidikan Melalui Kegiatan Diagnosis
Kesulitan Mengajar.
2. [Giarratano, Joseph C. 2005.] Expert
Systems : Principles
and
Programming,
Thomson Course Technology
3. [Bustami.] Penerapan Algoritma Naive Bayes
Untuk Mengklasifikasi Data Nasabah Asuransi

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


4.

[TB. Ai Munandar. 2012.] Modul Kecerdasan


Buatan Teorema Bayes (AI-6). Universitas
Serang Raya: Tidak diterbitkan.

ISSN
29: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

AUDIT TATA KELOLA TEKNOLOGI


INFORMASI PADA CONTROL OBJECTIVE
PO3 DAN AI2 DALAM KERANGKA KERJA
COBIT DI POLITEKNIK XYZ
Saleh Dwiyatno, Erni Krisnaningsih
Manjemen Informatika Politeknik Piksi Input Serang Indonesia
salehdwiyatno@yahoo.co.id, salehdwiyatno@gmail.com

Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Serang Raya Indonesia


erni_krisnaningsih@yahoo.co.id

ABSTRAK - Pemanfaatan Teknologi Informasi sudah mulai


digunakan pada Bagian Biro Administrasi Akademik
Politeknik XYZ dalam bentuk sistem informasi akademik.
Akan tetapi sampai saat ini belum pernah dilakukan audit
terhadap sistem informasi yang ada. Penelitian ini melakukan
audit terhadap tata kelola pada Bagian Biro Administrasi
Akademik. Kerangka kerja yang digunakan pada penelitian
ini adalah COBIT 4.1 dan audit dilakukan pada 2 control
obyektif yaitu PO3 (Menentukan Arah Teknologi) dan AI2
(Mendapatkan dan Memelihara Perangkat Lunak Aplikasi).
Pada masing-masing kontrol obyektif menggunakan 2
kuesioner, dimana kuesioner I Management Awarenes untuk
melakukan pengukuran tingkat pemenuhan Detailed Control
Objectif (DCO), sedangkan kuesioner II Maturity Level
digunakan untuk mengukur tingkat kematangan (Maturity
Level). Hasil analisa audit tata kelola TI pada Bagian Biro
Administrasi Akademik Politeknik XYZ di ketahui bahwa
untuk menentukan arah teknologi pada Bagian Biro
Administrasi Akademik Politeknik XYZ masih berada
pada level (M) Sedang. Sedangkan untuk Mendapatkan dan
Memelihara Perangkat Lunak Aplikasi berada pada level (L)
Kurang. Diharapkan hasil audit tata kelola yang diperoleh
dapat dijadikan sebagai pengukuran untuk mengetahui
kemajuan yang terjadi, sehingga tindakan yang diperlukan
dapat diambil, yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang
diinginkan organisasi.
Kata Kunci : Tata Kelola Sistem Informasi, Kerangka Kerja
Cobit 4.1.
1. PENDAHULUAN
Teknologi informasi (TI) saat ini menjadi teknologi yang
banyak diadopsi oleh hampir seluruh organisasi/institusi dan
dipercaya dapat membantu meningkatkan efisiensi proses
bisnis yang berlangsung, tak terkecuali pada Institusi
pendidikan/perguruan tinggi. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan suatu pengelolaan Teknologi Informasi yang ada
secara terstruktur sehingga dapat berjalan secara efektif.

ISSN
30: 2406-7741

Kesuksesan suatu enterprise governance didapatkan


melalui peningkatan dalam efektivitas dan efisiensi dalam
proses organisasi yang berhubungan. IT Governance yang
menyediakan struktur yang menghubungkan proses Teknologi
Informasi, sumber daya Teknologi Informasi dan informasi
bagi strategi dan tujuan suatu organisasi.
Politeknik XYZ yang bernaung di bawah Yayasan
XYZ , dalam menjalankan proses bisnisnya tidak lepas dari
dukungan Teknologi Informasi. Penggunaan Teknologi
Informasi tersebut terutama dalam mendukung pelayanan
kepada mahasiswa, khususnya pelayanan bidang akademik
yang ada di Biro Administrasi Akademik (BAAK). Sejak
tahun 2010 Politeknik XYZ sudah menggunakan sistem
informasi akademik SIAKAD yang memiliki modul-modul
Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), Proses Belajar
Mengajar (PBM), Kartu Rencana Studi (KRS), dan Kartu
Hasil Studi (KHS). SIAKAD ini digunakan untuk menunjang
proses pelayanan akademik. Sampai saat ini SIAKAD
tersebut belum pernah dilakukan penilaian sejauh mana
proses-proses tersebut dapat berjalan dengan baik.
Salah satu alat yang digunakan untuk menilai maturity
(kematangan) penerapan SIAKAD adalah COBIT (Control
Objectives for Information and Related Technology) yaitu
suatu model standar yang menyediakan dokumentasi best
practice pengelolaan Teknologi Informasi yang dapat
membantu pihak manajemen dan pemakai untuk
menjembatani kesenjangan antara resiko bisnis, kebutuhan
kontrol, dan permasalahan teknis.
Berdasarkan hal tersebut di atas dan berdasarkan
perencanaan strategi pengembangan yang ada di Politeknik
XYZ , maka perlu dilakukan audit SIAKAD dengan
menggunakan kerangka kerja COBIT Versi 4.1 dengan fokus
pada domain Perencanaan dan Organisasi (Plan and Organize
(PO)) dengan Control Obyektif Menentukan Arah Teknologi
(PO3 Determine Technological Direction) dan Memperoleh
dan Menerapkan (Acquire and Implement (AI)) dengan
Control Obyektif Mendapatkan dan Memelihara Perangkat

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Lunak (AI2 Acquire and Maintain Application Software).
Hasil audit pada PO3 dan AI2 berbasis COBIT 4.1 diharapkan
akan ditemukan nilai keuntungan dan berbagai kekurangan
yang merupakan perspektif yang harus segera di perbaiki
sehingga tata kelola informasi menjadi benar dan bermanfaat
bagi proses bisnis di masa yang akan datang pada Politeknik
XYZ . Hasil audit ini akan digunakan sebagai bahan
masukan dalam penyusunan strategi bisnis Politeknik XYZ
di masa yang akan datang. Sehingga pembuatan master plan
IT Politeknik XYZ akan sesuai dengan kebutuhan yang
diharapkan.
Pada penelitian ini peneliti mengidentifikasikan beberapa
permasalahan yang terjadi pada BAAK Politeknik XYZ ,
yaitu :
a. Pada tahun 2010 kegiatan akademik di Politeknik XYZ
sudah didukung sistem informasi SIAKAD akan tetapi
belum pernah dilakukan audit terhadap tata kelola sistem
informasinya.
b. Untuk dapat mengetahui apakah SIAKAD yang sudah
dibangun dapat mendukung pencapaian visi dan misi
maka perlu dilakukan audit.
Untuk dapat mengoptimalkan kualitas pelayanan
akademik SIAKAD Politeknik XYZ , dan mengetahui
keselarasannya dengan strategi dan tujuan institusi yang telah
ditetapkan, maka perlu dilakukan analisis terhadap
pengelolaan data dan pengelolaan SDM TI di Bagian BAAK
Politeknik XYZ . Dari hal tersebut di atas maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
a. Bagaimana hasil audit tata kelola TI pada pengelolaan
data dan pengelolaan SDM TI pada SIAKAD Politeknik
XYZ ?
b. Bagaimana tingkat kematangan (maturity level) pada
proses pengelolaan data dan pengelolaan SDM TI pada
SIAKAD Politeknik XYZ ?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
a. Mendapatkan hasil audit tata kelola teknologi informasi
SIAKAD pada Politeknik XYZ sesuai control objektif
COBIT pada PO3 Determine Technological Direction
dan AI2 Acquire and Maintain Application Software.
b. Untuk memperoleh indikasi tingkat kematangan
(maturity level) tata kelola teknologi informasi yang ada
di Politeknik XYZ khususnya bagian BAAK
berdasarkan COBIT 4.1 pada domain PO3 Determine
Technological Direction dan AI2 Acquire and Maintain
Application Software.
c. Untuk dapat merumuskan rekomendasi tindak lanjut dari
perbaikan tata kelola TI di Bagian BAAK Politeknik
XYZ .
Sebuah penelitian dapat dikatakan berhasil apabila hasil
penelitan yang dilakukan dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi bidang yang diteliti. Penelitian ini secara garis
besar manfaatnya dapat dirumuskan sebagai berikut
Memperoleh gambaran tata kelola teknologi informasi di
Politeknik XYZ pada saat ini.

ISSN
31: 2406-7741

2. METODE PENELITIAN
SIAKAD yang dimiliki Politeknik XYZ dalam hal
pemberian pelayanan akademik masih kurang maksimal.
Dalam arti masih sering terjadi keterlambatan dalam proses
pelayanan akademik kepada mahasiswa.
Disamping itu SIAKAD yang dimiliki Politeknik XYZ
selama ini belum pernah dilakukan audit TI. Hal ini
mengakibatkan tidak terlihatnya tingkat efisiensi dan
efektifitas dari SIAKAD yang dimiliki BAAK Politeknik
XYZ . Selain itu juga sulit untuk mengetahui dimana letak
kesalahan yang mengakibatkan keterlambatan dalam
pelayanan akademik kepada mahasiswa.
Untuk itulah diperlukan suatu kegiatan audit TI pada
SIAKAD yang telah diterapkan di BAAK Politeknik XYZ .
Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana peranan
SIAKAD yang ada dalam menunjang kegiatan pelayanan
akademik di Politeknik XYZ .
Berdasarkan Control Objective pada COBIT 4.1, akan
dilakukan audit pada dua control objective, yaitu PO3 dan AI2
pada bagian Biro Administrasi Akademik Politeknik XYZ .
Pada proses analisa kebutuhan dilakukan beberapa kegiatan,
yaitu mendefinisikan kebutuhan data input dan output, serta
penentuan responder.
Kebutuhan data input dan output untuk control objective
PO3 dan AI2 adalah sebagai berikut :
a. Control obyektif PO3 (Menentukan arah teknologi)
memerlukan data-data Input dan Output seperti yang
terlihat pada tabel 1.
Tabel 1 Data input dan output yang dibutuhkan untuk control
obyektif PO3 Menentukan Arah Teknologi
1

Kontrol
Obyektif
PO1

Data yang
dibutuhkan
Perencanaan IT
taktis dan Strategis

PO2

Optimasi Perencanaan
Sistem
Bisnis, Arsitektur
Informasi

AI3

Pembaharuan untuk standar teknologi, peluang teknologi dan perencanaan infrastruktur teknologi

DS3

Unjuk Kerja dan


Kapasitas Informasi

AI1, AI7,
DS5

Standar Teknologi

No

Uraian Data
Pengelolaan Manfaat Teknologi
Infor-masi, Penyelarasan antara
bisnis dan teknologi sistem
informasi, Penilaian kinerja yang
berjalan saat ini, Rencana
strategis tekno-logi informasi,
Rencana
taktis
teknologi
informasi, dan Pengelolaan porto
folio Teknologi Sistem Informasi
Enterprise
information
architecture model, Peraturan
data dictionary dan data syntax
organisasi,
Skema
pengklasifikasian data, dan
Pengelolaan integritas.
Rencana pengadaan infrastruktur
teknologi,
Perlindungan dan
keter sediaan atas sumber daya
infrastruktur,
Pemeliharaan
infrastruk-tur, dan Kelayakan
pengujian
lingkungan
infrastruktur
Perencanaan
kinerja
dan
kapasitas, Kinerja dan kapasitas
saat ini dan di masa yang akan
datang, Keter sediaan sumber
daya TSI, dan Data hasil
monitoring dan evaluasi
Definisi
dan
pemeliharaan
fungsi bisnis dan kebutuhan

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

PO5

teknis, Laporan analisa resiko,


Studi kelayakan dan perumusan
alternatif tindakan, Kebutuhan
keputusan atas kela-yakan dan
persetujuan atas kelayakan, Pelatihan,
Rencana
Pengujian,
Rencana
Imple-mentasi,
Lingkungan Pengujian, Konversi
sistem dan data, Pengujian
perubahan, Final Acceptance
Test, Pemindahan sistem ke
lingkungan produksi, Software
Release, Distribusi Sistem,
Pencatatan dan pene-lusuran
perubahan, dan Review setelah
implementasi
Pengelolaan keamanan TSI,
Rencana
keamanan
TSI,
Pengelolaan identitas peng-guna,
Pengelolaan
User
account,
Pengujian, pengamatan, dan
monitoring keamanan, Definisi
insiden keamanan, Perlindungan
terhadap teknologi keamanan,
Pengelolaan cryptographic key,
Pencegahan, pendetek-sian, dan
perbaikan terhadap software
yang berbahaya, Keamanan
jaringan, dan Per-tukaran data
yang sensitif

Kebutuhan
Infrastruktur

AI1

Studi
kelayakan
kebutuhan bisnis

AI6

Perubahan
deskripsi proses

DS5

Spresifikasi penge
ndalian keamanan
aplikasi

AI4

Aplikasi dan paket pengetahuan pe


rangkat lunak

AI5

Keputusan pengadaan

10

DS1

Perencanaan awal
SLAs

11

DS3, DS4

Ketersediaan, kesi
nambungan
dan
spesifikasi perbai
kan

b. Untuk control obyektif AI2 (Mendapatkan dan memelihara


perangkat lunak aplikasi) memerlukan data-data Input dan
Output seperti yang terlihat pada tabel 2 .
Tabel 2 Data Input dan Output yang dibutuhkan untuk control
obyektif AI2 (Mendapatkan dan memelihara perangkat lunak
aplikasi)
No
1

Kontrol
Obyektif
PO2

Data
yang
dibutuhkan
Kamus data, rencana penggolongan data, dan perencanaan
optimasi sistem bisnis

PO3

Pembaharuan status teknologi reguler

PO5

Laporan
benefits

PO10

Petunjuk manajemen proyek dan


perencanaan proyek terperinci

ISSN
32: 2406-7741

Cost-

Uraian Data
Enterprise
information
architec ture model, Peraturan
data dictio nary dan data
syntax organisasi, Skema
pengklasifikasian data, dan
pengelolaan integritas
Perencanaan arah teknologi,
rencana
infra-struktur
teknologi, pemantauan tren
dan peraturan yang akan
datang, standar teknolo gi, dan
dewan pengurus arsitektur TSI
Kerangka kerja pengelolaan
keuangan, penentuan prioritas
dalam anggaran TSI, proses
anggaran TSI, pengelolaan
biaya,
dan
pengelolaan
manfaat
Kerangka kerja manajemen
program, ke-rangka kerja
manajemen proyek, pendekatan manajemen proyek,
komitmen pihak-pihak yang
berkepentingan (Stakeholder
Commitment),
Pernyataan
ruang lingkup proyek, tahap
awal proyek, rencana proyek
yang terintegrasi, sumber daya
proyek, pengelolaan risiko

proyek, rencana mutu proyek,


pengendalian
perubahan
proyek
(Project
Change
Control), Project Planning of
Assurance
Methods,
pengukuran, pela-poran dan
pengawasan kinerja proyek,
dan penutupan proyek
Definisi dan pemeliharaan
fungsi bisnis dan kebutuhan
teknis, laporan analisa resiko,
studi
kelayakan
dan
perumusan alternatif tindakan,
dan kebutuhan keputusan atas
kelayakan dan persetujuan atas
kelayakan
Prosedur
dan
standar
perubahan, penilaian dampak,
prioritas,
dan
otorisasi,
perubahan karena keadaan
darurat,
penelusuran
dan
pelaporan status perubahan,
dan penye-lesaian perubahan
(Change
Closure)
dan
dokumentasi
Pengelolaan keamanan TSI,
rencana
keamanan
TSI,
pengelolaan identitas pengguna,
pengelolaan
user
account,
pengujian,
pengamatan, dan monitoring
keamanan, definisi insiden
keamanan,
perlindungan
terhadap teknologi keamanan,
pengelolan cryptographic key,
pencegahan,
pendetek-sian,
dan
perbaikan
terhadap
software yang berbahaya,
keamanan jaringan, dan pertukaran data yang sensitif.
Perencanaan untuk solusi
operasional,
Transfer
pengetahuan (transfer of know
ledge) kepada manajemen
bisnis,
pengguna
akhir,
operator dan staf pendukung
Kontrol pengadaan sumber
daya TSI, Pengelolaan kontrak
dan pemilihan
supplier,
Pengadaan software, sumber
daya
pengembangan,
infrastruktur, fasilitas dan jasa
yang berkaitan
Kerangka kerja pengelolaan
service level, definisi dari
layanan / jasa TSI, Service
Level Agreements
(SLA),
Operating Level Agreements
(OLA), Monitoring dan pela
poran pencapaian Service
Level Agreements (SLA) dan
review terhadap Service Level
Agreements (SLA) dan kontrak
Perencanaan
kinerja
dan
kapasitas,
Kinerja
dan
kapasitas saat ini dan dimasa
yang akan datang, ketersediaan
sumber daya TSI, monitoring,
pelaporan, kerangka kerja ke
langsungan,
rencana

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


kelangsungan, sumber daya
yang kritikal, pemeliharaan
rencana
kelangsungan,
pengujian rencana kelangsu
ngan,
pelatihan
rencana
kelangsungan,
distribusi
rencana kelangsungan dari
TSI (IT Continuity Plan),
Pemulihan dan resumeption
layanan TSI, lokasi penyim
panan backup pada lokasi
offsite,
review
pascaresumption layanan TSI (Postresumption Review)

Kebutuhan proses untuk control objective PO3 dan AI2


adalah sebagai berikut :
a. Control obyektif PO3 (Menentukan arah teknologi).
memerlukan proses seperti yang terlihat pada tabel 3
Tabel 3 Analisa Kebutuhan Proses PO3 (Menentukan arah
teknologi)
No
1

Kebutuhan
Proses
Membuat
Kuesioner

Uraian

Data yang digunakan

a. Kuesioner I
(Managem
ent Aware
ness)

Untuk mengidentifikasi ancaman dan kelemahan terhadap


proses menentu- kan arah pe
rencanaan teknologi sebagai
aset berharga bagi organisasi.
Untuk dapat menilai dan meng
ukur tingkat kematangan proses
menentu-kan arah teknologi
(PO3), baik untuk saat ini (as
is), maupun untuk kondisi yang
diharapkan (to be)
Responden menurut RACI :
- CFO (Chief Financial
Officer)
- BE (Business Executive)
- CIO (Chief Information
Officer)
- HO (Head Operation)
- CA (Chief Architect)
- HD (Head Development)
- HITA (Head IT Adminis
tration)
- PMO (Project Management
Officer)
- CARS (Compliance, Audit,
Risk and Security)
Merekap hasil pengisian kue
sioner pada sebuah tabel

b. Kuesioner II
(Maturity
Level)

Menyebark
an Kuesio
ner

Identifikasi
responden
survey mengacu
pada diagram
RACI PO3

Merekap
Kuesioner

Menganali
sa
Kuesioner

Pengumpulan
kuesioner dari
para responden
a. Analisa
tingkat
kepedulian
pimpinan
(Kuesioner
I, Manage
ment
Awareness)
b. Analisa
tingkat ke
matangan
(Kuesioner
II,
Maturity
Level)

ISSN
33: 2406-7741

Menggambarkan kecenderung
an tingkat pemenuhan, kinerja,
maupun pencapaian yang seka
rang, baik pemenuhan DCO
(Detailed Control Objectives)
maupun indikator yang terkait
pada proses menentukan arah
teknologi secara umum.

b. Control obyektif AI2 (Mendapatkan dan memelihara


perangkat lunak aplikasi) memerlukan proses seperti
yang terlihat pada tabel 4.
Tabel 4 Analisa Kebutuhan Proses AI2 (Mendapatkan dan
memelihara perangkat lunak aplikasi)
N
o
1

Kebutuhan
Proses
Membuat
Kuesioner

Uraian

Data yang digunakan

a. Kuesioner I
(Managemen
t Awareness)

Untuk mengidentifikasi ancaman


dan kelemahan terhadap proses
Mendapatkan dan memelihara
perangkat lunak aplikasi sebagai
aset berharga bagi organisasi.
Untuk
dapat
menilai
dan
mengukur tingkat kematangan
proses
Mendapatkan
dan
memelihara perangkat lunak
aplikasi (AI2), baik untuk saat ini
(as is), maupun untuk kondisi
yang diharapkan (to be)
Responden menurut RACI :
- CIO (Chief Information
Officer)
- BPO (Business Process Owner)
- HO (Head Operation)
- CA (Chief Architect)
- HD (Head Development)
- HITA (Head IT Administration)
- PMO (Project management
Officer)
- CARS (Compliance, Audit, Risk
and Security)
Merekap
hasil
pengisian
kuesioner pada sebuah tabel

b. Kuesioner
II (Matu rity
level)

Menyebarkan
Kuesio ner

Identifikasi
responden
survey
mengacu
pada diagram
RACI AI2

Merekap
Kuesioner

Menganalisa
Kuesioner

Pengumpulan
kuesioner dari
para
responden
a.
Analisa
tingkat
kepedulian
pimpinan
(Kuesioner I,
Management
Awareness)
b.
Analisa
tingkat
kematangan
(Kuesioner
II, Maturity
Level)

Menggambarkan kecenderungan
tingkat
pemenuhan,
kinerja,
maupun
pencapaian
yang
sekarang, baik pemenuhan DCO
(Detailed Control Objectives)
maupun indikator yang terkait
pada proses Mendapatkan dan
memelihara perangkat lunak
aplikasi secara umum.

Penelitian ini dilakukan dengan menyusun dan


menyebarkan kuesioner atau angket kepada para responden
yang terkait dengan kegiatan proses organisasi pada
Politeknik XYZ .
Pada penelitian ini survey menggunakan metode kuesioner
yang dikembangkan dalam dua tahapan kuesioner, yaitu
Kuesioner I Management Awareness dan Kuesioner II
Maturity Level.
a. Kuesioner I Management Awareness
Kuesioner
ini
dikembangkan
untuk
dapat
mengidentifikasikan beberapa ancaman dan kerentanan /
kelemahan terhadap keberadaan menentukan arah
teknologi sebagai aset yang berharga bagi Bagian Biro
Administrasi Akademik Politeknik XYZ (PO3)
(lampiran 2) dan mendapatkan dan memelihara perangkat

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


lunak aplikasi (AI2) (lampiran 4). Ancaman dan
kerentanan tersebut merupakan potensi resiko yang
mungkin terjadi pada proses menentukan arah teknologi
dan mendapatkan dan memlihara perangkat lunak aplikasi
yang bisa berdampak negatif bagi Bagian Biro
Adminstrasi Akademik.
Adapun tujuan secara lebih spesifik terhadap
pengembangan survei kuesioner ini adalah untuk dapat
memenuhi beberapa kreteria berikut ini :
1. Memberikan suatu justifikasi yang memadai dalam
menetapkan ruang lingkup penelitian yang dilakukan
pada proses menentukan arah teknologi dan
mendapatkan dan memelihara perangkat lunak
aplikasi.
2. Menignkatkan kepedulian (awareness) bagi
manajemen organisasi / lembaga akan potensi resiko
beserta implikasi yang akan terjadi bila proses
menentukan arah teknologi dan mendapatkan dan
memelihara perangkat lunak aplikasi tidak dilakukan
secara efektif.
3. Memahami indikasi adanya kelemahan kontrol dan
berbagai ancaman dalam proses menentukan arah
teknologi dan mendapatkan dan memelihara
perangkat lunak aplikasi beserta dampaknya.
4. Mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan dalam pengembangan solusi, sehubungan
dengan kelemahan kontrol yang ditemukan.
5. Memberikan gambaran tentang strategi untuk dapat
mengurangi secara efektif dampak negatif yang
terjadi secara tepat.
Obyek pertanyaan dalam kuesioner ini, pada
prinsipnya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
mengakomodasikan
tingkat
pemenuhan
terhadap
keseluruhan Detailed Control Objectives (DCO).
DCO dapat dipandang sebagai suatu kontrol efektif
untuk dapat mencapai tujuan yang didefinisikan dalam
COBIT. Adapun keberadaan (tingkat pemenuhannya)
berkaitan langsung dengan upaya pengendalian terhadap
kelemahan / kerentanan yang dapat memicu timbulnya
ancaman yang berdampak serius terhadap pencapaian
tujuan bisnis organisasi.
Kuesioner I Management Awareness untuk PO3 berisi
14 pertanyaan yang terdiri dari 5 (lima) pertanyaan
tentang DCO dalam proses PO3 Menentukan arah
teknologi dan 9 (sembilan) pertanyaan tentang indikator
kinerja (KPI) dan pencapaian tujuan (KGI) dalam proses
PO3. Rincian dari 14 pertanyaan kuesioner I management
awareness dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Identifikasi pertanyaan kuesioner I Management
Awareness PO3
Pertanyaan
Isi Pertanyaan
Ke 1
Perencanaan arah teknologi (PO3.1)
2
Rencana infrastruktur teknologi (PO3.2)
3
Pemantauan tren dan peraturan yang akan

ISSN
34: 2406-7741

datang (PO3.3)
Standar Teknologi Sistem Informasi (PO3.4)
Dewan pengurus Arsitektur Komputer TSI
(PO3.5)
6
Perencanaan IT taktis dan strategis
7
Optimise rencana sistem bisnis dan arsitektur
informasi
8
Pembaharuan standar teknologi
9
Pencapaian dan kapasitas informasi
10
Peluang teknologi
11
Standar teknologi
12
Pembaharuan status teknologi reguler
13
Perencanaan infrastruktur teknologi
14
Kebutuhan infrastruktur
Kuesioner I Management Awareness untuk AI2 berisi
22 pertanyaan yang terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan
tentang DCO dalam proses AI2 Mendapatkan dan
merawat perangkat lunak aplikasi dan 12 (duabelas)
pertanyaan tentang indikator kinerja (KPI) dan pencapaian
tujuan (KGI) dalam proses AI2. Rincian dari 22
pertanyaan kuesioner I management awareness dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Identifikasi pertanyaan kuesioner I Management
Awareness AI2
Pertanyaan
Isi Pertanyaan
Ke 1
Desain secara high level
2
Rancangan detail
3
Pengendalian aplikasi dan ketersediaan untuk
diperiksa
4
Ketersediaan dan keamanan Aplikasi
5
Konfigurasi dan implementasi dari aplikasi
software yang di dapatkan.
6
Upgrade yang utama terhadap sistem yang
ada.
7
Pengembangan aplikasi software
8
Pengukuran mutu software
9
Manajemen kebutuhan aplikasi.
10
Pemeliharaan aplikasi software
11
Kamus data, rencana penggolongan data,
optimised rencana sistem bisnis
12
Pembaharuan status teknologi reguler
13
Pelaporan cost-benefits
14
Mendapatkan standard pengembangan
15
Petunjuk
manajemen
proyek
dan
merencanakan rencana terperinci
16
Studi kelayakan kebutuhan bisnis
17
Uraian perubahan proses
18
Mengendalikan spesifikasi aplikasi Keamanan
19
Paket aplikasi dan pengetahuan perangkat
lunak
20
Keputusan pengadaan
21
Awal merencanakan SLAs
22
Spesifikasi ketersediaan, kesinambungan,
4
5

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


dan perbaikan
Pengisian jawaban kuesioner dilakukan secara mandiri
(self-assesmen), berdasarkan pengetahuan, kesadaran,
maupun opini (awareness) dari para responden,
menyangkut sejauh mana tingkat pemenuhan kinerja,
maupun pencapaian yang telah dilakukan.
b. Kuesioner II Maturity Level
Kuesioner ini dikembangkan untuk dapat menilai dan
mengukur tingkat kematangan proses menentukan arah
teknologi (PO3) (lampiran 4) dan mendapatkan dan
memeilihara perangkat lunak aplikasi (AI2) (lampiran 5),
baik untuk kondisi saat ini (as is), maupun untuk kondisi
yang diharapkan (to be). Dengan cara penyajian bersamasama antara as is dan to be akan memudahkan untuk
melihat secara jelas adanya kesenjangan (gap) yang dapat
diinterprestasikan sebagai kelemahan dan peluang dari
setiap atribut.
Mengacu pada COBIT 4.1, maka penilaian dan
pengukuran tingkat kematangan proses pengelolaan data
dilakukan dengan mempertimbangkan 6 (enam) atribut
kematangan sebagai obyek dari pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner, meliputi :
1. Kepedulian dan komuniksi (awareness and
communication / AC)
2. Kebijakan, standar, dan prosedur (policies, standards
and procedures / PSP)
3. Perangkat bantu dan otomatisasi (tools and automation
/ TA)
4. Keterampilan dan keahlian (skill and expertise / SE)
5. Pertanggungjawaban
internal
dan
eksternal
(responsibility and accountability / RA).
6. Penetapan tujuan dan pengukuran (goal setting and
measurement / GSM)
Untuk mempermudah responden dalam menjawab,
kuesioner II maturity level didesain dalam format pilihan
ganda yang terdiri dari 12 pertanyaan. Pertanyaanpertanyaan dikelompokkan sesuai atribut kematangan (6
kelompok pertanyaan) dan pada setiap kelompok
pertanyaan berisi 2 pertanyaan yang masing-masing
mewakili kondisi saat ini (as is) dan kondisi yang
diharapkan (to be). Masing-masing pertanyaan memiliki 6
(enam) pilihan jawaban yang merepresentasikan tingkat
kematangan suatu atribut dalam proses PO3 dan AI2.
Rincian dari 12 pertanyaan dalam 6 atribut
kematangan PO3 dan AI2 dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Identifikasi pertanyaan kuesioner II maturity Level
No

Atribut Kematangan

Kepedulian
komunikasi

Kebijakan, standar, dan


prosedur

Perangkat bantu
otomatisasi

ISSN
35: 2406-7741

dan

dan

Awareness
and
communication
(AC)
Policies, standars
and
procedures
(PSP)
Tools
and
automation (TA)

Jumlah
pertanyaan
2
2

Ketrampilan dan keahlian

Pertanggungjawaban
internal dan eksternal
Penetapan tujuan dan
pengukuran

Skill and expertise


(SE)
Responsibility and
accountability (RA)
Goal setting and
measurement (GSM)

Jumlah

2
2
2
12

Seperti pada kuesioner sebelumnya, pada kuesioner ini


responden memberikan jawaban secara mandiri (selfassesment), yang dianggap paling bisa mewakili kondisi
kematangan, baik yang saat ini maupun yang diharapkan,
terkait dengan atribut kematangan tertentu dalam proses
pengelolaan data.
Berikut ini adalah deskripsi model kematangan ke
dalam pernyataan proses PO3 seperti yang terlihat pada
tabel 8.
Tabel 8 Deskripsi model kematangan ke dalam pernyataan
proses PO3
N
o
1

Tingkat
Deskripsi Pernyataan Kematangan
Kematangan
0 Non Tidak ada kesadaran menyangkut pentingnya
Existent
perencanaan infrastruktur teknologi untuk kesatuan (AC).

1 Initial /
Ad Hoc

2
Repeatable
but Intuitive

Tidak ada Keahlian dan Pengetahuan yang diperlukan untuk mengembangkan


rencana
infrastruk-tur teknologi (SE).
Ada suatu ketiadaan pemahaman bahwa perencanaan teknologi untuk perubahan adalah kritis
yang secara efektif mengalokasikan sumber
daya (GSM)
Manajemen mengenali kebutuhan akan perencanaan infrastruktur teknologi (AC).
Pengembangan Komponen teknologi yang ada dan
implementasi teknologi menggunakan pendekatan ad hoc dan khusus (PSP).
Ada suatu reaktif dan secara operasional memusatkan pendekatan ke perencanaan infrastruktur (AC)
Arah tujuan pengembangan teknologi mengikuti
evolusi perkembangan perangkat keras,
perangkat lunak sistem dan vendor aplikasi
(GSM).
Komunikasi menyangkut dampak potensi perubahan teknologi bertentangan/tidak tetap
(AC).
Kebutuhan akan dan pentingnya perencanaan teknologi dikomunikasikan (AC).
Perencanaan penyelesaian solusi secara taktis dan
terpusat
untuk
permasalahan
teknis,
dibandingkan pada penggunaan teknologi untuk
kebutuhan bisnis (PSP).
Evaluasi terhadap perubahan teknologi diserah-kan
kepada individu yang berbeda mengikuti intuitif, tetapi serupa, proses (RA).
Orang-Orang memperoleh ketrampilan mereka di
dalam perencanaan teknologi melalui langsung
pelajaran dan mengulangi aplikasi teknik (SE).
Standard dan Teknik umum

muncul untuk pe-

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


ngembangan komponen infrastruktur (PSP).
4

3 Defined
Process

4 Manage
and
Measurable

5 Optimised

Manajemen
menyadari
akan
pentingnya
perencana-an infrastruktur teknologi (AC).

Proses perencanaan pengembangan infrastruktur


teknologi terlihat dan di sejajarkan dengan perencanaan
strategis
IT.
Perencanaan
infrastruktur
teknologi
dikomunikasikan,
digambarkan dan di-dokumentasikan dengan
baik . (GSM).

Pemahaman terhadap arah pengembangan infrastrukur teknologi dimana organisasi ingin


memim-pin penggunaan teknologi, berdasar
pada kelurusan dan resiko dengan organizations
strategi (PSP).
Pemilihan kunci penjualan berdasarkan pada pemahamanan terhadap
arah pengembangan
produk rencana dan teknologi jangka panjang
merekam (TA) .
Adanya peran formal dalam penyusunan jawaban
kuesioner (TA).
Manajemen memastikan pemeliharaan dan
pengembangan dari
rencana infrastruktur
teknologi GSM).
Anggota staff IT mempunyai keahlian dan
ketrampilan diperlukan untuk mengembangkan
suatu infrastruktur teknologi terencana (SE).

No
1

Dan mitra sedang leveraged untuk mengakses


perlu ketrampilan dan keahlian (SE).
Manajemen telah meneliti penerimaan terhadap
resiko mengenai petunjuk awal atau ketinggalan
penggunaan teknologi dalam mengembangkan
bisnis baru peluang atau efisiensi operasional
(PSP).

Arah dari
rencana infrastruktur teknologi
berpedoman kepada industri dan pengembangan

ISSN
36: 2406-7741

Repeatable
but Intuitive

untuk

Suatu fungsi riset ada untuk meninjau ulang


muncul dan mengembangkan teknologi dan
benchmark organisasi terhadap norma-norma
in-dustri (AC).

1 Initial /

Ad Hoc

Proses pengembangan rencana infrastruktur


teknologi
adalah mau mendengarkan dan
canggih untuk ber;ubah. yang baik internal
Praktek telah diperkenalkan ke dalam proses
(GSM).

Penggambaran perencanaan migrasi


memperkenalkan teknologi baru (PSP).

Tingkat
Kematangan
0 Non
Existent

Tanggung jawab untuk pengembangan dan


pemeliharaan suatu rencana infrastruktur
teknologi telah ditugaskan (RA).

Stategi sumber daya manusia disejajarkan dengan


arah teknologi, untuk memastikan bahwa
anggota staff IT dapat mengatur perubahan
teknologi (GSM).

Potensi bisnis berdampak terhadap perubahan


teknologi ditinjau pada tingkatan manajemen
senior (GSM).
Persetujuan eksekutip formal merubah arah teknologi. Kesatuan mempunyai suatu infrastruktur
teknologi sempurna merencanakan bahwa mencerminkan kebutuhan bisnis, adalah mau mendengarkan dan dapat dimodifikasi untuk mencerminkan perubahan dalam lingkungan bisnis
(PSP).
Ada keberlanjutan dan penguatan proses pada
tempatnya untuk meningkatkan rencana infrastruktur teknologi. yang baik industri Praktek
secara ekstensif digunakan dalam menentukan
arah teknologi (GSM).

Berikut ini adalah deskripsi model kematangan ke


dalam pernyataan proses AI2 seperti yagn terlihat pada
tabel 9.
Tabel 9 Deskripsi model kematangan ke dalam pernyataan
proses AI2

Dampak potensi mengubah dan teknologi muncul


yang diperhitungkan (AC).
Manajemen dapat mengidentifikasi penyimpangan
dari
merencanakan
dan
mengantisipasi
permasalahan (TA).

dan standard internasional, bukan dikendalikan


oleh penjual teknologi (PSP).

3 Defined

Process

Deskripsi Pernyataan Kematangan


Tidak ada proses untuk merancang dan menetapkan aplikasi (AC).
Secara khas, aplikasi diperoleh vendor-driven sesaji didasarkan pada, atau pengenalan merek IT
mengorganisir keakraban dengan produk spesifik,
dengan sedikit atau tidak ada pertimbangan terhadap kebutuhan nyata (PSP).
Ada suatu kesadaran terhadap pentingnya proses
untuk memperoleh dan memelihara aplikasi (AC).
Pendekatan untuk memperoleh dan pemeliharaan
perangkat lunak aplikasi bertukar-tukar dari proyek untuk merancang (PSP).
Beberapa solusi individu kebutuhan bisnis tertentu adalah mungkin untuk diperoleh dengan
bebas, menghasilkan ketidakcakapan dengan pemeliharaan dan pendukungnya (SE).
Ada berbeda, tetapi serupa, proses untuk
memperoleh dan memelihara aplikasi berdasar
pada keahlian di dalam IT berfungsi (PSP).
Sukses menilai dengan aplikasi tergantung sangat
pada ketrampilan yang in-house dan mengalami
tingkatan di dalam IT (SE).
Pemeliharaan pada umumnya meragukan dan
menderita ketika pengetahuan internal hilang dari
organisasi (SE).
Ada pertimbangan keamanan aplikasi sedikit/kecil
dan ketersediaan dalam disain atau pengadaan
perangkat lunak aplikasi (AC).
Suatu jelas bersih, menggambarkan dan biasanya
memahami proses ada untuk pemeliharaan dan
didapatnya perangkat lunak aplikasi (AC).
Proses ini adalah yang dibariskan dengan itu dan
strategi bisnis (RA).

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

4 Manage

and
Measurable

5 Optimised

Suatu usaha dibuat untuk proses yang didokumentasikan secara konsisten ke seberang berbeda
aplikasi dan proyek (PSP).
Metodologi biasanya tidak fleksibel dan sukar
untuk menerapkan dalam semua kasus, maka
langkah-langkah adalah nampaknya akan dibypass (PSP).
Pemeliharaan Aktivitas direncanakan, menjadwalkan dan co-ordinated.(GSM)
Suatu jelas bersih, menggambarkan dan biasanya
memahami proses ada untuk pemeliharaan dan
didapatnya perangkat lunak aplikasi (PSP).
Proses ini adalah yang dibariskan dengan itu dan
strategi bisnis (PSP).
Suatu usaha dibuat untuk menerapkan proses yang
didokumentasikan secara konsisten ke se-berang
berbeda aplikasi dan proyek (PSP).
Metodologi biasanya tidak fleksibel dan sukar
untuk diterapkan dalam semua kasus, maka
langkah-langkah adalah nampaknya akan dibypass (PSP). Pemeliharaan Aktivitas direncanakan, menjadwalkan dan co-ordinated (GSM).

wawancara (interview) dan review atas dokumen penting


terkait dengan proses PO3 dan AI2.
Proses identifikasi responden dilakukan secara konsisten
mengacu pada diagram Responsible, Accountable, Consulted
and/or Informed (RACI) seperti yang telah didefinisikan
dalam COBIT 4.1 khususnya pada proses PO3 dan AI2.
Peran-peran yang didefinisikan dalam diagram RACI, sebagai
pemangku utama (key stakeholder) yang terkait secara
langsung pada proses pengelolaan data, selanjutnya
diinterprestasikan (dipetakan) pada fungsional struktur di
Politeknik XYZ yang dapat dilihat pada tabel 3.10 dan tabel
3.11 yang melibatkan fungsi teknologi informasi maupun
non-teknologi informasi.
Responden untuk audit obyek PO3 (Menentukan arah
teknologi) ada 13 (tigabelas) responden, dapat dilihat pada
tabel 10.
.Tabel 10 Identifikasi responden di Politeknik XYZ untuk
audit obyek PO3
No

Chief Financial
Officer
Business Executive

CFO

CIO

Chief Information
Officer
Head Operation

Pendekatan adalah enterprisewide. Metodologi


pemeliharaan sungguh mengedepan dan memungkinkan penyebaran cepat, mempertimbangkan kemampuan reaksi dan fleksibilitas tinggi
dalam menjawab untuk mengubah ke-butuhan
bisnis GSM).

5
6

Chief Architect
Head Development

CA
HD

Head IT
Administration

HITA

Perangkat lunak aplikasi metodologi implementasi dan didapatnya adalah yang diper-lakukan
ke kemajuan berkelanjutan dan didukung oleh
database pengetahuan internal dan eksternal yang
berisi acuan yang baik dan material praktek (PSP).

Project Management
Officer
Compliance, Audit,
Risk and Security

PMO

Perangkat lunak aplikasi praktek pemeliharaan dan


didapatnya dibariskan dengan proses yang
digambarkan (PSP).
Pendekatan berbasis komponen, dengan sudah
dikenal, membakukan aplikasi bertemu untuk
bisnis.

Metodologi menciptakan dokumentasi dalam suatu struktur sudah dikenal yang membuat produksi dan pemeliharaan menjadi efisien (GSM)

Dengan mengetahui posisi kematangan saat ini dan


yang diharapkan, selanjutnya dapat menjadi dasar dalam
pendefinisian solusi yang diusulkan dalam rangka
perbaikan yang diperlukan dalam proses pengelolaan data
di Bagian Biro Administrasi Akademik Politeknik XYZ
Kegiatan survei penelitian dilakukan terutama dengan
metode kuesioner dengan melakukan pendistribusian
kuesioner, baik Kuesioner I Management Awaareness maupun
Kuesioner II Maturity Level, yang telah dikembangkan pada
responden. Dengan pertimbangan untuk melengkapi hasil
survei kuesioner sehingga kegiatan analisis dapat dilakukan
secara lebih komprehensip, maka beberapa metode survei
yang lain dapat dilakukan secara implisit. Beberapa metode
survei yang digunakan sebagai pelengkap metode kuesioner,
antara lain mencakup kegiatan observasi atau pengamatan,

ISSN
37: 2406-7741

Fungsional struktur COBIT


terkait

2
3

BE

HO

CARS

Fungsional struktur
Poltek XYZ
terkait
- Wakil Direktur II
- Direktur Poltek
XYZ
- Direktur Poltek
XYZ
- Ka. Biro Sarana &
Prasarana
- Ka. Biro BAAK
- Wakil Direktur I
- Ka. Sistem &
Jaringan
- Ka. Laboratorium
- Kepala Biro
Administrasi
Akademik (BAAK)
- Kepala Akademik
(Wadir I)
- Karyawan BAAK
- Ketua PJM

Jumlah

Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
13

Responden untuk audit obyek AI2 (Mendapatkan dan


memelihara perangkat lunak aplikasi) ada 12 (duabelas)
responden, dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11 Identifikasi responden di Politeknik XYZ untuk
audit obyek AI2
No

Fungsional struktur COBIT terkait

1
2
3

Chief Information Officer


Business Process Owner
Head Operation

CIO
BPO
HO

4
5

Chief Architect
Head Development

CA
HD

Head IT Administration

HITA

7
8

Project Management Officer


Compliance, Audit, Risk and
Security

PMO
CARS
Jumlah

Fungsional struktur P
terkait
- Direktur Poltek XY
- Wakil Direktur II
- Ka. Biro Sarana & P
- Ka. Biro BAAK

- Wakil Direktur I
- Ka. Sistem & Jaringa
- Ka. Laboratorium
- Kepala Biro Adminis
Akademik (BAAK)
- Kepala Akademik (W
- Karyawan BAAK
- Ketua PJM

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Dengan dilakukannya pendekatan identifikasi responden
yang mengacu pada diagram RACI, maka sampling atau
identifikasi responden diarahkan pada peran-peran yang
terkait langsung dan representatif pada proses pengelolaan
data. Sehingga diharapkan jawaban atas kuesioner ini
memiliki validitas yang memadai dan dapat mewakili keadaan
sesungguhnya di lapangan.
Kegiatan survey penelitian dilakukan terutama dengan
metode kuesioner dengan melakukan penyebaran kuesioner,
baik kuesioner I management awareness maupun kuesioner II
maturity level. Kuesioner diberikan kepada responden sesuai
dengan identifikasi responden yang mengacu pada diagram
RACI.
Untuk kuesioner II maturity level dari AI2 format
perekapan datanya sama seperti kuesioner II maturity
level dari PO3 dapat dilihat pada tabel 11. Cara merekap
untuk kuesioner I management awareness dan kuesioner II
maturity level untuk AI2 sama dengan cara merekap dan
menghitung pada kedua kuesioner pada PO3. Yang
membedakan hanya banyaknya pertanyaan dan
respondennya saja, dimana untuk AI2 total respondennya
adalah 12 orang dan untuk PO3 ada 13 orang.
Adapun interprestasi data pada audit obyek PO3 dan AI2
akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Interprestasi Data Kuesioner I Management Awareness
Dari pelaksanaan rekapitulasi kuesioner I Management
Awareness didapatkan gambaran kecenderungan tingkat
pemenuhan, kinerja, maupun pencapaian yang sekarang
sedang berlangsung terhadap beberapa obyek pertanyaan,
baik pemenuhan DCO maupun indikator yang terkait pada
proses menentukan arah teknologi dan mendapatkan dan
memelihara perangkat lunak aplikasi secara umum.
Agar dapat mendeskripsikan secara jelas hasil kajian
mengenai kinerja proses PO3 dan AI2, khususnya pada
pemenuhan kriteria-kriteria dalam proses PO3 dan AI2
yang tertuang dalam DCO, maka dilakukan pemetaan
terhadap kuesioner I dengan nilai kinerja yang
mereflesikan secara kuantitatif tingkat kinerjanya.
Pemetaan tersebut dapat dilihat pad tabel 12.
Tabel 12 Pemetaan jawaban kuesioner I dan nilai / tingkat
kinerja Detailed Control Objectives (DCO) pada proses audit
PO3 dan AI2 (Surendro, 2007)
No
1
2
3

Jawaban
L (low)
M (Medium)
H (High)

Nilai Kinerja
1,00
2,00
3,00

Tingkat Kinerja
Kurang
Sedang
Baik

Dengan merujuk pada tabel 12, dapat diperoleh nilai


kinerja terhadap pemenuhan DCO secara kuantitatif.
b. Interprestasi Data Kuesioner II Maturity Level
Pada pelaksanaan survei kuesioner II maturity level,
diperoleh jawaban atas kuesioner sebanyak jumlah
kuesioner yang didistribusikan kepada para renponden
yang teridentifikasi dalam tabel 3.10 dan 3.11. Hasil dari
jawaban responden tersebut secara garis besar dapat
memberikan gambaran kecenderungan suatu tingkat
kematangan atas beberapa atribut, pada proses
menentukan arah teknologi dan mendapatkan dan

ISSN
38: 2406-7741

memelihara perangkat lunak aplikasi baik yang saat ini


(as is) maupun yang diharapkan (to be).
Agar dapat mendiskripsikan secara jelas hasil analisis
mengenai tingkat kematangan pada masing-masing atribut
yang berkontribusi secara langsung pada tingkat
kematangan untuk proses pengelolaan data secara
keseluruhan, maka mengacu pada model kematangan
COBIT 4.1, untuk setiap pilihan jawaban kuesioner dapat
dipetakan ke dalam nilai kematangan seperti terlihat pada
tabel 13.
Tabel 13 Pemetaan jawaban dan nilai / tingkat kematangan
(Surendro, 2007)
No
1
2
3
4
5
6

Jawaban
A
B
C
D
E
F

Nilai Kematangan
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00

Tingkat Kematangan
0 Non-existent
1 Initial / Ad Hoc
2 Repeatable but Intuitive
3 Define Process
4 Managed and Measurable
5 Optimised

Hasil pemetaan dari kuesioner II maturity level


direpresentasikan dalam bentuk scatter sehingga dapat
dilihat posisi nilai kematangan rata-rata saat ini (as is) dan
yang diharapkan (to be) untuk setiap atribut
kematangannya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan dan
dikembalikan, dikumpulkan data untuk perhitungan tingkat
pemenuhan Detailed Control Objectives (DCO) dan Maturity
Level pada Bagian Biro Administrasi Akademik Politeknik
XYZ . Tingkat pemenuhan DCO diperoleh berdasarkan
hasil perhitungan kuesioner I Management Awereness,
sedangkan tingkat kematangan (Maturity Level) diperoleh
berdasarkan hasil perhitungan kuesioner II Maturity Level.
Rekapitulasi Kuesioner I (Management Awareness)
a. Control Obyektif PO3 (Determine Technological
Direction)
Dari jawaban responder kuesioner I ini (terlampir pada
lampiran 1), dapat dibuat suatu rekapitulasi yang
menggambarkan kecenderungan tingkat pemenuhan,
kinerja, maupun pencapaian yang sekarang berlangsung di
Politeknik XYZ terhadap beberapa obyek pertanyaan,
baik pemenuhan DCO maupun indikator lain yang terkait
pada proses pengelolaan data secara umum yang dapat
dilihat pada tabel 14.
Tabel 14 Rekapitulasi jawaban responder kuesioner I
Management Awareness PO3
No

Pertanyaan

1
2

Perencanaan arah teknologi


Rencana infrastruktur teknologi
Pemantauan tren dan peraturan
yang akan datang
Standar
Teknologi
Sistem
Informasi
Dewan
pengurus
Arsitektur
Komputer TSI
Perencanaan IT taktis dan strategis
Optimise rencana sistem bisnis
dan arsitektur informasi

3
4
5
6
7

Distribusi Jawaban
L (%)
M (%)
H (%)
30,77
46,15
23,08
23,08
46,15
30,77
46,15

38,46

15,38

15,38

69,23

15,38

46,15

38,46

15,38

38,46

46,15

15,38

38,46

46,15

15,38

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


8
9
10
11
12
13
14

Pembaharuan standar teknologi


Pencapaian
dan
kapasitas
informasi
Peluang teknologi
Standar teknologi
Pembaharuan status teknologi
reguler
Perencanaan
infrastruktur
teknologi
Kebutuhan infrastruktur
Total

38,46

38,46

23,08

38,46

38,46

23,08

38,46
30,77

46,15
46,15

15,38
23,08

23,08

61,54

15,38

30,77

38,46

30,77

23,08
32,97

53,85
46,70

23,08
20,33

Secara umum rekapitulasi hasil kuesioner I


Management Awarenes seperti pada tabel 14, dapat ditarik
suatu kecenderungan yang mereflesikan fakta di lapangan
yaitu bahwa :
1. Sebanyak 32,97 % responden menyatakan
pendapatnya bahwa kinerja proses menentukan arah
teknologi adalah masih rendah atau kurang.
2. Sebagian besar responden, 46,70 % menyatakan
pendapat, opini atau kesadarannya bahwa tingkat
kinerja dalam proses menentukan arah teknologi
cukup baik atau sedang, yang artinya meskipun
menentukan arah teknologi telah dilakukan namun
masih perlu ditingkatkan.
3. Sebanyak 20,33 % responden mengemukakan
pendapatnya bahwa praktek menentukan arah
teknologi yang sekarang berlangsung sudah baik dan
relatif telah memenuhi harapan.
Untuk dapat mendeskripsikan secara jelas hasil kajian
tentang kinerja proses PO3, khususnya pada pemenuhan
kriteria-kriteria dalam proses PO3 yang tertuang dalam
DCO, maka dilakukan pemetaan terhadap jawaban
kuesioner I dengan nilai kinerja yang mereflesikan secara
kuantitatif tingkat kinerjanya, seperti terlihat pada tabel
14.
Tabel 15 Pemetaan jawaban kuesioner I dan nilai / tingkat
kinerja Detailed Control Objectives (DCO) pada proses
Menentukan Arah Teknologi (PO3)
No
1
2
3

Jawaban
L (Low)
M (Medium)
H (High)

Nilai Kinerja
1,00
2,00
3,00

Tingkat Kinerja
Kurang
Sedang
Baik

Dengan merujuk pada tabel 15, dapat diperoleh nilai


kinerja terhadap pemenuhan
DCO tersebut secara
kuantitatif, yang dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 16 Tingkat kinerja Detailed Control Objectives (DCO)
pada proses PO3
No

Nilai
Kinerja

Obyek Pertanyaan

Perencanaan arah teknologi (PO3.1)

Rencana infrastruktur teknologi (PO3.2)

Pemantauan tren dan peraturan yang akan


(PO3.3)

4
5

datang

Rata-Rata

Secara keseluruhan berdasarkan table 3, dapat ditarik suatu


kesimpulan, bahwa :
1. Tingkat pemenuhan DCO berdasarkan pembulatan
terdekat dari nilai 1,74 ke nilai 2 sehingga rata-rata
nilai kinerja pada proses menentukan arah teknologi
dianggap 2, pada proses menentukan arah teknologi
termasuk kategori Sedang seperti direpresentasikan
dalam diagram radar pada gambar 1.
2. Representasi tingkat pemenuhan DCO untuk PO3
dapat dilihat pada gambar 1.

Perencanaan arah teknologi (PO3.1)


2.00
1.00 Rencana infrastruktur teknologi (PO3.2)
0.00

Arsitektur teknologi (PO3.5)

Standar teknologi (PO3.4)

Pemantauan tren dan peraturan yang akan datang (PO3.3)

Gambar 1 Representasi tingkat pemenuhan DCO pada proses


menentukan arah teknologi pada Bagian Biro Akademik
Politeknik XYZ
b. Control Obyektif AI2 (Acquire and Maintain
Application Software)
Dari jawaban responder kuesioner I ini (terlampir pada
lampiran 2), dapat dibuat suatu rekapitulasi yang
menggambarkan kecenderungan tingkat pemenuhan,
kinerja, maupun pencapaian yang sekarang berlangsung di
Politeknik XYZ terhadap beberapa obyek pertanyaan,
baik pemenuhan DCO maupun indikator lain yang terkait
pada proses mendapatkan dan memelihara perangkat
lunak aplikasi secara umum yang dapat dilihat pada tabel
17.
Tabel 17. Rekapitulasi jawaban responder kuesioner I
Management Awareness AI2
No

Pertanyaan

Distribusi Jawaban
L (%)

M (%)

H (%)

1,79

Desain secara high level

33,33

41,67

25,00

1,93

Rancangan detail

33,33

50,00

16,67

50,00

33,33

16,67

25,00

33,33

41,67

25,00

50,00

25,00

1,57

Standar teknologi (PO3.4)

1,86

Arsitektur teknologi (PO3.5)

1,57

ISSN
39: 2406-7741

1,74

Pengendalian
aplikasi
dan
ketersediaan untuk diperiksa
Ketersediaan
dan
keamanan
Aplikasi
Konfigurasi dan implementasi dari
aplikasi software yang di dapatkan.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


6

Upgrade yang utama terhadap


sistem yang ada.

41,67

41,67

16,67

Pengembangan aplikasi software

41,67

33,33

25,00

Pengukuran mutu software

41,67

41,67

16,67

Manajemen kebutuhan aplikasi.

25,00

50,00

25,00

10

Pemeliharaan aplikasi software

25,00

50,00

25,00

25,00

58,33

16,67

33,33

41,67

25,00

8,33

41,67

50,00

33,33

50,00

41,67

11
12
13
14
15

Kamus
data,
penggolongan data,
rencana sistem bisnis
Pembaharuan status
reguler

rencana
optimised
teknologi

Pelaporan cost-benefits
Mendapatkan
standard
pengembangan
Petunjuk manajemen proyek dan
merencanakan rencana terperinci

Dengan merujuk pada tabel 18, dapat diperoleh nilai


kinerja terhadap pemenuhan
DCO tersebut secara
kuantitatif, yang dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Tingkat kinerja Detailed Control Objectives (DCO)
pada proses AI2

41,67

16,67

Desain secara high level (AI2.1)


Rancangan detail (AI2.2)
Pengendalian aplikasi dan ketersediaan untuk diperiksa
(AI2.3)
Ketersediaan dan keamanan Aplikasi (AI2.4)
Konfigurasi dan implementasi dari aplikasi software
yang di dapatkan (AI2.5)
Upgrade yang utama terhadap sistem yang ada (AI2.6)
Pengembangan aplikasi software (AI2.7)
Pengukuran mutu software (AI2.8)
Manajemen kebutuhan aplikasi (AI2.9)
Pemeliharaan aplikasi software (AI2.10)
Rata-Rata

16,67

17

Uraian perubahan proses

33,33

50,00

16,67

33,33

41,67

25,00

33,33

50,00

16,67

20

Keputusan pengadaan

33,33

41,67

25,00

21

Awal merencanakan SLAs

16,67

58,33

25,00

22

Spesifikasi
ketersediaan,
kesinambungan, dan perbaikan

25,00

58,33

16,67

31,44

45,83

22,73

Secara umum rekapitulasi hasil kuesioner I


Management Awarenes seperti pada tabel 17, dapat ditarik
suatu kecenderungan yang mereflesikan fakta di lapangan
yaitu bahwa :
1. Sebanyak 31,44 % responden menyatakan
pendapatnya bahwa kinerja proses mendapatkan dan
memelihara perangkat lunak aplikasi adalah masih
rendah atau kurang.
2. Sebagian besar responden, 45,83 % menyatakan
pendapat, opini atau kesadarannya bahwa tingkat
kinerja dalam proses mendapatkan dan memelihara
perangkat lunak aplikasi cukup baik atau sedang,
yang artinya meskipun mendapatkan dan memelihara
perangkat lunak aplikasi telah dilakukan namun masih
perlu ditingkatkan.
3. Sebanyak 22,73 % responden mengemukakan
pendapatnya bahwa praktek mendapatkan dan
memelihara perangkat lunak aplikasi yang sekarang
berlangsung sudah baik dan relatif telah memenuhi
harapan.
Untuk dapat mendeskripsikan secara jelas hasil
kajian tentang kinerja proses AI2, khususnya pada
pemenuhan kriteria-kriteria dalam proses AI2 yang
tertuang dalam DCO, maka dilakukan pemetaan terhadap
jawaban kuesioner I dengan nilai kinerja yang
mereflesikan secara kuantitatif tingkat kinerjanya, seperti
terlihat pada tabel 418

ISSN
40: 2406-7741

Tingkat Kinerja
Kurang
Sedang
Baik

1
2

50,00

Total

Nilai Kinerja
1,00
2,00
3,00

16,67

33,33

19

Jawaban
L (Low)
M (Medium)
H (High)

Pertanyaan

Studi kelayakan kebutuhan bisnis


Mengendalikan spesifikasi aplikasi
Keamanan
Paket aplikasi dan perangkat lunak
pengetahuan

No
1
2
3

No

16

18

Tabel 18 Pemetaan jawaban kuesioner I dan nilai / tingkat


kinerja Detailed Control Objectives (DCO) pada proses AI2

4
5
6
7
8
9
10

Nilai
Kinerja
1,77
1,00
0,91
1,18
1,09
0,95
1,00
0,95
1,09
1,09
1,10

Secara keseluruhan berdasarkan table 19, dapat ditarik


suatu kesimpulan, bahwa :
1. Tingkat pemenuhan DCO berdasarkan pembulatan
terdekat dari nilai 1,10 ke nilai 1 sehingga rata-rata
nilai kinerja pada proses mendapatkan dan
memelihara perangkat lunak aplikasi dianggap 1,
pada proses mendapatkan dan memelihara perangkat
lunak
termasuk
kategori
Kurang
seperti
direpresentasikan dalam diagram radar pada gambar
4.2.
2. Representasi tingkat pemenuhan DCO untuk AI2
dapat dilihat pada gambar 2.

Desain secara high level (AI2.1)


Pemeliharaan aplikasi software (AI2.10)
Rancangan detail (AI2.2)
2.00
Manajemen kebutuhan aplikasi (AI2.9)
Pengukuran mutu software (AI2.8)

1.00 Pengendalian aplikasi dan ketersediaan untuk diperiksa (AI2.3)


0.00
Ketersediaan dan keamanan Aplikasi (AI2.4)

Pengembangan aplikasi software (AI2.7)


Konfigurasi dan implementasi dari aplikasi software yang di dapatkan (AI2.5)
Upgrade yang utama terhadap sistem yang ada (AI2.6)

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Gambar 2 Representasi tingkat pemenuhan DCO pada proses
mendapatkan dan memelihara perangkat lunak aplikasi pada
Bagian Biro Akademik Politeknik XYZ
Rekapitulasi Kuesioner II (Maturity Level)
a. Control Obyektif PO3
Dari pelaksanaan survei kuesioner II Maturity Level,
diperoleh jawaban atas kuesioner tersebut sebanyak
jumlah kuesioner yang didistribusikan kepada para
responder yang teridentifikasi dalam tabel 3.10 dan tabel
3.11. Dari hasil jawaban responder tersebut (lihat lampiran
Kuesioner II untuk PO3) selanjutnya dibuat suatu
rekapitulasi, seperti terlihat pada tabel 4.7 dan dinyatakan
dalam grafik pada gambar 4.3, yang secara garis besar
dapat memberikan gambaran kecenderungan suatu
tingkat kematangan atas beberapa atribut, pada proses
menentukan arah teknologi di Bagian Biro Administrasi
Akademik Politeknik XYZ .
Tabel 20. Rekapitulasi distribusi jawaban kuesioner II
Maturity Level PO3
N
o

Atribut

AC

PSP

TA

SE

RA

GSM

Status

Distribusi Jawaban
a(%)

b(%)

c(%)

d(%)

e(%)

As is

0,00

38,46

46,15

7,69

7,69

To be

0,00

0,00

0,00

0,00

30,77

As is

0,00

46,15

46,15

7,69

0,00

To be

0,00

0,00

0,00

0,00

30,77

As is

0,00

23,08

53,85

23,08

0,00

To be

0,00

0,00

0,00

23,08

38,46

As is

0,00

23,08

46,15

30,77

0,00

To be

0,00

0,00

0,00

23,08

46,15

As is

0,00

23,08

30,77

46,15

0,00

To be

0,00

0,00

0,00

0,00

30,77

As is

0,00

30,77

46,15

23,08

0,00

To be

0,00

0,00

0,00

0,00

30,77

As is

0,00

30,77

44,87

23,08

1,28

To be

0,00

0,00

0,00

7,69

34,62

70.00
60.00
50.00
40.00

As is

30.00

To be

20.00
10.00
0.00
a

Gambar 3 Gambar grafik Representasi distribusi jawaban


kuesioner II maturity Level PO3
Secara umum dari rekapitulasi kuesioner Maturity
Level pada tabel 4.7, dapat diperoleh suatu kecenderungan
f(%)
fakta di lapangan tentang tingkat kematangan proses
menentukan arah teknologi, baik yang saat ini (as is)
0,00
maupun yang diharapkan (to be), sebagai berikut :
69,23
1. Sebagian besar, yaitu 44,87 %
responden
0,00
memberikan jawaban c, atas pertanyaan yang
69,23
berorientasi masa kini (as is).
2.
Pada jawaban atas pertanyaan yang berorientasi
0,00
masa depan (to be), memberikan jawaban f,
38,46
sebanyak 57,69 %.
0,00
Adanya pola kecenderungan tersebut ditunjukkan
secara lebih jelas pada gambar 4.3. Terdapat 2 puncak
30,77
kurva pada posisi as is, dimana posisi puncak kurva as is
0,00
tertinggi lebih dekat pada jawaban c dan posisi puncak
69,23
kurva to be tertinggi berada pada jawaban f.
Untuk dapat mendiskripsikan secara jelas hasil analisis
0,00
dan kajian tentang tingkat kematangan pada masing69,23
masing atribut yang berkontribusi secara langsung pada
tingkat kematangan untuk proses menentukan arah
0,00
teknologi secara keseluruhan, maka dengan mengacu
57,69
pada model kematangan COBIT 4.1, untuk tiap pilihan
jawaban kuesioner dapat dipetakan ke dalam nilai
kematangan seperti pada tabel 21.
Tabel 21 Pemetaan jawaban dan nilai / tingkat kematangan
N
o
1
2
3
4
5
6

Jawaban

Nilai Kematangan

Tingkat Kematangan

A
B
C
D
E
F

0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00

0 Non-existent
1 Initial / Ad Hoc
2 Repeatable but intuitive
3 Define Process
4 Managed and Measurable
5 Optimesed

Dengan mengasumsikan bahwa setiap atribut


mempunyai nilai kontribusi atau pembobotan yang sama
terhadap tingkat kematangan proses PO3, maka untuk
kedua status (as is maupun to be) tingkat kematangannya
secara detail dapat dilihat pada tabel 22.

ISSN
41: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Tabel 22 Nilai dan tingkat kematangan proses PO3 hasil
kuesioner II (Maturity Level)
No

Atribut

1
AC
2
PSP
3
TA
4
SE
5
RA
6
GSM
Rata-Rata

Nilai Kematangan
As is
To be
2,00
5,08
1,75
5,08
2,17
4,50
2,25
4,42
2,42
5,08
2,08
5,08
2,11
4,88

Tingkat Kematangan
As is
To be
2
5
2
5
2
5
2
4
2
5
2
5
2
5

Pada penelitian ini dilakukan pembedaan istilah antara


nilai kematangan dan tingkat kematangan. Nilai
kematangan bisa bernilai tidak bulat (bilangan pecahan),
yang merepresentasikan proses pencapaian menuju suatu
tingkat kematangan tertentu. Sedangkan tingkat
kematangan lebih menunjukkan tahapan yang dicapai
dalam proses kematangan, yang dinyatakan dalam
bilangan bulat.
Bila dikaitkan dengan model kematangan dan dengan
mempertimbangkan kematangan beberapa atribut pada
proses pengelolaan data, maka dengan mengacu pada tabel
22 dan nilai kematangan terhadap atribut kematangan,
maka dapat diperoleh informasi bahwa :
1. Nilai kematangan saat ini (as is) pada proses PO3
secara keseluruhan berada pada nilai rata-rata 2,11
(tingkat kematangan 2). Hal ini berarti masih
berulang secara intuitif / repeatable.
2. Tingkat kematangan yang diharapkan (to be), pada
proses PO3, secara keseluruhan berada pada tingkat
5 atau optimis / optimised.
Kedua kondisi kematangan tersebut untuk masingmasing atribut kematangan, secara lebih jelas
direpresentasikan pada gambar 4.

tersebut secara tepat, diharapkan akan diperoleh gambaran


tentang skala prioritas dan besarnya usaha sebagai suatu
persyaratan yang penting dan perlu bagi setiap atribut
untuk melakukan perbaikan.
b. Control Obyektif AI2 (Acquire and Maintain
Application Software)
Dari pelaksanaan survei kuesioner II Maturity Level,
diperoleh jawaban atas kuesioner tersebut sebanyak
jumlah kuesioner yang didistribusikan kepada para
responden yang teridentifikasi dalam tabel 10 dan tabel
11. Dari hasil jawaban responden tersebut (lihat lampiran
Kuesioner II untuk AI2) selanjutnya dibuat suatu
rekapitulasi, seperti terlihat pada tabel 23 dan dinyatakan
dalam grafik pada gambar 5, yang secara garis besar dapat
memberikan gambaran kecenderungan suatu tingkat
kematangan atas beberapa atribut, pada proses
mendapatkan dan memelihara perangkat lunak aplikasi di
Bagian Biro Administrasi Akademik Politeknik XYZ .
Tabel 23 Rekapitulasi distribusi jawaban kuesioner II
Maturity Level AI2
Distribusi Jawaban
No

Atribut

Status
As is

AC
To be
As is

PSP
To be
As is

TA
To be
As is

SE
To be

AC

As is
5

10.00
GSM

5.00

To be

PSP

As is
6

To be
TA

SE

Gambar 4 Representasi nilai kematangan pada proses


menentukan arah teknologi untuk status kematangan saat ini
(as is) dan yang akan datang (to be) pada Bagian Biro
Administrasi Akademik Politeknik XYZ
Pada gambar tersebut terlihat posisi nyata nilai
kematangan rata-rata saat ini (as is) dan yang diharapkan
(to be) untuk setiap atribut kematangan. Dengan
mengetahui posisi nyata kedua kondisi kematangan

ISSN
42: 2406-7741

GSM
To be

As is

0.00
RA

RA

a
(%)
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0

b (%)

c (%)

d (%)

e (%)

f (%)

16,67

25,00

50,00

8,33

0,00

0,00

0,00

0,00

33,33

66,67

0,00

33,33

41,67

25,00

0,00

0,00

0,00

0,00

41,67

58,33

25,00

58,33

16,67

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

41,67

58,33

0,00

33,33

50,00

16,67

0,00

0,00

0,00

0,00

33,33

66,67

25,00

33,33

41,67

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

41,67

58,33

25,00

41,67

33,33

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

41,67

58,33

As is

0,00

15,28

37,50

38,89

8,33

0,00

To be

0,00

0,00

0,00

0,00

38,89

61,11

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Tabel 25. Nilai dan tingkat kematangan proses AI2 hasil
kuesioner II (Maturity Level)

70.00
60.00

No

50.00
40.00

As is

Tingkat
Kematangan

As is

To be

As is

To be

AC

2,50

4,67

PSP

2,92

4,75

10.00

TA

1,92

4,58

0.00

SE

2,83

4,67

RA

2,17

4,58

GSM

2,08

4,75

2,40

4,67

30.00

To be

20.00

Gambar 5 Gambar grafik Representasi distribusi jawaban


kuesioner II maturity Level AI2
Secara umum dari rekapitulasi kuesioner Maturity
Level pada tabel 23, dapat diperoleh suatu kecenderungan
fakta di lapangan tentang tingkat kematangan proses
menentukan arah teknologi, baik yang saat ini (as is)
maupun yang diharapkan (to be), sebagai berikut :
1. Sebagian besar, yaitu 38,89 %
responden
memberikan jawaban d, atas pertanyaan yang
berorientasi masa kini (as is).
2. Pada jawaban atas pertanyaan yang berorientasi
masa depan (to be), memberikan jawaban f,
sebanyak 61,11 %.
Adanya pola kecenderungan tersebut ditunjukkan
secara lebih jelas pada gambar 5. Terdapat 2 puncak kurva
pada posisi as is, dimana posisi puncak kurva as is
tertinggi lebih dekat pada jawaban d dan posisi puncak
kurva to be tertinggi berada pada jawaban f.
Untuk dapat mendiskripsikan secara jelas hasil analisis
dan kajian tentang tingkat kematangan pada masingmasing atribut yang berkontribusi secara langsung pada
tingkat kematangan untuk proses mendapatakan dan
memelihara perangkat lunak aplikasi teknologi secara
keseluruhan,
maka dengan mengacu pada model
kematangan COBIT 4.1, untuk tiap pilihan jawaban
kuesioner dapat dipetakan ke dalam nilai kematangan
seperti pada tabel 24.
Tabel 24. Pemetaan jawaban dan nilai / tingkat kematangan
AI2
N
o
1
2
3
4
5
6

Atribut

Nilai
Kematangan

Jawaban

Nilai Kematangan

A
B
C
D
E
F

0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00

Tingkat Kematangan
0 Non-existent
1 Initial / Ad Hoc
2 Repeatable but intuitive
3 Define Process
4 Managed and Measurable
5 Optimesed

Dengan mengasumsikan bahwa setiap atribut


mempunyai nilai kontribusi atau pembobotan yang sama
terhadap tingkat kematangan proses AI2, maka untuk
kedua status (as is maupun to be) tingkat kematangannya
secara detail dapat dilihat pada tabel 25.

ISSN
43: 2406-7741

Rata-Rata

Pada penelitian ini dilakukan pembedaan istilah antara


nilai kematangan dan tingkat kematangan. Nilai
kematangan bisa bernilai tidak bulat (bilangan pecahan),
yang merepresentasikan proses pencapaian menuju suatu
tingkat kematangan tertentu. Sedangkan tingkat
kematangan lebih menunjukkan tahapan yang dicapai
dalam proses kematangan, yang dinyatakan dalam
bilangan bulat.
Bila dikaitkan dengan model kematangan dan dengan
mempertimbangkan kematangan beberapa atribut pada
proses pengelolaan data, maka dengan mengacu pada tabel
25 dan nilai kematangan terhadap atribut kematangan,
maka dapat diperoleh informasi bahwa :
1. Nilai kematangan saat ini (as is) pada proses AI2
secara keseluruhan berada pada nilai rata-rata 2,40
(tingkat kematangan 2). Hal ini berarti masih
berulang secara intuitif / repeatable.
2. Tingkat kematangan yang diharapkan (to be), pada
proses PO3, secara keseluruhan berada pada tingkat
5 atau optimis / optimised.
Kedua kondisi kematangan tersebut untuk masingmasing atribut kematangan, secara lebih jelas
direpresentasikan pada gambar 6.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

AC
5.00
GSM

PSP
As is

0.00

RA

To be
TA

SE

Gambar 6 Representasi nilai kematangan pada proses


mendapatkan dan memelihara perangkat lunak aplikasi untuk
status kematangan saat ini (as is) dan
yang akan datang (to be) pada Bagian Biro Administrasi
Akademik
Politeknik XYZ
Pada gambar tersebut terlihat posisi nyata nilai
kematangan rata-rata saat ini (as is) dan yang diharapkan
(to be) untuk setiap atribut kematangan. Dengan
mengetahui posisi nyata kedua kondisi kematangan
tersebut secara tepat, diharapkan akan diperoleh gambaran
tentang skala prioritas dan besarnya usaha sebagai suatu
persyaratan yang penting dan perlu bagi setiap atribut
untuk melakukan perbaikan.
Pembahasan atas pemenuhan DCO (Detailed Control
Objective)
a. Control Obyektif PO3
Dari hasil rekapitulasi dari kuesioner I untuk PO3 yang
sudah dilakukan, diketahui bahwa tingkat pemenuhan
DCO (Detailed Control Objective) dari menentukan arah
teknologi di Bagian Biro Administrasi Akademik
Politeknik XYZ berada pada level M (Medium). Artinya
kinerja DCO (Detailed Control Objective) seperti
kebutuhan bisnis untuk perencanaan arah teknologi,
rencana infrastruktur teknologi, pemantauan tren dan
peraturan yang akan datang, standar teknologi sistem
informasi, serta dewan pengurus arsitektur komputer TSI
adalah sedang atau cukup. Untuk dapat mencapai level H
(High), ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan,
yaitu :
1. Menetapkan dan menerapkan prosedur perencanaan arah
teknologi yang lebih baik, agar perencanaan teknologi
sesuai dengan kebutuhan sistem akademik yang ada.
2. Menetapkan dan menerapkan prosedur rencana
infrastruktur teknologi, agar investasi infrastruktur
teknologi sesuai dengan kebutuhan yang mendukung
proses akademik.
3. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan tren
dan peraturan yang akan datang, agar organisasi dapat

ISSN
44: 2406-7741

mengikuti perkembangan tren dan peraturan yang ada,


sehingga
organisasi
tidak
tertinggal
dengan
perkembangan teknologi yang ada.
4. Menetapkan dan menerapkan prosedur penanganan
proses pengembangan teknologi dan infrastruktur
teknologi yang tidak sesuai dengan perencanaan yang
sudah ditetapkan.
5. Menetapkan dan menerapkan prosedur standar teknologi
informasi, sehingga teknologi informasi yang dimiliki
organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
6. Meningkatkan keterampilan user yang dalam hal ini
adalah pegawai BAAK tentang cara penggunaan dan
pengelolaan sistem informasi akademik yang ada.
b. Control Obyektif AI2
Dari hasil rekapitulasi dari kuesioner I untuk AI2 yang
sudah dilakukan, diketahui bahwa tingkat pemenuhan
DCO (Detailed Control Objective) dari mendapatkan dan
mengelola perangkat lunak aplikasi di Bagian Biro
Administrasi Akademik Politeknik XYZ berada pada
level L (Low). Artinya kinerja DCO (Detailed Control
Objective) seperti kebutuhan bisnis untuk desain secara
high level, rancangan detail, pengendalian aplikasi dan
ketersediaan untuk diperiksa, ketersediaan dan keamanan
aplikasi, konfigurasi dan implementasi aplikasi, upgrade
yang utama terhadap sistem yang ada, pengembangan
aplikasi software, serta pengukuran mutu software adalah
kurang. Untuk dapat mencapai level M (Medium) atau H
(High), ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan,
yaitu :
1. Menetapkan dan menerapkan prosedur desain high
level yang lebih baik, agar desain high level sesuai
dengan kebutuhan sistem akademik yang ada.
2. Menetapkan dan menerapkan prosedur rancangan
detail, agar rancangan detail infrastruktur teknologi
sesuai dengan kebutuhan yang mendukung proses
akademik.
3. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian
aplikasi dan ketersediaan untuk diperiksa, agar
organisasi dapat melakukan pengendalian dan
pemeriksaan aplikasi secara berkala, sehingga aplikasi
yang ada dapat mendukung proses akademik dengan
baik.
4. Menetapkan dan menerapkan prosedur ketersediaan
dan keamanan aplikasi. Hal ini untuk menjamin
ketersediaan aplikasi dan keamanan aplikasi guna
mendukung proses akademik.
5. Menetapkan dan menerapkan prosedur konfigurasi dan
implementasi dari aplikasi. Hal ini berguna unutuk
mendapatkan konfigurasi dan implementasi aplikasi
yang sesuai dengan proses akademik yang sedang
berlangsung.
6. Menetapkan dan menerapkan prosedur upgrade utama
terhadap sistem yang ada. Hal ini berguna untuk
pengembangan sistem yang ada agar sesuai dengan
kebutuhan sistem akademik yang sedang, sehingga

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


teknologi informasi yang dimiliki organisasi sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
7. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengembangan
aplikasi software. Hal ini berguna dalam
pengembangan aplikasi software agar bersesuaian
dengan kebutuhan bisnis organisasi.
8. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengukuran
mutu software guna mengetahui kualitas software
yang digunakan pada Bagian Biro Akademik agar
dapat diketahui dengan segera apabila ada
penyimpangan yang terjadi.
9. Menetapkan dan menerapkan prosedur manajemen
kebutuhan aplikasi. Hal ini berguna untuk mengetahui
kebutuhan aplikasi dari organisasi, sehingga dengan
demikian investasi aplikasi yang dilakukan dapat
benar-benar mendukung kegiatan bisnis organisasi.
10. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemeliharaan
aplikasi software. Hal ini berguna untuk menjamin
bahwa software yang digunakan benar-benar dapat
berjalan dan mendukung kegiatan organisasi.
11. Meningkatkan keterampilan user yang dalam hal ini
adalah pegawai BAAK tentang cara penggunaan dan
pengelolaan software aplikasi akademik yang ada.
Pembahasan atas Tingkat Kematangan (Maturity Level)
a. Control Obyektif PO3
Dari rekapitulasi atas kuesioner II untuk audit obyek
PO3, diperoleh hasil untuk kondisi saat ini (as is), proses
tingkat kematangan pengelolaan data pada Bagian Biro
Administrasi Akademik Politeknik XYZ masih berada
di level 2 (Repeatable but Intuitive) yaitu suatu kondisi
dimana perguruan tinggi telah memiliki pola yang
berulang kali dilakukan dalam melakukan manajemen
aktivitas terkait dengan tata kelola teknologi informasi,
namun keberadaannya belum terdefinisikan secara baik
dan formal sehingga masih terjadi ketidakkonsistenan,
sedangkan untuk kondisi yang diharapkan (to be) ada level
4 (Managed and Measurable) adalah kondisi dimana
perusahaan telah memiliki sejumlah indikator atau ukuran
kuantitatif yang dijadikan sebagai sasaran maupun
obyektif terhadap kinerja proses teknologi informasi.
Untuk mencapai kenaikan level seperti yang
diinginkan, dapat diberikan beberapa rekomendasi,
seperti:
1. Melakukan perencanaan arah teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan kompetensi dalam bidang akademik.
Menjalankan pelatihan formal dan knowledge sharing
bagi staf TSI yang dilakukan sesuai dengan rencana
dalam hal pemahaman pada hal-hal yang berkaitan
dengan penentuan arah teknologi, penerapan prosedur,
dan penggunaan perangkat bantu TI, serta melakukan
evaluasi terhadap efektivitas rencana pelatihan
perencanaan arah teknologi.
2. Melaksanakan prosedur-prosedur secara lengkap untuk
penentuan arah teknologi, yang mengacu pada standar,
menerapkan praktek internal terbaik, telah diformalkan
dan disosialisasikan secara luas pada semua lingkup

ISSN
45: 2406-7741

perguruan tinggi, yang meliputi prosedur pengembangan


berkelanjutan sesuai dengan arah perencanaan TI,
melakukan sharing knowledge berkaitan dengan
pelaksanaan prosedur perencanaan arah teknologi.
3. Melakukan kesepakatan dengan pengguna layanan
teknologi informasi atas indikator pencapaian sasaran
dan kinerja yang berkaitan dengan kebutuhan bisnis.
Menjalankan pengawasan dengan menggunakan proses
yang terdefinisi, melakukan perbaikan secara
berkelanjutan pada proses perencaaan arah teknologi.
4. Mendefinisikan tanggungjawab dan kepemilikan dalam
perencanaan
arah
teknologi
secara
jelas.
Mengkomunikasikan
dalam
organisasi
atas
tanggungjawab kepemilikan dan perencanaan arah
teknologi yang sudah didefinisikan dan ditetapkan
secara jelas. Menumbuhkan budaya memberikan
penghargaan bagi pengemban peran yang berprestasi
sebagai upaya untuk memotivasi.
5. Memahami kebutuhan manajemen perencanaan arah
teknologi secara utuh. Melakukan sosialisasi mengenai
berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan arah
teknologi dalam lingkup perguruan tinggi, untuk dapat
mencari solusi bersama atas permasalahan yang muncul.
6. Pemanfaatan perangkat bantu yang terkini dalam
mendukung prosedur perencanaan arah teknologi guna
mendukung upaya perbaikan proses dan secara otomatis
mampu mendeteksi kelemahan kontrol yang terjadi
dalam perencanaan arah teknologi.
b. Control Obyektif AI2
Dari hasil rekapitulasi tingkat kematangan AI2
mendapatkan dan memelihara perangkat lunak aplikasi
pada bagian Biro Administrasi Akademik Politeknik
XYZ , kondisi saat ini (as is) berada pada tingkat
kematangan 2 (Repeatable but Intuitive), yaitu suatu
kondisi perguruan tinggi dimana definisi dan dokumentasi
untuk proses mendapatkan dan mengelola perangkat lunak
aplikasi yaitu suatu kondisi dimana perguruan tinggi telah
memiliki pola yang berulang kali dilakukan dalam
melakukan manajemen aktivitas terkait dengan tata kelola
teknologi informasi, namun keberadaannya belum
terdefinisikan secara baik dan formal sehingga masih
terjadi ketidakkonsistenan, sedangkan untuk kondisi yang
diharapkan (to be) ada level 5 (Optimised) adalah kondisi
dimana perguruan tinggi dalam mendapatkan dan
mengelola perangakat lunak aplikasi sudah menyatu
dengan teknologi perencanaannya sehingga mampu
mengoptimalkan kinerja sesuai dengan perangkat lunak
aplikasi dan ketrampilan TI yang tersedia.
Untuk mencapai kenaikan level seperti yang
diinginkan, dapat diberikan beberapa rekomendasi,
seperti:
1. Melakukan pengembangan perangkat lunak aplikasi
yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi dalam bidang
akademik. Menjalankan pelatihan formal dan knowledge
sharing bagi staf TSI yang dilakukan sesuai dengan

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


rencana dalam hal pemahaman pada hal-hal yang
berkaitan dengan perangkat lunak aplikasi, penerapan
prosedur, dan penggunaan perangkat bantu TI, serta
melakukan evaluasi terhadap efektivitas rencana
pelatihan penggunaan perangkat lunak aplikasi.
2. Melaksanakan prosedur-prosedur secara lengkap untuk
pengembangan perangkat lunak aplikasi, yang mengacu
pada standar, menerapkan praktek internal terbaik, telah
diformalkan dan disosialisasikan secara luas pada semua
lingkup perguruan tinggi, yang meliputi prosedur
pengembangan berkelanjutan sesuai dengan arah
perencanaan TI yang berkaitan dengan proses akademik,
melakukan sharing knowledge berkaitan dengan
pelaksanaan prosedur perencanaan arah teknologi pada
bidang akademik.
3. Melakukan kesepakatan dengan pengguna layanan
teknologi informasi atas indikator pencapaian sasaran
dan kinerja yang berkaitan dengan kebutuhan bisnis
pada bidang akademik. Menjalankan pengawasan
dengan menggunakan proses yang terdefinisi,
melakukan perbaikan secara berkelanjutan pada proses
mendapatkan dan memelihara perangkat lunak aplikasi.
4. Mendefinisikan tanggungjawab dan kepemilikan dalam
proses mendapatkan dan memelihara perangkat lunak
aplikasi secara jelas. Mengkomunikasikan dalam
organisasi atas tanggungjawab kepemilikan dan
perencanaan pengembangan perangkat lunak aplikasi
yang sudah didefinisikan dan ditetapkan secara jelas.
5. Memahami kebutuhan manajemen terhadap perangakt
lunak aplikasi secara utuh. Melakukan sosialisasi
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan perangkat
lunak aplikasi dalam lingkup perguruan tinggi, untuk
dapat mencari solusi bersama atas permasalahan yang
muncul.
6. Pemanfaatan perangkat bantu yang terkini dalam
mendukung prosedur mendapatkan dan memelihara
perangkat lunak aplikasi guna mendukung upaya
perbaikan proses dan secara otomatis mampu
mendeteksi kelemahan kontrol yang terjadi dalam
pengembangan perangkat lunak aplikasi.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil rumusan masalah dalam penelitian ini,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Control Obyektif PO3 (Determine Technological
Direction) pada Bagian Biro Administrasi Akademik
Politeknik XYZ berada pada level M (Medium) yang
artinya tingkat pemenuhan DCO adalah sedang dan masih
perlu untuk ditingkatkan.
2. Control Obyektif AI2 (Acquire and Maintain Application
Software) di Bagian Biro Administrasi Akademik
Politeknik XYZ berada pada level L (Low). Hal ini
menunjukkan bahwa proses mendapatkan dan memelihara
perangkat lunak aplikasi masih kurang dan masih sangat
perlu untuk ditingkatkan lagi.

ISSN
46: 2406-7741

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan


dalam penelitian ini dapat diberikan beberapa saran untuk
kedepan perlu dibuat:
a. Membuat blueprint SIAKAD sehingga dalam
pengembangan TI kedepan dapat dilakukan lebih baik dan
terarah.
b. Audit tata kelola TI dilakukan menggunakan lebih dari 2
domain dan tidak hanya di Bagian Biro Administrasi
Akademik saja, akan tetapi pada bagian lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Cobit 4.1 Control Objectives, Management Guidelines,
Maturity Model,(2005), IT Governanc Institute.
[2] Davis, Chris, Mick Schiller, and Kevin Wheeler. (2011),
IT auditing : Using Controls To Protect Information
Asset, United State : The Me Graw Hill Companies.
[3] Diyoto SE, M.Kom., M.Comm, (IS), PIA, Akuntan, Drs.
Sanyoto Gondo, (2007). Audit Sistem Informasi +
Pendekatan Cobit, Jakarta
[4] Habsoro, Andhito (2010), Aplikasi Tata Kelola dan
Audit Sistem Informasi Menggunakan Framework Cobit
pada Domain DS dan ME Departemen Teknik
Informasi Jurusan Teknik Informatika.
[5] Hall, James, and Tommie Singleton (2007). Audit
Teknologi Informasi dan Assurance, Jakarta, Salemba
Empat.
[6] Hamzah, Ardi. (2006). Tata Laksana Teknologi
Informasi Metode Cobit..
[7] ISACA. (2006), .Integrating Cobit into the IT Audit
Process (Planning Scope Development, practise), ITGI.
[8] IT Governance Institute. (2007) Cobit 4.1. USA,
[9] Jogiyanto, Prof., Ph.D., MBA., Akt., (2011), Sistem
Tatakelola Teknologi Informasi, Yogyakarta, Andi
Yogyakarta.
[10] Prasetyo, Agus Utomo dan Novita Mariana, (2010),
Analisis tata kelola teknologi informasi (IT Governance)
pada Bidang Akademik dengan Cobit Frame Work Studi
Kasus pada Universitas Stikubank Semarang.
[11] Sievandu, Kerubius Cilin. (2012), Audit Teknologi
Informasi dengan Kerangka Kerja COBIT Versi 4.1
untuk Evaluasi Manajemen Teknologi Informasi di
Kredit Union Pancur Kasih Pontianak.
[12] Surendro, Krisdanto. (2007), Implementasi Tata
Kelola Teknologi Informasi, Bandung : Informatika
Bandung.
[13] Surendro, Krisdanto. (2009), Pengembangan
Rencana Induk Sistem Informasi, Bandung : Informatika
Bandung.
[14] Suryani, Arie Ardiyanti, (2009), Pengembangan
Model Information Technologi (IT) Governance pada
Organisasi Pendidikan Tinggi Menggunakan Cobit 4.1
Domain PO dan AI. Departemen Teknik Informasi,
Institut Teknologi Telkom Bandung.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


[15]

Wiyati, Ratna Kartika. (2012), Audit Tata Kelola


Teknologi Informasi pada Bagian Personalia STMIK
STIKOM Bali Menggunakan Kerangka Kerja COBIT.

ISSN
47: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

PENENTUAN KELAYAKAN KREDIT MOBIL


MENGGUNAKAN METODE FUZZY
MAMDANI
Muhamad Ibrohim1, Ahmad irfan Malik 2
Program Studi Teknik Informatika - Universitas Serang Raya
1

b41m.cyber@gmail.com
thepanser46@gmail.com

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Abstrak PT. Trihamas Finance adalah perusahaan pembiyaan kredit
kendaraan bermotor Adapun masalah yang terjadi adalah pada tahap
pengajuan kredit yaitu pada penilaian administrasi untuk menentukan
kelulusan calon debitur yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan
oleh owner yaitu PT Trihamas Finance. Untuk menentukan peserta
yang sesuai dengan kriteria, PT. Trihamas Finance telah menentukan
kriteria untuk di penuhi oleh semua calon debitur. Oleh karena itu,
PT. Trihamas Finance harus teliti pada perhitungan bobot dalam
proses ini, sebab akan digunakan untuk rekomendasi di terimanya
pengajuan kredit calon debitur. Metode yang digunakan dalam
penentuan kelayakan kredit ini menggunakan teknik fuzzy mamdani.
Dengan menggunakan metode ini penentuan kelayakan kredit akan
lebih berkualitas serta lebih mudah karena menggunakan variablevariabel yang sudah ditentukan sesuai dengan kriteria yang
diinginkan owner. Dengan menggunakan metode fuzzy mamdani ini,
hasil penilaian bobot administrasi diharapkan sesuai dengan kriteria
dan memuaskan bagi owner ataupun PT. Trihamas Finance dalam
melakukan proses penentuan kelayakan kredit.
Kata Kunci : PT. Trihamas Finance, Kelayakan Kredit, Fuzzy
Mamdani

I. PENDAHULUAN
Dewasa ini kita dihadapkan pada perkembangan dunia
usaha yang semakin luas di Indonesia. Perusahaan umumnya
menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan para pesaing
yang sama-sama berlomba mendapatkan laba perusahaan yang
besar, oleh karena itu perusahaan harus mampu meningkatkan
produktivitas bukan sekedar untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, tetapi juga agar tujuan utama yaitu
memaksimalisasi laba dapat tercapai.
Perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam suatu
perusahaan harus dapat dimonitori oleh pimpinan perusahaan,
hal ini dapat tercapai apabila tersedia informasi yang cukup.
Semakin besar suatu perusahaan semakin banyak informasi
yang dibutuhkan dan persaingan yang semakin ketat dalam
dunia usaha memacu perusahaan untuk mendapat informasi
yang cepat, relevan, tepat waktu dan dapat dipercaya.
Informasi merupakan acuan utama untuk mengambil
kebijakan perusahaan. Dalam hal ini mengenai kebijakan
pemberian kredit mobil kepada calon debitur PT. Trihamas
Finance Serang. Perusahaan menetapkan kebijakan dalam
pemberian kredit antara lain menetapkan standar untuk
menerima atau menolak resiko kredit.
Dalam menetapkan kebijakan kredit, perusahaan harus
merumuskan terlebih dahulu standar kredit dan syarat-syarat
kredit, data-data yang diperlukan sebagai syarat kredit
diantaranya: KTP, penghasilan, pekerjaan, jumlah anggota
keluarga, dan persyaratan administrasi lainnya, kemudian
akan dilakukan survei lapangan dan selanjutnya hasil survei

ISSN
49: 2406-7741

dianalisis, setelah itu hasil analisis diserahkan kepada 4949


pengambil keputusan untuk menentukan layak atau tidak
kredit yang diajukan oleh calon debitur berdasarkan pedoman
yang dimiliki perusahaan.
Sistem informasi yang baik serta peningkatan kualitas
kriteria calon debitur diperlukan guna mengurangi kredit
macet yang terjadi sehingga dengan kebutuhan ekonomi yang
tinggi di masa sekarang ini. Dengan menggunakan metode
fuzzy mamdani diharapkan kualitas seorang debitur menjadi
lebih baik, sehingga debitur lebih mampu menjalani kredit
hingga masa kredit debitur tersebut selesai dan laba
perusahaan pun menjadi maksimal.

II. METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian diawali dengan tahap pengumpulan data dari
calon debitur, data calon debitur yang diterima atau ditolak,
jumlah terjadinya kredit macet. Kemudian data-data tersebut
dianalisa mulai dari penentuan variabel, kriteria dan nilai
bobot yang dibutuhkan dalam proses perhitungan fuzzy. Tahap
selanjutnya adalah perancangan sistem dengan model Unified
Modeling Language (UML) sebagai salah satu model untuk
merancang pengembangan sistem berbasis object oriented,
dan terakhir adalah tahap pembuatan dan pengujian sistem
sebagai implementasi dari penelitian ini.
III.

DASAR TEORI

3.1 Kecerdasan Buatan


Kecerdasan buatan berasal dari bahasa inggris Artificial
Intelligence atau disingkat AI, yaitu intelligence adalah kata
sifat yang berarti cerdas, sedangkan artificial artinya buatan.
Kecerdasan yang dimaksud disini merujuk pada mesin yang
mampu berfikir, menimbang tindakan yang akan diambil, dan
mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh
manusia.
3.2 Logika Fuzzy
Logika Fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan
(Artificial Intelegent) yang mengemulasi kemampuan manusia
dalam berfikir ke dalam bentuk algoritma yang kemudian
dijalankan oleh mesin. Algoritma ini digunakan dalam
berbagai aplikasi pemrosesan data yang tidak dapat
direpresentasikan dalam bentuk biner. Logika fuzzy
menginterpretasikan statement yang samar menjadi sebuah
pengertian yang logis.
3.3 Sistem Inferensi Fuzzy Mamdani
Himpunan fuzzy merupakan suatu pengembangan lebih
lanjut tentang konsep himpunan dalam matematika.
Himpunan Fuzzy adalah rentang nilai-nilai. Masing-masing
nilai mempunyai derajat keanggotaan (membership) antara 0
sampai dengan 1. Logika fuzzy menggunakan ungkapan

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


misalnya : lambat, sedang, cepat dan lain-lain untuk
mengungkapkan derajat intensitasnya.
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan metode
Max-Min. dalam metode ini untuk mendapatkan output
diperlukan 4 tahapan, yaitu :

1. Pembentukan himpunan fuzzy

2.

Pada metode mamdani, variable input maupun variable


output dibagi menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy.
Setiap anggota himpunan fuzzy yang dibentuk, ditentukan
derajat keanggotaannya dengan fungsi keanggotaan yang
ditentukan.
Aplikasi fungsi implikasi
Tiap-tiap aturan (proporsi) pada basis pengetahuan fuzzy
akan berhubungan dengan suatu relasi fuzzy. Secara umum
dapat dituliskan IF x is A THEN y is B dengan x dan y
adalah skalar, dan A dan B adalah himpunan fuzzy.
Proporsi yang mengikuti IF disebut sebagai anteseden,
sedangkan proporsi yang mengikuti THEN disebut sebagai
konsekuen. Proporsi ini dapat diperluas dengan
penghubung fuzzy. Secara umum dapat dituliskan if(

x 1 is A 1 =( x 2 is A 2 )**( x n is A n
) then y is B, dengan * adalah suatu operator or atau and.
Pada metode mamdani, fungsi implikasi yang digunakan
adalah metode Min.

3. Inferensi aturan
Metode yang digunakan dalam melakukan inferensi aturan
adalah metode Max (Maksimum), yang secara umum
dapat dituliskan:

z =

Dimana :
x = nilai output

z = titik pusat daerah fuzzy output

( x ) = fungsi keanggotaan dari himpunan fuzzy


output
D = luas daerah fuzzy output
3.3 Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi
pengambil keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi
merupakan kumpulan data yang telah diolah menjadi bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima.
3.4 Unified Modelling Language (UML)
UML merupakan sebuah bahasa yang berdasarkan
grafik/gambar untuk memvisualisasi, menspesifikasikan,
membangun, dan pendokumentasian dari sebuah sistem
pengembangan software berbasis OO (Object-Oriented).
UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah
sistem blue print, yang meliputi konsep bisnis proses,
penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik,
skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan
dalam sistem software.

IV. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendukung terlaksananya pengembangan sistem


penentuan
kelayakan kredit ini memerlukan teknik
sf
pengumpulan data yaitu :
a. Penelitian Lapangan ( field research )
di mana:
Pada tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
sf ( x i ) = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai
data-data yang dibutuhkan dari PT. Trihamas Finance
Serang di ruko Serang City Square, Jalan Raya Cilegon
aturan ke-i
Km 3-5 Blok C/8 Serang.
kf (x i) = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Pada tahap ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku,
ke-i
jurnal ilmah, dan referensi-referensi yang berkaitan dengan
Penegasan (defuzzifikasi)
pengembangan sistem kelayakan kredit.
Pada metode mamdani, metode defuzzifikasi dapat dipilih
salah satu dari metode defuzzifikasi. Pada penelitian ini
V. ANALISA MASALAH
metode metode yang dipilih adalah metode Cetroid. Pada
Berdasarkan tingkat resiko terjadinya kredit macet pada
metode Cetroid, solusi crips diperoleh dengan cara
debitur dibutuhkan analisis kelayakan kredit mobil melalui

mengambil titik pusat ( z ) daerah fuzzy.


peningkatan kualitas kriteria calon debitur dalam menjalani
kredit.
Secara umum dapat dirumuskan:

xi
x i ) = max(
(x )
(
sf ), kf i

4.

x ( x ) dx

ISSN
50: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


VI.

ANALISA DATA
Hasil dari pengumpulan data sebagai faktor penentu
kelayakan kredit mobil dibutuhkan analisa data diantaranya:

Tahun
2 Tahun =>Masa Kerja > 1
Tahun
1 Tahun =>Masa Kerja >=
6 Bulan

1. Data Masukan
Pada proses analisa data masukan, terdapat dua jenis input

2.

yang akan di masukan ke dalam sistem yaitu:


a. Input Fuzzy:
1. Pekerjaan
2. Penghasilan
3. Anggota Keluarga
b. Input non fuzzy:
1. Identitas Pribadi
2. Data kendaraan yang di pesan
Data Proses
Adapun data proses yang akan digunakan pada metode
fuzzy logic mamdani ini adalah sebagai berikut:

Masa Kerja < 6 Bulan

Penghasila
n

a. Variabel Semesta Pembicara


Berdasarkan analisa data proses yang telah ditentukan
oleh analis untuk penentuan kelayakan kredit, maka
didapat 3 (tiga) variabel untuk perhitungan bobot yang
dibutuhkan dalam proses fuzzy ini, yaitu:

Keluarga

1. Pekerjaan
2. Penghasilan
3. Anggota Keluarga

Kriteria
Polisi/TNI

Fungsi
Nilai

20

Wirausaha

30

Gaji > 10 Juta

40

9 Juta =< Gaji <= 10 Juta

37

8 Juta < Gaji <= 9 Juta

34

7 Juta < Gaji <= 8 Juta

31

6 Juta < Gaji <= 7 Juta

28

5 Juta < Gaji <= 6 Juta

25

4 Juta < Gaji <= 5 Juta

22

3 Juta < Gaji <= 4 Juta

19

2 Juta < Gaji <= 3 Juta

16

Gaji < 2 Juta

13

0 Sampai < 3

20

3 Sampai < 5

16

5 Sampai < 7

12

7 dan Seterusnya

40

Perwira

38

Bintara

36

Tamtama

34

PNS

40

Golongan III

38

Golongan II

36

Golongan I

34

Masa kerja > 5 Tahun


5 tahun => Masa Kerja > 4
Tahun
4 tahun => Masa Kerja > 3
Tahun
3 Tahun =>Masa Kerja > 2

Input

Golongan IV

Wiraswasta

Nama
Variabel

Semesta
Pembicara

Pekerjaan

[ 0 40 ]

Penghasila
n

[ 0 40 ]

Anggota
keluarga

[ 0 20 ]

Nilai
kelayakan
kredit
mobil

[ 0 100 ]

Jendral

ISSN
51: 2406-7741

21

TABEL 2
DATA VARIABEL DAN SEMESTA PEMBICARA

TABEL 1
KRITERIA DAN NILAI

Variabel
Pekerjaan

24

35
33
30
27

Output

b. Himpunan Fuzzy

Keterangan
Nilai yang berasal
dari
pekerjaan
calon debitur
Nilai yang di
peroleh dari data
penghasilan calon
debitur
Nilai yang berasal
dari
jumlah
anggota
yang
ditanggung oleh
calon debitur
Nilai akhir untuk
penentuan
kelayakan kredit

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Berdasarkan analisa ke tiga variabel yang telah
ditentukan oleh analis, maka ditentukanlah himpunan
fuzzy
TABEL 3
Gambar 2. Grafik Variabel Penghasilan

DATA VARIABEL, HIMPUNAN FUZZY DAN SEMESTA PEMBICARA

Fungsi

Nama
Variabel
Nilai
pekerjaan

Input

Nilai
penghasilan
Nilai
keluarga

Output

Nilai
kelayakan

Himpunan
Fuzy
Rendah

Semesta
Pembicara

Sedang

[ 0 40 ]

Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang

3. Variabel Anggota Keluarga


Variabel Anggota keluarga memiliki tiga himpunan
fuzzy, yaitu RENDAH, SEDANG, dan TINGGI.

[0 25]

[ 0 40 ]

[ 0 20 ]

Tinggi
Tolak
Terima

Domain

[ 0 70 ]

[15 40]
[25 40]
[0 25]
[15 40]
[25 40]
[0 14]
[8 20]
[14 20]
[0 70]
[5070]

c. Fungsi Keanggotaan
Pada sistem ini, setiap variabel fuzzy menggunakan
fungsi keanggotaan trapesium sebagai pendekatan
untuk memperoleh derajat keanggotaan suatu nilai
dalam himpunan fuzzy. Berikut adalah variabel dengan
fungsi keanggotaanya:

Gambar 3. Grafik variabel Anggota Keluarga

d. Perhitungan Fuzzy
Perhitungan fuzzy dilakukan untuk menentukan
hasil penilaian pengajuan sebuah kredit yang
penilaian tersebut dilakukan oleh kepala cabang.
Variabel yang telah ditentukan akan dihitung fungsi
keanggotaannya. Contoh Calon Debitor yang akan
dinilai variabelnya.

1. Variabel Pekerjaan
Variabel Pekerjaan memiliki tiga himpunan fuzzy,
yaitu RENDAH, SEDANG dan TINGGI.

TABEL 4
CALON DEBITUR

Nama
xxxx

Gambar 1. Grafik Variabel Pekerjaan

2. Variabel Penghasilan
Variabel Penghasilan memiliki tiga himpunan
fuzzy, yaitu RENDAH, SEDANG dan TINGGI.

Pekerjaan
(point)
PNS Gol III
(38)

Penghasilan
(point)
8 Juta < Gaji <= 9
Juta (36)

Anggota
Keluarga (point)
3 Sampai < 5
(16)

Berikut adalah perhitungan fungsi keanggotaan


dari masing-masing variabel fuzzy dari data calon
debitur diatas:
1. Variabel Pekerjaan

a) Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa nilai


Pekerjaan berada pada
SEDANG dan TINGGI.

nilai

lingustik

b) Derajat keanggotaan untuk Sedang dihitung


persamaan:
(c x) / (c b), b x c, dimana x = 38; b =
25; dan c = 40, sehingga diperoleh:
SEDANG = (40 38) / (40 25)
= 2 / 15 = 0.14

ISSN
52: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


c) Derajat keanggotaan untuk Tinggi dihitung

b) Derajat keanggotaan untuk SEDANG dihitung

persamaan:

persamaan:

(x b) / (c b), b x c, dimana x = 47; b =


25; dan c = 40, sehingga diperoleh:
TINGGI
= (38 25) / (40 25)
= 13 / 15 = 0.86

(c x) / (c b), b x c, dimana x = 16; b =


14; dan c = 20, sehingga diperoleh:
SEDANG = (20 16) / (20 14)
= 4 / 6 = 0,66

c) Derajat keanggotaan untuk TINGGI dihitung


persamaan:
(x b) / (c b), b x c, dimana x = 16; b = 14; dan
c = 20, sehingga diperoleh:
TINGGI = (18 14) / (20 14)
= 2 / 6 = 0,33
Gambar 4. Fungsi Keanggotaan Variabel Pekerjaan

2. Variabel Penghasilan
a) Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa nilai
Penghasilan berada pada
SEDANG dan TINGGI.

nilai

lingustik

b) Derajat keanggotaan untuk SEDANG dihitung

Gambar 6. Fungsi Keanggotaan Variabel Anggota Keluarga

persamaan:
(c x) / (c b), a x b, dimana x = 36; b =
25; dan c = 40, sehingga diperoleh:
SEDANG
= (40 36) / (40 25)
= 4 / 15 = 0,27

c) Derajat keanggotaan untuk TINGGI dihitung


persamaan:
Gambar 7. Fungsi Keanggotaan Output

(x b) / (c b), b x c, dimana x = 36; b =


35; dan c = 40, sehingga diperoleh:
TINGGI
= (37 25) / (45 25)
= 11 / 15 = 0,73
Penghasilan

TABEL 5
ATURAN FUZZY

Rendah

Rendah
tolak

Pekerjaan
Sedang
tolak

Tinggi
Tolak

Sedang

tolak

terima

Terima

Tinggi

tolak
Rendah

terima
Sedang

Terima
Tinggi

Anggota Keluarga
Gambar 5. Fungsi Keanggotaan Variabel Penghasilan

3. Variabel Anggota Keluarga


a) Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa nilai
Anggota Keluarga berada pada nilai lingustik
SEDANG dan TINGGI.

Dengan aturan fuzzy tersebut didapatkan 33 = 27 aturan


fuzzy yaitu :

1. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Rendah AND


Anggota Keluarga Rendah Then (1)

2. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Rendah AND


Anggota Keluarga Sedang Then (2)

ISSN
53: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


3. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Rendah AND

20. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Tinggi AND

Anggota Keluarga Tinggi Then (3)

4. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Rendah AND

Anggota Keluarga Sedang Then (20)

21. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Tinggi AND

Anggota Keluarga Rendah Then (4)

5. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Rendah AND

Anggota Keluarga Tinggi Then (21)

22. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Tinggi AND

Anggota Keluarga Sedang Then (5)

6. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Rendah AND

Anggota Keluarga Rendah Then (22)

23. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Tinggi AND

Anggota Keluarga Tinggi Then (6)

7. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Rendah AND

Anggota Keluarga Sedang Then (23)

24. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Tinggi AND

Anggota Keluarga Rendah Then (7)

8. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Rendah AND

Anggota Keluarga Tinggi Then (24)

25. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Tinggi AND

Anggota Keluarga Sedang Then (8)

9. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan rendah AND

Anggota Keluarga Rendah Then (25)

26. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Tinggi AND

Anggota Keluarga Tinggi Then (9)

10. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Sedang AND

27.

Anggota Keluarga Sedang Then (26)


If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Tinggi AND
Anggota Keluarga Tinggi Then (27)

Anggota Keluarga Rendah Then (10)

11. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Sedang Then (11)

12. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Tinggi Then (12)

13. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Rendah Then (13)

14. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Sedang Then (14)

15. If Pekerjaan Sedang AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Tinggi Then (15)

16. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Rendah Then 16)

17. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Sedang Then (17)

18. If Pekerjaan Tinggi AND Penghasilan Sedang AND


Anggota Keluarga Tinggi Then (18)

19. If Pekerjaan Rendah AND Penghasilan Tinggi AND


Anggota Keluarga Rendah Then (19)

ISSN
54: 2406-7741

Dari 27 aturan yang ada, maka di dapat 8 yang berasal dari


6 fuzzy input yaitu Pekerjaan Sedang (0.14) dan Tinggi (0.86),
Penghasilan Sedang (0.27) dan Tinggi (0.73), Anggota
Keluarga Sedang (0.66) dan Tinggi (0.33), lalu gunakan
aturan
Conjunction (^) untuk mengambil nilai/derajat
keanggotaan minimum dari nilai-nilai linguistik
yang
dihubungkan oleh ^ untuk mencari status kelulusan, sehingga
diperoleh :

1. If Pekerjaan Sedang (0.14) AND Penghasilan Sedang


(0.27) AND Anggota Keluarga Sedang (0.66) Then
Terima(0.14)

2. If Pekerjaan Sedang (0.14) AND Penghasilan Sedang


(0.27) AND Anggota Keluarga Tinggi (0.33) Then
Terima(0.14)

3. If Pekerjaan Tinggi (0.86) AND Penghasilan Sedang


(0.27) AND Anggota Keluarga Sedang (0.66) Then
Terima(0.27)

4. If Pekerjaan Tinggi (0.86) AND Penghasilan Sedang


(0.27) AND Anggota Keluarga Tinggi (0.33) Then
Terima(0.27)

5. If Pekerjaan Sedang (0.14) AND Penghasilan Tinggi


(0.73) AND Anggota Keluarga Sedang (0.66) Then
Terima..( 0.14)

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


6. If Pekerjaan Sedang (0.14) AND Penghasilan Tinggi
(0.73) AND Anggota Keluarga Tinggi (33) Then
Terima(0.14)

7. If Pekerjaan Tinggi (0.86) AND Penghasilan Tinggi


(0.73) AND Anggota Keluarga Sedang (0.66) Then
Terima(0.66)

8. If Pekerjaan Tinggi (0.86) AND Penghasilan Tinggi


(0.73) AND Anggota Keluarga Tinggi(0.33) Then
Terima(0.33)

Dari perhitungan di atas, diperoleh 1 nilai linguistik


dengan nilai derajat keanggotaan yang sama yaitu: Terima
(0.66)
Lalu menggunakan aturan disjunction (v) untuk
menentukan nilai derajat keanggotaan dari nilai linguistic
yang dihubungkan:
Dari perhitungan di atas, dapat di ketahui bahwa nilai
MAX = 0,66
Dengan menggunakan proses clipping pada mamdani
dapat digambarkan 2 fuzzy set dalam bentuk grafik sesuai
dengan derajat keanggotaan sebagai berikut:

Gambar 9. Fuzzy set tunggal


Y*

( 50+52.5+55+57.5+60+62.5+ 65+67.5+70 )0,14+ ( 7


0.14+0.14+ 0.14+0.14 +0.14+ 0.14+0.14 +0.14+ 0.14+

Y =

75.6+168.3
3,24

Y =

243.9
3.24

Y =75.27
Dengan melihat nilai akhir perhitungan, dimana nilai 75.27
berada di nilai interval TERIMA maka dapat dipastikan
pengajuan kredit calon nasabah tersebut TERIMA.
3. Data Keluaran
Data keluaran dari sistem ini adalah sebuah penilaian yang
telah diolah oleh sistem untuk menentukan seorang calon
debitur di terima atau tidak pengajuan aplikasi kreditnya yang
selanjutnya akan di berikan kepada kepala cabang untuk jadi
bahan pertimbangan terhadap aplikasi kredit yang diajukan
calon debitur.

Gambar 8. Derajat Keanggotaan Tolak

VII.

PERANCANGAN
Pada tahap ini, model perancangan sistem yang digunakan
adalah Unified Modeling Language (UML). Salah satu
diagram UML yang digunakan adalah Use Case seperti
gambar dibawah ini:

Gambar 9. Derajat Keanggotaan Terima

Setelah itu, proses composition dari 2 fuzzy set diatas


sehingga menghasilkan fuzzy set tunggal. Lalu tentukan titiktitik pada area abu-abu secara acak untuk melakukan
perhitungan selanjutnya, misalkan titik-titik tersebut adalah
50, 52.5, 55, 57.5, 60, 62.5, 65, 67.5, 70, 75, 85, 95;

ISSN
55: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Pemohon

Login
<<Include>>

Kriteria
Hitung Fuzzy
Mamdani
<<Include>>

Gambar 11. Tampilan Form login


Front Office

Pesan Kendaraan

Debitur

Hasil Kelayakan

Log Out

Form Utama
Form utama berfungsi sebagai pusat pemanggilan dari
form-form lain yang ada pada system, berikut ini adalah
tampilan dari form utama

Gambar 11. Tampilan Form Utama

Gambar 10. Diagram Use Case

Gambar tersebut menjelaskan bahwa pihak debitur


memberikan form permohonan, kriteria dan pesan kendaraan
yang dimintai kemudian pihak Front Office Office melakukan
perhitungan Fuzzy mamdani menggunakan sistem yang
dibangun, setelah dihitung sistem akan memberikan output
kelayakan kredit diterima atau ditolak.

VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah dianalisis dan dirancang secara rinci, tahap
selanjutnya adalah pembuatan dan pengujian sistem untuk
diimplementasikan, berikut akan disampaikan mengenai
tampilan dan penjelasan penggunaan sistem penentuan
kelayakan kredit mobil tersebut.
1 Form Login
Adalah form yang berfungsi sebagai keamanan sistem
yang akan membatasi sistem dari orang tidak mempunyai
hak akses dan tidak mempunyai kepentingan untuk
menggunakan system ini, berikut ini adalah tampilan dari
form login.

ISSN
56: 2406-7741

Form Pemohon
Form pemohon adalah form yang berfungsi sebagai input
data pribadi calon debitur dan input kriteria fuzzy, berikut
ini adalah tampilan dari form pemohon.

Gambar 12. Tampilan Form Pemohon

Form Pesan Kendaraan


Form pemesananadalah form yang berfungsi sebagai form
input data pemesanan kendaraan calon debitur, berikut ini
adalah tampilan dari form pemesanan.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


2.

Gambar 13. Tampilan Form Pesan Kendaraan

Form Perhitungan Fuzzy Mamdani


Form perhitungan berfungsi sebagai form penentu
keputusan terhadap pengajuan kredit calon debitur yang
data pribadi dan variabel perhitungannya telah di input
kedalam sistem pada form pemohon. Dari form ini sistem
akan menentukan kelayakan sebuah pengajuan kredit
apakah di terima atau di tolak, berikut ini adalah tampilan
dari form perhitungan

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Harison, 2013, Sistem Pendukung Keputusan Penentuan
2.

3.
4.

5.

6.

7.
Gambar 14. Tampilan Form Perhitungan Fuzzy Mamdani

IX.
SIMPULAN
Dari hasil pengujian Sistem Penentuan Kelayakan kredit
yang telah dibuat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas kriteria calon debitur akan sangat
membantu dalam mengurangi kredit macet yang terjadi
sehingga laba perusahaan pun akan lebih meningkat.

ISSN
57: 2406-7741

Sistem pendukung keputusan ini


membantu
dan
memberikan alternatif dalam melakukan penilaian
kelayakan kredit calon debiturnya.

8.

Jurusan Teknik Mesin UNP Padang, Jurnal TEKNOIF,


Vol: 1, Halaman: 41-47
Hasibuan, M, Yoakim., Kusumatuti, Nilamsari., Irawan,
Beni., 2014, Pengendalian Kecepatan kendaraan Roda
Empat Dengan menggunakan Fuzzy Inference System
metode Mamdani, Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan
Terapannya (Bimaster) Vol:03, No.1 (2014), Halaman: 3946.
Kusumadewi, Sri., Purnomo, Hari., 2013, Aplikasi Logika
Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan, Edisi 2, Penerbit
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Lumbangaol, A, Rosaria, 2013, Sistem pendukung
Keputusan Penanganan Gizi Buruk Pada Balita
Menggunakan metode Fuzzy Mamdani, Pelita Informatika
Budi Darma, Vol:IV, No 2, Halaman 160-164
Normalisa, 2013, Sistem Prediksi Harga Mobil Avanza
(Bekas) Menggunakan Fuzzy Inference System Dengan
metode Mamdani, Jurnal Teknik Informatika Universitas
Pamulang. Halaman: 1-7
Sherly, 2012, Sistem Pendukung Keputusan Seleksi
Paduan Suara Anggota paduan Suara Dewasa
Menggunakan metode Fuzzy Mamdani, IJCCS, Vol 6,
No,1, Halaman: 55-66
Simon, A, Herbert, 2004, Administrative
behavior,Perilaku Administrasi : Suatu Studi tentang
Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Administrasi, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Alih Bahasa
ST. Dianjung, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Triandaru, Sigit., Budisantoso, Totok., 2006, Bank dan
Lembaga keuangan Lain, Edisi 2, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

IMPLEMENTASI MORPHOLOGICAL
FILTERING UNTUK PENAJAMAN
CITRA CCTV
Aji Juliana1, Agung Triayudi2
Program Studi Teknik Informatika - Universitas Serang Raya
Jl. Raya Serang Cilegon Km.5 Serang Banten - Indonesia
1

aji.juliana@gmail.com
agung.triayudi@gmail.com

Abstract - Pada perkembangan teknologi image processing


(pengolahan citra) , hingga saat ini terus diperluas dengan
tujuan untuk membantu manusia dalam melakukan
pekerjaannya. Pengolahan citra bisa berdasarkan pada
pengolahan bentuk. Salah satu metode untuk pengolahan citra
berdasarkan pengolahan bentuk adalah dengan melakukan
proses Morphological Filtering. Berbagai aplikasi morfologi citra
sangat membantu bagi kepentingan manusia. Salah satu
aplikasinya adalah peningkatan sistem keamanan dengan
menggunakan sistem Closed Circuit Television (CCTV). Sangat
sulit dan tidak mudah untuk mengawasi kegiatan operasional
usaha dan keamanan seperti pabrik yang sangat besar yang
terpisah pisah dan terletak jauh di area yang luas , sedangkan
pengawasan harus dilakukan setiap saat dan cepat. Maka
diperlukan suatu metode morfologi yang benar-benar tepat
digunakan untuk citra CCTV sehingga menghasilkan citra yang
berkualitas baik dan citra lebih mudah untuk dianalisis dan
diinterpretasikan.
kata Kunci : Pengolahan Citra, Cctv, Morphological Filtering

I. PENDAHULUAN
Pada perkembangan teknologi image processing
(pengolahan citra), hingga saat ini terus diperluas dengan
tujuan untuk membantu manusia dalam melakukan
pekerjaannya. Morfologi adalah teknik pengolahan citra
digital dengan menggunakan bentuk (shape) sebagai pedoman
dalam pengolahan. Berbagai aplikasi morfologi citra sangat
membantu bagi kepentingan manusia. Salah satu aplikasinya
adalah peningkatan sistem keamanan dengan menggunakan
sistem Closed Circuit Television (CCTV). Banyak metode
morfologi yang bisa digunakan untuk citra CCTV, salah
satunya yaitu morphological filtering.
II. LANDASAN TEORI
A. Closed Circuit Television
CCTV sangat luas dan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
teknologi dari elektronik, telekomunikasi, optik, serat optik,
pengolahan citra digital, pemrograman dan, seperti yang
beberapa tahun terakhir, jaringan, komunikasi IP, dan
pengolahan gambar digital. (Vlado Damjanovski,2005)
CCTV efektif dalam mengurangi atau mencegah
kejahatan jika itu adalah bagian dari pencegahan kejahatan

ISSN
58: 2406-7741

yang lebih luas dan strategi keamanan masyarakat.


Melanjutkan dukungan masyarakat untuk pengoperasian
skema CCTV akan tergantung pada keyakinan orang bahwa
skema tersebut memberikan manfaat yang diharapkan. (A
NSW Government Initiative,2000).
B. Pengolahan Citra (Image Processing)
Digital image processing mempunyai banyak macam
aplikasi pada berbagai bidang, seperti: penajaman gambar,
pendeteksian objek pada gambar, pengurangan noise,
konversi gambar berwarna ke grayscale dan sebaliknya,
kompresi data pada gambar, dan sebagainya. (Gonzalez dan
Woods,2001:2-3).
Ada banyak manfaat dalam pengolahan citra antara lain salah
satunya yaitu pengolahan citra digital dalam dunia
komunikasi. Pengolahan Citra dalam bidang ini digunakan
untuk memperjelas foto permukaan bumi yang dihasilkan dari
satelit cuaca atau memperjelas foto planetplanet yang
dihasilkan satelit penyelidik.
C. Morphological Filtering
Kata morphology umumnya menyatakan cabang ilmu biologi
yang mempelajari bentuk dan struktur hewan dan tumbuhtumbuhan. Operasi dasar dalam pemroresan morfologi adalah
dilasi dan erosi, yang kemudian dikembangkan menjadi
opening dan closing. (Eko Prasetyo,2011:136). Morfologi
filtering adalah teori yang dikembangkan pada tahun 1960
untuk analisis dan pengolahan gambar diskrit.
D. Transformasi Top-Hat dan Bottom-Hat
Menkombinasikan pengurangan citra dengan opening dan
closing akan menghasilkan transformasi top-hat dan bottomhat. Satu aplikasi pokok dari transformasi ini adalah
menghilangkan obyek dari citra dengan menggunakan strel
dalam operasi opening dan closing di mana obyek tidak boleh
dilepaskan. Perbedaan kedua operasi adalah citra dimana
hanya terdapat sisa dari komponen yang dibuang.
E. Unified Modeling Language (UML)
Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa spesifikasi
standar untuk mendokumentasikan, menspesifikasikan, dan
membangun system.Unified Modeling Language (UML)

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


adalah himpunan struktur dan teknik untuk pemodelan desain
program berorientasi objek (OOP) serta aplikasinya.
F. MATLAB
Pengertian MATLAB Menurut Wahyu Caesarendra, ST,
M.Eng dan Mochammad Ariyanto, S.T. (2011) MATLAB
(singkatan dari MATrix LABoratory) adalah sebuah
lingkungan komputasi numerikal dan bahasa pemrograman
komputer generasi keempat yang dikembangkan oleh The
MathWorks.Inc.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini terdiri dari
langkah-langkah berikut :
A. Metode Observasi
Merupakan metode untuk mengamati dan mengambil datadata dari objek penelitian yang berada di Universitas Serang
Raya.
B. Metode Interview
Merupakan metode untuk melakukan hubungan langsung
dengan sumber dari objek penelitian serta melakukan
komunikasi untuk mendapatkan data data yang diperlukan
dengan cara tanya jawab.
C. Metode Kepustakaan
Merupakan metode untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan dengan cara membaca buku-buku ataupun jurnaljurnal ataupun mencarinya di website yang bersangkutan
dengan sistem yang akan dibuat di Universitas Serang Raya.
D. Pengumpulan Data
Merupakan metode pengumpulan data-data yang dilakukan di
Universitas Serang Raya, guna mendapatkan informasi yang
akan dibutuhkan untuk mencapai tujuang penelitian.
E. Analisa Masalah
Permasalahan kualitas citra CCTV yang kurang optimal juga
dialami kampus Universitas Serang Raya sehingga
berpengaruh pada sistem keamanan yang sudah berjalan.
Sering kali ada kesulitan dalam mencari bukti konkrit berupa
video atau gambar yang dapat dijadikan alat bukti
penyelidikan. Gambar atau citra CCTV yang sudah terpasang
sering kali kurang tajam, sehingga tidak optimal untuk
melihat hasil rekaman.
F. Analisa Kebutuhan Sistem
1) Analisis Proses
Proses-proses yang terkait dalam sistem koneksi jaringan
adalah sebagai berikut:
Proses Login
Proses Capture Image
Proses Analysis Top-Hat
Proses Analysis Bot-Hat
Proses Analysis Top-Bot Hat
2) Analisa Pengguna
a. User melakukan input meng-capture gambar
dari video hasil CCTV
b. User dapat menganalisa dengan metode

ISSN
59: 2406-7741

c.
d.

Top-hat
User dapat menganalisa dengan metode
Bot-hat
User dapat menganalisa dengan metode
Top-Bot Hat

3) Analisa Sistem
Perancanggan sistem simulasi ini menggunakan metode
morphological filtering dengan tiga analisis diantaranya
analisis top-hat, bot-hat dan top-bot hat.
Unified Modeling Language (UML)
Gambar 1.
Use case
diagram

Gambar 2. Activity diagram Result

Gambar 3. Class Diagram

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Implementasi pengolahan citra dengan metode
morphological filtering dengan beberapa analisis yang
diterapkan terhadap objek citra CCTV diantaranya analisis
top-hat, analysis bot-hat dan penggabungan dari
keduanya
yaitu analysis top-bothat. Analisis dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil kinerja citra CCTV sehingga
memperkuat hasil yang diinginkan. Penerapan analysis tophat dilakukan dengan cara memberikan penyinaran terhadap
objek dari atas,

Gambar 5. Interface Matlab


analysis bot-hat dilakukan dengan cara memberikan
penyinaran terhadap objek dari bawah, sedangkan analysis
top-bot hat merupakan penggabungan dari kedua metode tophat dan bot-hat sehingga penerapan objek dilakukan dengan
cara memberikan penyinaran dari atas dan bawah objek. Dari
hasil tiga analisis yang sudah diterapkan pada objek citra
CCTV dapat ditemukan perbedaan yang dapat dilihat dari
histogram yang dimunculkan.

A. Teknik Implementasi
Teknik implementasi dengan cara mengambil objek
gambar dari citra CCTV dan analisis menggunakan metode
morphological filtering dengan tiga analysis top-hat, analysis
bot-hat dan analysis top-bot hat. Program Implementasi
morphological filtering untuk penajaman citra CCTV dengan
tiga analisis yaitu analysis top-hat, analysis bot-hat dan
analysis top-bot hat.
Dibawah ini merupakan tampilan program analisis
implementasi morphological filtering untuk penajaman citra
cctv.

Gambar 4. Sequence Diagram Bot-Hat


IV. HASIL / IMPLEMENTASI
1.

Form Login

ISSN
60: 2406-7741
Gambar 6. Tampilan Login

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Gambar 9. Tampilan Analysis Top-Hat


Login berfungsi ketika user akan memasuki menu utama
dengan syarat user memiliki akses yaitu username dan
password.
2.

Form Menu Utama

Menu Analysis bot-hat adalah menu yang berfungsi untuk


proses analysis top-hat. Ini adalah tahapan setelah
pengambilan gambar yang akan di analysis.
5.

Form Menu Analysis Bottom Hat

Gambar 7. Tampilan Menu Utama


Menu utama adalah tampilan awal dari aplikasi sistem
implementasi morphological filtering.
3.

Form Menu Capture Picture

Gambar 10. Tampilan Analysis Bot-Hat


Menu Analysis bot-hat adalah menu yang berfungsi untuk
proses analysis bot-hat.

6. Form Menu Analysis Top-Bot Hat


Form Menu Analysis top-bot hat adalah menu yang berfungsi
untuk proses analysis top-bot hat. Form Menu Result

Gambar 8. Tampilan Capture Picture


Menu capture picture adalah menu berfungsi menjalankan
proses pengambilan gambar dari webcam.

7. Result

4.
Form Menu Analysis Top-Hat
Gambar 11. Tampilan Analysis Top-Bot Hat

ISSN
61: 2406-7741
Gambar 12. Tampilan Result

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Gambar 13. Grafik analysis top-hat


Form Menu Result adalah tahapan akhir dari analysis yang
berfungsi untuk menampilkan semua proses analysis secara
bersamaan dengan penggabungan antara top-hat dan bot-hat
atau citra hasil analysis top-bot hat menghasilkan citra yang
lebih tajam dari citra aslinya.

2. Sesuai dengan bentuk pertanyaan yang disajikan.


Responden yang menjawab ketajaman citra hasil analysis bothat menunjukan bahwa program 50% sangat baik. (lihat
gambar 14).

B. PENGUJIAN SISTEM

Grafik Ketajaman citra hasil analysis bot-hat

Pengujian sistem lebih ditekankan pada ketepatan dan


kesesuaian masukan dengan informasi yang dihasilkan,
tingkat kemudahan penggunaan, kesesuaian tampilan serta
kecepatan proses pengaksesan aplikasi. Pengujian
dilaksanakan dari tanggal 15 Oktober 2014 sampai dengan
tanggal 17 Oktober 2014 dengan menggunakan metode tes
kotak hitam (blackbox) dan whitebox.

10%
50%

40%

Tidak
Baik
Baik
Sangat
Baik

Pengujian aplikasi dilakukan dengan menyebarkan form


Quesoner ke 10 koresponden dengan memberikan 10
pertanyaan dan 3 pilihan dari tiap pertanyaan yang diajukan.
Pengujian ini telah dilakukan pada tanggal 07 Oktober hingga
20 Oktober 2014. Hasil pengujian sistem dan pengisian
kuisoner dapat dilihat pada grafik dibawah ini dengan
presentase masing-masing jawaban.
1. Sesuai dengan bentuk pertanyaan yang disajikan.
Responden yang menjawab ketajaman citra hasil analysis tophat menunjukan bahwa program 50% baik. (lihat gambar 13).

Grafik ketajaman citra hasil analisys top-hat

10%
40%
50%

ISSN
62: 2406-7741

Tidak
Baik
Baik
Sangat
Baik

Gambar 14. Grafik analysis bot-hat


3. Sesuai dengan bentuk pertanyaan yang disajikan.
Responden yang menjawab ketajaman citra hasil analysis topbot-hat menunjukan bahwa program 60% sangat baik. (lihat
gambar 15).

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Grafik ketajaman citra hasil analysis top-bot hat


Tidak Baik
Baik
40%
60%

Sangat
Baik

Gambar 15. Grafik analysis top-bot hat


V. P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
simulasi
dan
analisis tentang
implementasi morphological filtering untuk penajaman
citra CCTV yang telah diuraikan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Dengan morphological filtering citra CCTV dapat
dipertajam dan menghasilkan citra yang lebih baik dari citra
aslinya.
2. Analysis dengan penggabungan antara top-hat dan bot-hat
atau citra hasil analysis
top-bot hat menghasilkan citra yang lebih tajam dari citra
aslinya.
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan
dengan penelitian
yang telah dilakukan diantaranya: Implementasi penajaman
citra dengan morphological filtering ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka perlu dilakukan pengujian dengan

ISSN
63: 2406-7741

metode-metode lain sehingga dapat menyempurnakan


kekurangan tersebut. Untuk penelitian selanjutnya, semoga
implementasi ini dapat dikembangkan lagi dan dapat
dimanfaatkan untuk pengolahan citra yang lain seperti
pengolahan citra USG, citra satelit dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdi, N.M,
Aisyah
Siti,
dan
Fitri Arnia.
(2011).Peningkatan Kualitas
Citra
Digital
Menggunakan Metode Super Resolusi Pada Domain
Spasial. Jurnal Rekayasa Elektrika. Vol. 9. No. 3.137138
[2] Caesarendra,
Wahyu,ST,M.Eng
dan
Ariyanto,Mochammad, S.T.(2011).Panduan
Belajar
Mandiri MATLAB.Jakarta: PT Elex Media Komputindo
[3] Damjanovski,Vlado.(2005).CCTV Networking
and
Digital Technology
Second
Edition. Burlington:
Library of Congress Cataloging-in-Pubblication
[4] Data Katta dan Gampa.(2013).Implementation of Four
Morphological Operators for Image Filtering on
FPGA. International Journal of Science and Research
(IJSR). Vol.2. Issue 5 .112-113
[5] Mathworks.(2014).
Morphological
Operations.
[Online].Tersedia:http://www.mathworks.com/help/images
/morphologicalfiltering.html[10 September 2014]
[6] Prasetyo, Eko.(2011).Pengolahan Citra Digital dan
Aplikasinya Menggunakan Matlab.Yogyakarta:Penerbit
Andi
[7] Rafael,
Gonzales
C.(2011).Digital
Image
Processing.New
Jersey:
Library of
Congress
Cataloging-inPubblication Data
[8] Sharma, Bhavana,Vandey,V.K, dan Khan Ayub.(2013).
Implementation of Morphological Image Processing
[9] on FPGAs. International Journal of Innovative Research
in Computer and Communication Engineering. Vol.
1.Issue 4.1037-1038
[10] Sreedhar, K, dan Panlal, B.(2012). Enhancement Of
Images
Using
Morphological Transformations.
International Journal of Computer Science & Information
Technology (IJCSIT). Vol 4.No 1.33-34

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

APLIKASI INFORMASI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA
TANGERANG BERBASIS SISTEM OPERASI
ANDROID
Haris Triono Sigit1, Saifunnuha2
Program Studi Teknik Informatika - Universitas Serang Raya
1

haris.t.sigit@gmail.com
saifunnuha@gmail.com

Abstrak Beragam ponsel pintar atau Smartphone semakin


memanjakan penggunanya dengan berbagai fitur yang
disediakan untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Salah satu
Smartphone yang banyak digunakan adalah Smartphone berbasis
sistem operasi Android. Terkait dengan semakin banyaknya
pengguna Smartphone khususnya bagi pengguna smartphone
yang memiliki OS Android, Kementerian Hukum dan HAM
membuat 8 Area Perubahan pada Reformasi Birokrasi yang
salah satunya bertujuan Penataan Sistem Manajemen SDM
Aparatur (Berbasis IT) yang fungsinya meningkatkan
pengetahuan seluruh jajaran di bawah Kementerian Hukum dan
HAM mengenai pemasyarakatan itu sendiri dan Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik. Pengetahuan mengenai informasi,
serta keadaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
secara transparan, diharapkan menjadi sebuah image yang baik
dan menjadikan instansi menjadi lebih berwibawa, berdedikasi
untuk masyarakat dan akuntabel. Analisa yang dilakukan
adalah dengan mengumpulkan informasi, studi lapangan,
analisis data mengenai realisasi antara program kerja atau
Sasaran Kinerja Pegawai dengan realisasi di lapangan serta
studi pustaka dari buku-buku dan sumber dari internet.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan dilaksanakan di bagianbagian terkait yang merupakan sumber informasi. Metode yang
digunakan adalah observasi dan analisa sistem yang dilakukan
di Lapas Anak Pria Tangerang.
Kata Kunci : Informasi, Aplikasi, Android, Lapas

I PENDAHULUAN
Kebutuhan akan keterbukaan informasi sangatlah
diperlukan di era reformasi sekarang ini khususnya dalam hal
bidang penegakkan hukum. Hal itu menjadi sebuah kebutuhan
dan keharusan yang tidak bisa lagi terhindarkan, segala akses
media yang kini ada memudahkan dalam hal mendapatkan
informasi, termasuk pada saat sekarang ini dengan semakin
menjamurnya pengguna ponsel yang sudah lebih dari 1 milyar

ISSN
64: 2406-7741

di dunia. Smartphone kini hadir mulai dari Sistem Operasi


seperti Android, Blackberry, Windows Phone, dan iOS.
Dengan menjamurnya serbuan berbagai macam produk
smartphone maka pengguna smartphone pun semakin banyak
di dunia. Saat ini khususnya pengguna smartphone dengan
menggunakan sistem operasi Android merupakan smartphone
yang banyak digunakan oleh para pengguna smartphone di
dunia dengan berbagai keunggulan dan fasilitas yang semakin
canggih dan selalu up to date. Beragam aplikasi atau software
yang tersedia untuk sistem operasi ini pun dibuat. Terkait
mengenai Sistem Operasi Android yang sudah banyak dipakai
oleh para pengguna smartphone dan adanya keterbukaan
informasi mengenai Hukum khususnya di suatu Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas), maka perlu dibuat aplikasi Informasi
mengenai Lembaga Pemasyarakatan, khususnya Lapas Anak
Pria Kelas IIa Tangerang, mengingat belum tersosialisasinya
segala informasi yang umumnya dibutuhkan oleh publik dan
khususnya
yang
dibutuhkan
oleh
para
pegawai
Kemenkumham mengenai sejarah berdirinya Lembaga
Pemasyarakatan, profil mengenai Lapas Anak Pria Tangerang
khususnya, struktur organisasi lapas, kegiatan yang berada di
dalam dan diluar lapas, informasi mengenai Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) di lapas, dan lainnya. Dengan
maraknya pengguna Smartphone berbasis Android merupakan
suatu peluang bagi Lapas untuk menyampaikan beragam
informasi kepada publik mengenai Lembaga Pemasyarakatan
Anak Pria yang berada di Tangerang yang dapat diakses
melalui Smartphone berbasis sistem operasi Android.

II METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu
persiapan, pengumpulan data, analisis data, perancangan
aplikasi, pembuatan aplikasi, testing aplikasi, dan diakhiri

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


dengan implementasi aplikasi pada smartphone. Tahap 1 :
Persiapan dalam penelitian ini merupakan langkah pertama
yang dilakukan untuk ke tehnik selanjutnya, dalam persiapan
penelitian ini dilakukan persiapan terkait obyek yang akan di
teliti, kebutuhan data dan aplikasi pendukung sampai dengan
hasil akhir proses penelitian; Tahap 2 : Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan observasi di lapangan dan
studi literatur; Tahap 3 : Setelah data dikumpulkan maka datadata tersebut diolah dan dianalisa. Analisa data dilakukan
untuk bisa mengetahui kebutuhan data yang akan diolah
dengan menyesuaikan hardware dan software yang akan
digunakan; Tahap 4 : Analisa biaya dilakukan untuk
mengetahui besaran biaya dalam membangun aplikasi ini,
termasuk pembelian perangkat yang dilakukan untuk proses
pembuatan aplikasi ini; Tahap 5 : Tahap pemodelan sistem
dilakukan guna merancang pemodelan sistem yang akan di
bangun dengan menggunakan Unified Modelling Language
(UML) sebagai proses sirkulasi aplikasi yang akan dibuat;
Tahap 6 : Pada tahap ini desain dari aplikasi informasi
dilakukan mengenai perencanaan user interface yang baik,
kelola manajemen sistem yang baik dan desain aplikasi yang
menarik sertta bisa dipergunakan dan dipahami oleh
pengguna; Tahap 7 : Merupakan tahapan paling akhir yaitu
kegiatan pengujian aplikasi informasi yang di bangun, apakah
aplikasi yang dibangun sudah optimal, sesuai dengan tujuan
dan manfaat yang akan didapat dengan tampilan tatap muka
yang menarik dan mudah untuk digunakan.

III DASAR TEORI

Android adalah sistem operasi bergerak (mobile operating


system) yang mengadopsi sistem operasi Linux, namun telah
dimodifikasi[5]. Android pertama kali dikembangkan oleh
sebuah perusahaan bernama Android Inc. Kemudian pada
tahun 2005, Google mengakuisisi perusahaan ini sehingga
industri ketika itu publik beranggapan akan muncul istilah
gPhone dengan langkah Google tersebut.
Pada tahun 2007, Google dan beberapa perusahaan yang
tergabung dalam Open Handset Alliance (Intel, Nvidia, Texas
Instrument) mengembangkan sistem operasi Android dan
resmi menjadi open-source.
Pada tahun 2008 Android SDK 1.0 diluncurkan dan ponsel
G1 yang diproduksi oleh HTC menggunakan Sistem operasi
tersebut. Pada tahun 2009 versi terbaru dari Sistem Operasi
Android diluncurkan mulai dari versi 1.5 (Cupcake), versi 1.6
(Donut) dan versi 2.0 / 2.1 (Eclair). Hal ini didukung dengan
lebih dari 20 Gadget yang menggunakan versi tersebut.
Android merupakan sistem operasi dengan sumber terbuka,
dan Google merilis kodenya di bawah Lisensi Apache[6].
3.3 Unified Modeling Language (UML)
UML adalah salah satu standar bahasa yang banyak
digunakan di dunia industri untuk mendefinisikan
requirement, membuat analisis dan desain, serta
menggambarkan arsitektur dalam pemrograman berorientasi
objek[7]. Dengan kata lain UML berarti bahasa pemodelan
standar dan merupakan alat komunikasi yang konsisten dalam
mensuport para pengembang saat ini[8].
Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
UML adalah bahasa pemodelan sistem yang digunakan
sebagai alat komunikasi antara pengembang dengan pengguna
atau antar pengembang itu sendiri untuk pemrograman
berorientasi objek (Object Oriented Programming).

3.1 Aplikasi
Aplikasi adalah sebuah media penunjang dalam sebuah
object yang memiliki beberapa instruksi yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan input dan
IV TEKNIK PENGUMPULAN DATA
output[1]. Pendapat lain mengatakan bahwa Aplikasi adalah
penerapan dari rancang sistem untuk mengolah data yang
Dalam membangun aplikasi ini terlebih dahulu dilakukan
menggunakan aturan atau ketentuan bahasa pemrograman pengumpulan data yaitu :
tertentu[2]. Aplikasi adalah suatu program komputer yang a Penelitian Lapangan ( field research )
dibuat untuk mengerjakan dan melaksanakan tugas khusus
Pada tahap awal dalam penelitian ini dikumpulkan data
dari pengguna.
terlebih dahulu dengan studi lapangan di Lapas Anak Pria
3.2 Informasi
Kelas IIa Tangerang di Jalan Daan Mogot No. 29 C
Informasi adalah data yang telah dirposes/diolah ke dalam
Tangerang
bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan b Penelitian Kepustakaan (Library Research)
nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan
keputusan yang sekarang atau nantinya[3]. Pada literatur yang
mempelajari buku-buku (literature) mengenai sistem
lain dikatakan bahwa Informasi adalah data yang sudah diolah
operasi Android dan langkah-langkah membangun aplikasi
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang
yang berjalan di bawahnya, referensi dari internet dan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau
segala hal yang berkaitan dalam membangun aplikasi.
mendukung sumber informasi[4].
3.3 Android
V ANALISA KEBUTUHAN

ISSN
65: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Pada pembangunan aplikasi ini dibutuhkan spesifikasi
minimal hardware sebagai berikut :

Seluruh masyarakat mengetahui segala bentuk program


dan jenis kegiatan yang dilaksanakan di Lapas Anak Pria
Tangerang dalam rangka pembinaan anak didik
pemasyarakatan dan informasi untuk menghubungi Lapas
Anak Pria Tangerang baik mengenai alamat, via telephone,
via email, maupun sms pengaduan serta jadwal kunjungan
jika ingin membesuk atau mengunjungi anak didik

TABEL 1
KEBUTUHAN HARDWARE

No

Nama
Hardware

Processor

Intel Core
i5

Laptop Acer
Aspire V3
Aspire V3471G52454G75Makk

RAM

4 GB

Hardisk

750 GB

Printer

Epson L110

Spesifikasi

Jml

Software yang digunakan untuk pembangunan aplikasi


sebagai berikut :
TABEL 2
KEBUTUHAN SOFTWARE

N
o
1

Kebutuhan

Keterangan

Fungsi

Sistem
Operasi

Windows 7
Ultimate 64
Bit

Sebagai Sistem
Operasi yang
dipakai untuk
menjalankan
Software

Aplikasi

Java
Development
Kit 7
Eclipse
Indigo
ADT-18
Plugin
Android SDK
Manager

Develop program
Tampilan
interface program

pemasyarakatan.
User pengunjung kegiatan sosial
pengunjung yang ingin melaksanakan kegiatan sosial di
Lapas Anak Pria Tangerang baik dari instansi maupun
perorangan mengetahui prosedur pelaksanaan kunjungan
sosial berikut tata tertib dan ketentuan serta susunan acara
yang akan dilaksanakan di Lapas Anak Pria Tangerang.

VII
ANALISA DATA
Data yang menunjang mengenai pembuatan aplikasi ini
dikumpulkan mulai dari survei dan mengumpulkan data di
Lapas Anak Pria Tangerang, dari internet dan dari buku- buku
yang telah dipelajari. Lalu data tersebut diolah dan diproses
sehingga menjadi sebuah aplikasi informasi yang di buat
menggunakan IDE Eclipse, dengan plugin Android
Development Tool dan Android SDK Manager. Namun
terlebih dahulu menginstal Java Development Kit versi 7 agar
Eclipse bisa berjalan dengan baik.
VIII PERANCANGAN
Pada tahap ini, dipaparkan dengan rancangan sistem
menggunakan Unified Modeling Language (UML) yaitu salah
satunya dengan Diagram Use case. Diagram seperti terlihat
pada gambar di bawah ini :

Android plugin
Emulator Android
di PC

VI ANALISA PENGGUNA
Pengguna aplikasi wajid menggunakan smartphone
berbasis Android. Pengguna aplikasi dapat dibedakan menjadi
3 pengguna, yaitu ;

User pegawai lembaga pemasyarakatan


Setiap pegawai Kementerian Hukum dan HAM di bidang
Lembaga Pemasyarakatan mendapatkan pengetahuan
mengenai sejarah Pemasyarakatan, sejarah Lembaga
Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang, Struktur
Organisasi, Visi Misi dan Motto, serta lagu lagu mars
yang terdapat didalam Lembaga Pemasyarakatan
khususnya di Lapas Anak Pria Tangerang.

User pengguna masyarakat umum

ISSN
66: 2406-7741

Gambar 1. Diagram Use Case

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa cara


menjalankan aplikasi adalah : Pertama user mengunduh
aplikasi dari internet yang telah diupload oleh admin, lalu
user menginstall aplikasi tersebut di smartphone masingmasing yang berbasis android setelah proses instalasi selesai
dan sukses maka user bisa melihat menu yang ada didalam
aplikasi.
Aliran logika pada Use Case di atas terdiri dari flow of
events Unduh, flow of events Install dan flow of events lihat.
Rincian tabel flow of events seperti tabel di bawah ini :

Kondisi
Gagal

Tidak dapat diinstall

Aktor
Utama

User

Aktor
Sekunder

Pemicu

User menginstal file unduhan yang


didapat dari internet

Alur Utama

Langkah

TABEL 3
FLOW OF EVENTS UNDUH

Nama of
Use case
Tujuan
Prasyarat
Kondisi
Akhir
sukses
Kondisi
Gagal
Aktor
Utama
Aktor
Sekunder
Pemicu
Alur Utama

Alur
Perluasan

Unduh
Agar aplikasi bisa diinstall di smartphone
user
Memiliki akses internet dan koneksi data
harus aktif

Alur
Perluasan

Sistem

Mendapatkan
file .apk

Menampilkan
proses

Menginstall
file .apk

Menampilkan
hasil instalan

Langkah
1.1

Aksi Percabangan
Tidak bisa menginstall file

TABEL 4
FLOW OF EVENTS LIHAT

Terunduh file dalam bentuk .apk


Gagal mengunduh dan tidak ada file .apk

Aktor

Nama Use
case

Lihat

User

Tujuan

Aplikasi tampil dan dapat dilihat di


smatrphone user

Prasyarat

Aplikasi sukses diunduh dan diinstal di


smartphone android

User mengakses alamat URL


pengunduhan
Langkah Aktor
Sistem

Kondisi
Akhir
sukses

Muncul tampilan aplikasi di smartphone


android

Membuka
alamat URL

Menampilkan
unduhan

Kondisi
Gagal

Tidak bisa menampilkan aplikasi

Mengunduh

Mendapatkan
file .apk

Aktor
Utama

User

Aktor
Sekunder

Pemicu

User menginstall file .apk dari internet

Alur Utama

Langkah

Langkah
1.1

Aksi Percabangan
Tidak bisa mengunduh file

TABEL 4
FLOW OF EVENTS INSTALL

Nama Use
case

Install

Tujuan

Agar aplikasi bisa dibuka dan dilihat di


smartphone

Prasyarat

Memiliki smartphone android versi froyo


keatas

Kondisi
Akhir
sukses

Berhasil diinstall di smartphone

ISSN
67: 2406-7741

1
2
Alur
Perluasan

Langkah
1.1

Aktor
Menginstal
aplikasi
Membuka
aplikasi

Sistem
Menampilkan
proses install
Menampilkan
aplikasi

Aksi Percabangan
Tidak bisa menampilkan
aplikasi

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


IX HASIL DAN PEMBAHASAN
Aplikasi Informasi Lapas Anak Pria Tangerang dibuat
untuk kalangan intern pegawai sendiri, umum dan sosial. Cara
mengoperasikannya hanya menginstal di smartphone user
masing-masing yang memiliki OS android versi 2.2 (Froyo)
keatas dan menggunakannya untuk kepentingan masingmasing.
Berikut fasilitas-fasilitas yang disediakan pada aplikasi
seperti terlihat pada gambar tampilan di bawah ini :

Menu Utama
Menu utama adalah bagian dari aplikasi yang pertama kali
muncul dengan tampilan di bawah ini :
Gambar 4. Tampilan Menu Struktur organisasi

Visi, Misi dan Motto


Tampilan visi, misi dan motto sebagai berikut :

Gambar 2. Tampilan Menu Utama

Sejarah Pemasyarakatan
Ketika User mengklik sub menu sejarah maka akan
muncul tampilan berikut :

Gambar 5. Tampilan visi misi dan motto

Gambar 3. Tampilan Menu Sejarah

Struktur
Pada sub menu struktur akan memunculkan struktur
organisasi Lapas Anak Pria Tangerang dengan tampilan
berikut :

ISSN
68: 2406-7741

Andikpas
Pada sub menu andikpas akan memunculkan sub menu
lainnya seperti berikut ini :

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Gambar 6. Tampilan visi Andikpas

Program dan Jenis Kegiatan


Pada sub menu ini terdapat informasi mengenai
program dan Jenis Kegiatan beserta galery kegiatan seperti
dibawah ini :

Gambar 9. Tampilan Lagu Mars

Gambar 7. Tampilan visi Kegiatan

Kamus Istilah
Pada sub menu ini terdapat informasi mengenai istilahistilah umum yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
berikut penjelasannya seperti di bawah ini :

i Informasi
Berikut adalah tampilan informasi mengenai contact
person untuk menghubungi Lapas Anak Pria, Jadwal
waktu besuk Andikpas, Kunjungan Sosial, dan Tentang
Program :

Gambar 9. Tampilan Informasi

Gambar 8. Tampilan Kamus Istilah

Lagu Mars
Tampilan lagu Mars terdapat pada sub menu ini :

ISSN
69: 2406-7741

X SIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut :
a Aplikasi Informasi Lapas Anak Pria Tangerang dibuat
dengan menggunakan IDE Eclipse untuk smartphone yang
memiliki OS Android.
b Informasi yang disajikan didalam aplikasi ini merupakan
data yang dihimpun dari sumbernya yang dalam hal ini
Lapas Anak Pria yang berlokasi di Jl. Daan Mogot No.29C
Tangerang.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


c

Aplikasi ini merupakan salah satu media untuk4 Kusrini dan Andri Koniyo, 2007. Tuntunan Praktis Membangun
Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic & Microsoft
mensosialisasikan kepada publik mengenai profil dan
SQL Server. Yogyakarta: Penerbit Andi.
kegiatan di Lapas Anak Pria Tangerang
5 Suprianto, Dodit & Rini Agustina, 2012. Pemrograman Aplikasi

XI DAFTAR PUSTAKA
1 Jogiyanto HM, 2001. Analisis dan Desain Sistem Informasi.
6
Yogyakarta: Andi Offset.
7
2 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

3 Davis, Gordon B, 2002. Kerangka Dasar: Sistem Informasi


8
Manajemen, Bagian I Pengantar. Seri Manajemen No. 90-A.
Cetakan Kedua Belas, Jakarta: PT. Pustaka Binawan Pressindo.

ISSN
70: 2406-7741

Android: step by step membuat aplikasi android untuk


Smartphone dan Tablet. Yogyakarta: MediaKom.
"Android Overview". Open Handset Alliance. Diakses 2014-07-15
Shalahuddin, Muhammad & Rosa Ariani S, 2011. Modul
Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan
Berorientasi Objek). Bandung: Modula.
Widodo, Prabowo Pudji & Herlawati, 2011. Menggunakan UML.
Bandung: Informatika.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


PERANCANGAN APLIKASI PENGELOLAAN
PENGADUAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI PERKOTAAN
DI PROVINSI BANTEN DENGAN METODE WATERFALL
Sumiati1, Muhamad Uu Sutisna 2
Program Studi Teknik Informatika - Universitas Serang Raya
1
sumiati82@yahoo.com
2
muusutisna@gmail.com
Abstrak PT. INDAH KIAT PULP & PAPER Tbk, Serang Mill.
Adalah suatu perusahan terbesar se-Asia dalam produksi kertas,
dimana perusahan ini memproduksi kertas yang bener-bener
berkualitas dan berdaya saing tinggi, dimana banyak produksi
3
kertasnya menggunakan mesin-mesin yang berdaya teknologi, Oleh
4
karena itu penulis menciptakan suatu hal-hal yang baru untuk
memanfaatkan alat-alat yang sudah tidak terpakai (bekas) untuk
dimanfaatkan sebagai barang yang bisa dimanfaatkan, disini penulis
5
mendesain suatu control otomatis untuk motor AC dimesin coorugator
berbasis fuzzy logic , dimana main motor AC coorugator ini running
6
dalam 24 jam non stop berproduksi. Oleh karena itu agar motor ini
tercontrol dengan baik maka diperlukan suatu alat untuk memonitoring
temperatur motor AC yaitu Microcontroler TZN4S Fuzzy Logic, karena
7
selama ini motor sering overheat temperatur dan life timnya motor,
mungkin sangat mengganggu sekali dalam berproduksi mesin jika
8
mesin sering stop akibatnya kerugian besar dalam produksi kertas
diperusahaan. Dengan tercontrolnya motor AC oleh alat temperatur ini
menggunakan sistem fuzzy logic maka dapat dicontrol dalam kecepatan
dan voltage mesin coorugator dan juga operator produksi dapat
mengetahui suhu temperatur motor AC mesin coorugator .

Kata Kunci : Desain Sistem, Mikrocontroler TZN4S


Fuzzy Logic , Motor AC.
XII

matematis
yang
mendasaripenalaran
fuzzysangatsederhanadan mudah dimengerti
LogikaFuzzysangatfleksibel
LogikaFuzzymemiliki toleransi terhadap data datayangtidak tepat
LogikaFuzzymampumemodelkan fungsi fungsin
onlinier yang sangat kompleks
Logika Fuzzy dapat tbekerja sama dengan teknik
teknik kendali secara konvensional
Logika Fuzzy didasarkan pada bahasa alami.
Logika Fuzzy dapat diterapkan pada sebuah
perangkat keras untuk mengambil keputusan saat
suatu proses sedang berlangsung. Logika fuzzy dapat
menghasilkan proses yang beroprasi secara otomatis
dan memiliki efektifitas yang mendekati dengan
kontrol yang dilakukan oleh manusia secara manual.
Lalu terdapat juga Jaringan Saraf Tiruan. Sebuah
perangkat yang menggunakan Jaringan Saraf Tiruan
akan mempunyai kemampuan berfikir seperti otak
manusia.

PENDAHULUAN
XIII METODOLOGI PENELITIAN
Dengan melihat beberapa ulasan di atas maka pada
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu
penyusun Tugas Akhir ini mengambil judul Desain Sistem
persiapan, pengumpulan data, analisis data, perancangan.
Control Otomatis Motor Ac Mesin Coorugator Berbasis
Langkah langkah dalam Metode pengumpulan data dan
Fuzzy Logic., dimana alasan menggunakan logik fuzzy
informasi yang berhubungan dengan penelitian ini
sebagai metode pengendalian sistem karena metode fuzzy
adalah:observasi, studi pustaka, Pembuatan Plant Simulasi,
cukup efisien dalam memilah data menjadi beberapa kategori
pengujian dan Analisa. Dalam Metode Analisis Data yang
yang diinginkan. Dan fuzzy logic juga sangat ampuh untuk
dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
membuat sebuah keputusan (decision) yang nantinya juga
kuantitatif dengan melakukan perbandingan terhadap tingkat
akan ditanamankan pada sistem pengendali ini.sedangkan
akurasi dan ketelitian hasil yang diperoleh dengan
LogikaFuzzy mampu memberikan nilai secara kontinu antara 0
berdasarkan Fuzzy Inference Systems dengan metode
sampai dengan 1.
Mamdani.Metode Pengembangan Sistem yang dilakukan
1 Oleh karena itu ada beberapa alasan yang mendasari dalam penelitian ini adalah Analisis, Perancangan ,
dalam penyusunan menggunakan logika fuzzy, Yaitu
Pengkodean dan Uji coba.

Konsep logika f uzzymudah dimengerti. Konsep

ISSN
71: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


XIV

DASAR TEORI
3.1 Tinjauan Pustaka
I Putu Sutawinaya, 2013Pengembangan Model
Fuzzy Mamdani Untuk Pengaturan Kecepatan Motor Induksi
3 Phasa Berbasis Metode Kontrol Field Oriented. Pada
tulisan ini dikembangkan suatu control fuzzy logic model
mamdani pada sistem pengendalian motor induksi tiga phasa
menggunakan metode field oriented control sebagai
pengendali arus torsi. Harapannya, motor induksi bekerja
seperti mesin DC penguat terpisah, torsi dan fluksi dikontrol
secara terpisah dengan membuatsistem pengendalian ini
disimulasikan menggunakan perangkat lunak Matlab/
Simulink. Hasil simulasi menunjukan bahwa dengan metode
fuzzy logic mamdani ini, lonjakan dan waktu pemulihan
pencapaian setpoint relative kecil.
3.2 Fuzzy Logic
Salah satu komponen pembentuk kajian soft computing
adalah logika fuzzy yang diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1965 oleh Lotfi A. Zadeh. Logika fuzzy digunakan
sebagai suatu cara memetakan permasalahan dari input
menuju ke output yang diharapkan. Peranan derajat
keanggotaan merupakan hal terpenting dalam sebuah
himpunan fuzzy untuk menentukan keberadaan elemen
tertentu [13],[14].
Beberapa operasi dasar yang paling sering digunakan
untuk mengkombinasikan dan memodifikasi himpunan fuzzy
adalah, operasi gabungan (union), operasi irisan (Intersection)
dan operator komplemen (Complement). Cara kerja fuzzy
logic meliputi beberapa tahapan sebagai berikut (lihat gambar
1) [15]:

1
2
3
4

Proses fuzzyfikasi
Pembentukan basis pengetahuan Fuzzy (Rule dalam
bentuk IF ... THEN)
Mesin inferensi (fungsi implikasi Max-Min atau DotProduct)
Defuzzyfikasi, yang bisa dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah
a Metode rata-rata (Average)

z =
b

i z i
i

Metode titik tengah (Center of Area)

z =

( z ) zdz
( z ) zdz

ISSN
72: 2406-7741

Gambar 1.Struktur sistem inferensu fuzzy

3.2.1 Metode mamdani


Dalam membangun sebuah sistem fuzzy dikenal
beberapa metode penalaran antara lain: metode Tzukamoto
Instrument) metode Mamdani dan metode Sugeno. Untuk
perancangan sistem untuk menentukan voltage, speed dan
temperatur menggunakan metode fuzzy mamdani. Metode
Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min.
Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun
1975.Untuk mendapatkan output, diperlukan 4 tahapan : 1.
Menentukan Variabel fuzzy atau Fuzzyfication 2. Proses
implikasi MIN dan MAX 3. Komposisi aturan rulenya
4.Penegasan defuzzyfication.

Gambar 2 Aplikasi fungsi Implikasi MIN dan Rule


menggunakan fungsi MAX

3.3 Gambaran Microcontroler


Mikrokontroler merupakan suatu IC yang di
dalamnya berisi CPU, ROM, RAM, dan I/O.
(1)Dengan adanya
CPU tersebut maka mikrokontroler dapat melakukan proses
berfikir berdasarkan program yang telah diberikan kepadanya.
Mikrokontroler banyak terdapat pada peralatan elektronik
yang serba otomatis, mesin fax, dan peralatan elektronik
(2)
lainnya. Mikrokontroler dapat disebut pula sebagai komputer
yang berukuran kecil yang berdaya rendah sehingga sebuah
baterai dapat memberikan daya. Mikrokontroler terdiri dari
beberapa bagian seperti yang terlihat pada gambar di bawah
ini :

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


berorentasi pada objek, dimana Visual Basic menyediakan
objek-objek yang berguna dan mudah dipakai.
3.4 ANALISA PERANCANGAN
3.4.1 Analisa Fuzzy
Pengguna Aplikasi Sistem ini Variabel dan Semesta
PembicaraPada proses analisis data, terdapat dua jenis input
yang akan di masukan ke dalam sistem yaitu:
a. Input Fuzzy dan Output Fuzzy
Terdapat beberapa kriteria dari variabel yang telah di tentukan
pada tabel sebagai berikut:
Gambar 3. Susunan Mikrokontroler
3.3.1 Microcontroler TZN4S
TZN4S merupakan salah satu modul temperature
controller yang digunakan untuk mengatur panas dari suatu
elemen pemanas. Salah satu sensor yang digunakan untuk
temperature control yang sama untuk memperbaharui
rangkaian ini yaitu menggunakan thermocouple. Namun
banyak lagi pada penggunaannya lebih banyak memakai jenis
thermocouple tipeK yang dihubungkan langsung ke body
motor AC adapun untuk suhu temperature mencapai 1000
derajat celcius.
3.3.2 Konstruksi Motor AC
Secara umum, motor AC terdiri dari stator, rotor, dan
penutup. Stator dan rotor merupakan rangkaian listrik yang
akan menghasilkan elektromagnet. Stator adalah bagian yang
diam dan secara umum bagian ini terdiri dari kumparan stator
dan inti. Kumparan stator merupakan kumpulan lilitan kawat
penghantar yang terisolasi dan dimasukkan ke dalam inti
stator.

Gambar 4 Komponen Motor AC


3.3.3 Visual Basic 6
Visual Basic adalah sebuah bahasa pemrograman
komputer untuk menghasilkan satu aplikasi program-program
berbasiskan windows.Visual Basic 6 juga merupakan suatu
bahasa pemrograman OOP, yaitu pemograman yang

ISSN
73: 2406-7741

Gambar 1. Semesta Pembicaraan

Gambar 2. Himpunan Fuzzy


3.4.2 Fungsi Keangotaan
Pada sistem ini, setiap variabel fuzzymenggunakan
fungsi keanggotaan trapesium sebagai pendekatan untuk
memperoleh derajat keanggotaan suatu nilai dalam himpunan
fuzzy. Berikut adalah variabel dengan fungsi keanggotaanya:

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


1

a) (x b) / (b a), a < x b, dimana x = 30 ; a= 20; dan b =

Variabel Speed

40, sehingga diperoleh:

Variabel Speed memiliki tiga himpunan fuzzy, yaitu:


LAMBAT, SEDANG dan CEPAT. Grafik variabel Speed
dapat dilihat pada Gambar berikut ini

LAMBAT

= (30 40) / (40 20)


= 10 / 20
= 0,5

b) Derajat keanggotaan untuk Sedang dihitung persamaan :


(x a) / (a d), a x d, dimana x = 60 ; a = 20; dan d =
100, sehingga diperoleh:
SEDANG = (60 20) / (20 100)
= 40 / 80
= 0,5
Derajat keanggotaan untuk Sedang dihitung persamaan
(x c) / (c d), c < x d, dimana x = 90 ; c = 80; dan d=
100, sehingga diperoleh:
CEPAT = (90 80) / (80 100)
= 10/ 20
= 0,5

Variabel Voltage

c) Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa nilai Voltage


berada pada nilai lingustic Low , Medium dan Hight.
Gambar 3. Grafik Speed

d) Derajat keanggotaan untuk Low dihitung persamaan:

2. Variabel Voltage

(x b) / (b a), a < x b, dimana x = 15; a = 5; dan b =


20, sehingga diperoleh:
LOW = (15 20) / (20 5)
=5/1
= 0,3

Variabel Voltage memiliki tiga himpunan fuzzy dainataranya :


LOW, MEDIUM dan HIGHT. Grafik variabel Voltage dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Derajat keanggotaan untuk Medium dihitung persamaan:


(x a) / (a d), a < x < d, dimana x = 35 ; a= 5; dan d =
50, sehingga diperoleh:
MEDIUM = (35 5) / (5 50)
= 30 / 45
= 0,7

3.4.3 Perhitungan Fuzzy


Perhitungan fuzzy dilakukan untuk menentukan hasil
pengecekan untuk mendeteksi keadaan motor AC yang
sebenernya, yang dilakukan oleh orang- orang maintenance.
Variabel yang telah di tentukan akan dihitung fungsi
keanggotaannya.

Variabel Speed : Lambat, Sedang dan Cepat.

ISSN
74: 2406-7741

Derajat keanggotaan untuk Hight dihitung persamaan:


(x c) / (c d), c < x d, dimana x = 45 ; c = 40; dan d =
50, sehingga diperoleh:
HIGHT
= (45 40) / (40 50)
= 5 / 10
= 0,5

Aturan Rule
Dengan aturan fuzzy tersebut didapatkan 9 aturan
fuzzy yaitu :

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


1.

IF (Speed is lambat) and Voltage is low then


Temperature normal............................................ (1)

IF (Speed is lambat) and Voltage is medium then


Temperature normal............................................ (2)

IF (Speed is lambat) and Voltage is hight then


Temperature normal.............................................(3)

IF (Speed is sedang) and Voltage is low then


Temperature normal.............................................(4)

IF (Speed is sedang) and Voltage is medium then


Temperature hangat.............................................(5)

IF (Speed is sedang) and Voltage is hight then


Temperature hangat.............................................(6)

IF (Speed is cepat) and Voltage is low then


Temperature hangat..............................................(7)

IF (Speed is cepat) and Voltage is medium then


Temperature panas.............................................(8)

IF (Speed is cepat) and Voltage is hight then


Temperature panas............................................(9)

Dan selanjutnya menggunakan aturan disjunction (v) untuk


menentukan nilai derajat keanggotaan maxsimum dari nilai
linguistic yang dihubungkan oleh (v) :
Dari perhitungan di atas, dapat di ketahui bahwa nilai MAX
Panas = (0,7)
3.4.4 ProsesDefuzzification Model Mamdani
Dengan menggunakan proses clipping pada mamdani
dapat digambarkan 3 fuzzy set dalam bentuk grafik sesuai
dengan derajat keanggotaan sebagai berikut :
Setelah itu, proses composition dari 2 fuzzy set diatas
sehingga menghasilkan fuzzy set tunggal. dari itu titik-titik
pada area abu-abu pemilihannya secara acak sehingga akan
didapatkan satu titik pusat area (Center of Area atau Center of
Grafity) inilah titik-titiknya sebagai berikut : 35, 45, ,55 , 65,
70, 75.

Dengan menggunakan metode inferensi mamdani, diperoleh


proses infrensi terhadap aturan tersebut sebagai berikut :
Gunakan aturan Conjunction (^) untuk mengambil nilai /
derajat keanggotaan minimum dari nilai-nilai linguistic yang
dihubungkan oleh ^ untuk mencari status normal, sehingga
diperoleh.

If Speed is Sedang (0,5) AND Voltage is Low (0,3)


Then Temperatur normal (0,3)

If Speed is Sedang (0,5) AND Voltage is Medium (0,7)


Then Temperatur hangat (0,5)

If Speed is Cepat (0,5) AND Voltage is Low (0,3) Then


Temperature hangat (0,3)

If Speed is Cepat (0,5) AND Voltage is Medium (0,7)


Then Temperature Panas (0,5)

Dari perhitungan di atas, diperoleh beberapa nilai


linguistic dengan nilai derajat keanggotaan yang sama yaitu :
Temperature Normal (0,3), Hangat (0,3) Hangat (0,5) dan
Panas (0,5)

ISSN
75: 2406-7741

Gambar 5. Grafik Output (temperature)


Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jadi dengan menggunakan model mamdani dengan melihat


nilai akhir perhitungan MAX, dimana nilai input speed dan
voltage diinputkan dengan nilai MAX maka akan
menghasilkan output nilai 62.05 berada di temperature Panas
dengan menyalahnya lampu merah, tandanya

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Akan segera dilanjutkan untuk melakukan pengecekan
terhdapa motor pada saat preventif.
IV. HASIL/IMPLEMENTASI
Setelah dianalisis dan dirancang secara rinci dan teknologi
telah diseleksi dan dipilih. Tiba saatnya, sistem untuk
diimplementasikan. Tahap implementasi sistem merupakan
tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan.
4.1 Instalasi Sistem

A Konfigurasi SQL 2000


Langkah awal untuk menjalankan aplikasi ini, tentu terlebih
dahulu harus membuat server lokal, penulis membuat server
lokal dengan
menginstalasi SQL 2000 SQL Tools, danjuga Cristal
Report.

B KonfigurasiAplikasi Temperatur
Setelah menginstal semua aplikasi SQL 2000 langkah
terakhir adalah mengkonfigurasikan sistem.

Gambar 2. Flowchart Temperature


4.2 Instalasi Sistem
Instalasi Desain sistem Control otomatis ini dilakukan
dengan memasang beberapa komponen utama maupun
pendukung yang dibutuhkan diantaranya database SQL
2000, Crystal Report, Komponen Listrik dan Ms. Visual
Basic 6.0 Dalam desain controlnya.
a. InstalasiMicrocontroler Hadware
1. Langkah awal untuk menjalankan aplikasi ini, tentu terlebih
dahulu harus mendesain hardware Controlnya ini gambar
dalam pembuatan hardwarenya :Pertama kita buat desain
diagram
pengawatan
instalasinya
berikut
gambar
diagramnya !

Gambar 3. Diagram Pengawatan


Gambar 1. Konfigurasi Sistem Temperature

A Perancangan Sistem

2. Instalasi hardware pengontrol otomatis temperature untuk


Motor AC seperti pada gambar berikut ini.

Didalam
perancangan
sistem
ini,
penulis
menggunakan Flowchart Diagram untuk menggambarkan
serangkaian instuksi yang dibuat untuk menggerakkan
perangkat. Seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3. Diagram Penginstalan control

ISSN
76: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


3. Selanjutnya Proses percobaan instalasi control otomatis
temperature Motor AC, berikut ini gambarnya.

Gambar 5. Form Daftar Karyawan

Form EntrySpare Part

FormEntrySpare Part berfungsi sebagai form inputing


data-data Spare Part. Karena form Spare Part ini sangat
penting sekali dalam menunjang kelancaran mesin-mesin
produksi.

Gambar 3. Pengujian sistem

Form Menu Utama

Form Menu Utama berfungsi sebagai induk/parent dari


seluruh form yang ada dalam sistem, sehingga user dapat
memanggil semua form yang lain di menu utama. Form menu
utama ini juga adalah form dimana mesin-mesin produksi.

Gambar 6. Form Spare Part

Gambar 4. Form Menu Utama

Form Daftar Karyawan

Form Data Karyawan merupakan Data untuk mengetahui


karyawan Maintenance dan Produksi

ISSN
77: 2406-7741

Gambar 7. Form Entry Pengaduan Produksi

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

Gambar 8. Form Maintenance

Gambar 9. Form Simulasi program

Gambar 10. Konstruksi Motor AC

Gambar 16. Program Fuzzy


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Dengan sistem yang telah ditentukan dengan fuzzy logic


mamdani maka dari itu ditentukan suatu variabel input
dan output untuk mencari derajat keanggotaan atau
membership function untuk mengetahui himpunan
himpunannya.

Sudah terstandarisasi perusahan untuk menentukan jumlah


limit yang telah ditentukan oleh pihak industryMotor AC
tersebut. Maka dari itu dalam penelitian ini supaya dalam
mengendalikan motor agar bener-bener terkontrol dan
dirawat dengan baik.

Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga


mekanik, diluar bodi motor AC pada mesin coorugator
telah ditempelkan suatu alat pendetek sensor temperature,
sensor akan memberikan sinyal ke control mikrokontroler
TZN4S yang sudah dibuat sebelumnya dan akan
memunculkan angka temperature yang sesuai temperature
motor tersebut.

Dengan
pengaplikasian
Database
dan
secara
terkomputerisasi, supaya mudah dikontrol data-data
pengechekan motor Ac

Form Program Fuzzy

Form Program Fuzzy Logicadalah suatu program dimana


program ini dibuat untuk
mengetahui seberapa besar
temperature yang ditimbulkan terhadap motor AC yang ada
pada mesin coorugator, perhitung fuzzy ini sesuai dengan apa
yang penulis teliti yaitu mengontrol input voltage dan speed
dimana control ini terdapat di mesin coorugator tersebut.
Dengan perhitungan fuzzy akan menentukan indikasi yang
ditimbulkan yaitu temperature normal, hangat dan panas.

5.2 Saran

ISSN
78: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba
memberikan saran adapun saran yang penulis kemukakan
adalah sebagai berikut :

Tidak menutup kemungkinan akan diadakannya


pembaharuan secara berkala terhadap aplikasi iniatau
melengkapi kelemahan-kelemahan program ini, agar
aplikasi selalu berjalan optimal dan sejalan dengan
perkembangan data dan teknologi;

Penulis mengharapkan setelah diimplementasikannya


Perancangan control otomatis motor Ac ini akan
berdampak positif terhadap kinerja dalam mengontrol /
maintenance terhadap mesin , juga kedepannya bisa
merencanakan jadwal overhaul motor AC, supaya motor
AC dapat bekerja dengan optimal pada saat
produksi.karena bisa meningkatkan produksi tinggi di
perusahaan.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Adi Kurniadi, Pemrograman Microsoft Visual Basic


6, Elex Media Kompotindo, Jakarta.
2. Bambang Widodo, Simulasi Pengendalian P.I.D. Fuzzy
Pada item pengaturan Kecepatan Motor Arus Searah
Jakarta 2011
3. Basu, Srismrita.,2012, Realization of FuzzyLogic
Temperature Controller,International Journal of
Emerging Technology and Advanced Engineerin.
4..
ERA PURWANTO. PENGEMBANGAN ALAT
PEMUTAR BALL MILL MENGGUNAKAN
SISTEM
CONTROL
LOGIKA
FUZZY.
SURABAYA 2014
5.
I Putu Sutawinaya,Pengembangan Model Fuzzy
Mamdani Untuk Pengaturan Kecepatan Motor
Induksi 3 Phasa Berbasis Metode Kontrol Field
Oriented. Bali 2013
6.

Kusumadewi, Sri dan Purnomo. Aplikasi Logika fuzzy


Untuk Pendukung Keputusan, Graha Ilmu,
Yogyakarta,.
7. Muhamad Ridwan. Detektor kebocoran gas lpg berbasis
mikrokontroler ATMEGA 8535. Banten 2011

ISSN
79: 2406-7741

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

ANALISIS PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBELIAN BAHAN BAKU UNTUK


PEMBUATAN MEUBIL JENIS KURSI LETER L MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO
Sulistiyono1), Wahyu Oktri Widyarto2)
1

Information Technology Faculty Informatics Eng. Dept


Universitas Serang Raya (UNSERA)
e-mail: sulistiyonoputro@yahoo.com
2

Engineering Faculty Industrial Eng. Dept


Universitas Serang Raya (UNSERA)
e-mail: woktri@yahoo.com

Abstract-Menentukan sebuah keputusan dalam sebuah usaha


adalah hal yang cukup sulit, berbagai pertimbangan harus
diperhitungkan dengan matang. Dalam usaha meubeul,
modal dan jumlah produk yang dipesan merupakan sumber
pertimbangan yang harus diperhitungkan, karena merupakan
salah satu faktor penting dalam menentukan beroperasi atau
tidaknya usaha dalam menghasilkan produk pesanan. Pada
penelitian ini membahas tentang implementasi Fuzzy
Tsukamoto dalam membuat keputusan pembelian bahan
pokok atau pun pembuatan kursi jenis leter L pada
perusahaan meubel. Dari data 1 Tahun terakhir, permintaan
terbesar mencapi 382 kursi/ tahun dan terkecil mencapi 112
kursi / satu tahun. Dengan segala keterbatasanya, sampai
saat ini, perusahaan baru mampu memproduksi kursi
maksimum 550 kursi/ tahun, untuk mengefesiensi Waktu dan
SDM tiap bulan perusahaan tersebut harus memproduksi
paling tidak 140 kursi dengan memaksimalkan modal dan
sumber daya yang terbatas.

diperlukan untuk mengantisipasi kekurangan atau kelebihan


pembelian bahan baku sehingga berdampak pada kegiatan
lainnya.
Kesalahan dalam proses pembelian bahan baku produksi akan
berimbas pada pemborosan atau tidak terkelolanya modal
dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan
yang mampu membantu menganalisis proses pembelian bahan
baku berdasarkan variabel ketersediaan modal dan banyaknya
pesanan kepada perusahaan.

1. PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis peramalan


kebutuhan pembelian bahan baku untuk pembuatan kursi jenis
letter L menggunakan konsep fuzzy systems dengan
Tsukamoto sebagai model implikasinya, sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu pendukung pengambilan
keputusan untuk proses pengadaan bahan baku produksi kursi
nantinya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan merancang
sebuah model fuzzy system dengan implikasi Tsukamoto
untuk memodelkan penentuan pembelian bahan baku produksi
pada perusahaan meubeul untuk jenis kursi letter L serta
mengetahui apakah model implikasi Tsukamoto dan fuzzy
systems dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
penentuan/peramalan pembelian bahan baku produksi.

Penentuan pengambilan keputusan dalam sebuah wirausaha


adalah hal yang sangat penting. Keputusan yang diambil akan
berdampak pada proses berjalannya usaha itu sendiri. Saat ini
keputusan yang diambil dan dijalankan hanya sebatas pada
pengalaman semata, tidak lebih kepada hitungan yang
sistematis. Tugas besar bagi pemilik usaha dalam membuat
sebuah keputusan, banyak metode yang bisa digunakan untuk
pengambilan keputusan ini, salah satunya yakni fuzzy
tsukamoto.

Fuzzy Tsukamoto telah banyak digunakan sebagai dasar


ataupun pertimbangan pengambilan keputusan, diantaranya
yakni penentuan nominal beasiswa yang diterima siswa
dengan metode logika fuzzy Tsukamoto (Ihsan dkk, 2012),
sistem pakar penentuan jenis penyakit hati dengan metode
inferensi fuzzy Tsukamoto - study kasus di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta (Pujiyanta dkk, 2012), pemberi
saran pememilihan konsentrasi - studi kasus jurusan teknik
informatika UII (Rakhman dkk, 2012).

Pembelian bahan baku produksi merupakan hal yang penting


dilakukan dalam rangka mendukung proses produksi suatu
usaha. Kesalahan dalam pembelian bahan baku, misalnya,
pembelian yang berlebihan, atau bahkan kurang sama sekali,
tentu tidak hanya berakibat pada pemborosan pengeluaran
modal produksi namun juga berimbas pada tidak teralokasinya
modal dengan baik untuk kebutuhan lainnya. Untuk itulah,
penentuan pembelian bahan baku produksi yang tepat

2. FUZZY TSUKAMOTO

Kata Kunci: pendukung keputusan, tsukamoto, produksi,


bahan baku, permintaan

ISSN
80: 2406-7741

Menurut Turban dalam Rakhman dkk (2012) Sistem


Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sebuah sistem yang
menyediakan kemampuan dalam penyelesaian masalah dan
komunikasi untuk permasalahan yang bersifat semi-terstruktur
serta mengkategorikan SPK dalam tujuh model. Banyak
pendekatan yang dilakukan dalam rangka penyelesaian

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


permasalahan pengambilan keputusan, salah satunya adalah
dengan memanfaatkan konsep fuzzy logic melalui Guzzy
Inference System (FIS) nya. Pada FIS dikenal beberapa
metode yang telah populer, seperti: metode Tsukamoto,
metode Mamdani dan metode Sugeno, dimana setiap metode
memiliki karakteristik yang berbeda.
Pada FIS dikenal beberapa metode yang telah populer, seperti:
metode Tsukamoto, metode Mamdani dan metode Sugeno.
Setiap metode memiliki karakteristik yang berbeda. Metode
Tsukamoto memiliki prosedur bahwa setiap konsekuen
dengan bentuk IF-THEN dari aturan yang ada
direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi
keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil
inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan dengan tegas (crisp)
berdasarkan - predikat (fire strength). Hasil akhirnya
diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot. Misalkan
ada dua variabel input, yaitu x dan y; serta satu variabel output
z. Variabel x terbagi atas dua himpunan yaitu A1 dan A2,
sedangkan variabel y terbagi atas himpunan B1 dan B2.
Variabel z juga terbagi atas dua himpunan yaitu C1 dan C2
(Kusumadewi, 2003).
Beberapa aturan dapat dibentuk untuk mendapatkan nilai z
akhir. Misalkan ada dua aturan yang digunakan, yaitu :
[R1] IF (x is A1) and (y is B2) THEN (z is C1)

Sumber : http://www.dma.fi.upm.es

Gambar 2 Grafik fungsi trapesium

[R2] IF (x is A2) and (y is B1) THEN (z is C2)


Proses inferensi sebagaimana terlihat pada Gambar dibawah
ini :

Penelitian ini menggunakan fungsi trapesium untuk


mendeskripsikan fungsi keanggotaan dari suatu himpunan.
Fungsi keanggotaan trapesium ditandai dengan adanya empat
paramete {a, b, c, d}. Dimana nilai a merupakan nilai batas
ambang terendah dan d adalah nilai batas ambang tertinggi
dari suatu himpunan. Nilai b merupakan nilai batas
pendukung bawah terhadap nilai batas a, sedangkan nilai c
merupakan nilai batas pendukung tertinggi untuk batas nilai d,
dimana a b c d (lihat gambar 2).

3. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1. Model Inferensi Tsukamoto


Ada banyak grafik fungsi keanggotaan yang bisa digunakan
untuk menentukan fungsi keanggotaan suatu himpunan dalam
fuzzy, beberapa diantaranya antara lain, fungsi segitiga, fungsi
trapesium dan fungsi Gauss
Fungsi keangggotaan merupakan derajat yang dimiliki suatu
himpunan terhadap
semesta pembicaraannya yang
memungkinkan kita untuk merepresentasikan fuzzy set ke
dalam sebuah bentuk grafik. Sumbu x akan mewakili semesta
pembicaraan, sementara sumbu y pada grafik, menunjukkan
derajat keanggotaan yang dimiliki suatu himpunan terhadap
semestanya, dengan interval [0,1].

ISSN
81: 2406-7741

Penelitian ini menggunakan pendekatan fuzzy system dengan


Tsukamoto sebagai model implikasi dalam mesin
inferensinya. Variabel terbagi ke dalam dua buah variabel
input dan 4 buah variabel output. Kedua variabel input
tersebut adalah ketersediaan modal dan jumlah pesanan.
Sedangkan keempat variabel output berupa bahan baku yang
akan dicari jumlah pembeliannya menggunakan model fuzzy
systems ini, yakni papan, kaso, paku dan busa.
Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahapan dimana
setiap tahapan terbagi ke dalam beberapa aktifitas yang
mendukung penyelesaian penelitian. Tahap pertama, yaitu
tahap persiapan yang terdiri atas beberapa aktifitas dimulai
dengan survey permasalahan di lokasi penelitian dan
melakukan studi literatur terkait dengan kebutuhan teori dasar
dan teori pendukung. Tahap kedua, membuat rancangan
penelitian, yang terdiri atas tiga aktifitas penting, perumusan

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


permasalahan, pengumpulan data pendukung serta merancang
solusi penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy
Tsukamoto, termasuk di dalamnya membuat grafik fungsi
keanggotaan untuk masing-masing variabel.
Tahap ketiga yaitu penelitian inti, dimana terdapat beberapa
aktifitas yang dilakukan, yakni proses fuzzyfikasi atas kasus
yang dihadapi, evaluasi rule atas aturan yang sudah ditetapkan
sebelumnya, inferensi, deffuzyfikasi sampai akhirnya
menghasilkan luaran dalam bentuk jumlah pembelian bahan
baku untuk masing-masing komponen

GRAFIK FUNGSI KEANGGOTAAN


Bagian ini menjelaskan tentang grafik fungsi keanggotaan
masing-masing variabel yang akan digunakan pada model
fuzzy system. Berikut adalah grafik fungsi keanggotaan yang
dimaksud (dalam paper ini hanya diperlihatkan grafik fungsi
keanggotan untuk variavel input, yakni jumlah pesanan dan
modal).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini membahas tentang hasil yang telah dicapai dalam
penelitian. Uraian hasil dan pembahasan tersusun atas
sistematika antara lain, perancangan model fuzzy system yang
akan digunakan, perancangan grafik fungsi keanggotaan untuk
setiap variabel input maupun output, proses fuzzyfikasi,
evaluasi rule dan inferensi dan proses deffuzzyfikasi untuk
menghasilkan luaran dalam bentuk peramalan penentuan
kebutuhan bahan baku produksi kursi jenis letter L.
RANCANGAN MODEL
FUZZY SYSTEM
Untuk mempermudah proses analisis menggunakan fuzzy
system, perlu dibuat sebuah model fuzzy system yang akan
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada penelitian
ini. Berikut ini adalah model fuzzy system yang akan
digunakan dalam penelitian ini (lihat gambar 3).
Gambar 3 di bawah menunjukkan bahwa model fuzzy system
yang dirancang memiliki dua buah input yakni jumlah modal
dan jumlah pesanan. Kedua variabel input diproses di dalam
model fuzzy system melalui beberapa tahap, yaknik
fuzzyfikasi, inferensi yang memanfatkan konsep evaluasi rule
dan deffuzzyfikasi, sampai akhirnya menghasilkan empat
buah luaran berupa jumlah pembelian baik papan, kaso, paku
dan busa

{
{

0 x 38.200
SEDIKIT = 38.200x 7.500< x< 38.200
30.700
1 x 7.500
0 x 7.500

Gambar 4. Model
fuzzy system penentuan pembelian
BANYAK = x7500
7.500<
x <38.200
bahan baku
produksi

30.700
1 x 38.200

{
{

0 x 382
382x
SEDIKIT =
112< x< 382
270
1 x 112
0 x 112

Gambar 5. Model
fuzzy system penentuan pembelian
x112
BANYAK = bahan
x <382
baku 112<
produksi
Gambar 3 Model fuzzy system penentuan pembelian
bahan baku produksi

ISSN
82: 2406-7741

270

1 x 382

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


ATURAN FUZZY
Berdasarkan variabel input dan output, maka aturan fuzzy
yang digunakan sebagai berikut :
1 IF
Jumlah
Modal=SEDIKIT
AND
Jumlah
Pesanan=SEDIKIT THEN Pembelian Papan=SEDIKIT,
Pembelian
Kayu
Kaso=SEDIKIT,
Pembelian
Paku=SEDIKIT, Pembelian Busa=SEDIKIT
2 IF
Jumlah
Modal=SEDIKIT
AND
Jumlah
Pesanan=BANYAK THEN Pembelian Papan=BANYAK,
Pembelian
Kayu
Kaso=SEDIKIT,
Pembelian
Paku=SEDIKIT, Pembelian Busa=BANYAK
3 IF
Jumlah
Modal=BANYAK
AND
Jumlah
Pesanan=SEDIKIT THEN Pembelian Papan=BANYAK,
Pembelian
Kayu
Kaso=BANYAK,
Pembelian
Paku=SEDIKIT, Pembelian Busa=SEDIKIT
4 IF
Jumlah
Modal=BANYAK
AND
Jumlah
Pesanan=BANYAK THEN Pembelian Papan=BANYAK,
Pembelian
Kayu
Kaso=BANYAK,
Pembelian
Paku=BANYAK, Pembelian Busa=BANYAK
FUZZYFIKASI
Tahap ini merupakan tahap awal dalam rangka melakukan
penelusuran penentuan pembelian bahan baku pembuatan
kursi letter L. Pada suatu waktu, perusahaan meubeul
memiliki modal sebesar Rp. 100.500.000,- sementara jumlah
pesananan saat itu sebanyak 250 kursi letter L. Untuk
mengetahui jumlah bahan baku yang harus disediakan, nilai
dari kedua variabel input ini dimasukan ke dalam model fuzzy
system, kemudian dilakukan fuzzyfikasi, evaluasi rule
bersamaan dengan tahap inferensi sampai diperoleh luaran
dalam bentuk jumlah pembelian bahan baku. Berikut adalah
proses fuzzyfikasi yang diperoleh berdasarkan Jumlah Modal
sebesar Rp. 100.500.000,- ekuivalen dengan 10.050; dan
Jumlah Pesanan : 250 set kursi letter L. Untuk variabel
Jumlah Modal diperoleh nilai keanggotaan sebagai berikut :

SEDIKIT =

38.20010.050 28.150
=
=0.92
30.700
30.700

BANYAK =

10.0507500 2550
=
=0.08
30.700
30.700

Sedangkan untuk variabel Jumlah Pesanan diperoleh nilai


keanggotaan sebagai berikut :

SEDIKIT =

ISSN
83: 2406-7741

382250 132
=
=0.49
270
270

BANYAK =

250112 138
=
=0.51
270
270

EVALUASI RULE DAN INFERENSI


Setelah proses fuzzyfikasi dilakukan, selanjutnya adalah
evaluasi rule dan inferensi untuk menentukan nilai
keanggotaan bagi masing-masing output menggunakan
implikasi Tsukamoto. Tahap ini diperoleh sebagai berikut:
Untuk masing-masing aturan :
1 IF Jumlah Modal=SEDIKIT (0.92) AND Jumlah
Pesanan=SEDIKIT (0.49) THEN
Pembelian Papan=SEDIKIT
Papan_Sedikit =
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.92;0.49)
= 0.49
Sehingga diperoleh nilai 11 sebesar 0.49, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Papan_Sedikit, sehingga
diperoleh :

Papan

Sedikit

0.49=

1.600z 11
1.100

1.600 z 11
1.100

z11=1.600-539=1061
Pembelian Kayu Kaso=SEDIKIT,
Kaso_Sedikit =
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.92;0.49)
= 0.49
Sehingga diperoleh nilai 12 sebesar 0.49, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Kaso_Sedikit, sehingga diperoleh
:

Kaso

Sedikit

0.49=

800z 12
550

800z 12
550

z12=800-269.5=530.5
Pembelian Paku=SEDIKIT
Paku_Sedikit
=
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.92;0.49)
= 0.49
Sehingga diperoleh nilai 13 sebesar 0.49, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


grafik fungsi papan, dimana Paku_Sedikit, sehingga diperoleh
:

Paku

Sedikit

0.49=

grafik fungsi papan, dimana Kaso_Sedikit, sehingga diperoleh


:

16z 13
11

Kaso

16z 13
11

0.51=

z13=16-5.39=10.61

Sedikit

800z 22
550

800z 22
550

z22=800-280.5=519.5
Pembelian Paku=SEDIKIT,
Paku_Sedikit
=
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.92;0.51)
= 0.51
Sehingga diperoleh nilai 23 sebesar 0.51, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Paku_Sedikit, sehingga diperoleh
:

Pembelian Busa=SEDIKIT
Busa_Sedikit
=
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.92;0.49)
= 0.49
Sehingga diperoleh nilai 14 sebesar 0.49, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Paku_Sedikit, sehingga diperoleh
:

Busa

Sedikit

Paku

770z 14
=
545

Sedikit

0.51=

770z 14
0.49=
545

16z 23
11

16z 23
11

z23=16-5.61=10.39

z14=770-267.05=502.95

Pembelian Busa=BANYAK
Busa_Banyak =
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.92;0.51)
= 0.51
Sehingga diperoleh nilai 24 sebesar 0.51, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Busa_Banyak, sehingga
diperoleh :

IF Jumlah Modal=SEDIKIT (0.92) AND Jumlah


Pesanan=BANYAK (0.51) THEN
Pembelian Papan=BANYAK,
Papan_Banyak =
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.92;0.51)
= 0.51
Sehingga diperoleh nilai 21 sebesar 0.51, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Papan_Banyak, sehingga
diperoleh :

Papan

Banyak

0.51=

Busa

Banyak

z 21500
1100

0.49=

z 21500
1100

Pembelian Kayu Kaso=SEDIKIT,


Kaso_Sedikit =
Min(Modal_Sedikit[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.92;0.51)
= 0.51
Sehingga diperoleh nilai 22 sebesar 0.51, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk

ISSN
84: 2406-7741

z 24225
545

z 24225
545

z24=225+267.05=492.5

3
z21=561+500=1.061

IF Jumlah Modal=BANYAK (0.08) AND Jumlah


Pesanan=SEDIKIT (0.49) THEN
Pembelian Papan=BANYAK,
Papan_Banyak =
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.08;0.49)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 31 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Papan_Banyak, sehingga
diperoleh :

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Papan

Banyak

0.08=

z 31500
1100

z 31500
1100

z31=500+88=588
Pembelian Kayu Kaso=BANYAK,
Kaso_Banyak =
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.08;0.49)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 32 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Kaso_Banyak, sehingga
diperoleh :

Kaso

Banyak

0.08=

z 32250
550

z 32250
550

z32=250+44=299
Pembelian Paku=SEDIKIT,
Paku_Sedikit
=
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.08;0.49)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 33 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Paku_Sedikit, sehingga diperoleh
:

Paku

Sedikit

0.08=

16z 33
11

16z 33
11

z33=16-0.88=15.12
Pembelian Busa=SEDIKIT
Busa_Sedikit
=
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Sedikit[250])
= Min(0.08;0.49)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 34 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Paku_Sedikit, sehingga diperoleh
:

Busa

Sedikit

770z 34
545

ISSN
85: 2406-7741

0.08=

770z 14
545

z34=770-267.05=726.4
IF Jumlah Modal=BANYAK (0.08) AND Jumlah
Pesanan=BANYAK (0.51) THEN
Pembelian Papan=BANYAK,
Papan_Banyak =
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.08;0.51)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 41 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Papan_Banyak, sehingga
diperoleh :

Papan

Banyak

0.08=

z 41500
1100

z 41500
1100

z41=500+88=588
Pembelian Kayu Kaso=BANYAK,
Kaso_Banyak =
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.08;0.51)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 42 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Kaso_Banyak, sehingga
diperoleh :

Kaso

Banyak

0.08=

z 42250
550

z 42250
550

z42=250+44=299
Pembelian Paku=BANYAK,
Paku_Banyak =
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.08;0.51)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 43 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Kaso_Banyak, sehingga
diperoleh :

Kaso

Banyak

0.08=

z 435
11

z 435
11

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


z43=5+0.88=5.88

3
Pembelian Busa=BANYAK
Busa_Banyak =
Min(Modal_Banyak[10.050];
Pesanan_Banyak[250])
= Min(0.08;0.51)
= 0.08
Sehingga diperoleh nilai 44 sebesar 0.08, setelah itu
masukan ke dalam fungsi keanggotaan output untuk
grafik fungsi papan, dimana Busa_Banyak, sehingga
diperoleh :

Busa

Banyak

0.08=

Z 3=(( 13z13 )+( 23z 23)+( 33z 33)+( 43z 43))/( 13+

Z 3=((0.4910.61)+( 0.5110.39)+(0.0815.12)+(0.08
Z 3=((5.198)+(5.298)+(1.209)+(0.470))/1.16

z 44225
545

Z 3=

z 44225
545

z44=225+43.6=268.6

12.175
1.16

Z3= 10.49

Jumlah Bahan Busa

Z 4 =(( 14z 14 )+( 24z 24 )+( 34z34 )+( 44z 44 ))/( 14 +

TAHAP DEFFUZYFIKASI
Tahap ini mengubah fuzzy output dari mesin inferensi menjadi
bilangan real yang unik (crisp output) menggunakan fungsi
keanggotaan. Dari hasil inferensi dapat diperoleh nilai output
untuk masing-masing bahan baku yakni :

Jumlah Bahan Baku Paku

Z 4 =((0.49502.95)+(0.51492.5)+(0.08726.4)+(0.0
Z 4 =((2,614.33)+(251.17)+(58.11)+(21.48))/1.16

Jumlah Bahan Papan

Z 1=(( 11z 11 )+( 21z 21)+( 31z 31)+( 41z 41))/( 11 + 21+ 31 + 41)
Z 4 =2,945.09/1.16
Z4= 2,538.87
Z 1=(( 0.491.061)+(0.511.061)+(0.08588)+(0.08588))/(0.49+
0.51+ 0.08+0.08)

5. KESIMPULAN
Z 1=(( 519.89)+(541.11)+(47.04 )+(47.04))/1.16 Penelitian ini telah berhasil melakukan analisis untuk

pendukung keputusan dalam penentuan pembelian bahan baku


pembuatan kursi jenis letter L, sehingga dengan modal dan
jumlah pesanan yang ada, diperoleh hasil bahwa, dibutuhkan
1155.08
Z 1=
sebanyak 995.76 lembar bahan baku papan, 493.73 bahan
1.16
kayu kaso, 10.49 Kilogram paku dan 2.538,87 lembar bahan
baku busa, untuk membuat kursi jenis letter L sesuai pesanan,
Z1= 995.76
yakni sebanyak 250 set kursi dengan ketersediaan modal
sebesar Rp. 100.500.000,-. Penelitian ini dapat dijadikan salah
Jumlah Bahan Kaso
satu referensi dalam proses pengambilan keputusan untuk
Z 2=(( 12z 12)+( 22z 22)+( 32z 32)+( 42z 42))/(
32 + 42) bahan baku, khususnya untuk industri
penentuan
12+ 22 +pembelian
meubeul yang memproduksi kursi jenis letter L.

Z 2=(( 0.49530.5)+( 0.51519.5)+(0.08299)+(0.08299))


/(0.49+0.51+0.08+ 0.08)
REFERENSI
1 Ihsan Ahmad., Shoim Achmad., 2012, Penentuan
Z 2=(( 259.945)+(264.945)+(23.92)+(23.92))/1.16 Nominal Beasiswa Yang Diterima Siswa Dengan Metode
572.73
Z 2=
1.16
Z2 = 493.73

ISSN
86: 2406-7741

Logika Fuzzy Tsukamoto Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer,


Vol. 8 No. 2 Maret 2012.

Rakhman,
Zahri,
Arkham.,
Wulandari,
Nisa,
Helmanatun., Maheswara, Geralvin., Kusumadewi, Sri.,

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


2012, Fuzzy Inference System Dengan Metode
Tsukamoto Sebagai Pemberi Saran Pemilihan Konsentrasi
(Studi Kasus Jurusan Teknik Informatika UII),
Proceeding Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012.

Kusumadewi, Sri., 2003, Artificial Intelligence : Teknik


dan Aplikasinya, Penerbit GRAHA ILMU : Yogyakarta.

Kusumadewi, Sri., Purnomo, Hari., 2010, Aplikasi Logika


Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan, Edisi Kedua,
Penerbit GRAHA ILMU : Yogyakarta

ISSN
87: 2406-7741

Pujiyanta Ardi., Pujiantoro Ari., 2012, Sistem Pakar


Penentuan Jenis Penyakit Hati Dengan Metode Inferensi
Fuzzy Tsukamoto (Study Kasus Di Rs Pku
Muhammadiyah Yogyakarta), Jurnal Informatika Vol 6,
No. 1, Januari 2012

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014

PENGEMBANGAN PORTAL BERITA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI WEB


SEMANTIC PADA BANTEN TV
AGUS IRAWAN
Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informas, Universitas Serang Raya
Email : agus.irawan@unsera.ac.id
Abstrak - Web semantic merupakan pengembangan teknologi
web modern. Web semantic saat ini sudah didefiniskan
dengan berbagai macam pengertian yang mengacu kepada
kemampuan web tersebut, salah satunya adalah kemampuan
untuk memahami tentang hal-hal yang di mengerti oleh
manusia. Kebutuhan dalam menemukan informasi yang tepat
telah mengantarkan pemikiran tim barneers lee tentang web
masa depan, dimana web memiliki kemampuan untuk
memahami segala hal yang dipahami oleh manusia tantang
definisi suatu hal. Teknologi yang dimanfaatkan dalam
semantic web adalah pengembangan dari potensi dari XML
seperti RDF, XML dan OWL yang dapat dijadikan media
penyimpanan data dan dapat di berhubungan dengan bahasa
pemrograman dengan menggunakan bahasa SPARQL.
Keywords : OWL, RDF, XML, SPARQL

I. PENDAHULUAN
Peranan informasi dalam media informasi sangat
penting, informasi tidak hanya menyediakan fakta tapi juga
merupakan suatu media dalam menambah pengetahuan bagi
yang mengkonsumsinya. Sebuah berita mampu menyediakan
informasi yang beragam yang diambil dari berbagai sumber
berdasarkan waktu kejadian sehingga memiliki nilai informasi
yang tinggi. Dengan adanya portal berita di harapkan dapat
memudahkan dalam pencarian informasi berita. Untuk
mengembangkan Portal berita menggunakan teknologi
website.
Sistem pemberitaan pada banten tv masih
menggunakan media penyiaran televisi. Untuk mendapatkan
berita atau informasi masih harus mencari dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber, setelah itu berita yang
terkumpul akan diseleksi berdasarkan sumber berita, sehingga
memakan waktu yang lama dikarenakan sulitnya untuk
menentukan sumber berita terpercaya. Selain itu tentu saja
membutuhkan biaya operasional yang besar untuk
mendapatkan kejadian atau fakta yang dapat di olah menjadi
berita.
Web semantik merupakan web yang menyediakan
informasi dari sumber-sumber yang luas di internet. Hal yang
penting dari web semantik adalah bagaimana mesin dapat
mengerti dan memahami kata-kata yang berasal dari sebuah
dokumen web. Sehingga manusia dan mesin dapat mengerti
dan memahami serta mempunyai kemampuan untuk
mengakses informasi secara tepat. Hal ini akan mempermudah

ISSN
88: 2406-7741

dalam pencarian berita pada sebuah dokumen web yang


berbeda-beda .

II.

LANDASAN TEORI

a. Web semantic
Web semantik merupakan pengembangan dari WWW
dimana content yang ditampilkan tidak hanya dalam bahasa
manusia yang umum tetapi juga dalam format yang dapat
dibaca oleh mesin (nico ibrahim,2007:29). Web semantik
memiliki informasi yang dimiliki oleh mesin yang memiliki
kecerdasan buatan sehingga mampu menemukan dan
mengintegrasikan informasi dengan mudah. Tujuan dari web
semantik adalah mengatur informasi dan prosedur.
Fundamental dalam pembangunan semantic web adalah kreasi
dan semantic metadata.
Metadata Terdiri dari 2 bagian:
1) Penggambaran sebuah dokumen.
Contohnya adalah halaman web atau bagian dari
suatu paragraf .
2) Penggambaran entitas didalam suatu dokumen.
Seseorang atau suatu objek.
Pada saat membangun sebuah aplikasi semantik
sebenarnya ada dua variabel yang terbentuk secara
bersamaan . yang pertama adalah web yang terdiri dari
protocol komunikasi dan format web. Terdapat standar web
semantik yang direkomendasikan oleh W3C seperti RDF,
OWL, dan SPARQL. Variabel lainnya adalah semantik
merepresentasikan makna dari suatu web.
b. Komponen web semantic :

1. XML dan XML Schema


2.

RDF dan RDF Schema

3. OWL (ontology web language)


c. Ontologi
Ontologi adalah istilah yang dipinjam dari filosofi yang
mengacu kepada ilmu yang menggambarkan jenis-jenis
entitas didunia dan bagaimana mereka saling berhubungan.
pengertian ontologi yaitu sebuah ontologi adalah struktur
hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuad domain yang

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah knowledge
base (nuriana ayunintias, 2009:23)
Pengertian lain mengemukakan ontologi adalah uraian
formal yang menjelaskan tentang sebuah konsep dalam
satu domain tertentu, properti dari setiap konsep yang
menjelaskan bermacam-mcam fitur dan atribut sebuah
konsep. Dan batasan pada slots. Sebuah ontologi bersama
dengan seperangkat instance dari class membentuk sebuah
knowledge base.
1. Keuntungan menggunakan ontology
Terdapat beberapa alasan menggunakan Ontologi.
Yaitu :

a. Menjelaskan suatu domain secara eksplisit

2.

Memberikan struktur hirarki dari istilah untuk


menjelaskan sebuah domain dan bagaimana
mereka berhubungan.
b. Barbagai pemahaman dari informasi yang
terstruktur
Beberapa website yang menyediakan informasi
yang sama dengan struktur ontologi yang sama
maka perangkat lunak dapat mengumpulkan
informasi dari website yang berbeda tersebut
untuk menjawab permintaan user atau sebagai
data input untuk aplikasi lainnya.
c. Penggunaan ulang domain pengetahuan.
Apabila ingin membangun ontologi yang luas
dapat mengintegrasikan dengan beberapa
ontologi yang sudah ada.
Komponen ontology
Ontologi memiliki beberapa komponen untuk
menjelaskan ontologi tersebut :
A. Instance atau individual digunakan untuk
merepresentasikan elemen pada suatu
domain
B. Class Merupakan titik pusat dari ontologi.
Class menjelaskan sebuah konsep dalam
suatu domain yang terdiri dari beberapa
instance . class memiliki nama lainya
yaitu concept, object dan categories
C. Properties atau slot. Terdiri atas object
properties dan datatype property. Objek
properties akan menghubungkan antara
instance dengan instance lainnya,
sedangkan datatype property akan
menhubungkan instance dengan data type
value seperti teks string atau number

3. Protg
PROTEGE merupan tool ontology dengan platform
Open source untuk membangun domain model dan aplikasi
knowledge based. Protege mengimplementasikan struktur
pemodelan knowledge dan dapat memvisualisasikan hasil

ISSN
89: 2406-7741

ontologi dalam berbagai format (nuriana ayunintias,


2009:23). Sebuah ontologi menggambarkan konsep dan
hubungan yang penting dalam domain khusus, yang
menyediakan kosakata dalam domain tersebut. Dalam
beberapa tahun terakhir, ontologi telah diadopsi dalam
bisnis atau komunitas ilmiah seperti scientific knowledge
portal, manajemen informasi, integrasi informasi, ecommerce dan semantic web service.
pada protege terdapat 2 cara dalam pemodelan
ontologi, yaitu :
A. Protege frame Editor
User dapat membangun ontologi dalam
frame-based dengan kesepakatan open knowledge
base conectivity Protocol (OKBC). Pada model
ini, sebuah ontologi terdiri dari seperangkat class
yang terorganisir pada suatu hirarki yang
merepresentaskan sebuah domain, seperangkat
slot yang berhubungan dengan class serta instance
dari tiap class tersebut.

B. Protg OWL
Protege
OWL
editor
merupakan
kelanjutan dari protege yang mendukung OWL.
OWL merupakan pengembangan mutakhir standar
bahasa ontologi yang di rekomendasikan oleh
W3C untuk mempopulerkan semantic web vision.
Protege-OWL Editor memungkinkan User untuk :
a) Mengambil dan menyimpan OWL dan
RDF ontologi.
b) Mengubah dan memvisualisasikan
class, properties, dan semantic web
rule language (SWRL)
c) Menjabarkan karakteristik class secara
logis sebagai ekspresi OWL.
d) Mengeksekusi penalaran seperti
description logic classifier.
e) Mengubah OWL individual untuk web
semantik .
Protege-OWL berhubungan dengan jena
dan mempunyai open source java API untuk
pengembangan semantic web service.
Jena
merupakan framework berbasis java untuk
mengkonstruksi
aplikasi
semantik
web.
Framework
ini
menyediakan
lingkungan
pemrograman RDF, RDF Schema, OWL dan
SPARQL.
ProtegeOWL Application Programing
Interface (API) adalah sebuah java library open
source untuk OWL dan RDF. API menyediakan
metode untuk mengambil dan menyimpan file
OWL,
menanyakan
OWL
data
model,
menjalankan penalaran berdasarkan Description
Logic engines sebagai graphical user interface.

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


Api didesain untuk dapat digunakan dalam 2
konsep yakni :
a) Pengembangan komponen yang dieksekusi
dalam protege-OWL editor user interface.
b) Pengembangan aplikasi stand alone.

c. Pengelolaan resources
d. Retrieval, extraction dan konversi
metadata

V. Jalannya Penelitian

III. Cara Penelitian

Setelah alat dan bahan tersedia, maka


langkah
selanjutnya
adalah
membuat
perancangan system. Dalam perancangan di
buat pemodelan dengan langkah-langkah
sebagai berikut : komponen untuk merancang
ontologi, komponen interface, dan komponen
portal.

1. Alat dan bahan penelitian


Tahapan pertama adalah pengumpulan data
dengan memanfaatkan RSS dari sumber berita
yang sudah di verifikasi. Beberapa portal berita
yang dijadikan rujukan adalah detik, antara dan
viva. Setiap portal berita tersebut menyediakan
layanan RSS dalam format XML yang dapat
diserap
secara
otomatis
dan
berkala
memanfaatkan
fitur
server
cron
dan
memanfaatkan web server yang dibuat
menggunakan bahasa pemrograman PHP.
Menggunkan komputer dengan prosesor amd
turion 1,6 ghz, ram 1,5 GB dengan platform linux
mint. Untuk perangkat lunak menggunakan
apache sebagai web server, bahasa pemrograman
PHP, portege untuk membangun ontologi, mysql
sebagai database dan geany sebagai text editor.
IV. Analisa

Input keyword

Browser
query
Upload resources

hasil

Hasil query

User

Resources, RDF ontologi


Web server

Domain Expert

database

1. Kebutuhan data
Retrival dan extraction

a. Resources, merupakan metadata


berita yang berhasil di kumpulkan
oleh domain expert (admin) dan
aggregator (web servis) kemudian
di simpan ke dalam database.

b. Admin,

sebagai
pengelola
resources juga disebut domain
expert

c. Kriteria, merupakan kategori dari


berita

d. Aggregator, data yang diextract


oleh aggregator yang nanti
dikonversi dalam bentuk RDF
yang sesuai dengan skema.

e. Keyword, kata kunci pencarian


2. Kebutuhan proses
a. Pencarian
b. Login

ISSN
90: 2406-7741

Gambar 1

Agregator

Arsitektur rancangan system web portal Semantic

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Membuat ontology domain berita


Untuk membuat ontology berita digunakan
protg versi 4.3. protg merupakan software
yang digunakan untuk membangun RDF, RDFS
dan OWL, hasilnya merupakan file XML dengan
ekstensi RDF, OWL, XML dan N3.
Langkahlangkah membangun ontology adalah
sebagai berikut :
a. Membuat Domain, domain di perlukan untuk
identifikasi dimana setiap objek akan
diidentifikasi melalui domain tersebut melalui
IRI

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


dibuat skemanya menggunakan tool protg.
Kemudian file tersebut diload dengan
menggunkan fungsi dari framework ARC
untuk dimasukan kedalam database.
Untuk membuat proses ini dapat
bekerja secara simultan dan berkala digunakan
tool cron tab pada hosting. Cront tab
merupakan tool untuk menjadwalkan sebuah
task untuk dijalankan.
Pembahasan

b. Membuat class, class merupakan repesentasi


dari entitas, class yang dibuat antara lain,
berita, kriteria, resources dan library.

c. Membuat object properties, digunakan untuk


menghubungkan antara class satu dan lainnya
melalui properti. Object properties yang
dibuat antara lain, hasKriteria yang
menghubungkan antara class berita dan
kriteria, hasSumber menghubungkan antara
berita dengan sumber, dan isSumberOf
merupakan kebalikan dari hasSumber.

4.

Web semantic merupakan web yang


menitikberatkan pemanfaatan metadata untuk
menemukan informasi yang bersesuaian.
Untuk menemukan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan pengguna maka ditanamkan
pengetahuan pada aplikasi untuk mampu
memahami makna tentang segala hal dan
relevansinya
dengan
hal-hal
lainnya.
Kemampuan sebuah aplikasi untuk memahami
makna thing sesuai dengan pemahaman
manusia, merupakan sebuah langkah untuk
menciptakan system atau aplikasi yang
memiliki kecerdasan semantic dan merupakan
aplikasi yang memiliki perbedaan dengan
lainnya. Perbedaan yang jelas antara web
semantic dengan web biasa adalah :
a. Web semantic menitikberatkan
pada metadata bukan pada data.

d. Data

properties,
digunakan
untuk
membangun relasi antara Object dengan data
literal (Plain data). Data properties diinisiasi
dengan kata yang bersifat predikat. Data
properties yang dibuat antara lain, hasDate,
hasSinopsis, hasTitle, hasUrl, namaSumber,
homePageSumber, hasName, hasSinonim.

e. Individual, individual merupakan instance


dari sebuah class. Dalam sebuah class terdiri
dari banyak property yang merupakan
representasi dari class itu sendiri.

2. Bagan ontologi
Bagan relasi antar class dalam domain berita :

Kriteria

b. Web semantic melakukan query


akan tetapi bukan query relational
database akan tetapi query untuk
relational metadata dalam file
XML.

Sumber

Thing

Library

c. kata kunci pada web semantic tidak


hanya mencocokan kata tapi juga
makna dari kata tersebut.

Berita
Gambar 2
Bagan ontologi domain berita

VII.

3. Retrieval dan extraction data


Untuk mengumpulkan resources berita,
teknik yang digunakan adalah dengan
mengambil informasi yang disediakan oleh
website media pemberitaan dalam bentuk RSS
( really simple syndication). RSS yang diambil
merupakan data terbaru dari sebuah website
media pemberitaan. File XML RSS diambil
dengan menggunakan bahasa pemrograman
PHP kemudian diextract dengan menggunakan
tool XML Parse, hasil dari parse data tersebut
kemudian ditulis dengan bahasa pemrogaman
PHP dalam format RDF/OWL yang sudah

ISSN
91: 2406-7741

PENUTUP

1. Kesimpulan

2.

Pengembangan web semantic pada banten


TV ini menggunakan framework ARC
dengan
bahasa
pemrograman
PHP,
sedangkan untuk membangun ontologi
digunakan
tool
protg
sehingga
menghasilkan file xml dalam format OWL
yang kemudian akan di query menggunkan
SQPARQL.
Saran

Jurnal PROTEKINFO Vol. 1 September 2014


a. Perlunya

memperkaya sumber
berita, agar informasi yang
disajikan
akan
memperkaya
pengetahuan bagi masyarakat yang
menggunkannnya.

b. Web semantic merupakan teknologi


baru, maka diharapkan para peneliti
local dapat mengembangkan dan
lebih melakukan eksplorasi agar
dapat memberikan konstribusi
terhadap
arah
perkembangan
teknologi web dimasa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ibrahim niko, (2007) pegembangan aplikasi semantic


2.

3.
4.

web untuk membangun web yang lebih


cerdas, Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Nugroho Atmoko, (2009) Implementasi semantic web
studi kasus penelusuran informasi sarana-sarana
kesehatan di kabupaten bantul Yogyakarta, Universitas
Semarang, semarang
ARC homepage, diakses 15 september 2013, dari
github, https://github/Arc2/Wiki/
Protg homepage, diakses 20 agustus 2013, dari
Stanford university, http://protege.stanford.edu

ISSN
92: 2406-7741

5. cerdas, Universitas Kristen Maranatha, Bandung


6. Wicaksono Aji Setyo, Novrido, dan jayadianti herlina,

7.

(2010) penerapan teknologi semantik web untuk


menentukan jalur bis Trans Jogja, UPN veteran
Yogyakarta, Yogyakarta.
Ayuningtyas Nuriana, (2009) Implementasi Ontologi
web dan aplikasi semantic untuk system sitasi jurnal
elektronik Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai