Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
uji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Kerbau Sungai. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada matakuliah Produksi Sapi Potong
dan Kerbau di program studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan pada Universitas
Padjadjaran. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Muhamad Fatah Wiyatna, S.Pt., M.Si selaku dosen pembimbing
matakuliah Produksi Sapi Potong dan Kerbau, dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih sangat banyak terdapat kekurangankekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jatinangor, Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
PEMBAHASAN 5
2.4.1
Kerbau Murrah..8
2.4.2
Kerbau Nili-Ravi...9
15
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya pemenuhan protein hewani, potensi ternak yang ada di
Indonesia diperkirakan belum dapat sepenuhnya memenuhi seluruh kebutuhan di
dalam negeri sehingga perlu adanya upaya pembibitan dalam mengembangkan sektor
peternakan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan daging tersebut, tidak harus disuplay
dari ternak sapi akan tetapi kerbau juga memiliki potensi yang baik untuk
masyarakat.
Kerbau termasuk ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi tinggi
dalam mendukung program swasembada daging di Indonesia. Beberapa potensi yang
dimiliki ternak kerbau antara lain mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah,
dapat bertahan dalam lingkungan yang cukup keras dan dapat dikembangkan
dengan pola ekstensif maupun terintegrasi dengan komoditas lain.
Kerbau memiliki beberapa peranan utama secara nasional yaitu selain sebagai
penghasil daging yang mendukung program pemerintah dalam hal swasembada
daging, juga sebagai ternak kerja, penghasil susu dan pupuk. Potensi kerbau sebagai
ternak potong ternyata cukup tinggi, meskipun kerbau sebagai ternak potong tidak
sepopuler sapi karena dagingnya berwarna lebih tua dan keras dibanding daging sapi,
seratnya lebih kasar dan lemaknya berwarna kuning. Ternak kerbau yang
digemukkan, umumnya memiliki kemampuan pertambahan bobot badan rata-rata per
hari lebih tinggi dibanding ternak sapi.
Kerbau secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kerbau rawa (swamp
buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Kedua klasifikasi kerbau tersebut memiliki
perbedaan perbedaan. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan lebih tentang jenis
jenis ternak kerbau khususnya kerbau sungai dalam rangka mempelajari Produksi
Sapi dan Kerbau.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ternak Kerbau
Kerbau adalah hewan yang termasuk lembu disamping ternak sapi (lembu
sejati). Kerbau dibedakan dengan sapi karena kerbau dianggap sebagai bentuk yang
paling primitive ditinjau dari tengkoraknya. Kerbau mempunyai sungut (moncong)
yang lebar, kuping besar, tanduk subur pertumbuhannya relative lambat, rambut
jarang. Kaki dengan sepatu yang melebar disesuaikan untuk kehidupan di rawa-rawa/
tanah becek (Baikuni, 2002).
Kerbau (Bubalus bubalis) adalah hewan memamah biak yang menjadi ternak
bagi banyak bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah hasil domestikasi dari
kerbau liar yang masih dapat ditemukan di daerah daerah seperti Pakistan, India,
Nepal, Vietnam, Cina, Filiphina, Taiwan, Indonesia dan Thailand. Asia adalah tempat
asal kerbau. 95% dari populasi kerbau di dunia terdapat di Asia. Banyak negaranegara Asia yang tergantung pada spesies ini, baik untuk daging, susu atau tenaga
kerjanya (Hardjosubroto W, 2004)
Dari fosil-fosil yang diketemukan di Asia dianggap sebagai asal dari semua
kerbau. Namun sejak jaman Tertier hewan ini telah tersebar di Afrika. Kerbau-kerbau
di Afrika sekarang pada galibnya terdapat sebagai Kerbau Caffer (Syncerus caffer),
yang hidup disabana Afrika Tengah dan Afrika Selatan. Hewan ini besar dan berat
badan mencapai 1000 Kg dan tinggi gumba 1,8 m, warna hitam, dengan dasar tanduk
besar bertemu kiri dan kanan. Disamping itu juga ditemui ada kerbau kecil (Syncerus
nanus) tinggi 1,4 m dengan warna kuning sampai merah sawo matang.
Kerbau Asia (Bubalus bubalis) sekarang masih hidup secara liar di India
(dengan nama Arni) Arni liar hidup menyebar luas sampai Asia Kecil, Eropa Selatan
dan Afrika Utara. Warna kehitaman, tanduk tidak bertemu, berat badan mencapai
1200 Kg, tinggi gumba 1,7 m. Bubalus bubalis ini hidup di Philipina dengan
perubahan bentuk dengan nama Kerbau Mindoro (Bubalus mindoroensis). Di
Indonesia orang berpendapat bahwa telah tidak ada kerbau liar, sedangkan kerbaukerbau yang dianggap liar tersebut sebenarnya berasal dari kerbau yang telah jinak,
seperti Kerbau Jalang di Banten Selatan dan Bengkulu.
Di Pulau Jawa ternak kerbau banyak terdapat di Pantai Utara dan semakin ke
Timur semakin berkurang. Yang banyak adalah di Banten, Sukabumi, Bogor, Cianjur,
Karawang, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus,
Bojonegoro, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi. Tujuan pemeliharaan
umumnya adalah tujuan daging dan ternak kerja. Di luar Pulau Jawa terdapat di
Sulawesi Tenggara dan Selatan serta Nusa Tenggara, Flores, Sumba dan Sumbawa.
Kerbau di Sulawesi ada yang dalam bentuk kerdil tinggi 1 m disebut dengan Anoa
(Bubalus depresicornis). Kerbau di Indonesia umumnya berat badannya mencapai
500 600 Kg dengan tinggi 120 130 cm.
Secara systematic zoology dapat disusun sebagai berikiut :
Kingdom
: Animal
Phylum
: Chordata
Class
: Mamalia
Ordo
: Ungulata
Family
: Bovidae
Genus
: Bubalus
Species
: Bubalis
kerbau Murrah. Namun ada kecenderungan bahwa populasi dan mutu genetik kerbau
nasional menurun dari tahun ke tahun, karena sistem perkawinannya tidak menentu.
Kerbau Murrah
b.
c.
Warna kulitnya hitam dengan warna putih pada dahi dan kaki
d.
Punggungnya lebar
e.
f.
2.4.2
Kerbau Nili-Ravi
b.
c.
d.
Tanduk kecil
e.
Ekornya panjang
f.
Warna kulitnya hitam dan dan ada kalanya coklat serta bulu disekitar mata
kepala dan bagian ujung mulut memiliki warna putih
g.
2.4.3
Kerbau Surati
10
b.
c.
d.
Ekornya panjang
e.
f.
2.4.4
Kerbau Mehsana
b.
c.
d.
2.4.5
Kerbau Nagpuri
b.
c.
Kaki kuat
12
d.
Leher panjang
e.
2.4.6
Kerbau Zaffarabadi
b.
c.
Warna kulitnya hitam kadang-kadang warna tampak pada kepala dan kaki
d.
2.5.
Selain
itu
kerbau
sungai
juga
dapat
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Kerbau (Bubalus bubalis) adalah hewan memamah biak yang menjadi ternak
bagi banyak bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah hasil
domestikasi dari kerbau liar yang masih dapat ditemukan di daerah daerah
seperti Pakistan, India, Nepal, Vietnam, Cina, Filiphina, Taiwan, Indonesia
dan Thailand. Asia adalah tempat asal kerbau. 95% dari populasi kerbau di
dunia terdapat di Asia. Banyak negara-negara Asia yang tergantung pada
spesies ini, baik untuk daging, susu atau tenaga kerjanya (Hardjosubroto W,
2004)
2. Pengelompokkan kerbau sebagai suatu spesies Bubalus bubalis dengan tiga
subspesies, yaitu :
1. Kerbau sungai (B. bubalis bubalis) berasal dari Asia Selatan
2. Kerbau rawa (B.bubalis carabanesis) berasal dari Asia Tenggara
3. Kerbau Liar (B. bubalis arnee)
3. Kerbau Sungai (river buffalo) didapatkan terutama di India. Kerbau sungai
disebut juga kerbau tipe perah, karena berproduksi susu tinggi bila
dibandingkan dengan tipe rawa.
4. Kerbau Sungai (river buffalo) didapatkan terutama di India. Terdapat 18
bangsa kerbau sungai di India, namun yang utama adalah Murrah, Nili-Ravi,
Surti, Mehsana, Nagpuri, dan Jafarabadi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Baikuni. 2002. Karakteristik reproduksi dan potensi pengembangan ternak kerbau di
Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Cockrill, W. 1974. Species, Types, and Breeds, dalam: W. R Cockrill. 1974. The
Husbandry and Health of The Domestic Buffalo. Food and Agriculture
Organization of The United Nation, Rome.
Fahimuddin, M. 1975. Domestic Water Buffalo. Oxford and IBH Publishing Co, New
Delhi.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. Gramedia. Jakarta.
https://jauzanoey.wordpress.com/2011/01/15/potensi-genetika-kerbau-di-indonesia/
Diakses pada tanggal 27 Februari 2016 , pukul 17.08 WIB
http://van-thonny.blogspot.co.id/2015/04/makalah-kerbau-perah.html Diakses pada
tanggal 27 Februari 2016 , pukul 17.09 WIB
http://dodymisa.blogspot.co.id/2015/06/manajemen-pemeliharaan-ternak-kerbau.html
Diakses pada tanggal 27 Februari 2016 , pukul 17.16 WIB
http://www.jitunews.com/read/6235/inilah-jenis-dan-karakteristik-kerbau
Diakses
Diakses
pada
16
https://sekilasweb.wordpress.com/2015/03/13/jenis-jenis-kerbau/
Diakses
pada
17