Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENGERTIAN BANDARA
Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah
airport merupakan sebuah fasilitas di mana pesawat terbang seperti
pesawat udara dan helikopter dapat lepas landas dan mendarat. Suatu
bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landasan
pacu atau helipad ( untuk pendaratan helikopter), sedangkan untuk
bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik
untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya seperti
bangunan terminal dan hanggar.(www.manajemenbandara.blogspot.com)
Menurut
Annex
14
dari
ICAO
(International
Civil
Aviation
B.
Perkembangan Bandara
Pada masa awal penerbangan, bandara hanyalah sebuah tanah
lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja
tergantung arah angin. Di masa Perang Dunia I, bandara mulai dibangun
permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas
pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandara mulai
ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang. Sekarang,
bandara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam
perkembangannya,
berbagai
fasilitas
ditambahkan
seperti
toko-toko,
C.
udara, dan pergerakan di darat pesawat udara. Disamping itu Bandar udara
merupakan
simpul
dari
system
transportasi
udara.
Perencanaan,
Bandar
udara
sesuai
ketentuan
keselamatan
udara
di
Bandar
udara.
Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
Keputusan
Dirjen
Perhubungan
Udara
No.
SKEP/100/XI/1985
7.
8.
9.
Keputusan
Dirjen
Perhubungan
Udara
No.
SKEP/130/VI/1997
Keputusan
Dirjen
Perhubungan
Udara
No.
SKEP/112/VI/1999
Keputusan
Dirjen
Perhubungan
Udara
No.
SKEP/140/VI/1999
14.
Keputusan
Dirjen
Perhubungan
Udara
No.
SKEP/262/X/1999
Sertifikat
Kecakapan
Pelayanan
Pendaratan
Helikopter
(Helicopter
penyelenggara
bandara
wajib
mempekerjakan
personil
bandar
udara
dibuktikan
dengan
Sertifikat
Tanda
Kecakapan Personil (STKP/SKP) yang masih berlaku. STKP/ SKP ini harus
dibawa setiap menjalankan kegiatannya dan dapat ditunjukkan setiap kali
dilakukan inspeksi.
1.
2.
3.
4.
5.
bandara/
aerodrome
untuk
memastikan
bahwa
bandara/
2.
3.
Fasilitas
pergerakan
pesawat
udara,
antara
lain
landas
pacu
3.
peruntukannya
dan
wajib
memenui
persyaratan
teknis
dan
Badan
Hukum
Indonesia
Sebagai
Pelaksana
Pengujian
Pengoperasian
Bandara/
Aerodrome
(Aerodrome
Manual).
pengoperasian
bandar
udara
yang
harus
dimuat
dalam
Aerodrome reporting;
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pengawasan halangan;
14.
15.
16.
17.
terdapat di bandara.
G.
Maguwo,
sesuai
dengan
nama
desa
tempatnya
berada
Belanda.
Bulan
November
1945
lapangan
terbang
beserta
dijadikan
Pangkalan
Angkatan
Udara
untuk
mempertahankan
Indonesia,
Pelabuhan
Udara
AdiSutjipto
Jogjakarta
menjadi
pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan
perluasan Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun
1977
Pemerintah
Nomor
Tahun
1993.
(http://adisutjipto-
airport.co.id/sejarah#sthash.fLEmrYVD.dpuf)
b)
Relokasi
TNI
AU,
Marsekal
Madya
TNI
Bagus
Puruhito.
tidak
menyebut
orang
yang
mengusulkan
hal
itu. Ia
Kawasan Timur TNI AL menjadi "identitas" dan "rumah" TNI AL walau dia
berdiri di Tegal, Jawa Tengah, pada 1945. (www.viva.com)
Gambar 1.1 Peta Relokasi Bandara Adi Sucipto
H.
untuk sementara. Hal itu menyusul putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Yogyakarta, yang membatalkan Surat Keputusan Gubernur DI Yogyakarta
tentang penetapan lokasi pembangunan bandara di Kulon Progo.
kasasi dengan nomor register 456 K/TUN/2015 itu keluar pada Rabu
(23/9/15) pekan lalu. Isinya, MA mengabulkan permohonan kasasi
Gubernur DIY atas putusan PTUN Jogja.
Bandara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta sudah cukup lama
berada dalam kondisi jenuh, baik di sisi darat maupun di sisi udaranya.
Dengan posisinya sebagai bandara terpadat ketiga di Pulau Jawa serta
kapasitas terminal yang sudah tak mungkin lagi dikembangkan, bandara
ini sudah memenuhi semua syarat untuk segera pindah.Data pergerakan
lalu lintas udara menyebutkan bahwa kapasitas bandara yang didesain
hanya untuk 1,2 juta penumpang per tahun harus menampung 2 kali
jumlah tersebut atau sekitar 2,4 juta penumpang di tahun 2003. Sejak itu,
pergerakan penumpang Bandara Adi Sutjipto terus tumbuh rata-rata 11%,
tapi kapasitas yang ada tidak berubah.
Jalan panjang rencana pembangunan bandara baru Yogyakarta telah
melewati berbagai studi kelayakan hingga penentuan lokasi, proses
sosialisasi kepada warga, masa penyampaian keberatan atas rencana
pembangunan, hingga penerbitan Izin Penetapan Lokasi (IPL) dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Gubernur No 68/KEP/2015 tentang
IPL Bandara di Temon, Kulonprogo pada 31 Maret 2015. Namun proses
tersebut sempat terhenti sejak Juni 2015 menyusul putusan majelis hakim
Pengadilan
Tata
Usaha
Negara
(PTUN)
Jogja
yang
mencabut
IPL
(UU)
untuk
No.2/2012
Kepentingan
tentang
Pengadaan
Umum."Perkara
yang
Tanah
bagi
menyangkut
belum
kami
mendapatkan
masih
http://www.angkasapura1.co.id )
Perubahan Sosial
salinan
menunggu,"
putusan
ujarnya.
tersebut.
"Jadi
(sumber
masyarakat
yang
pada
perkembangannya
kelompok-kelompok
sosial
masyarakat
untuk
menghadapi
rencana
pembangunan
bandara. Adanya pro dan kontra merupakan hal yang mutlak dapat terjadi
karena masyarakat memiliki rasionalitas yang berbeda terhadap kebijakan
pemerintah. Masyarakat yang kontra terhadap pembangunan bandara
beranggapan adanya pembangunan tersebut dapat menghilangkan mata
pencaharian masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan
buruh tani. Masyarakat merasa belum siap jika harus kehilangan lahan
dan tidak memiliki keahlian lain selain bertani karena profesi sebagi petani
sudah
berlaku
turun-temurun.
Masyarakat
yang
pro
terhadap
kontra
semakin
meruncing
pada
konflik
masyarakat.
Adanya
d) Dapat dilaksanakan
e) Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f) Kejelasan rumusan
g) Keterbukaan
Selain itu dalam materi muatan perda haruslah mengandung
asas-asas sebagai berikut, antara lain:
b) Asas pengayoman
c) Asas kemanusiaan
d) Asas kebangsaan
e) Asas kekeluargaan
f) Asas kenusantaraan
g) Asas bhineka tunggal ika
h) Asas keadilan
i) Asas kesamaan dan kepastian hukum
j) Asas keseimbangan,keserasian dan keselarasan
k) Asas lain sesuai substansi perda yang bersangkutan