Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi masa kini terus menuju perubahan yang sangat
signifikan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Dalam dunia kedokteran timur maupun barat, pada umumnya
diyakini bahwa setiap penyakit ada obatnya. Ada penyakit
yang dapat diobati dengan hanya pemberian obat yang
sederhana, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan
yang

relatif

rumit,

seperti

transplantasi

organ,

hal

ini

merupakan suatu prosedur tindakan kesehatan yang sangat


membutuhkan ketelitian dan kecermatan mendalam.
Masalah pengambilan dan pencangkokkan organ tubuh
manusia khususnya pengambilan dan pencangkokkan mata
sekarang bukanlah masalah yang asing lagi, karena berkat
kemajuan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat sehingga secara langsung pula akan
berpengaruh

pada

masyarakat

perkembanganjaman.

Untuk

yang

kompleks

menuntaskan

dengan

usaha

dalam

membantu memulihkan penglihatan tunanetra salah satunya


upayanya yakni menghimpun calon donor mata sebanyakbanyaknya, tetapi hasil yang didapat masih jauh dengan apa
yang kita harapkan. Permasalahannya masih sedikit dari
masyarakat yang Belum tahu dan takut untuk menjadi donor
mata dan resipien. Hal ini disebabkan karena masyarakat
indonesia masih belum tahu bahwa menjadi donor mata tidak
bertentangan

dengan

ajaran

agama,

masyarakat

takut

menjadi donor maupun resipien mata, karena mengira akan


mengalami

dampak

negatifnya,

misalnya

arwah

donor

bergentayangan mencari dan mengganggu resipien untuk


mengambil kembali matanya, keluarga atau ahli waris takut
membayangkan operasi pengangkatan kornea pada jenazah

calon donor mata, masyarakat belum tahu kornea mata yang


diberikan kepada resipien secara cuma-Cuma, masyarakat
takut ada efek camping dari operasi pencangkokkan kornea,
masyarakat belum tahu bagaimana dan kemana melaporkan
kenginan

menjadi

pengambilan

pendonor

kornea

mata.

untuk

Pelaksanaan

kepentingan

operasi

Transplantasi

dilakukan oleh tenaga ahli yaitu para dokter ahli mata dari
pihak Bank Mata
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa
ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954,
perkembangan di bidang transplantasi maju dengan sangat
pesat. Secara faktual, hal ini sangat membantu pihak-pihak
yang menderita sakit untuk bisa sembuh kembali dengan
penggantian organ yang sakit dengan organ yang sehat.
Namun dalam pelaksanaanya banyak kendala-kendala yang
dihadapi. Transplantasi organ akan memiliki nilai sosial dan
kemanusiaan tinggi bila dilakukan atas dasar kemanusiaan
bukan kepentingan komersial semata. Namun dengan adanya
ketimpangan yang cukup besar antara ketersediaan dengan
kebutuhan

organ,

masalah

organ

menjadi

salah

satu

perdebatan yang sensitive dalam dunia medis maupun


agama.

Dibalik

kesuksesan

dalam

perkembangan

transplantasi organ itu sendiri muncul berbagai masalah baru.


Semakin

meningkatnya

pasien

yang

membutuhkan

tranplantasi, penolakan organ, komplikasi pasca transplantasi,


dan resiko yang mungkin timbul akibat transplantasi telah
memunculkan berbagai pertanyaan tentang etika, legalitas
dan kebijakan yang menyangkut penggunaan teknologi itu.
Transplantasi

organ

terus

mengalami

peningkatan

melebihi ketersediaan organ donor yang ada. Sebagai contoh


di China, pada tahun 1999 tercatat hanya 24 transplantasi
hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78. Sedangkan

tahun 2003 angkanya bertambah hingga 356. Jumlah tersebut


semakin

meningkat

pada

tahun

2004

yaitu

507

kali

transplantasi, Tidak hanya hati namun jumlah transplantasi


keseluruhan organ di China memang meningkatsangatdrastis.
Transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah
memindahkan suatu organ atau jaringan antar manusia,
bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan
pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh
atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau
dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama.
Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak
atau yang tidak berfungsi pada penerima dengan organ lain
yang masih berfungsi.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana deskripsi masalah tentang bank mata dan
organ tubuh
2. Bagaimana pendapat Ulama tentang bank mata dan organ
tubuh
3. Analisis pendapat ulama dan pendapat yang kita pilih
tentang bank mata dan organ tubuh
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui masalah tentang bank mata dan organ
tubuh
2. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang bank mata
3. Untuk mengetahui analisis pendapat ulama tentang bank
mata

BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Masalah
Menurut UU kesehatan no 23 tahun 1992 pada pasal 1 dan
pasal 5 menyebutkan, transplantasi ialah rangkaian tindakan
medis untuk memindahkan organ atau tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau dari tubuh sendiri

dalam

rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan


yang

tidak

transplantasi

berfungsi
dengan

dengan

baik.

Ishom

pencangkokan

mengartikan

yang

berarti

pemindahan jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat lain.


Yang dalam hal ini bisa terjadi dalam satu individu
individu. Yang
(bagian

dimaksud

terkecil

jaringan

dari individu

ialah

yang

atau dua

kumpulan

sel-sel

mempunyai

fungsi

tertentu) yang sama dan mempunyai fungsi tertentu. Yang


dimaksud organ ialah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi
berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai
fungsi tertentu, misalnya: jantung, ginjal, hati dan lainnya.
Jadi dari berbagai definisi di atas, dipahami bahwa yang
dimaksud dengan transplantasi ialah rangkaian tindakan medis
untuk memindahkan jaringan dan atau organ tubuh yang
mempunyai daya hidup yang sehat dari satu tempat ke tempat
lain yang berasal dari tubuh sendiri atau orang lain atau mayat
untuk menggantikan jaringan dan atau organ tubuh yang tidak
sehat dan tidak berfungsi

dengan baik dalam rangka

pengobatan, estetika atau lainnya.


Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin
meluasnya riset yang dilakukan

para

pakar

transplantasi,

semakin banyak ditemukan bagian tubuh manusia yang dapat


dikategorikan sebagai transplant.
Adapun bagian tubuh yang termasuk dalam jenis transplant
adalah:

1. Jaringan,

yaitu

sekelompok

sel

yang

serupa

dan

mempunyai fungsi yang sama yang terorganisasi menjadi


lembar-lembar atau berkas-berkas longgar
2. Organ, yaitu kumpulan berbagai jaringan berbeda yang
tersusun dalam struktur-struktur

dengan batas dan bentuk

yang jelas dan mempunyai aktivitas spesifik.


3. Sel, yaitu unit dasar kehidupan yang memiliki membran
pembatas di bagian luar, nukleus (inti sel) yang terletak di
dalam dan suatu massa besar sitoplasma yang mengandung
banyak organel yang mengelilingi nukleus.
Berikut
adalah
bagian
tubuh
tergolong transplant, diantaranya:
1. Organ toraks (bagian dada)

jantung

paru-paru
2. Organ abdominal (bagian perut)

ginjal

hati

pankreas

usus
3. Jaringan, sel dan cairan tubuh

tangan

kornea

kulit

penis

pulau langerhans

sum-sum tulang

darah

katup jantung

tulang

sel batang manusia


Kendala yang dihadapi Indonesia

manusia

dewasa

ini

yang

dalam

menetapkan terapi transplantasi adalah terbatasnya jumlah


donor keluarga (Living Related Donor = LRD) dan donasi organ
jenazah.

Karena

itu

diperlukan

kerjasama

yang

saling

mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran,


sosiologi, pemuka

agama,

pemerintah dan swasta.

pemuka

masyarakat) dengan

Pendaftaran untuk donasi bervariasi setiap


tetapi

di

banyak

disebabkan
tubuh

negara,

bagian dunia, kekurangan

organ

oleh pihak keluarga menolak memberikan organ

yang

meninggal

dunia

meskipun

almarhum

ingin

mendonorkan organnya. Salah satu solusi untuk mengatasi


kekurangan organ tubuh adalah sistem opt- out. Pada sistem ini
semua warga negara dianggap akan menyumbangkan organ
tubuhnya

setelah

bersangkutan

meninggal

mendaftar

dunia

untuk

tidak

kecuali

bila

yang

mendonorkan

organ

tubuhnya. Sebaliknya adalah sistem opt-in, sistem di mana


seseorang mendaftar untuk menyumbangkan organ tubuhnya
setelah meninggal dunia, pihak keluarga tidak menentang
keputusan tersebut. Negara yang menjalankan sistem opt-out
adalah Austria, Argentina, Belgia dan Spanyol.
Untuk mendapatkan donor dengan cepat, para keluarga
pasien

yang

memerlukan

transplantasi

pergi

ke

tempat

transplant tourism, yang sering digunakan untuk penjualan organ


secara ilegal, pada 10 kasus transplantasi, terdapat 1 kasus
transplantasi yang pergi ke tempat transplant tourism untuk
mendapatkan organ tubuh secara illegal.
Salah

satu

negara tujuan

untuk transplant tourism

adalah China, negara China tidak mengakui adanya pelanggaran


hukum. China membolehkan pengambilan organ tubuh dari
narapidana yang sudah dieksekusi atau mengizinkan klinik
mengumpulkan organ dari korban kecelakaan lalu lintas. China
justru yang pertama mengeluarkan peraturan untuk melarang
perdagangan organ tubuh manusia. Orang yang memerlukan
transplantasi dapat saja pergi ke tempat lain,
negara

Pakistan.

miskin

hampir

misalnya

ke

The Lancet mengutip bahwa di desa-desa

tidak

ada

Selama permintaan organ

orang

tubuh

yang memiliki dua ginjal.

melebihi

suplai,

hukuman

tidak

akan efektif dan

penjualan organ tubuh secara gelap

akan terus terjadi dengan sembunyi-sembunyi.


Penderita gagal ginjal maupun keluarganya secara kreatif
mencari jalan untuk mendapatkan

donor,

dengan berbagai

macam cara, antara lain membuat permintaan secara pribadi di


televisi atau radio, mendaftarkan atau melakukan registrasi
pilihan

yang

berhubungan

dengan

transplantasi

bahkan

mengirim surat kepada teman-temannya atau siapa saja melalui


e-mail, bahkan ada yang langsung pergi ke tempat medical
tourist dengan harapan segera mendapat donor.
Praktik jual ginjal secara terang-terangan lewat

surat

kabar dan on line, jumlahnya tak kalah banyak. Seperti yang


dilakukan Dadang

Yudi Kurniawan, asal Bandung.

Ia berniat

menjual salah satu ginjalnya, demi membayar utang setelah


bisnis berjualan telepon selulernya, bangkrut. Ginjalnya itu
awalnya hendak dijual ke salah satu rumah sakit di Bandung.
Sayang, niatnya itu tak kesampaian gara-gara rumah sakit itu
mengaku tidak menerima jual beli organ tubuh. Lain lagi dengan
kisah Irmawan Saputra. Menurut Liputan 6 SCTV, pemuda asal
Ambon

ini

menjual

salah

satu

ginjalnya

buat

membiayai

kuliahnya. Ginjal itu dijualnya ke sang rektor yang tengah didera


sakit dengan harga Rp 19 juta.
Fenomena lain yang tidak kalah memprihatinkan adalah
tidak sedikit pasien gagal ginjal di Indonesia yang akhirnya lari
mencari

ginjal

Contohnya

di

transplantasian
Republik

Rakyat

sampai
China

ke luar negeri.

menyediakan

ginjal

dengan relatif mudah dan murah, bahkan ada garansi, kalau


ternyata ginjal baru menimbulkan masalah, dapat

diupayakan

ginjal pengganti.
jaringan tersering yang dilakukan transplantasi
kornea

mata

adalah

dan organ tubuh yang sering ditransplantasikan

adalah ginjal. Transplantasi kornea mata di Indonesia berasal dari

donor jenazah yang sudah masuk ke dalam anggota bank mata.


Bagi keluarga donor kornea mata, seluruhnya

menyetujui niat

baik keluarganya yang memutuskan untuk mendonorkan kornea


matanya

apabila

sudah

meninggal

dunia.

Keluarga

donor

maupun donor semasa hidupnya tidak pernah minta kompensasi


apapun apabila keluarga mereka menjadi donor kornea. Hal ini
berbeda apabila keluarga yang meninggal akan mendonorkan
organ ginjalnya, pada kenyataannya, pihak keluarga tidak tega
apabila anggota keluarganya diambil organ tubuhnya (khususnya
ginjal) pada waktu meninggal meskipun calon donor tersebut
sudah menyampaikan niatnya pada waktu masih hidup.
Masalah besar yang terjadi di Indonesia adalah kekurangan
semua organ tubuh untuk

transplantasi. Adanya perbedaan

yang cukup besar antara permintaan dan penyediaan organ


tubuh, menyebabkan banyaknya kasus waiting list buat resipien
untuk menunggu donor, sehingga perlu dipikirkan tentang
legalitas secara hukum, politik dan agama serta secara etis agar
mendapat jalan keluar yang terbaik dalam proses transplantasi
ini.
Salah satu contoh kasus transplasi di Indonesia CLIFF
Yehezkiel Mambo, begitu nama lengkap anak lelaki ini, akhirnya
tersenyum bahagia. Setelah lama bibir itu menahan sakit akibat
penyakit gagal ginjal kronis stadium lima, derita itu pun akhirnya
sirna usai menjalani operasi transplantasi ginjal. Hal ini seperti
dijelaskan oleh ibundanya Serli Katili dan James Mambo. Ini
adalah anugerah yang luar biasa Cliff bisa sembuh setelah cuci
darah selama tiga tahun sambil menahan rasa sakit.
Awal diagnosis Cliff, kami sangat terpukul dan tidak
menerima kondisi ini. Apalagi saat mendengar ginjal dari Cliff
tinggal 25 persen. Hingga kami langsung memutuskan pergi ke
salah satu daerah bagian Malaysia memastikan diagnosanya.
Kami melakukan ini karena kasus yang terjadi pada Cliff jarang
terjadi di Indonesia, kata Serli Katili Ibunda Cliff F. Mambo dalam

acara

yang

bertemakan

Sukses

Transplantasi

Ginjal

Anak

Pertama di Indonesia Lt. 6 auditorium RS. Cipto Mangunkusumo,


Jakarta Pusat, Senin, 15 April 2013.
Diceritakannya,
setelah
berbagai
pertimbangan

akhirnya

mereka

kendala

memutusukan

dan

pindah

ke

Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Alasannya, karena


mengetahui

pihak

rumah

sakit

menyanggupi

operasi

transplantasi ginjal pada anak-anak. Meskipun, operasi

ini

sangat berisiko mengingat operasi transplantasi ginjal pada anak


ialah pertama kali di Indonesia, namun mereka tetap optimis
menempuh cara tersebut.
Ia mengisahkan bahwa kesulitan mencari donor ginjal yang
pas selama dua tahun lebih juga menjadi kendala yang
dilaluinya.

Meski

demikian,

ia

tak

gentar

berjuang

untuk

anaknya. Baginya, ini bukan tentang lama menunggunya, tapi


tidak kuatnya mendengar keluhan anaknya kian hari mendorong
dirinya mencari pengobatan terbaik. Makanya saat mendapatkan
donor yang pas mereka sangat senang sekali. Hingga akhirnya,
operasi pada 13 maret 2013
anaknya membaik.
Kami sangat

dilakukan membuat kesehatan

berterima

kasih

kepada

pihak

RSCM,

khususnya tim dokter yang telah mengembalikan kesehatan dan


keceriaan anak kami. Keluhan yang ia rasakan perlahan hilang,
apalagi melihat Cliff bisa makan apa saja sekarang. Cliff senang
sekali, tutupnya.
B. Dalil-dalil yang melarang dan memperbolehkan
Praktik kedokteran menyangkut donasi organ

tubuh

tampaknya belum pernah ada dalam zaman klasik Islam. Karena


itu, permasalahan ini dari sudut pandangan ajaran Islam
termasuk

masalah

ijtihadi,

artinya

pemutusan

hukumnya

diperoleh karena analogi dengan permasalahan serupa yang

pernah ada, atau dari penalaran tentang prinsip-prinsip ajaran


agama Islam yang baku.1
Dengan adanya Bank mata dan organ tubuh lainnya, maka
memberikan manfaat kepada orang yang membutuhkan organ
tubuh dengan jalan pencangkokan atau transplantasi, ialah
pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang
sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan
tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan
prosedur

medis

biasa,

harapan

penderita

untuk

bertahan

hidupnya tidak lama lagi.


Dalam Pandangan Islam, pencangkokan mata atau organ
tubuh lain seperti ginjal dan jantung, ada yang membolehkan
dan ada yang melarang dengan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Dalil yang melarang
Dalam Al qur'an surah Al Baqarah ayat 195
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."


Kaidah hukum islam:
"Menghindari kerusakan/resiko didahulukan atas
kemaslahatan"
Dengan artian,

jika

dia

menolong

orang

menarik

dengan

cara

mengorbankan dirinya sendiri yang bisa berakibat fatal bagi

dirinya, tidak dibolehkan oleh Islam.


Hadits melarang pencangkokan organ tubuh, karena membuat
madharat kepada si pendonor.
Hadits Nabi riwayat Malik dari 'amar bin yahya dan riwayat ibnu
Majah yaitu
"Tidak boleh membikin mudarat pada dirinya dan tidak boleh
pula membikin madarat pada orang lain".

2. Dalil-dalil yang memperbolehkan


Apabila pencangkokan tersebut dari donor yang meninggal
dunia,

secara

yuridis

dan

klinis

Islam

memperbolehkan

transplantasi, dengan dalil-dalil berikit:


1 Ahsin w. Al hafidz, Fiqh Kesehatan, Jakarta: Amzah (2007,140-141)

Dalam surah Al Maidah ayat 32


"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh

manusia

seluruhnya.

Dan

barangsiapa

yang

memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia


telah

memelihara

kehidupan

manusia

semuanya.

Dan

sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami


dengan

(membawa)

kemudian

banyak

keterangan-keterangan

diantara

mereka

sesudah

yang
itu

jelas,

sungguh-

sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka


bumi."

Hadits Rasul:
"Berobatlah

kamu

hai

hamba-hamba

Allah,

karena

sesungguhnya Allah tidak meletakkan suatu penyakit, kecuali


Dia juga meletakkan obat penyembuhnya, selain penyakit yang
satu, yaitu penyakit tua." (Hadits riwayat Ahmad bin Hanbal,
tirmidzi, abu daud, an nasai, ibnu majah, ibnu hibban)
Selain itu, Islam memperbolehkan transplantasi dengan syarat:
1.Resipien (penerima sumbangan donor) berada dalam keadaan
darurat, tetapi dia sudah menempuh secara medis dan
nonmedis, tapi tetap tidak berhasil.
2.Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit
yang

lebih

gawat

bagi

respien

dibandingkan

dengan

keadaanya sebelum pencangkokan.2


C. Analisis Pendapat Ulama'
1.Ulama' yang mengharamkan, dengan berdasarkan hadits yang
berbunyi:
"Sesungguhnya pecahnya tulang mayat (bila dikoyak-koyak),
seperti (sakitnya dirasakan mayat) ketika pecah tulangnya
2 Masfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Midas Surya Grafindo (1994:
86-91)

diwaktu ia masih hidup." (HR. Ahmad, Abu daud dan Ibnu


Majah yang bersumber dari Aisyah)
Dalam bukunya Abu Yazid yang berjudul Fiqh Realitas
menjelaskan bahwa Jumhur Ulama' melarang transplantasi,
jika pengambilan organ tersebut mengandung mafsadah.
Misalnya, dalam transplantasi jantung, sebab manusia hanya
memiliki satu jantung. Jika satu jantung ditransplantasikan
maka ia akan mati.
2.Ulama' yang membolehkan mendasarkan pendapatnya pada
hajat

(kebutuhan)

orang

yang

buta

untuk

melihat.

Sebagaimana maksud Kaidah Fiqhiyah yang berbunyi:


"Kesulitan (yang dialami oleh manusia), boleh diupayakan untuk
mendapat kemudahan."3
Jumhur ulama' memperbolehkan transplantasi organ tubuh, jika
pengambilan organ tubuh tersebut tidak mengandung mafsadah.
Misalnya, transplantasi ginjal. Karena manusia memiliki 2 ginjal,
maka jika seorang diambil satu ginjalnya, tetap bisa hidup
dengan ginjalnya walaupun tidak maksimal.
3. Fatwa MUI (Majelis Ulama' Indonesia) tentang Bank Mata dan
Organ Tubuh Lain
a. Hukum melakukan transplantasi kornea mata kepada
orang yang membutuhkan adalah boleh apabila sangat
dibutuhkan dan tidak diperoleh upaya medis lain untuk
menyembuhkannya.
b. Pada dasarnya, seseorang yang tidak mempunyai hak
untuk mendonorkan anggota tubuhnya kepada orang lain
karena ia bukan pemilik sejati atas organ tubuhnya. Akan
tetapi karena untuk kepentingan menolong orang lain,
dibolehkan dan dilaksanakan sesuai wasiat.
c. Orang yang hidup haram mendonorkan korea mata atau
organ tubuh lainnya kepada orang lain.

3 Mahjuddin, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia, (2008, 128-129)

d. Seseorang boleh mewasiatkan untuk mendonorkan kornea


matanya kepada orang lain, dan diperuntukkan bagi orang
yang membutuhkan dengan niat tabarru' (prinsip sukarela
dan tidak tujuan komersial).
e. Bank mata dibolehkan apabila proses pengambilan dari
donor dan pemanfaatannya kembali sesuai dengan aturan
syari'at.4
Transplantasi organ orang Mati
Merusak jasad Mayit, dengan tegas fiqh menyatakan tidak
boleh. Larngan ini semata-mata demi menjaga kemuliaan
mayit. Akan tetapi, ketika kondisi darurat atau ada keperluan
yang mendesak, para ulama' berselisih pendapat sebagai
berikut:
1.Kalangan Malikiyah bahwa dalam kondisi apapun tidak boleh
memakan daging manusia, sekalipun dia khawatir akan mati,
alasannya adalah semata-mata untuk memuliakannya. Berarti
sama dengan melarang transplantai organ tubuh karena untuk
memulyakan tubuh si mayit.
2.Syafi'iyah, boleh memakan organ mayat manusia selama tidak
ditemukan makanan yang lain. Karena kemuliaan orang yang
hidup

lebih

utama

dari

kemuliaan

yang

mati.

Hal

itu

dianalogikan dengan diperbolehkan transplantasi organ tubuh,


demi mempertahankan hidup orang yang sakit.
3.Hanabilah, boleh memakan mayat manusia

yang

halal

darahnya (halal dibunuh), karena dalam kondisi darurat.


Seperti darah orang murtad, kafir harbi dan pezina muhshon. 5
Maka transplantasi diperbolehkan dari organ tubuh mayat
yang halal dibunuh.
4 Fatwa MUI Pusat Hasil Ijtima' ulama' Komisi Fatwa Se- Indonesia III
1430 H/ 2009 M.
5 Abu abdillah muhammad bin muhammad bin Abdurrahman al
Maghribi, Mawahib al Jalil, juz 3, (Bairut: Dar al kutub al 'ilmiyah, 1995
M),77; AL Bujairimi, bujairimi 'ala al Khotib, juz 4, 308; al Bahuti,
Kassyaf al Qina, juz 6, 199.

Ketika

kondisi

darurat,

mayoritas

ulama'

memperbolehkan

mengkonsumsi organ mayat manusia. Meskipun pada umumnya


mereka mematok syarat yang cukup ketat.6 Kebolehan ini
diberikan semata-mata untuk memelihara jiwa dan kehormatan
manusia. Agar respien, penderita penyakit yang mesti diatasi
dengan transplantasi, bisa tetap hidup.7
Banyak fatwa yang memperbolehkan pengambilan organ tubuh
orang

mati

untuk

diberikan

kepada

orang

hidup

yang

membutuhkan, tidak hanya mata tapi juga organ tubuh yang


lain. Diantaranya fatwa Syaikh Jaad al Haq, mufti kenegaraan
Mesir tahun 1979. Beliau memperbolehkan transplantasi organ
tubuh dengan syarat-syarat yang sama seperti ditetapkan mufti
sebelumnya, yaitu: dalam keadaan darurat, ada izin dari si mati
sebelum wafatnya atau izin dari keluarganya, atau mayit
tersebut tidak punya keluarga. Syarat-syarat tersebut ditetapkan
untuk

mencegah

terjadinya

keributan

dan

fitnah

dalam

masyarakat.8
Jual Beli Organ Tubuh
Menjual organ tubuh hukumnya haram dan pelakunya berdosa,
karena ia menjual sesuatu yang bukan miliknya. Seluruh anggota
tubuh hanyalah milik Allah yang dianugrahkan kepada jiwa-jiwa
yang suci sebagai suatu amanah. Dalam fatwa mufti negeri Mesir
syaikh Jaad al Haq (fatwa no. 1323 tgl 5/12/1979 M):
"Diharamkan menerima imbalan sebagai pembayaran dari
donor anggota tubuh atau sebagainya, sebagaimana diharamkan
pula menerima harga dari darah, karena penjualan orang
6 Muhammad al Ruki, Qawaid Fiqh al Islami, (Damaskus: Dar al Qalam,
1998 M/1419 H), 207.
7 Abu Yazid, Fiqh Realitas, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),223.
8 Muhammad Manshur, Fiqh untuk Orang Sakit, (Jakarta: Najla Press,
2007), 236.

merdeka diharamkan dan batal secara hukum syari'at sebab al


Qur'an telah memuliakannya. Jadi seperti itu juga hukum menjual
sebagian organ tubuhnya".9
D. Pendapat yang Dipilih dan Hujjahnya
Kami

mengambil

pendapat

dari

Jumhur

ulama'

yang

memperbolehkan transplantasi organ tubuh, jika pengambilan


organ tubuh tersebut tidak mengandung mafsadah. Misalnya,
transplantasi ginjal. Karena manusia memiliki 2 ginjal, maka jika
seorang
ginjalnya

diambil

satu

walaupun

ginjalnya,

tidak

tetap

maksimal.

bisa

hidup

dengan

Sebagaimana

maksud

Kaidah Fiqhiyah yang berbunyi:


"Kesulitan (yang dialami oleh manusia), boleh diupayakan untuk
mendapat kemudahan."10
Selain itu terdapat fatwa MUI yang mengatur Bank Mata dan
Organ tubuh lain yang sudah kami jelaskan diatas.

BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Menurut UU kesehatan no 23 tahun 1992 pada pasal 1 dan pasal
5 menyebutkan, transplantasi ialah rangkaian tindakan medis
untuk memindahkan organ atau tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain atau dari

tubuh

sendiri

dalam

rangka

pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan yang tidak


berfungsi dengan baik. Masalah besar yang terjadi di Indonesia
adalah kekurangan semua organ tubuh untuk

transplantasi.

9 Ibid Muhammad Mansur, hlm 233.


10 Mahjuddin, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia, (2008, 128-129)

Adanya perbedaan yang cukup besar antara permintaan dan


penyediaan

organ

tubuh,

menyebabkan

banyaknya

kasus

waiting list buat resipien untuk menunggu donor, sehingga perlu


dipikirkan tentang legalitas secara hukum, politik dan agama
serta secara etis agar mendapat jalan keluar yang terbaik dalam
proses transplantasi ini.
Setelah mempertimbangkan pendapat para ulama maka Kami
mengambil pendapat dari Jumhur ulama' terkait permasalahan
ini

yang

memperbolehkan

transplantasi

organ

tubuh,

jika

pengambilan organ tubuh tersebut tidak mengandung mafsadah.


Misalnya, transplantasi ginjal. Karena manusia memiliki 2 ginjal,
maka jika seorang diambil satu ginjalnya, tetap bisa hidup
dengan

ginjalnya

walaupun

tidak

maksimal.

Sebagaimana

maksud Kaidah Fiqhiyah yang berbunyi:


"Kesulitan (yang dialami oleh manusia), boleh diupayakan untuk
mendapat kemudahan."11
Selain itu terdapat fatwa MUI yang mengatur Bank Mata dan
Organ tubuh lain yang sudah kami jelaskan diatas.

11 Mahjuddin, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia, (2008, 128-129)

DAFTAR PUSTAKA
Ahsin w. Al hafidz, 2007, Fiqh Kesehatan, Jakarta: Amzah.
Zuhdi, Masfuk. 1994, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Midas Surya
Grafindo
Mahjuddin, 2008, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia.
Fatwa MUI Pusat Hasil Ijtima' ulama' Komisi Fatwa Se- Indonesia
III 1430 H/ 2009 M.
Abu abdillah muhammad bin muhammad bin Abdurrahman al
Maghribi, 1995 M, Mawahib al Jalil, juz 3, (Bairut: Dar al kutub al
'ilmiyah,),77; AL Bujairimi, bujairimi 'ala al Khotib, juz 4, 308; al
Bahuti, Kassyaf al Qina, juz 6, 199.
Muhammad al Ruki, 1998, Qawaid Fiqh al Islami, Damaskus: Dar
al Qalam.
Abu Yazid, 2005, Fiqh Realitas, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Muhammad Manshur, 2007, Fiqh untuk Orang Sakit, Jakarta:
Najla Press.

Anda mungkin juga menyukai