PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi masa kini terus menuju perubahan yang sangat
signifikan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Dalam dunia kedokteran timur maupun barat, pada umumnya
diyakini bahwa setiap penyakit ada obatnya. Ada penyakit
yang dapat diobati dengan hanya pemberian obat yang
sederhana, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan
yang
relatif
rumit,
seperti
transplantasi
organ,
hal
ini
pada
masyarakat
perkembanganjaman.
Untuk
yang
kompleks
menuntaskan
dengan
usaha
dalam
dengan
ajaran
agama,
masyarakat
takut
dampak
negatifnya,
misalnya
arwah
donor
menjadi
pengambilan
pendonor
kornea
mata.
untuk
Pelaksanaan
kepentingan
operasi
Transplantasi
dilakukan oleh tenaga ahli yaitu para dokter ahli mata dari
pihak Bank Mata
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa
ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954,
perkembangan di bidang transplantasi maju dengan sangat
pesat. Secara faktual, hal ini sangat membantu pihak-pihak
yang menderita sakit untuk bisa sembuh kembali dengan
penggantian organ yang sakit dengan organ yang sehat.
Namun dalam pelaksanaanya banyak kendala-kendala yang
dihadapi. Transplantasi organ akan memiliki nilai sosial dan
kemanusiaan tinggi bila dilakukan atas dasar kemanusiaan
bukan kepentingan komersial semata. Namun dengan adanya
ketimpangan yang cukup besar antara ketersediaan dengan
kebutuhan
organ,
masalah
organ
menjadi
salah
satu
Dibalik
kesuksesan
dalam
perkembangan
meningkatnya
pasien
yang
membutuhkan
organ
terus
mengalami
peningkatan
meningkat
pada
tahun
2004
yaitu
507
kali
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana deskripsi masalah tentang bank mata dan
organ tubuh
2. Bagaimana pendapat Ulama tentang bank mata dan organ
tubuh
3. Analisis pendapat ulama dan pendapat yang kita pilih
tentang bank mata dan organ tubuh
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui masalah tentang bank mata dan organ
tubuh
2. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang bank mata
3. Untuk mengetahui analisis pendapat ulama tentang bank
mata
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Masalah
Menurut UU kesehatan no 23 tahun 1992 pada pasal 1 dan
pasal 5 menyebutkan, transplantasi ialah rangkaian tindakan
medis untuk memindahkan organ atau tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau dari tubuh sendiri
dalam
tidak
transplantasi
berfungsi
dengan
dengan
baik.
Ishom
pencangkokan
mengartikan
yang
berarti
dimaksud
terkecil
jaringan
dari individu
ialah
yang
atau dua
kumpulan
sel-sel
mempunyai
fungsi
para
pakar
transplantasi,
1. Jaringan,
yaitu
sekelompok
sel
yang
serupa
dan
jantung
paru-paru
2. Organ abdominal (bagian perut)
ginjal
hati
pankreas
usus
3. Jaringan, sel dan cairan tubuh
tangan
kornea
kulit
penis
pulau langerhans
sum-sum tulang
darah
katup jantung
tulang
manusia
dewasa
ini
yang
dalam
Karena
itu
diperlukan
kerjasama
yang
saling
agama,
pemuka
masyarakat) dengan
di
banyak
disebabkan
tubuh
negara,
organ
yang
meninggal
dunia
meskipun
almarhum
ingin
setelah
bersangkutan
meninggal
mendaftar
dunia
untuk
tidak
kecuali
bila
yang
mendonorkan
organ
yang
memerlukan
transplantasi
pergi
ke
tempat
satu
negara tujuan
Pakistan.
miskin
hampir
misalnya
ke
tidak
ada
orang
tubuh
melebihi
suplai,
hukuman
tidak
donor,
dengan berbagai
yang
berhubungan
dengan
transplantasi
bahkan
surat
Ia berniat
ini
menjual
salah
satu
ginjalnya
buat
membiayai
ginjal
Contohnya
di
transplantasian
Republik
Rakyat
sampai
China
ke luar negeri.
menyediakan
ginjal
diupayakan
ginjal pengganti.
jaringan tersering yang dilakukan transplantasi
kornea
mata
adalah
menyetujui niat
apabila
sudah
meninggal
dunia.
Keluarga
donor
acara
yang
bertemakan
Sukses
Transplantasi
Ginjal
Anak
akhirnya
mereka
kendala
memutusukan
dan
pindah
ke
pihak
rumah
sakit
menyanggupi
operasi
ini
Meski
demikian,
ia
tak
gentar
berjuang
untuk
berterima
kasih
kepada
pihak
RSCM,
tubuh
masalah
ijtihadi,
artinya
pemutusan
hukumnya
medis
biasa,
harapan
penderita
untuk
bertahan
jika
dia
menolong
orang
menarik
dengan
cara
secara
yuridis
dan
klinis
Islam
memperbolehkan
manusia
seluruhnya.
Dan
barangsiapa
yang
memelihara
kehidupan
manusia
semuanya.
Dan
(membawa)
kemudian
banyak
keterangan-keterangan
diantara
mereka
sesudah
yang
itu
jelas,
sungguh-
Hadits Rasul:
"Berobatlah
kamu
hai
hamba-hamba
Allah,
karena
lebih
gawat
bagi
respien
dibandingkan
dengan
(kebutuhan)
orang
yang
buta
untuk
melihat.
lebih
utama
dari
kemuliaan
yang
mati.
Hal
itu
yang
halal
Ketika
kondisi
darurat,
mayoritas
ulama'
memperbolehkan
mati
untuk
diberikan
kepada
orang
hidup
yang
mencegah
terjadinya
keributan
dan
fitnah
dalam
masyarakat.8
Jual Beli Organ Tubuh
Menjual organ tubuh hukumnya haram dan pelakunya berdosa,
karena ia menjual sesuatu yang bukan miliknya. Seluruh anggota
tubuh hanyalah milik Allah yang dianugrahkan kepada jiwa-jiwa
yang suci sebagai suatu amanah. Dalam fatwa mufti negeri Mesir
syaikh Jaad al Haq (fatwa no. 1323 tgl 5/12/1979 M):
"Diharamkan menerima imbalan sebagai pembayaran dari
donor anggota tubuh atau sebagainya, sebagaimana diharamkan
pula menerima harga dari darah, karena penjualan orang
6 Muhammad al Ruki, Qawaid Fiqh al Islami, (Damaskus: Dar al Qalam,
1998 M/1419 H), 207.
7 Abu Yazid, Fiqh Realitas, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),223.
8 Muhammad Manshur, Fiqh untuk Orang Sakit, (Jakarta: Najla Press,
2007), 236.
mengambil
pendapat
dari
Jumhur
ulama'
yang
diambil
satu
walaupun
ginjalnya,
tidak
tetap
maksimal.
bisa
hidup
dengan
Sebagaimana
maksud
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Menurut UU kesehatan no 23 tahun 1992 pada pasal 1 dan pasal
5 menyebutkan, transplantasi ialah rangkaian tindakan medis
untuk memindahkan organ atau tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain atau dari
tubuh
sendiri
dalam
rangka
transplantasi.
organ
tubuh,
menyebabkan
banyaknya
kasus
yang
memperbolehkan
transplantasi
organ
tubuh,
jika
ginjalnya
walaupun
tidak
maksimal.
Sebagaimana
DAFTAR PUSTAKA
Ahsin w. Al hafidz, 2007, Fiqh Kesehatan, Jakarta: Amzah.
Zuhdi, Masfuk. 1994, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Midas Surya
Grafindo
Mahjuddin, 2008, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia.
Fatwa MUI Pusat Hasil Ijtima' ulama' Komisi Fatwa Se- Indonesia
III 1430 H/ 2009 M.
Abu abdillah muhammad bin muhammad bin Abdurrahman al
Maghribi, 1995 M, Mawahib al Jalil, juz 3, (Bairut: Dar al kutub al
'ilmiyah,),77; AL Bujairimi, bujairimi 'ala al Khotib, juz 4, 308; al
Bahuti, Kassyaf al Qina, juz 6, 199.
Muhammad al Ruki, 1998, Qawaid Fiqh al Islami, Damaskus: Dar
al Qalam.
Abu Yazid, 2005, Fiqh Realitas, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Muhammad Manshur, 2007, Fiqh untuk Orang Sakit, Jakarta:
Najla Press.