Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS

Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

Nama

:Paldi

No. Stambuk

:G 501 09 079

Pembimbing

:dr. Amsyar Praja, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2014

PENDAHULUAN
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5
juta kematian setiap tahunnya. Di AS, setiap tahunnya kejadian diare mencapai
20-35 juta. di Indonesia berdasarkan hasil Rikesdas 2007 diperoleh bahwa diare
masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding
pneumonia 24%, untuk golongan umur 1-4 tahun penyebab kematian karena diare
25,2% dibandingkan pneumonia 15,5%.(1) (2)
Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai enteropatogen, termasuk
bakteri, virus dan parasit. Dua tipe dasar diare infeksi akut adalah radang dan
nonradang. Pemeriksaan laboratorium untuk mengenali pathogen diare sering
tidak diperlukan Karena kebanyakan episode sembuh sendiri. Semua penderita
dengan diare memerlukan terapi cairan dan elektrolit, sedikit memerlukan
dukungan nonspesifik lain dan beberapa mendapat manfaat dari terapi
antimikroba. (1)
Komplikasi tersering yang dapat timbul dari gastroenteritis adalah terjadinya
dehidrasi yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat mengakibatkan keadaan
yang lebih buruk bahkan kematian. Komplikasi yang lain adalah adanya asidosis
metabolik yang dapat terjadi akibat peningkatan kehilangan basa. (3)
Berikut ini akan dibahas refleksi kasus tentang gastroenteritis akut pada bayi
diare pada anak usia 4 tahun 6 bulan yang disertai dengan dehidrasi ringan
sedang.
KASUS
2

IDENTITAS
1. Identitas penderita
Nama penderita
Jenis kelamin
Tanggal Lahir / Umur
2. Identitas orang tua/wali
Ayah
:
Nama
Pekerjaan
Alamat
3. Tanggal/jam masuk

: An. M
: Perempuan
: 2 tahun
: Tn. Al
: Swasta (sopir)
: Jl. Kartini
: 11 April 2014 / 02.00

ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Sering buang air besar
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien masuk dengan keluhan sering buang air besar yang dialami sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar sebanyak 10 kali/hari, buang
air besar encer, berlendir, tidak ada darah, berbau feses, dengan warna coklat
kekuningan. Buang air kecil lancar.
Pasien juga mengalami muntah yang terjadi sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit bersamaan dengan keluhan sering buang air besar. Muntah sebanyak
4 kali, yang di muntahkan berupa air dan terakhir muntah berwarna kekuningan.
Pasien juga mengeluhkan sakit perut ketika buang air besar. Mengalami demam
sehari sebelumnya, demam naik turun, sakit kepala tidak ada, batuk tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita hal yang sama sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit yang sama dengan pasien tidak ada
Riwayat Sosioekonomi:
Pasien tergolong keluarga golongan menegah. Sumber air minum berasal dari
air minum isi ulang. Sampah rumah tangga dibuang di selokan di depan rumah.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan :
Dot dicuci 4 kali sehari, jarang menggunakan sabun, jarang mencuci tangan ketika
ingin makan. Mandi 2 kali sehari
Kemampuan dan Kepandaian Anak:

Pasien mulai membalikkan badannya sejak umur 9 bulan, duduk saat berusia
12 bulan, berdiri saat berusia 1 tahun 6 bulan, saat ini pasien mulai berjalan.
Anamnesis Makanan:
ASI usia 0 bulan-3 bulan ditambah susu formula
4 bulan diberikan bubur
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Riwayat Antenatal
: Kunjungan ANC sebanyak 8 kali

di

puskesmas, ibu memiliki riwayat hipertensi


saat hamil.
Riwayat Natal :
Spontan/tidak spontan
Berat badan lahir
Penolong
Tempat

: lahir secara sectio caesaria


: 2,5 gr
: dokter
: Rumah sakit

Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar anak lengkap
Riwayat Alergi :
Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran
2. Pengukuran
Tanda vital : TD
Nadi
Suhu
Respirasi
Berat badan
Tinggi badan
BB/Umur
TB/Umur
BB/TB
Status gizi
3. Kulit : Warna
Efloresensi
Sianosis
Turgor
Kepala: Bentuk
Rambut

: Tampak sakit sedang


: Kompos mentis
: 90/60 mmHg.
: 104 kali/menit, reguler, kuat angkat
: 36,6 C
: 40 kali/menit
: 11 kg
: 97 cm
: 11/12 x 100 = 91%
: 97/104 x 100 = 114%
: 11/14 x 100 = 78%
: Gizi kurang
: Sawo matang
: tidak ada
: tidak ada
: < 2 detik
: Normocephal
: Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal
4

Mata : Palpebra
: edema (-/-)
Konjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil
: Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung
: (+/+)
Telinga : Sekret
: tidak ada
Nyeri
: tidak ada
Hidung : Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis
: tidak ada
Sekret
: tidak ada
Mulut : Bibir
: mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gigi
: Tidak ada karies
Gusi
: tidak berdarah
Lidah : Tremor/tidak : tidak tremor
Kotor/tidak
: tidak kotor
Warna
: kemerahan
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis
4. Leher :
Pembesaran kelenjar leher : -/ Trakea
: Di tengah
Kaku kuduk
: (-)
5. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk
: simetris
Retraksi
: Tidak ada
Palpasi : Fremitus vokal : simetris
Perkusi : Sonor kiri : kanan
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler +/+
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar
: S1 dan S2 murni, regular
Bising
: tidak ada
6. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk
: kesan datar
Auskultasi : bising usus (+), kesan meningkat
Perkusi
: Bunyi
: timpani
5

Asites
: (-)
: Nyeri tekan
: (-)
Hati
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
: tidak teraba
7. Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada
8. Genitalia : Tidak ada kelainan
Skor dehidrasi WHO (1995):
Keadaan Umum
: gelisah*
Mata
: cekung
Air mata
: ada
Mulut/bibir
: basah
Rasa haus
: haus, ingin minum banyak*
Turgor
: kembali cepat
Kesimpulan
: Dehidrasi ringan-sedang
Pemeriksaan laboratorium
Palpasi

Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit

Hasil
HEMATOLOGI
10,4
9,2
4,62
32,66
420

Rujukan

Satuan

11,5-16,5
5-15
3,8-8,5
35-52
150-450

g/dl
/ul
Juta/ul
%
Ribu/ul

RESUME
Pasien perempuan umur 2 tahun masuk dengan keluhan sering buang air
besar yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar
sebanyak 10 kali/hari, buang air besar encer, berlendir, berbau feses, dengan
warna coklat kekuningan. Pasien juga mengalami muntah yang terjadi sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit bersamaan dengan keluhan sering buang air besar.
Muntah sebanyak 4 kali, yang di muntahkan berupa air dan terakhir muntah
berwarna kekuningan. Pasien juga mengeluhkan sakit perut ketika buang air besar.
Demam sehari sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak
sakit sedang, gizi kurang. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 90/60 mmHg,
6

Nadi 104x/menit, reguler, kuat angkat, respirasi 40x/menit, suhu 36,6o C. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan peristaltik (+) kesan meningkat.
DIAGNOSA
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. Elektrolit serum
3. Pemeriksaan feses
TERAPI
Medikamentosa:
1. Oralit 4 sachet dihabiskan dalam 3 jam pertama
2. Zink tab 20 mg, dosis 1 x 20 mg selama 10 hari
3. Domperidon syr 5 mg/5 ml, dosis 3 x 5 mg (1 cth)
Non Medikamentosa:
1. Melanjutkan pemberian makan
2. Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga hygiene
FOLLOW UP
Tanggal 12/4/2014
S : Muntah 3 kali, BAB cair 4 kali, warna kuning kecolatan, berlendir, tidak ada
darah, berbau, dan pasien mengeluhkan perut yang sakit saat buang air besar.
Panas (-)
O: Tanda vital : Tekanan darah

: 90/50 mmHg

Nadi
: 96 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu
: 36,5 C
Respirasi
: 32 kali/menit
Skor dehidrasi WHO (1995):
Keadaan Umum
: gelisah*
Mata
: cekung
Air mata
: ada
Mulut/bibir
: basah
Rasa haus
: haus, ingin minum banyak*
Turgor
: < 2 detik
Kesimpulan
: Dehidrasi ringan-sedang
7

A: Diare Akut + Dehidrasi Ringan Sedang


P: Medikamentosa:
1. Oralit 1 sachet sehabis buang air besar
2. Zink tab 20 mg, dosis 1 x 20 mg
3. Domperidon syr 5 mg/5 ml, dosis 3 x 5 mg (1 cth)
Non Medikamentosa:
1. Melanjutkan pemberian makan
Anjuran pemeriksaan:
1. Pemeriksaan feses
2. Kultur feses

Tanggal 13/4/2014
:
S : Muntah (-), BAB cair 3 kali, warna hijau, tidak berlendir, tidak ada darah,
berbau feses, nyeri perut saat buang air besar masih terasa. Panas (+)
O: Tanda vital : Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 136 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu
: 37,8 C
Respirasi
: 28 kali/menit
Skor dehidrasi WHO (1995):
Keadaan Umum
: baik, sadar
Mata
: normal
Air mata
: ada
Mulut/bibir
: basah
Rasa haus
: tidak haus
Turgor
: kembali cepat
Kesimpulan
: tanpa dehidrasi
A: Diare tanpa dehidrasi
P: Medikamentosa:
1. Oralit 1 sachet diberikan setelah tiap kali berak cair
2. Zink tab 20 mg, dosis 1 x 20 mg
3. Paracetamol syr 120 mg/5 ml, dosis 3 x 1 cth (kalau panas saja)
Non Medikamentosa:
1. Melanjutkan pemberian makan

Tanggal 14/4/2014
:
S : Muntah (-), BAB(-), panas (-)
O: Tanda vital : Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 104 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu
: 36,6 C
Respirasi
: 40 kali/menit
Skor dehidrasi WHO (1995):
Keadaan Umum
: baik, sadar
Mata
: normal
Air mata
: ada
Mulut/bibir
: basah
Rasa haus
: tidak haus
Turgor
: kembali cepat
Kesimpulan
: tanpa dehidrasi
A: Sembuh
P: Menjelaskan cara penanganan diare di rumah
Pasien sembuh dan pulang

DISKUSI
9

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari 2 minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi
buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut
diare, tetapi masih bersifat normal. Selama berat badan meningkat normal, hal
tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara,
akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum
ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi
buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal
atau tidak seperti biasanya. (3)
Pasien pada kasus ini adalah seorang anak perempuan berusia 2 tahun.
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien
sudah mengalami buang air besar terus menerus sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, sebanyak 10 kali, dengan konsistensi encer, berlendir dan berbau
feses. Selain itu pasien juga mengeluhkan muntah secara terus menerus, sejak 1
hari sebelumnya bersamaan dengan seringnya buang air besar dan disertai
demam. Dalam hal ini sehingga pasien dapat dikatakan mengalami diare.
Faktor resiko terjadinya diare akut pada anak antara lain: tidak memberikan
ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kebersihan
lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higienis. Untuk kelompok umur 6-11 bulan lebih banyak terjadi diare
terutama pada saat diberikan makanan pendamping ASI yang mungkin
terkontaminasi oleh mikroorganisme, kontak langsung pada mikroorganisme pada
saat bayi belajar merangkak. serta pada umur tersebut telah terjadi penurunan
kadar antibodi ibu, dan kurangnya kekebalan aktif bayi. (3) Pada pasien ini,
pemberian ASI eksklusif hanya selama 3 bulan, hal ini dapat berpengaruh
terhadap kejadian diare. s
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
10

1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan. (3)
Pada kasus ini, kemungkinan diare terjadi akibat gangguan sekresi, terutama
berkaitan dengan infeksi. Hal ini didukung dengan adanya demam yang muncul
bersamaan ketika pasien mengalami muntah.
Penyebab diare dapat bermacam-macam, adapun penyebab diare pada anak
dapat dilihat pada bagan berikut.(2)

11

Penyebab terbanyak diare akut pada anak-anak dinegara berkembang adalah


rotavirus, escherichia coli enterotoksigenik, shigella, vibrio cholera, sallmonella,
dan E. coli enteropatogenik. Setiap infeksi bakteri atau virus memiliki gambaran
khas masing-masing, meskipun pemeriksaan kultur merupakan pemeriksaan pasti
untuk mengetahui penyebab dari diare.

12

Tabel dibawah ini merupakan ciri-ciri dari beberapa agen infeksius penyebab
diare.(3)
Rotavirus Salmonella

Mual &

ETEC

EIEC

Shigella

Vibrio

disentri

cholera

Permulaan

jarang

Demam

Sakit

Tenesmus

Kolik (+)

Kadang-

muntah

kadang

Tenesmus Tenesmus
kolik

Kolik

kolik,
pusing

Volume

Sedang

Menurun

Banyak

Menurun

Menurun

Sangat
banyak

Frekuensi

>10x

Sering

Sering

Sering

Sering

Terus

sekali

menerus

Konsistensi

Berair

Berair

Berair

Kental

Kental

Lendir

Mukus

Jarang

Sering

Flacks

Darah

Kadang-

Sering

Tinja

Tidak

Tidak

Anyir

spesifik

berbau

Tidak

Hijau

Hijau

Putih

berwarna

darah

darah

keruh

kadang
Bau

Telur
busuk

Warna

Hijau

Hijau

kuning
Leukosit

Pada kasus ini, kemungkinan infeksi yang terjadi adalah rotavirus. Hal ini
dengan mengamati anamnesis pasien, dimana pasien mengalami muntah, demam,
tenesmus, konsistensi feses cair, ada lendir, warna feses kuning kecoklatan, tidak

13

ada darah. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium, tidak didapatkan


peningkatan leukosit.
Penentuan derajat dehidrasi merupakan hal penting terkait penatalaksanaan
yang akan dilakukan. Kriteria WHO (1995) dapat digunakan untuk menilai derajat
dehidrasi pasien dengan diare.
Penilaian

Lihat :
Keadaan umum

Baik, sadar

*gelisah, rewel

Mata

Normal

Cekung

Air mata

Ada

Tidak ada

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Rasa haus

Minum biasa
tidak haus

*haus, ingin
minum banyak

Periksa : turgor
kulit

Kembali cepat

*kembali lambat

*kembali sangat
lambat

Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi
ringan/sedang bila
ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Rencana terapi B

Rencana terapi C

Terapi :

Rencana terapi A

*lesu, lunglai atau


tidak sadar
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
*malas minum atau
tidak bisa minum

Bila ada 1 tanda *


ditambah 1 atau
lebih tanda lain

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pasien ini mengalami dehidrasi ringansedang. Dan pada follow up berikutnya, pasien sudah tidak mengalami dehidrasi.
Anjuran pemeriksaan pada kasus ini salah satunya ialah sebaiknya melakukan
pemeriksaan serum elektrolit. Sebenarnya

pemeriksaan serum elektrolit


14

diindikasikan untuk keadaan dehidrasi berat. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi dehidrasi berat dipastikan terjadi komplikasi berupa ketidakseimbangan
elektrolit yang berdampak terutama pada sistem syaraf pusat berupa kejang,
edema otak, kelemahan otot, ileus paralitik, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia
jantung.[3] Pasien pada kasus ini belum mengalami dehidrasi berat dan
diindikasikan untuk pemeriksaan elektrolit. Namun pemeriksaan ini dapat
dilakukan untuk mencegah kemungkinan komplikasi akibat dehidrasi.
Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita anak balita baik dirawat dirumah maupun sedang
dirawat dirumah sakit, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
ASI dan makanan tetap diteruskan
Antibiotik selektif
Nasihat kepada orang tua.
Pada kasus ini, rencana penanganan yang dianjurkan adalah rencana terapi

B. Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh banyak yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang
diperlukan tubuh.
1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit
yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.
Setelah 3 jam:
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
c. Melanjutkan memberi makan pasien
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
a. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
b. Mengajarkan ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah
untuk
c. Menyelesaikan 3 jam pengobatan.

15

Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus


lagi sesuai yang di anjurkan dalam rencana terapi A.
d. Menjelaskan aturan perawatan diare di rumah:
1) Beri cairan tambahan
2) Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan
Pada kasus ini diberikan 11 x 75 ml = 825 ml/ 3 jam. Jika anak masih
menginginkan, bisa diberikan lebih banyak. Cara memberikan larutan oralit
yaitu dengan meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/ mangkuk/
gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian berikan lagi lebih lambat
serta lanjutkan pemberian makanan. Pasien pada kasus ini mengalami muntah
sehingga pemberiannya harus secara perlahan-lahan.

1. Tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :


a. Anak < 6 bulan = 10 mg (1/2 tablet) per hari
b. Anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet) per hari
Zink termasuk mikronutrien yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh
dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Pemberian zink dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
3. ASI atau makanan diteruskan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta
pengganti nutrisi yang hilang pada saat terjadi diare. Pada pasien ini,
pemberian makanan terus dilanjutkan terutama untuk mengganti cairan ataupun
elektrolit yang banyak keluar.
4. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited
dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %)
yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin
16

E. Coli, Enteroinvasif E. Coli dan sebagainya. Pada pasien ini, antibiotik tidak
diberikan. Hal ini terutama karena kecurigaan diare yang diakibatkan oleh
rotavirus yang tidak membutuhkan pemberian antibiotik.
5. Nasehat kepada orangtua
Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau
untuk penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika
timbul demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu
disarankan untuk selalu menjaga kebersihan bayi dan mencuci tangan dengan
baik dan benar sebelum dan sesudah memberi makan / minum bayi. Hal ini
bertujuan agar tercipta higienitas ibu dan bayi yang baik. Pada kasus ini
nasehat telah diberitahukan dan mendapat respon yang baik dari orangtua
pasien. (4)
Komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah gangguan elektrolit
seperti: hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dan kejang.
Adanya karbonat yang hilang menyebabkan pernapasan kussmaull. Kehilangan
cairan dalam jumlah yang besar dapat berujung pada kematian.(5) Prognosis diare
dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga penatalaksanaannya sesuai
dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila penanganan yang diberikan
tepat dan sesegera mungkin, maka dapat mencegah komplikasi dari diare tersebut.
Pada pasien ini, prognosisnya adalah bonam, karena derajat dehidrasinya
masih tergolong ringan sedang dan saat pulang, pasien sudah tidak mengalami
dehidrasi.

17

DAFTAR PUSTAKA
1.

Boyle, JT., Diare Kronis, In: Nelson, WE (Ed.):


Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3, Jakarta: EGC, 2000: 135464.

2.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar


Gastroenterologi-Hepatologi Edisi pertama, Jakarta : Badan Penerbit IDAI,
2012.

3.

FKUI. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI, 1994.

4.

Departemen Kesehatan RI. Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS). Jakarta, 2008.


5.
Departemen Kesehatan RI, Buku Ajar Diare,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1999.

18

Anda mungkin juga menyukai