Anda di halaman 1dari 11

GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

OLEH:
dr.Erlyn Limoa, SpKJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
MARET 2012

GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

I.

PENDAHULUAN
Kepribadian adalah totalitas dari ciri prilaku dan emosi yang merupakan karakter
atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil
dan dapat diramalkan.

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan subjektif.
Orang dengan gangguan kepribadian menunjukan pola relasi dan persepsi terhadap
lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam, tidak fleksibel serta bersifat
maladaptif.

Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam


hubungan keluarga, pekerjaan, fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindakan
kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, problem
pemeliharaan anak, sering datang ke klinik gawat darurat. Terkadang gangguna
kepribadian berkaitan dengan gangguan jiwa yang lain antara lain depresi, gangguan
panik dan lain-lain.

Menurut Kurt Schneider seorang dengan gangguan kepribadian adalah seorang


yang menyukarkan dan merugikan dirinya sendiri dan masyarakat karena sifat-sifat
kepribadian uyang konstitusional itu (tidak diperoleh sesudah individu itu berkembang
atau bukan karena stres yang berarti).Konstitusional artinya akibat interaksi badaniah dan
psikologik.Dengan demikian maka hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan
kepribadian dalam dicari dalam dua unsur ini sejak masa kanak-kanak yaitu terutama
faktor keturunan, kelainan perkembangan susunan saraf dan hormonal serta pengaruh
lingkungan pada masa kanak-kanak.

Gejala gangguan kerpibadian adalah aloplastik (yaitu mampu mengadaptasi dan


mengubah lingkungan eksternal) dan ego-sintonik (yaitu dapat diterima oleh ego),
mereka dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang prilaku maladaptifnya
karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh

masyarakat sebagai gejalanya,mereka sering kali dianggap sebagai tidak bermotivasi


untuk pengobatan dan tidak mampan terhadap pemulihan.

Gangguan kepribadian dikodekan dalam aksis II menurut DSM (Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorders) dan membaginya menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok A : Orang yang dianggap aneh atau eksentrik.
Gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.
2. Kelompok B : Orang dengan perilaku terlalu dramatik, emosional, atau eratik.
Gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik.
3. Kelompok C : Orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan.
Gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.

3,6

Kepribadian Histrionik dikodekan dalam aksis II, kelompok B, yaitu orang


dengan perilaku terlalu dramatik, emosional, atau eratik. Beberapa orang cenderung
mengekspresikan diri mereka dalam cara yang sangat dramatis. Karena dibawa ke arah
yang ekstrim, kecenderungan tersebut membentuk dasar gangguan kepribadian histrionic
(histrionic personality disorder).

Menurut PPDGJ, klasifikasi gangguan kepribadian sebagai berikut:


1.1 Gangguan kepribadian khas
1.1.1 gangguan kepribadian paranoid
1.1.2 gangguan kepribadian skizoid
1.1.3 gangguan kepribadian dissosial
1.1.4 gangguan kepribadian emosional tak stabil
1.1.5 gangguan kepribadian histrionik
1.1.6 gangguan kepribadian anankastik
1.1.7 gangguan kepribadian cemas
1.1.8 gangguan kepribadian dependen
1.1.9 gangguan kepribadian khas lainnya
1.1.10 gangguan kepribadian YTT
1.2 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
1.2.1 gangguan kepribadian campuran
1.2.2 gangguan kepribadian yang bermasalah

II.

DEFINISI
Ganggauan kepribadian histrionik adalah pola prilaku berupa emosionalitas
berlebih dan menarik perhatian, bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan
nyata dalam berbagai konteks.

Pada gangguan kepribadian histrionik ia tidak dapat menyatakan perasaan secara


tepat dan sering menggunakan gerakan badaniah dalam komunikasi.Perilakunya yang
dramastis dan menarik perhatian dapat mengakibatkan ia berdusta serta menunjukan
psedologia fanatstika (menceritakan sesuatu secara luas dan terperinci tanpa dasar fakta.

Gangguan kepribadian histrionik ditandai oleh perilaku yang bermacam-macam,


dramatik, ekstrovert pada orang yang meluap-luap dan emosional. Tetapi, menyertai
penampilan mereka yang flamboyan, seringkali terdapat ketidakmampuan untuk
mempertahankan perlekatan yang mendalam dan berlangsung lama.

Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian histrionik dilakukan dengan


membandingkan gejala dan riwayat hidup untuk memenuhi kriteria gangguan
kepribadian.

III.

10

EPIDEMIOLOGI
Menurut DSM-IV data yang terbatas dari penelitian populasi umum menyatakan
suatu prevalensi gangguan kepribadian histrionik kira-kira 2 sampai 3 %. Angka kira-kira
10 sampai 15% telah dilaporkan pada lingkungan kesehatan mental rawat inap dan rawat
jalan jika pemeriksaan terstruktur digunakan. Keadaan ini lebih sering didiagnosis pada
wanita dibandingkan laki-laki. Beberapa penelitian telah menemukan adanya suatu
hubungan dengan gagngguan somatisasi dan gangguan penggunaan alkohol. Gangguan
kepribadian histrionik biasanya ditemukan pada awal dewasa muda.

3,9

IV.

ETIOPATOGENESIS
Faktor penyebab utama gangguan gengguan kepribadian histrionik tidak diketahui
secara pasti, namun diduga pengalaman masa kanak-kanak dan faktor genetik keduanya
mempunyai pengaruh kemunculan gangguan kepribadian ini. Gangguan kepribadian
histrionik lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, kebanyakan gangguan
kepribadian histrionik pada pria, dengan gejala-gejala yang sama lebih cenderung
didiagnosa sebagai gangguan kepribadian antisosial. Kemungkinan hal ini terjadi karena
pada pria histrionik cenderung untuk menarik dari lingkungan sosial dibandingkan wanita
histrionik (Durand & Barlow, 2006).

5,7

Ada beberapa teori yang menyebabkan ganguan kepribadian diantaranya adalah :


Teori Genetik
Bukti yang terbaik bahwa faktor genetika berperan terhadap timbulnya gangguan
kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar
Amerika Serikat. Diantar kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan
kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain
menurut satu penelitian tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat
okupasional dan waktu luang dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan
terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersamasama.

Teori Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian adalah berhubungan dengan
fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Sebagai contoh, suatu
karakter oral adalah pasif dan dependen karena terfiksasi pada stadium oral, dimana
ketergantungan pada orang lain untuk asupan makanan adalah menonjol. Karakter anal
keras kepala, kikir, dan sangat teliti karena perjuangan di sekitar latihan toilet selama
periode anal.

Wilhelm Reich menggunakan istilah character armor untuk menggambarkan


gaya defensif karakteristik yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya sendiri
dari impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang bermakna.

Jika mekanisme pertahanan berfungsi baik, pasien dengan gangguan kepribadian


adalah mampu mengatasi perasaan kecemasan, depresi, kemarahan, malu, bersalah, atau
afek lainnya. Pasien sering kali memandang perilakunya sebagai egosistonik, berarti
bahwa perilaku tersebut tidak menimbulkan penderitaan pada pasien sendiri, kendatipun
dapat merugikan orang lain. Pasien mungkin juga unggan untuk melibatkan diri dalam
proses terapi karena pertahanan mereka adalah penting dalam pengendalian afek yang
tidak menyenangkan dan mereka tidak berminat dalam menyerahkan pertahanan
tersebut.

Pada kepribadian histrionik yaitu berupa disosiasi atau denial. Disosiasi atau
denial terdiri dari pengggantian afek yang tidak menyenangkan dengan afek yang
menyenangkan. Pemakaian disosiasi yang sering kali dipandang sebagai dramatisasi dan
dangkal secara emosional, mereka dicap kepribadian histrionik. Pasien yang
menggunakan disosiasi mendapatkan manfaat dari memiliki kesempatan untuk
mengungkapakan kecemasan mereka sendiri, dalam proses mereka mungkin mengingat
apa yang mereka lupakan. Seringkali disosiasi dan denial paling baik ditangani dengan
pemakaian pengalihan (displacement) oleh ahli terapi. Jadi klinisi dapat berbicara dengan
pasien tentang masalah afektif yang sama tetapi dalam konteks lingkungan yang kurang
mengancam. Empati klinisi terhadapa afek yang disangkal dari pasien tersebut tanpa
secara langsung menghadapkan mereka dengan kenyataan akan memungkinkan pasien
mengemukakan topik asalanya sendiri.

Teori Psikologi Kognitif


Teori yang dikembangkan oleh Freud mengatakan bahwa terhadap serangkaian
tahap perkembangan psikoseksual dari setiap individu. Tahap ini menentukan
perkembangan psikologi dari setiap individu sampai menuju dewasa. Tahap ini dikatakan
sebagai fase genital, yang menurut Freud merupakan perkembangan psikoseksual dari
gangguna kepribadian histrionik.. Psikoanalis mengatakan bahwa pengalaman traumatis
pada masa kecil memberikan kontribusi terhadap pengembangan gangguan kepribadian

histrionik. Beberapa teori menyatakan bahwa bentuk-bentuk dari gangguan kepribadian


histrionik berasal dari ketidak harmonisan dalam hubungan ibu dan anak.

V.

GAMBARAN KLINIS
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan perilaku mencari
perhatian

yang

tinggi.

Penderita

gangguan

kepribadian

histrionik

cenderung

mengekspresikan emosinya secara berlebihan. Mereka cenderung memperbesar pikiran


dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar lebih penting dibandingkan
kenyataannya. Mereka menunjukan temper tantrum, ketakut an, dan tuduhan jika mereka
bukan merupakan pusat perhatian atau tidak mendapatkan pujian atau penghargaan.

Perilaku menggoda adalah sering ditemukan pada kedua jenis kelamin. Fantasi
seksual tentang orang yang terlibat dengan pasien adalah sering, tetapi pasien tidak
konsisten tentang memverbalisasikan fantasi tersebut dan mungkin malu-malu atau genit,
bukannya agresif secara seksual. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki
disfungsi psikoseksual : wanita mungkin anorgasmik, dan laki-laki mungkin impoten.
Mereka mungkin melakukan impuls seksual mereka untuk menentramkan diri mereka
bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin lain. Kebutuhan mereka akan ketentraman
adalah tidak ada akhirnya. Tetapi, hubungan mereka cenderung dangkal, dan pasien dapat
gagal, asyik dengan diri sendiri , dan berubah-rubah. Ketergantungan mereka yang kuat
menyebabkan mereka sangat mempercayai dan mudah tertipu.

Pertahanan utama pasien gangguan kepribadian histrionik adalah represi dan


disosiasi. Dengan demikian, pasien tersebut tidak menyadari perasaan mereka yang
sesungguhnya dan tidak mampu menjelaskan motivasi mereka. Di bawah stres, tes
realitas mudah menjadi terganggu.

VI.

DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ-III
a) Ekspresi emosi yang di buat-buat (self-dramatization),seperti bersandiwara
(theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated)
b) Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan.
c) Keadaan efektif yang dangkal dan labil
d) Terus-menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan (appreciation) dari
orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
e) Penampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadai
f) Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Menurut DSM-IV pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian


yang berlebihan, dimulai pada masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima ( atau lebih ) sebagai berikut :
1. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada
tempatnya atau perilaku provokatif.
3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal.
4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fis ik untuk menarik perhatian
kepada dirinya.
5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian.
6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan.
7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi.
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.
VII.

DIAGNOSIS BANDING
Dalam aksis II menurut DSM yang termaksud dalam kelompok B yaitu
gangguan kepribadian histrionik, ambang, anti sosial, narsistik. Perbedaan antara

gangguan kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian ambang adalah pada


gangguan kepribadian ambang, usaha bunuh diri, difusi identitas dan episode psikotik
singkat adalah lebih sering daripada gangguan kepribadian histrionik. Pada gangguan
kepribadian ambang sering ditemukan pada keluarga pasien berupa depresi.

Pada gangguan kepribadian antisosial yang membedakan dengan kepribadian


histrionik adalah pada kepribadian anti sosial mudah frustasi dan bertindak agresif atau
kekerasan serta tidak peduli dengan hukum dan hak orang lain.

Untuk gangguan kepribadian narsisitk yang membedakan dengan histrionik


adalah pada kepribadian narsistik memiliki perasaan kebesaran akan kepentingan
dirinya dan menjadi marah sekali jika ada orang yang berani mengktritik.

Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif mungkin


perlu mendapatkan diagnosis penyerta gangguan kepribadian histrionik.
VIII.

PROGNOSIS
Dengan bertambahnya usia, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik
cenderung menunjukkan gejala yang lebih sedikit, tetapi, karena mereka tidak memiliki
energi yang sama dengan yang dimilikinya saat masih muda. Pasien adalah pencari
sensasi da mungkin mengalami masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat dan
bertindak kepada siapa saja.

IX.

TERAPI
Pemberian terapi pada gangguan kepribadian histrionik biasanya jangka panjang
dengan pemberian psikoterapi dan farmakoterapi.
Psikoterapi : Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak
menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam
(inner feeling) mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi
psikoanalisis, apakah dalam kelompok atau individual, kemungkinan terapi yang
terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik. Prinsipnya adalah menyadarkan pasien
bahwa dampak dari gannguan kepribadian menyebabkan disfungsi diri, hubungan
interpersonal dan hubungan sosial, jadi bukan dengan cara menghakimi atau
menyalahkan pasien.Jenis psikoterapi yaitu terapi kognitif, terapi keluarga.

1,3

Aaron T. Beck dan Albert Ellis memperkenalkan suatu terapi kognitif. CBT sangat
baik untuk pengobatan masalah termasuk: kompleks kepribadian, kecemasan, mood,
dan penyalahgunaan zat. Masalah psikotik lain juga bisa mendapatkan keuntungan dari
CBT dan telah digunakan untuk mengurangi beberapa perilaku kriminal juga.

10

CBT berusaha untuk mengganti pengaruh berbahaya dengan yang lebih realistis dan
positif. Beberapa sistem terapi yang membentuk CBT: terapi kognitif, terapi perilaku
rasional emotif dan teori multi-moda. Teknik termasuk dalam sistem ini meliputi menjaga
catatan perasaan negatif, pikiran, perilaku dan kepercayaan dan belajar bagaimana untuk
secara akurat mengidentifikasi mereka. Teknik ini dipraktekkan oleh pasien sendiri di
bawah pengawasan seorang terapis. CBT dapat membantu menstabilkan suasana hati dan
mengobati kondisi seperti gangguan bipolar.

10

Farmakoterapi : dapat diberikan bila individu datang dengan keluhan tertentu


denga target pengobatan seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan
somatik, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan
ilusi.
X.

1,3

KESIMPULAN
Ganggauan kepribadian histrionik adalah pola prilaku berupa emosionalitas
berlebih dan menarik perhatian, bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan
nyata dalam berbagai konteks.
Gangguan kepribadian histrionik ditandai oleh perilaku yang bermacam-macam,
dramatik, ekstrovert pada orang yang meluap-luap dan emosional. Faktor penyebab
utama gangguan gengguan kepribadian histrionik tidak diketahui secara pasti.Gangguan
kepribadian histrionik lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ-III dan
DSM-IV.
Pemberian terapi pada gangguan kepribadian histrionik biasanya jangka panjang
dengan pemberian psikoterapi dan farmakoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangindan L. Gangguan Kepribadian. Dalam : Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar


Psikiatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2004.h. 329-34.
2. MaramisWF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press;
2004.h. 282-7.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. England: Lippincott Williams & Wilkins;
2007.
4. Maslim R, ed. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III.
Jakarta: PT. Nuh Jaya; 2001.h. 104
5. Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B, eds. Current Diagnosis and Treatment in
Psychiatry. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007.
6. Gill D. Hughes Outline of Modern Psychiatry Fifth Edition. England: John Wiley &
Sons, Ltd; 2007.p. 113-23.
7. Richard

P.

Halg

&

Susan

Krauss

W.

Histrionik

Personality

Disorder.

http://PsikologiAbnormal.com.
8. Arthur, Melissa LCSW MA. Histrionik Personality Disorder. http://www.health.am.
9. MedlinePlus

Medical

Encyclopedia.

Histrionic

Personality

Disorder.

http:/www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/00153.htm.
10. Diah, Binder. Aaron Beck dan Trapai kognitif. http://id.hicow.com/terapi-perilakukognitif/albert-ellis/organisasi-kesehatan-dunia-317049.html.

Anda mungkin juga menyukai