Saturasi O2 : 90%
Tanda-tanda vital dengan TD: 90/50 mmHg, RR: 40 x/menit, HR: 110 x/menit teraba
lemah dan T: 37,5C
c. Dasar Pemikiran
Gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu
ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolik ventrikel), maka terjadi pula
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula
peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung
selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang kedalam anyaman vaskuler paru-paru
dan meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman
kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler, maka akan terjadi terjadi transudasi cairan
kedalam intersisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka
akan terjadi edema intersisial.
2.
Pemberian O2 10 L/menit melalui non rebreathing mask (Normal pemberiannya: 10-12 L/menit)
3.
a.
b.
c.
d.
1)
a)
b)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Prinsip-prinsip tindakan
Bersih
Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter
Prosedur pemberian O2 melalui non rebreathing mask 10 L/menit:
Persiapan alat
Alat non rebreathing mask
Humidifier dan air aquadest
Prosedur tindakan
Cuci tangan
Jelaskan tindakan
Pasangkan alat non rebreathing mask ke saluran humidifier
Atur tekanan O2 yang akan diberikan yaitu 10 L/menit
Pasangkan alat non rebreathing mask hingga tepat di hidung dan mulut klien
Pastikan O2 yang diberikan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan klien.
4.
Analisa tindakan keperawatan
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport oksigen yang adekuat dalam darah
sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2. Dengan mempertahankan oksigen jaringan
yang adekuat diharapkan masalah gangguan pemenuhan oksigen di miokard dapat teratasi.
Faktor yang menentukan oksigenasi jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi gas
(oksigen) pada membran alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan
curah jantung.
Pada klien dengan CHF terjadi penurunan COP karena kontraktilitas otot miokard mengalami
penurunan, kondisi ini mengakibatkan suplai darah ke jaringan tubuh mengalami penurunan.
Pemberian O2 pada klien dengan CHF bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi yang adekuat
pada miokardium dan jaringan tubuh sehingga suplai O2 untuk metabolisme di jaringan tubuh
bisa terpenuhi. Pemberian O2 yang adekuat maka dapat mengurangi kelelahan dan sesak nafas
pada klien.
Pemberian oksigen lewat non rebreathing mask dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan
oksigen miokard dan seluruh tubuh mencapai 80-90%. O2 non rebrething mask 10 L/menit ini
cocok untuk pasien CHF dengan disertai komplikasi edema paru karena pola napas klien tidak
efektif dan difusi O2 di alveoli paru-paru mengalami gangguan (penimbunan cairan di lapisan
pleura).
5.
Bahaya yang mungkin muncul
Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah timbulnya kondisi
Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi.
Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori diantaranya adalah untuk tindakan
tidak mencuci tangan dapat memperbesar penularan penyakit, penggunaan nasal kanul yang
tidak steril juga memperbesar penularan penyakit melalui secret dari satu pasien ke pasien lain.
Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan kemungkinan kuman-kuman yang
terkandung dalam air akan terhirup oleh klien.
6.
Hasil yang di dapat dan maknanya
S:
O:
Terdengar bunyi ronkhi basah di kedua lapang paru kanan dan kiri
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan BGA
8.
Evaluasi Diri
Tindakan ini dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Setelah pemasangan oksigen kaji
respon klien dan dilakukan pengambilan BGA.
9.
Kepustakaan
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC, Jakarta
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta