Geotextile Dasar Teori
Geotextile Dasar Teori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Material Geosintetik
Penggunaan material geosintetik pada proyek perbaikan tanah semakin
luas, material geosintetik yang telah teruji kekuatannya menjadi bagian yang
penting dalam menyelesaikan masalah geoteknik yang sering terjadi. Material
geosintetik terdiri dari banyak jenis dan bentuk tergantung dari aplikasi dan
kegunaan dari material tersebut. Salah satu jenis material geosintetik yang
digunakan pada penelitian ini adalah geotekstil. Lingkup penelitian ini yaitu
mencari nilai friksi antara material geotekstil dengan material timbunan dan nilai
friksi antara material timbunan dengan material timbunan (tanpa geotekstil). Hal
ini dikarenakan perbedaan jenis material dan perilaku dari masing-masing
material maka diperkirakan friksi yang terjadi antara geotekstil dengan material
timbunan akan berbeda dengan friksi antara material timbunan dengan material
timbunan.
Pada proyek timbunan, penggunaan geotekstil sebagai lapisan perkuatan
sangat erat hubungannya dengan perilaku gesekan yang terjadi antara geotekstil
dengan material timbunan yang ada diatasnya. Parameter kuat geser sangat
penting dalam hal ini untuk menentukan kekuatan material geotekstil terhadap
gaya geser yang terjadi akibat material timbunan yang berada diatasnya. Besar
7
kekuatan geser antara kedua jenis material tersebut dapat dijadikan parameter
yang cukup penting dalam menghitung stabilitas struktur suatu timbunan dan
proyek geoteknik lainya.
Landasan Teori
2.2.1
Geotekstil
Geotekstil adalah suatu material geosintetik yang berbentuk seperti karpet
atau kain. Umumnya material geotekstil terbuat dari bahan polimer polyester
(PET) atau polypropylene (PP). Geotekstil adalah material yang bersifat
permeable (tidak kedap air) dan memiliki fungsi yang bervariasi diantaranya
yaitu sebagai lapisan penyaring (filter), lapisan pemisah (separator), lapisan
perkuatan (reinforcement), lapisan pelindung (protector), dan juga bisa
digunakan dalam perencanaan drainase. Pada aplikasi dilapangan geotekstil telah
banyak digunakan dalam proyek teknik sipil diantaranya yaitu pada proyek jalan,
lapangan terbang, proyek timbunan, waduk, bendungan, dan masih banyak lagi.
8
Geotekstil secara garis besar dibedakan menjadi dua jenis yaitu geotekstil
woven dan geotekstil nonwoven. Perbedaan dari kedua jenis material geotekstil
ini adalah pada cara pembuatannya. Geotekstil woven dibuat dengan cara
dianyam sedangkan geotekstil nonwoven proses pembuatannya tidak dengan cara
dianyam sehingga tekstur dari geotekstil woven terlihat lebih teratur
dibandingkan dengan geotekstil nonwoven.
9
geotekstil woven digunakan sebagai bahan perkuatan tanah dasar, hal ini
dikarenakan tekstur dari geotekstil woven yang teranyam rapi sehingga memiliki
kuat tarik (tensile strength) yang lebih besar dibandingkan dengan geotekstil tipe
nonwoven.
2.2.2
sebagai
lapisan
pemisah,
material
geotekstil
dapat
mencegah
tercampurnya lapisan material yang satu dengan yang lainnya sebagai contoh
pada proyek pembangunan jalan diatas tanah dasar lunak misalnya tanah
berlumpur, pada aplikasi ini geotekstil berfungsi sebagai pemisah agar tanah
berlumpur tersebut tidak naik ke sistem perkerasan jalan yang dapat
mengakibatkan rusaknya lapisan perkerasan jalan.
10
Untuk fungsinya sebagai lapisan perkuatan yang biasa digunakan pada
proyek
timbunan
atau
perkuatan
lereng.
Material
geotekstil
bekerja
Sebagai lapis pemisah antara tanah dasar dan lapisan batuan pada
jalan yang beraspal atau pada proyek di lapangan udara.
Sebagai lapis pemisah antara tanah dasar dan lapisan batuan pada
jalan yang tidak beraspal.
11
12
Sebagai lapisan yang fleksibel untuk menahan pasir atau tanah pada
sistem kontrol erosi.
13
Berdasarkan jenisnya, geotekstil dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu:
Knitted
Material geotekstil yang digunakan pada penelitian ini adalah material geotekstil
dengan jenis woven slit-film, gotekstil jenis nonwoven continous filament needle
punched dan geotekstil komposit.
14
15
Adapun beberapa kekurangannya yaitu:
2.2.4
untuk
komposit
merupakan
geotekstil
yang dibuat
dengan
16
2.2.6
paling sederhana untuk suatu susunan uji kuat geser. Alat uji kuat geser langsung
terdiri dari sebuah kotak logam berisi sampel tanah yang akan di uji. Sampel
tanah tersebut dapat berbentuk penampang bujur sangkar atau lingkaran. Gaya
normal pada sampel tanah didapat dengan menaruh beban mati di atas sampel
tanah tersebut. Gaya geser diberikan dengan mendorong sisi kotak sebelah atas
sampai terjadi keruntuhan geser pada tanah.
17
Ada dua macam cara pengujian geser dengan alat kuat geser langsung.
Pertama yaitu dengan cara tegangan geser terkendali (stress-controlled) dimana
penambahan gaya geser dibuat konstan dan diatur. Kedua yaitu dengan cara
regangan terkendali (strain-controlled), dimana kecepatan geser uji yang diatur.
Pada uji tegangan terkendali (stress-controlled), tegangan geser diberikan
dengan menambahkan beban mati secara bertahan, dan dengan penambahan
beban mati yang sama besar setiap kali sampai runtuh. Keruntuhan akan terjadi
sepanjang bidang geser. Setelah kita melakukan penambahan beban, maka
pergerakan geser pada shear box bagian atas diukur dengan penambahan arloji
ukur (dial gauge) horizontal. Perubahan tebal sampel (tanah dengan sedemikian
juga merupakan perubahan volume sampel tanah tersebut) selama pengujian
dapat diukur dengan menggunakan sebuah arloji ukur (dial gauge) yang lain
yang mengukur perubahan gerak arah vertikal dari pelat beban.
Pada uji regangan terkendali (strain-controlled), suatu kecepatan gerak
mendatar tertentu dilakukan pada bagian atas dari pergerakan geser horizontal
tersebut dapat diukur dengan bantuan sebuah dial gauge horizontal. Besarnya
gaya hambatan gaya hambatan dari tanah yang bergeser dapat diukur dengan dial
yang berada di tengan proving ring. Kelebihan pengujian dengan cara regangan
terkendali adalah pada pasir padat, tahanan geser puncak (yaitu pada saat tahanan
runtuh) dan tahanan geser maksimum yang lebih kecil (yaitu pada titik setelah
keruntuhan terjadi) dapat diamati dan dicatat, sedangkan pada uji tegangan
terkendali hanya tahanan geser puncak saja yang dapat diamati. Tahanan geser
puncak pada uji tegangan terkendali besarnya hanya dapat diperkirakan saja. Hal
ini disebabkan karena keruntuhan terjadi hanya pada tingkat tegangan geser
18
sekitar puncak antara penambahan beban sebelum runtuh sampai sesudah runtuh.
Namun
demikian
uji
tegangan
terkendali
lebih
menyerupai
keadaan
Batu porous
Shear box atas
Sampel tanah
Geotekstil
Gaya geser
Batu porous
geser yang terjadi pada kondisi tanah tersebut terbebani. Keruntuhan geser tanah
(shear failure) bukan disebabkan karena hancurnya butir-butir tanah tersebut
tetapi karena adanya pergerakan pada butir-butir tanah tersebut. Kekuatan geser
yang dimiliki oleh suatu tanah disebabkan oleh:
19
Untuk tanah non kohesif misalnya pada pasir, maka kekuatan geser
tanah tersebut disebabkan adanya gesekan antara butiran-butiran pasir
yang besar nilainya dinyatakan dalam sudut gesek ().
2.2.8
terlepas dari perilaku interface yang terjadi antara kedua material tersebut.
Parameter kuat geser interface adalah parameter yang penting dalam melakukan
analisa timbunan yang diperkuat oleh lapisan geotekstil. Korelasi antara
tegangan geser () dengan tegangan normal () pada percobaan kuat geser antara
material timbunan dengan geotekstil yaitu dengan menggunakan kriteria
keruntuhan Mohr-Coloumb yang dijelaskan dengan grafik dibawah ini:
Tegangan Geser
Tegangan Normal
20
Hubungan linear antara tegangan normal dengan tegangan geser dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :
= c + tan
(2.1)
Tegangan Geser () =
Gaya Geser
Luas Penampang
Tegangan Normal =
21
besar dibandingkan material pasir atau agregat kasar. Setelah grafik hubungan
antara tegangan normal dan tegangan geser dibuat, maka dapat ditarik garis linier
yang merupakan hasil kombinasi antara tegangan normal dan tegangan geser.
Setelah itu didapat persamaan dan dari persamaan tersebut dapat dicari parameter
kohesi (c) dan sudut geser ().
Garis keruntuhan (failure envelope) adalah garis lurus yang menunjukan
hubungan linear antara tegangan normal dan tegangan geser. Pengertian dari
garis keruntuhan tersebut ialah bila suatu masa tanah
mengalami tegangan
22
dengan mereduksi parameter kohesi (c) dan sudut geser () secara berturut-turut
sampai keruntuhan pada struktur tanah terjadi.
Parameter interface adalah suatu parameter yang menyatakan bahwa
adanya gesekan antara dua buah permukaan struktur yang mengalami kontak
satu sama lain dan besar gesekan yang terjadi dinyatakan dalam kuat geser
dengan (c) dan () sebagai faktor yang mempengaruhi besar kekuatan geser
tersebut.
2.2.9
kekuatan pada elemen interface (elemen antarmuka), Rinter adalah faktor reduksi
kekuatan tanah akibat adanya gesekan antara tanah dengan material lain. Faktor
ini menghubungkan kekuatan interface (adhesi dan friksi) dengan kekuatan tanah
(sudut geser dan kohesi). Pada program plaxis, Rinter tidak dimasukkan langsung
sebagai suatu sifat elemen interface, tetapi didefinisikan bersama dengan
parameter kuat geser tanah dalam kumpulan data material untuk tanah dan
interface. Pada program plaxis, pemodelan elastis-plastis digunakan untuk
mendeskripsikan perilaku interface pada pemodelan interaksi tanah dan struktur.
Kriteria dari coloumb digunakan untuk membedakan antara perilaku elastis
dimana perpindahan yang kecil dapat terjadi pada elemen interface dan perilaku
plastis dimana perpindahan permanen dapat terjadi.
Agar interface tetap elastis maka tegangan geser () harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
< n . tan i + ci
(2.2)
23
dan untuk perilaku plastis maka tegangan geser () harus :
= n . tan i + ci
(2.3)
dimana I dan ci adalah sudut geser dan kohesi (adhesi) dari interface. Sifat
kekuatan dari interface selalu berhubungan dengan sifat-sifat kekuatan dari
lapisan tanah. Setiap kumpulan data material tanah memiliki faktor reduksi
kekuatan interface (R
inter
sifat-sifat kumpulan data tanah uang bersangkutan serta faktor reduksi kekuatan
dengan menerapkan aturan-aturan berikut:
ci = R inter + ctanah
(2.4)
(2.5)
(2.6)
= sudut dilatansi
Selain kriteria tegangan geser dari coloumb, kriteria batas tegangan tarik seperti
dijelaskan diatas juga berlaku pada interface (jika tidak di nonaktifkan):
n = t,i = Rinter + t tanah
(2.7)
Kaku
Pilihan ini digunakan jika suatu interface tidak mempengaruhi kekuatan
dari tanah disekitarnya. Contohnya interface yang diperpanjang di
24
sekitar sudut suatu obyek struktural, interface tersebut tidak ditujukan
untuk interaksi tanah-struktur dan seharusnya tidak mereduksi kekuatan.
Interface seperti ini harus diatur pada kondisi kaku (yaitu dengan nilai
Rinter = 1). Sebagai hasilnya sifat-sifat dari interface, termasuk sudut
dilatansi i akan menjadi sama dengan sifat-sifat dari kumpulan data
material, kecuali untuk nilai angka poisson vi.
Manual
Apabila kekuatan dari interface diatur ke manual, maka nilai Rinter dapat
dimasukkan secara manual. Umumnya pada interaksi tanah-struktur yang
sesungguhnya. Interface lebih lemah dan lebih fleksibel dibandingkan
dengan lapisan tanah yang bersangkutan, yang berarti bahwa nilai R inter
yang sesuai untuk kasus interaksi antara berbagai jenis tanah dengan
struktur dapat ditemukan dalam berbagai literatur. Jika tidak tersedia
informasi apapun, dapat diambil asumsi Rinter sebesar 2/3. Nilai Rinter
yang lebih besar dari 1 umumnya tidak digunakan.
25
Saat interface bersifat elastis, maka baik gelinciran (gerakan relative sejajar
dengan interface) maupun celah (perpindahan relatif pada arah tegak lurus
terhadap interface) dapat terjadi.
Besarnya perpindahan-perpindahan tersebut adalah:
Celah elastis =
Gelinciran elastis =
(2.8)
(2.9)
adalah modulus
kompresi satu dimensi dari interface dan ti adalah ketebalan virtual (virtual
thickness) dari interface, yang dihasilkan pada proses pembuatan interface dalam
model geometri.