Anda di halaman 1dari 17

Role of vitamin D

supplementation in
allergic rhinitis
Modh, et al.
Indian Journal of Allergy, Asthma and Immunology ,
January-June 2014. Volume 28 . Issue 1
DOI: 10.4103/0972-6691.134223

Erika Agustina Kasdjono


(1061050173)
Pembimbing:
Dr. Bambang Suprayogi,SpTHT-KL
1

Pendahuluan
Rinitis alergi merupakan masalah kesehatan pada 10% 20% penduduk di dunia.

Rinitis alergi adalah suatu peradangan pada mukosa


hidung setelah terpapar alergen yang diperantarai oleh
IgE.
Gejala-gejala pada hidung yaitu rinore (hidung beringus
yang
encer
dan
banyak),
bersin-bersin,
hidung
tersumbat dan hidung gatal. Gejala ini paling tidak
terjadi selama dua hari berturut-turut atau selama > 1
jam sehari.

WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2010

Terdapat peningkatan penyakit alergi yang dikaitkan


dengan rendahnya vitamin D.
Orang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam
ruangan, kurang mendapatkan paparan sinar matahari,
dan produksi vitamin D kutaneus yang kurang.
Jurnal ini mempresentasikan peran vitamin D pada
pasien dengan Rhinitis alergi sebelum dan sesudah
diterapi dengan suplemen Vitamin D oral (cholecalciferol
1000 IU)

Patofisiologi

Medscape 2013

Peran Vitamin D Pada Rhinitis Alergi

http://www.medscape.com, 2012

Vitamin D merangsang kekebalan bawaan dan meningkatkan


aktivitas antimikroba melalui interaksi dengan reseptor vitamin
D untuk upregulate sintesis antimikroba peptida cathelicidin

http://www.medscape.com, 2012

Materi Dan Metode

Pengukuran

Hasil

10

11

Rata-rata level serum Vit D pada 21 pasien sebelum


terapi 18,03 5,61 ng/ml . Setelah diterapi menjadi
28,92 6,21 ng/ml.
Evaluasi dari 21 pasien, 8 pasien memiliki gejala
klinis yang parah (TNSS >11), 10 pasien mengalami
rhinitis alergi sedang (TNSS 7-10), dan 1 pasien
mengalami rhinitis alergi ringan (TNSS 3-6), dan 2
pasien dengan TNSS 0-2.
Nilai TNSS sebelum terapi rata-rata 10,6 2,65 , dan
sesudah terapi
2,76 1,6.
Nilai rata-rata level serum vit D setelah terapi :
TNSS 7-10 : 22,1 ng/ml
TNSS 3-6 : 21,22 ng/ml
TNSS 0-2 : 25,86 ng/ml
Pasien dengan TNSS >11 memiliki level serum vit D
16,88 4,65 ng/ml, pasien mengalami peningkatan
setelah terapi menjadi rata-rata 21,54 9,17 ng/ml
12

Pada penelitian ini ditunjukan pasien rhinitis alergi yang


memiliki defisiensi vit. D tampak pada rata-rata serum vit.D
18,03 5,61 ng/ml sebelum terapi. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan pentingnya level vit.D pada pasien rhinitis
alergi

Peningkatan perbaikan klinis dapat dihubungkan dengan efek


imunomodulator vit.D pada sistem imun. Vit.D meregulasi
aktifitas dari sel imun termasuk monosit, sel dendritik, sel T,
sel limfosit B,
dan fungsi sel epitel. Beberapa sel imun
memperlihatkan enzim vit D activating yang memfasilitasi
konversi vit. D inaktif menjadi
calciterol aktif yang
berdampak pada efek autocrine dan paracrine

13

Efek Vitamin D
Terhadap Imunitas

14

Kesimpulan
Terdapat korelasi antara level serum vitamin
D dengan rhinitis alergi. Level serum vitamin
D rendah pada pasien dengan rhinitis alergi.
Pemberian suplementasi vitamin D pada
pasien dengan rhinitis alergi terbukti secara
klinis
mengalami
peningkatan
secara
signifikan. Walaupun penelitian lebih besar
harus dilakukan untuk memvalidasi peran
suplementasi vitamin D sebagai terapi
bersama dengan obat anti alergi.
15

Daftar Pustaka
Modh D, Katarkar A, Thakkar B, Jain A, Shah P, Joshi K. Role of vitamin
D supplementation in allergic rhinitis. Indian J Allergy Asthma
Immunol 2014;28:35-9.
Dykewicz MS, Hamilos DL. Rhinitis and sinusitis. J Allergy Clin
Immunol 2010;125:S10315.
Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono N. Rinitis alergi. In: Efiaty Arsyad
Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti,
editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala
dan leher. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1990. p. 128-133.
Vitamin D and Chronic Rhinitis,
http://www.medscape.com/viewarticle/757649_5, diunduh tanggal 13
Maret 2016.
ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma). ARIA (Allergic
Rhinitis and its Impact on Asthma) report 2010. Canada: World Health
Organization; 2010.
16

Terima Kasih...

17

Anda mungkin juga menyukai