Anda di halaman 1dari 5

LIMBAH DAN PEMANFAATAN

ABU BATUBARA
11 Maret 2015

font size
Print
Email

A. Pembuangan Dan Penimbunan Limbah


Limbahpembangkit listrik dapat berupa abu batubara
dan juga limbah penggerusan atau mill reject.
1. Penimbunan Abu
Dampak pembuangan dan penimbunan abu batubara
mirip dengan dampak penumpukan batubara yakni
bersifat lokal dan berupa partikulat yang mencemari
udara dan air lindihan oleh air hujan terhadap
tumpukan abu yang dapat mencemari air tanah. Tapi
karakteristik partikulat maupun air lindihan abu
berbeda dengan yang dihasilkan oleh kegiatan
penumpukan batubara.
Pada debu batubara polutannya berupa partikel
batubara yang kaya akan karbon, sedangkan partikulat
(abu) umumnya mengandung kadar silikon (SiO 2) tinggi.
Oleh karena itu, dampak kesehatan akibat menghirup
partikulat selain gangguan pernapasan juga silikosis.
Disamping itu, abu batubara mengandung kadar logamlogam berat yang lebih tinggi dibanding pada batubara
asalnya
karena
terjadinya
konsentrasi
akibat
pembakaran batubara. Logam-logam berat tersebut
dapat terlindih (leaching) oleh air hujan dan kemudian
meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah.
Untuk mengurangi dampak tersebut karakteristik abu
batubara harus sering dipantau. Kemudian dengan
menyalirkan resapan air hujan yang melewati atau
melindih tumpukan abu ke dalam kolam penampungan
dan menjernihkan air sebelum dibuang atau meresap

ke dalam tanah. Yang paling aman adalah dengan


memanfaatkan abu batubara menjadi produk lain,
misalnya untuk bahan baku semen, bahan bangunan,
bahan pengisi jalan dll.
2. Penimbunan Limbah Penggerusan
Limbah penggerusan (mill reject) biasanya dikenal
dengan nama pirit (bukan mineral pirit FeS 2) adalah
material
yang
tidak
cocok
untuk
karakteristik mill sehingga tidal bisa tergerus. Material
ini masih berukuran kasar dan umumnya sangat keras
(nilai ketergerusan/HGI rendah) dan langsung keluar
dari mill, biasanya jumlahnya tidak banyak. Kadangkadang limbah penggerusan ini ditangani bersamasama dengan limbah abu, terutama apabila semua
limbah ditimbun dan dibuang.
Karakteristik pirit berbeda dengan batubara aslinya
yakni mengandung bahan mineral tinggi. Dampak yang
utama apabila limbah penggerusan apabila ditimbun
tersendiri dan teripisah dari abu batubara adalah
kemungkinan pelindihan logam-logam berat dan oksida
belerang yang kemudian meresap dan mencemari air
tanah.

B.

PEMANFAATAN ABU BATUBARA


Pemanfaatan abu merupakan salah satu cara
menangani abu hasil pembakaran batubara yang yang
jumlahnya sangat besar. Walaupun nilai ekonominya
rendah, tetapi setidaknya pemanfaatan ini dapat
mengurangi biaya penanganan limbah. Dari ketiga jenis
abu batubara yakni abu-terbang, abu-dasar dan abu
terak yang reaktif dan mempunyai daya ikat adalah abu
terbang (FA) dan abu dasar (BA), sedangkan abu terak
tidak reaktif sehingga hanya sesuai untuk pemanfaatan
sebagai bahan pengisi untuk keperluan kontruski jalan
dan timbunan tanah (landfill). Pasar utama bagi

pemanfaatan abu batubara terdiri dari empat kelompok


yakni semen, bahan bangunan, teknik sipil dan
pertanian. Dalam Tabel 1. dijelaskan penggunaan abu
batubara pada masing-masing kelompok aplikasi.
Dua
sifat
kimia
yang
paling
penting
dalam pemanfaatan abu adalah kadar karbon ( unburn carbon) dan komposisi kimianya. Kadar karbon
biasanya dianalisis sebagai hilang bakar ( loss on
ignition). Abu dasar (slag) biasanya mempunyai kadar
karbon rendah. Sedangkan kadar karbon dalam abu
terbang
sangat
bervariasi
tergantung
sistem
pembakaran, pengoperasian PLTU, serta ukuran partikel
batubara. Kadar karbon naik dengan naiknya ukuran
partikel abu.
Komponen utama abu batubara terdiri dari Al2O3, SiO2,
Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O dan SO3. Kadar masingmasing komponen tersebut tergantung jenis batubara
dan sistem penambangannya. Komposisi abu batubara
sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan selanjutnya
menentukan peruntukan pemanfaatannya. Sebagai
contoh, dalam Tabel 2 ditunjukkan persyaratan sifat
kimia dan sifat fisik abu batubara untuk digunakan
dalam aplikasi kelompok semen dan bangunan.
Tahap pertama dalam pemanfaatan abu batubara
adalah melakukan karakterisasi (analisis) secara
menyeluruh terhadap sifat kimia, sifat fisik dan
mikroskopi agar aplikasi yang optimal dapat diprediksi.
Setelah aplikasi yang sesuai ditentukan selanjutnya
dilakukan uji coba skala laboratorium. Secara umum,
hanya bahan baku yang homogen (komposisi dan
ukuran) yang dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu,
apabila
pemanfaatan
abu
akan
dilakukan
ke
tahap komersial maka tahapan pertama pemanfaatan
abu batubara adalah preparasi meliputi homogenisasi.
Apabila dalam aplikasi diperlukan ukuran abu dengan
fraksi tertentu maka dilakukan proses klasifikasi ukuran.
Abu terak (slag) biasanya dipisahkan dari abu terbang
atau abu dasar, terutama apabila aplikasi memerlukan

abu yang bersifat reaktif atau bersifat pozolanik.


Apabila akan dimanfaatkan, abu terak digerus
kemudian diayak sesuai dengan ukuran yang
diperlukan.
Tabel 1.
Aplikasi/Pemanfaatan Abu
Batubara
Pasar

Aplikasi
Sbg b.baku
Sbg campuran

Semen

Bangun
an

Sipil
Pertania
n

Semen fly ash


Ready-mixed
Agregat
Agregat ringan
artifisial
Genteng, bata,
keramik
Produk beton
Pengisi aspal
Material dasar
(base
material)
Penstabil tanah
Pupuk
Kompos

Teknik aplikasi
Pengganti clay (10-20% dari clay asli
Rasio pencamp. dg semen 5% atau
kurang
Rasio semen: FA sampai 30%
Kelas A : 510%
Kelas B: 10-20%
Kelas C: 20-30%
Rasio pencampuran 20-30% dari semen
Pengganti agregat beton ringan
Pengganti expansive shale (pencampur
an-granulasi-pemanggangan)
Pengganti clay
Blok/batako :
semen+agregat+kapur+flyash
Pengganti bubuk batukapur
Pengganti pasir dan gravel untuk dasar,
distabilkan dg semen atau kapur
Sebagai bahan pengisi lapisan tanah
Pengganti pupuk K dan Mg
Campuran fly ash dg lumpur sampah
organic

Tabel 2.
Persyaratan abu untuk semen dan bangunan
untuk beberapa negara

Parameter
KIMIA
SiO2, % min.
SiO2+Al2O3+Fe2O3, %
min.
CaO, % maks.
MgO, % maks.
SO3, % maks.
Alkali (sbg. Na2O), %
maks.
Hilang bakar (LOI), %
maks.
Air, % maks.

Austra
lia

Jepa
ng

Ingg
ris

USA
C
F

45

2,5

8
1,5

70
6
5
5

10
3

50

70

5
5

5
5

1,5

1,5

7
0,5

6
3

12
3

12,5

34

34

0,8

0,8

85

75
5,5

75
5,5

95

105

105

0,0
3

0,03

4
2,5

FISIK

Kehalusan,
+
325
mesh, maks.
Ekspansi autoclave, %
maks

50
0,8

Angka aktifitas
Pozolanik
Dg. semen pd 28 hr,
% kontrol, min.
Dg. kapur pd. 7 hr,
MN/m2 min.
Kebutuhan air, %
kontrol, maks.

100

Pengerutan kering, %
maks.

0,15

Anda mungkin juga menyukai