I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Juga dengan sistem Otonomi Daerah yang mengatur tentang Tanah untuk
pengembangan pembangunan daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Pemalang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pemalang dan Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 2 Tahun 2007
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;
Batas Desa :
1.2.
Pengertian
Visualisasi informasi spasial jauh lebih efek tif daripada hanya narasi
informasisecara deskriptif.
1.3.
Batas bisa ditentukan dengan unsur alam (sungai, watershed, dan danau), dan
unsur buatan (jalan, rel kereta, saluran irigasi, dan pilar batas). Penggunaan
II.
2.1.
PELAKSANAAN PELAYANAN
Pelaksana Kegiatan
2.2.
Pengesahan Kegiatan
b.
Jika wewenang berada pada Kantor Wilayah, Kegiatan Penegasan Batas
Desa Pemekaran dibuat oleh Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan dan
penandatanganan kegiatan Penegasan Batas Desa Pemekaran oleh Kepala
Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan dengan terlebih dahulu diperiksa oleh
Kepala Seksi Tematik dan diserahkan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten
Pemalang.
2.3.
2.3.1
Persiapan
adalah peta batas yang dibuat secara kartometrik dari peta dasar yang telah
ada dengan tidak melakukan pengukuran di lapangan
Alat Tulis
b.
c.
Kamera digital
d.
e.
2.
Pengambilan titik koordinat dan pengamatan sesuai dengan formulir survei
pemetaan tematik
3.
Pengisian survei formuir pemetaan tematik ( tatacara pengisian terlampir
menjadi satu kesatuan dengan survei formulir pemetaan tematik
4.
Dalam satu bidang tanah bisa terdapat lebih dari satu penggunaan tanah
dengan mengikuti prinsip minimal unit ( 0.5 cm x 0.5 cm ) pada skala peta.
5.
GARIS BATAS :
1. Harus jelas, tegas dan dapat diukur
2. Garis batas alam; punggung bukit, lembah, water shed, thalweg, median
line,
3. Garis batas buatan; pilar, jalan raya, jalan kereta api, batas halaman.
2.3.1.6 Penyajian
Untuk peta tematik bidang tanah ditampikan informasi bidang tanah
disekitarnya, yang berbatasan langsung dengan bidang yang dimaksud. Apabila
belum tersedia data bidang tanah sekitar, maka informasi dapat dapat disajikan
berdasarkan batas area interpretasi itra satelit atau foto udara secara
porposional. Sedang untuk peta tematik kawasan, informasi bidang tanah
disekitarnya mencakup area seluas muka peta. Informasi bidang tanah
disekitarnya meggunakan data sekunder. Batas bidang tanah digambar dengan
garis tebal 0,8 mm pada hasil pencetakan.
III.
3.1
Persyaratan
3.2
Biaya
3.3
Waktu
Ketidakjelasan lokasi dan tanda batas yang berdam- pak pada kerancuan
bentang dan atau luas wilayah,
Penggunaan akses menuju suatu SDA (baca: sum- ber PAD) melalui
wilayah lain,
Dlsb.
3.4
Prosedur
3.5
Pelaporan
KESIMPULAN