Anda di halaman 1dari 9

Laporan Batas Wilayah Desa Peta Tematik ( Badan Pertanahan Nasional )

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Undang Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan tanah bagi


pembangunan untuk kepentingan umum. Dan Undang undang Nomor 4 tahun
2011 tentang informasi Geospasial. Yang didalamnya mengatur berbagai hal
tentang Badan Pertanahan Nasional. Yang kemudian berkembang dengan
diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang jenis dan
tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan
Pertanahan Nasional,Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan
Pertanahan Nasional republik Indonesia dan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.

Juga dengan sistem Otonomi Daerah yang mengatur tentang Tanah untuk
pengembangan pembangunan daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Pemalang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pemalang dan Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 2 Tahun 2007
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

Di banyak daerah di Indonesia, pemekaran wilayah terjadi. Pemekaran ini


tentunya mengandung implikasi-implikasi untuk membangun wilayah baru
tersebut secara optimal.
Dari berbagai agenda, ada satu isu penting yang harus dipahami yaitu tentang
batas wilayah desa. Isu batas wilayah desa terkait erat dengan diberlakukannya
otonomi daerah di Indonesia sejak ditetapkanya Undang-undang No. 22/1999
yang sekarang sudah diganti dengan UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Dalam UU No. 32/2004, disebutkan perlunya penetapan dan penegasan
batas daerah, dalam hal ini propinsi dan kabupaten/kota. Sebagai implementasi
penetapan dan penegasan batas daerah di kabupaten/kota, hal serupa juga perlu
dilakukan untuk wilayah desa.

Sebagai bagian dari petunjuk teknis penetapan dan penegasan batas


daerah, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia telah mengeluarkan dua
Peraturan (Permendagri). Kedua aturan tersebut adalah Permendagri No. 1/2006
tentang Penegasan Batas Daerah dan Permendagri No. 27/2006 tentang
Penegasan Batas Desa. Kedua permendagri tersebut tentunya harus menjadi

acuan utama bagi pemerintah daerah dalam melakukan penetapan dan


penegasan batas wilayah.

Dalam hal ini BPN Kabupaten Pemalang melakukan kegiatan penegasan


batas desa pemekaran karena umumnya dijumpai sertifikat yang tidak sesuai
antara keterangan letak tanah di sertifikat dengan letak tanah yang berada di
lapangan, Dengan adanya kegiatan penegasan batas desa pemekaran ini, dapat
mengakuratkan data lapangan dengan data administrasi tanah.

Batas Wilayah Administrasi antara lain :

Batas kewenangan pemerintah dan pengelolaan teritorial

Bukan untuk memisahkan diri

Untuk kejelasan hak dan kewajiban (tertib administrasi pemerintahan)

Untuk menghindari persengketaan.

Batas Desa :

Batas untuk unit wilayah terkecil,

Merupakan unit informasi spasial terkecil (dalam skala besar)

Sebelum era otonomi pun sudah penting (mungkin kurang dalam


prioritas) untuk dijelaskan dan dite-gaskan

Dalam era otonomi diprioritaskan kepentingannya sehubungan dengan


kebutuhan (pengelolaan SDA), perkembangan wilayah (pemekaran dll.), dan
PAD.

PERAN STRATEGIS PETA

Visualisasi informasi spasial

Aspek geometris, georeferensi, dan ketelitian

Kekuatan hukum sebagai media penetapan kesepakatan

PETA MEMILIKI ASPEK GEOMETRIS & GEOREFERENSI

Aspek ketelitian secara geometris dan ke lengkapan informasi,

Aspek georeferensi untuk unifikasi sistem pemetaan nasional,

Untuk kemudahan dalam sistem, mengisi kerangka geografi politik:


pembinaan ke utuhan NKRI,
contoh yg jelas adalah batas negara/internasional

PETA BATAS DESA MEMILIKI KEKUATAN HUKUM


Karena adanya validitas material sebagai media visualisasi batas, tepatnya
adalah adanya penerapan skala terkecil berapa yg mampu direkonstruksi di
lapangan.
Contoh yang jelas adalah peta-peta skala besar produksi Badan
PertanahanNasional.

1.2.

Pengertian

Istilah penetapan dan penegasan memang merupakan dua hal yang


berbeda. Seperti ditegaskan dalam kedua permendagri di atas, istilah
penetapan berarti penentuan batas di atas peta, sedangan penegasan
adalah menentukan titik-titik batas di lapangan. Dengan kata lain, penegasan
merupakan tahap lanjutan dari penetapan batas. Titik-titik yang ditentukan di
atas peta merupakan hasil dari proses penetapan, sedangkan penegasan
berfungsi untuk membawa (menentukan) titik-titik tersebut ke lapangan dengan
tanda yang bisa diamati secara fisik. Penegasan merupakan proses steke out
atas kordinat titik yang sebelumnya telah ditentukan melalui proses penetapan.

PETA ADALAH VISUALISASI INFORMASI SPASIAL

Spasial adalah hal-hal keruangan (lokasi dan hubungan antar lokasi),

Batas wilayah adalah masalah spasial, dari perolehan data, pengolahan,


basis data, sam pai dengan visualisasi,

Visualisasi informasi spasial jauh lebih efek tif daripada hanya narasi
informasisecara deskriptif.

1.3.

Maksud dan Tujuan

Dalam penegasan batas, BPN Kabupaten Pemalang, bertujuan menetapkan


titik batas di lapangan secara akurat dengan toleransi (simpangan baku)
tertentu. Dalam hal ini sangat penting adanya pemahaman terhadap teknologi
dan peralatan yang digunakan untuk mencapai ketelitian yang diharapkan.
Penggunaan tenologi penentuan posisi dengan satelit atau disebut juga Global
Positioning System (GPS).

Batas bisa ditentukan dengan unsur alam (sungai, watershed, dan danau), dan
unsur buatan (jalan, rel kereta, saluran irigasi, dan pilar batas). Penggunaan

unsur-unsur alam akan mengakibatkan batas menjadi dinamis akibat perubahan


bentang alam tetapi umumnya mudah diidentifikasi oleh masyarakat sekitar.

II.

2.1.

PELAKSANAAN PELAYANAN

Pelaksana Kegiatan

Petugas hanya dapat melaksanakan kegiatan penegasan batas desa pemekaran


setelah menerima surat tugas pengambilan data lapangan dan surat tugas
kegiatan penegasan batas desa pemekaran dari pejabat yang berwenang.
Petugas pelaksana untuk survey dan pengolahan data dilakukan oleh petugas
survey yang ada ditingkat Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah, dan BPN RI sesuai
dengan kewenangannya ataupun petugas lainnya yang mempunyai kemampuan
dan ditunjuk berdasarkan surat tugas. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 tentang penetapan formasi pejabat
pembuat akta tanah.

2.2.

Pengesahan Kegiatan

Hasil Pengambilan data lapangan disajikan dalam bentuk Kegiatan Penegasan


Batas Desa Pemekaran dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Jika wewenang berada pada Kantor Pertanahan, Kegiatan Penegasan
Batas Desa Pemekaran dibuat oleh Seksi Survei Pengukuran dan Pemetaan dan
penandatanganan peta dilakukan oleh Kepala Seksi Survei Pengukuran dan
Pemetaan dengan terlebih dahulu diperiksa oleh Kepala Sub Seksi dan Potensi
Tanah atau pejabat yang ditunjuk bertindak selaku atas nama Kepala Kantor
Pertanahan.

b.
Jika wewenang berada pada Kantor Wilayah, Kegiatan Penegasan Batas
Desa Pemekaran dibuat oleh Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan dan
penandatanganan kegiatan Penegasan Batas Desa Pemekaran oleh Kepala
Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan dengan terlebih dahulu diperiksa oleh
Kepala Seksi Tematik dan diserahkan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten
Pemalang.

2.3.

Metode Kegiatan Survei

2.3.1

Persiapan

2.3.1.1 Persiapan Administrasi


Terdiri dari surat tugas, pencairan dana dan lainnya.

2.3.1.2 Persiapan Peta


menyiapkan peta kerja berupa peta bidang tanah dan unsur unsur yang harus
terlihat jelas dengan dilengkapi foto udara atau satelit yang digunakan sebagai
latar belakang.

JENIS-JENIS PETA BATAS WILAYAH


Peta hasil penetapan batas

adalah peta batas yang dibuat secara kartometrik dari peta dasar yang telah
ada dengan tidak melakukan pengukuran di lapangan

Merupakan delineasi hasil kesepakatan

Peta hasil penegasan batas


Peta batas yang dibuat di dalam peta dasar dengan penambahan data yang
diperoleh dari hasil pengukuran dalam penegasan di lapangan.

Peta hasil verifikasi


Peta batas yang dibuat oleh daerah yang merupakan hasil verifikasi oleh Tim
PPBD Pusat sebelum ditanda tangani oleh Menteri Dalam Negeri
Dalam hal peta batas desa, maka dive rifikasi oleh Tim PPBD Daerah dan
ditandatangani oleh Camat.

PETA BATAS WILAYAH DESA


Peta Batas Wilayah Desa (Peta BWD) adalah peta yang menyajikan batas- batas
administrasi desa yang telah ditetapkan/disepakati oleh dua desa yang
berbatasan, atau telah ditegas kan dan atau telah diverifikasi

KARAKTERISTIK PETA BATAS DESA

Skala berkisar dari 1:1.000 sampai dengan 1:10.000 (setidaknya untuk di P.


Jawa);

Luas wilayah relatif kecil dalam hirarki administrasi pemerintahan;

Wilayah desa tergambar pada satu lembar peta;

Unsur-unsur rupabumi (alam dan buatan) yang di gambarkan umumnya tidak


begitu banyak/kompleks;
Mempunyai daftar dan penggambaran kordinat titik-titik batas dengan
orientasi arah utara yang benar;

Menyajikan nama unsur-unsur geografi seperlunya.

2.3.1.3 Persiapan Peralatan dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
a.

Alat Tulis

b.

Global Positoning System ( GPS ) Handheld

c.

Kamera digital

d.

Formulir survei pemetaan tematik

e.

Perlengkapan survei lainnya

2.3.1.4 Metode Survei


Langkah langkahnya sebagai berikut :
1.

Peta kerja dijadikan dasar pengamatan di lapangan

2.
Pengambilan titik koordinat dan pengamatan sesuai dengan formulir survei
pemetaan tematik
3.
Pengisian survei formuir pemetaan tematik ( tatacara pengisian terlampir
menjadi satu kesatuan dengan survei formulir pemetaan tematik
4.
Dalam satu bidang tanah bisa terdapat lebih dari satu penggunaan tanah
dengan mengikuti prinsip minimal unit ( 0.5 cm x 0.5 cm ) pada skala peta.
5.

Pengambilan gambar, foto lokasi yang disurvei.

6. Klasifikasi penggunaan tanah mengacu pada NPSK Direktorat Pemetaaan


Tematik.

GARIS BATAS :
1. Harus jelas, tegas dan dapat diukur
2. Garis batas alam; punggung bukit, lembah, water shed, thalweg, median
line,
3. Garis batas buatan; pilar, jalan raya, jalan kereta api, batas halaman.

2.3.1.5 Metode Pengolahan Data


Pengolahan data hasil lapangan dilakukan sesuai metode yang tercantum
dalam NPSK Direktorat Pemetaan Tematik. Untuk Pengolahan tematik bidang
tanah dilakukan melalui Apliksai Geo KKP. Apabila Geo KKP belum tersedia, dapat
menggunakan software (Autocad, ArcgIS, dan lainnya )

2.3.1.6 Penyajian
Untuk peta tematik bidang tanah ditampikan informasi bidang tanah
disekitarnya, yang berbatasan langsung dengan bidang yang dimaksud. Apabila
belum tersedia data bidang tanah sekitar, maka informasi dapat dapat disajikan
berdasarkan batas area interpretasi itra satelit atau foto udara secara
porposional. Sedang untuk peta tematik kawasan, informasi bidang tanah
disekitarnya mencakup area seluas muka peta. Informasi bidang tanah
disekitarnya meggunakan data sekunder. Batas bidang tanah digambar dengan
garis tebal 0,8 mm pada hasil pencetakan.

III.

3.1

STANDAR PELAYANAN PEMETAAN TEMATIK

Persyaratan

Persyaratn pelayanan adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh


pemohon agar permohonannya dapat diproses lebih lanjut, berupa dokumen
pertanahan atau dokumen yang berkaitan dengan pertanahan. Persyaratn

diajukan secara lengkap ke Kantor Pertanahan. Ketidak lengkapan dokumen


persyaratan akan ditolak oleh petugas.

3.2

Biaya

Merupakan biaya pelayanan yang diwajibkan kepada pemohon sesuai dengan


Peraturn Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Tarif dan Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional dan Surat
Edaran nomor : I/SE-100/1/2013, tanggal 3 Januari tentang Pengenaan Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB).

3.3

Waktu

Waktu adalah jangka waktu penyelesaian pelayanan pertanahan teritung sejak


penerimaan berkas lengkap dan telah lunas pembayaran biaya yang ditetapkan.
Untuk pelaksanaan pelayanan lebih dari satu jenis pelayanan, jangka waktu
secara kumulatif waktu yang dipelukan untuk masing masing jenis layanan.
Sesuai dengan ketentuan perundang undangan : Jangka waktu penyelesaian
pelayanan Tematik bidang tanah adalah 14 hari untuk semua jenis Pelayanan
Pemetaan Tematik bidang tanah (pemecahan sertifikat, pemberian hak atas
tanah, pengadaan tanah, permohonan pihak ketiga) dengan luas maksimum 10
Ha.
Dan jangka waktu tersebut tidak berlaku bagi pemohon pelayaanan pertanahan
yang didalam proses terdapat sengketa, konflik atau maslah hukum lain (berkas
dapat dikembalikan kepada pemohon ). Contoh persengketaan batas wilayah,
antara lain disebabkan oleh :

Ketidakjelasan lokasi dan tanda batas yang berdam- pak pada kerancuan
bentang dan atau luas wilayah,

Penggunaan akses menuju suatu SDA (baca: sum- ber PAD) melalui
wilayah lain,

Ketidaksamaan skala peta, atau sistem proyeksi, atau ada perbedaan


sumber data pada peta,

Informasi pada peta sudah out of date,

Dlsb.

Adapun rincian waktu penyelasaiannya sebagai berikut :


1. Penerimaan berkas dari loket atau Subsi lain : 1 hari
2. Penunjukan petuagas dan pembuatan surat tugas oleh Kasubsi Tematik dan
Potensi Tanah yang ditandatangani Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan
Pemetaan : 1 hari
3. Persiapan blanko daftar isian oleh Petugas Survei Tematik: 1 hari
4. Pelaksanaan pengamatan tematik lapangan : 6 hari

5. Pengolahan data : 3 hari


6. Pemeriksaan data hasil pengamatan tematik , oleh Kasubsi Tematik dan
Potensi Tanah : 1 hari
7. Pengesahan Peta Tematik Penggunaan Tanah oleh Kasi Survei, Pengkuran dan
Pemetaan : 1 hari.

Sedangkan waktu pelayanan pemetaan peta tematik kawasan dihitung sesuai


luas areal dan skala peta sesuai kewenangan.

3.4

Prosedur

Merupakan tahapan proses pelayanan untuk masing masing jenis kegiatan,


yang merupakan bagian dari prosedur pelayanan pertanahan pemecahan
sertifikat, pemberian hak atas tanah, pengadaan tanah, dan kerjasama dengan
pihak ketiga bedasar permohonan perorangan, maka prosedurnya mengikuti
prosedur pelayanan pertanahan.

3.5

Pelaporan

Dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan setiap bulan melaporkan hasil


pelayanan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional setiap bulan melaporkan kepada
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

KESIMPULAN

Peta berperan STRATEGIS:

Strategis artinya mutlak, pengadaannya adalah keharusan,

Karena memiliki konsekuensi TEKNIS, HUKUM, dan POLITIS untuk


visualisasi Batas Desa.

Anda mungkin juga menyukai