umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan
adanya pendingin balik. Penetapan kadar lemak dengan metode soxhlet ini
dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak dari bahan dengan pelarut anhydrous.
Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Hal tersebut
bertujuan supaya bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai
lemak serta keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa
digunakan adalah pelarut hexana
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang dan kemudian dibungkus dengan kertas
saring atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di atas sample
ditutup dengan kapas. Kertas saring ini berfungsi untuk menjaga tidak
tercampurnya bahan dengan pelarut lemak secara langsung. Pelarut dan bahan
tidak dibiarkan tercampur secara langsung agar bahan-bahan lain seperti fosfolipid,
sterol,asam lemak bebas,pigmen karotenoid, klorofil dan lain-lain tidak ikut
terekstrak sebagai lemak. Hal ini dilakukan agar hasil akhir dari penentuan kadar
lemak ini lebih akurat. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu
didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi
dengan pelarut anhydrous.
Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Alat ekstraksi
soxhlet disambungkan dengan labu lemak yang telah diisi pelarut lemak dan
ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin
disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi
lemak mulai dipanaskan. Penentuan kadar lemak pada bahan tersebut dilakukan
selama beberapa jam tergantung dari jumlah emak yang terkandung dalam bahan.
Semakin banyak kadungan lemak yang terdapat pada bahan, semakin lama proses
ekstraksi lemak dilakukan.
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin.
Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap
pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut
melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila
volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari
pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak
kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak
dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan.
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau
yang
akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk
maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk
pemisahan ini adalah sokletasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.
Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu
akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan
dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu
campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka
dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
c. syarat-syarat sampel dan pelarut
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap
Contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Syarat-syarat sampel yang digunakan dalam proses sokletasi yaitu :
1. Sampel yang digunakan mempunyai pori-porinya harus lebih besar
Contonya tea,
2. Sampel yang digunakan tidak dapat dilarutkan oleh pelarut yang digunakan
3. Sampel yang digunakan mudah ditembus oleh pelarut
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut
organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut
heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa
senyawa trepenoid dan lipid lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil
asetat untuk memisahkan senyawa senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian,
cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa
senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang
sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi
harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari,
senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau
dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa
artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi.
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan
saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler
karena sampel tidak terendam seluruhnya. Berikut adalah skema kerja alat
sokletasi:
1. Pasang alat soklet
2. Haluskan dan keringkan sampel
3. Bungkus sampel dengan kertas saring ( selongsong ), ikat dengan
benang,masukkan ke dalam alat soklet
4. Masukkan pelarut sebanyak 1,5 x volume ekstraktor soklet
5. Lakukan sokletasi sampai pelarut tidak berwarna
6. Keluarkan sampel, panaskan untuk memisahkan pelarut dari senyawa hasil
ekstraksi.
.
Dibanding dengan metode destilasi, metoda sokletasi ini lebih efisien karena pelarut
organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali,
waktu yang digunakan lebih efisien dan pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan
metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila :
1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.
2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.
3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
d. Keunggulan dan Kelemahan Sokletasi
Adapun kelebihan dan kekurangan dari sokletasi yaitu dapat terlihat seperti
dibawah ini
Keunggulan sokletasi
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap
Bagian-bagian alat dan fungsinya
Adapun bagian-bagian alat dari soklet beserta fungsinya dapat terlihat seperti
gambar di bawah ini
Dari gambar ini dapat dijabarkan bagian-bagian dari soklet yaitu
a. Labu alas bulat
Labu alas bulat pada alat ini berfungsi sebagai tempat menampung sampel dan
pelarut.
b. Hot plate
Hot plate atau penangas dalam hal ini berfungsi sebagai alat untuk
memanaskan labu alas bulat.
c. Timbal
Timbel merupakan alat yang berfungsi sebagai wadah tempat sampel yang ingin
dipisahkan. Dalam timbel terdapat dua alat yaitu pipa f dan sifon dimana pipa f
berfungsi sebagai jalan keluarnya uap dari pelarut yang menguap dari proses
penguapan sedangkan sifon berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk
perhitungan siklus.
d. Kondensor.
Kondensor merupakan alat yang berfungsi sebagai pendingin serta mempercepat
proses pengembunan. Dalam hal ini kondensor yang digunakan berbentuk bulatbulat hal ini dikarenakan untuuk mencegah adanya gelembung-gelembung air
sehingga air tidak terisi penuh hal ini dapat menyebabkan proses kondensasi tidak
berjalan dengan lancar atau maksimal.
Dalam kondensor juga terdapat lubang air masuk dan keluar dimana lubang ini
berfungsi sebagai tempat masuk dan keluarnya air.
C. Cara pengoprasian alat
Adapun cara pengoprasian alat yaitu
1. Merangkai alat soklet kemudina setelah itu memasukkan Sampel yang sudah
dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam
Thimble (selongsong tempat sampel) , di atas sample ditutup dengan kapas.
Dalam percobaan ini sampel yang digunakan yaitu tea bubuk.
2. Pelarut yang digunakan adalah Alkohol 95 % dengan titik didih tertentu.
Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk
meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan Alkohol 95
%
3. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet . Soxhlet
disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta
kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin
dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan .
4. Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soklet menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser
mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke
thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam
thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon
menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks.
Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 4 jam.
5. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses
penyulingan dan dikeringkan.
kstraktor soxhlet adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk mengekstrak
suatu senyawa. Dan umumnya metode yang digunakan dalam instrumen ini adalah
untuk mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut
namun jika suatu senyawa mempunyai kelarutan yang tinggi dalam suatu pelarut
tertentu, maka biasanya metode filtrasi (penyaringan/pemisahan) biasa dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa tersebut dari suatu sampel. Adapun
demikian, prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah salah satu model ekstraksi
(pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut selalu baru dalam
mengekstraknya sehingga terjadi ektraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah
pelarut konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik (kondensor).
Untuk cara kerjanya (mekanisme kerja), hal yang pertama yang harus dilakukan