Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,
mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan
penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan
imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal
ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).\
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara
pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi
dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan
orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana
pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan
dari orang lain (Priharjo, 1997).
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya

penyembuhan

pasien.

Secara

psikologis

mobilisasi

akan

memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh.


Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau
keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui
manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan
mobilisasi

Dari latar belakang tersebut kami tertarik mengambil sebagai kasus


kelompok dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan
gangguan mobilitas Fisik di ruang bedah RSMM Kabupaten Mimika.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memperoleh

gambaran

nyata

dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada Tn A Dengan gangguan mobilitas Fisik di ruang


bedah RSMM Kabupaten Mimika.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan Pada Tn A Dengan gangguan
mobilitas Fisik di ruang bedah RSMM Kabupaten Mimika.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan Pada Tn A Dengan gangguan
mobilitas Fisik di ruang bedah RSMM Kabupaten Mimika.
c. Menyusun rencana keperawatan Pada Tn A Dengan gangguan
mobilitas Fisik di ruang bedah RSMM Kabupaten Mimika.
d. Melakukan implementasi keperawatan Pada Tn A Dengan
gangguan mobilitas Fisik di ruang bedah RSMM Kabupaten Mimika.
e. Melaksanakan Evaluasi Pada Tn A Dengan gangguan mobilitas
Fisik di ruang bedah RSMM Kabupaten Mimika.
f. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus nyata Pada Tn A
Dengan gangguan mobilitas Fisik di ruang bedah RSMM Kabupaten
Mimika.
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang di gunakan dalam asuhan keperawatan
1. Study Perpustakaan
Dalam metode ini ami memperoleh inormasi dari buku sumber
yang berkaitan dengan masalah pasien dengan Gangguan Mobilitas
Fisik.
2

2. Study Khasus mobilitas


Kami memberi asuhan keperawatan secara langsung pada pasien
Tn. A dengan gangguan mobilisasi fisik di Ruang Perawatan Bedah
RSMM Kabupaten Mimika dengan menggunakan beberapa tahap yaitu :
Pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Untuk mencapai tahap tersebut dalam pengumpulan data kami
menggunakan beberapa cara yaitu :
a. Interveiew
Mengadakan wawancara dengan

melibatkan

pihak

yang

bersangkutan seperti: pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lain


untuk memperoleh data yang diperlukan.
b. Observasi
Sebelum menggunakan metode wawancara, kami juga memakai
cara pengamatan langsung agar kami dapat mengetahui dan melihat
langsung segala kegiatan yang dilaksanakan, serta mengetahui
keadaan pasien selama perawatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan secara umum yaitu pengkajian secara menyeluruh
tentang semua system tubuh yang meliputi pemeriksaan secara :
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
d. Metode Diskusi
Mengadakan diskusi dengna dosen pembimbing dan CI ruangan
dalam asuhan keperawatan khususnya pada gangguan mobilitas fisik.
e. Metode Dokumentasi
Mempelajari status pasien dan catatan medic atau study
dokumentasi.
D. MANFAAT PENULISAN
Dalam asuhan keperawatan ini dapat memperoleh manfaat meliputi :
1. Penulis / Kelompok II

Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan


asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama
pendidikan.
2. Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi perawat-perawat yang ada di rumah sakit
untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan khusu pada yang mengalami
gangguan mobilitas fisik.
3. Pasien
Membantu

pasien

untuk

dapat

memperoleh

pengetahuan

dan

pengalaman tentang keperawatan pada pasien dengan gangguan


mobilitas fisik sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima BAB dengan
urutan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, batasan
masalah Tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan toritis
menguraikan tentang Konsep dasar medik yang terdiri
Pengertian, etiologi, anatomi fisiologi ,jenis-jenis, gambaran
klinis,

komplikasi, penatalaksanaan yang terdiri dari

tindakan dan pengobatan. Konsep dasar Asuhan Keperawatan


meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus
Menguraikan hasil pengkajian, pengumpulan data, klasifikasi data
dan analisa data, prioritas masalah diagnosa keperawatan,

perencanaan

keperawatan,

tindakan

keperawatan,

evaluasi

keperawatan dan catatan perkembangan dan evaluasi.


BAB IV: Pembahasan
Menguraikan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dibahas
secara sistematik mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB V : Kesimpulan Dan Saran
Pada bab ini berisi kesimpulan tentang hasil penelitian terhadap
kasus yang diangkat serta saran-saran yang merupakan alternatif
pencapaian tujuan akhir
DAFTAR PUSTAKA.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

KONSEP DASAR MEDIK


1. Pengertian
a. Mobilisasi
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan
kemandirian bagi seseorang (Ansari, 2011).
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
b.

keegiatan dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)


Imobilisasi
Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang
kurang dari mobilitas optimal (Ansari, 2011).
Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di
tempat tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau
gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga
diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus
menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis
(Bimoariotejo, 2009).

2. Anatomi Fisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot

berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik.

gambar 2.1
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi
berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat
tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem
skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah
merah.
a. Sendi adalah perhubungan 2 buah tulang atau beberapa tulang
kerangka. Klasifikasi sendi secara structural terbagi menjadi :
1) Sendi fibrosa, yatu sendi yang tidak memiliki rongga sendi dan
doperkokoh dengan jaringan fibrosa
2) Sendi kartilaginous yaitu sendi yang tidak memiliki rongga sndi
dan diperkokoh oleh jaringan kartilago.
3) sendi Sinovial yaitu sendi yang memiliki rongga sendi dan
diperkokoh

oleh

kapsul

membungkusnya.

dan

ligament

artikular

yang

klasifikasi sendi menurut fungsinya :


1) sendi sinartosis (sendi mati)
2) sendi amfiartosis ( sendi dengan pergerakan terbatas)
3) sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas )
b. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,
mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan
menghubungkan tulang dan kartilago.
c. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang.
d. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak
mempunyai vaskuler.
e. Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh, jaringan saraf
terdiri dari neuron dan sel sara dan serat saraf. Fungsi system saraf
adalah mengirimkan pesan yang beurpa rangsangan atau ranggapan.

f. Otot
Otot ialah Jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana.
Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama
dengan sel dari jaringan yang lain, semua ini di ikat menjadi berkas
berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung
unsure kontraktil ( Evelyn C Pearce, 2002 )
g. Sistem Skeletal
skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan berungsi dalam
pergerakan,

melindungi

organn

vital,

membantu

mengatur

keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah


merah.
3. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis
merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi
kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti
pada depresi juga menyebabkan imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan
orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah
maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).

Penyebab secara umum:


a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot
4. Klasifikasi
a. Mobilitas penuh
Merupakan keadaan di mana kemampuan ses orang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social
dan menjalankan peran sehari-hari, Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi dari sara motoris, volunteer dan sensoris dapat mengontrol
seluaruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
yang jelas dna tidak mampu bergerak secara bebas karena

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area


tubuhnya. Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) mobilitas sebagian teporer merupakan kemampuan idividu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut
dapat tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada
system mukuloskeletal seperti adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasanyang sifatnya tetap. Hal tersbut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reersibel, contohnya
terjadi heipleia akibat stroke, praplegi karena cedera tulang
belakang dan khusus untuk poliomyelitis karena tergangguanya
system saraf motoris dan sensoris.
(Musrifatul Uliyah Dan A.Aziz A.H, 2008;104)
5. Tanda Dan Gejala
a. Dampak fisiologis dari imobilitas, antara lain:
1) penurunan fungsi ventrikel kiri menghasilkan peningkatan denyut
jantung,sinkop
2) penurunan volume sekuncup menghasilkan penurunan kapasitas
kebugaran
3) perlambatan fungsi usus menghasilkan konstipasi
4) pengurangan miksi menghasilkan penurunan evakuasi kandung
kemih
5) gangguan

tidur

menghasilkan

bermimpi

pada

siang

hari,halusinasi
b. Efek Imobilisasi pada Berbagai Sistem Organ
1) Muskuloskeletal perubahan yang terjadi akibat imobilisasi
Osteoporosis, penurunan massa tulang, hilangnya kekuatan otot,
penurunan area potong lintang otot, kontraktor, degenerasi rawan

10

sendi,

ankilosis,

peningkatan

tekanan

intraartikular,

berkurangnya volume sendi


2) Kardiopulmonal dan pembuluh darah perubahan yang terjadi
akibat imobilisasi Peningkatan denyut nadi istirahat, penurunan
perfusi miokard, intoleran terhadap ortostatik, penurunan ambilan
oksigen

maksimal

(VO2

max),

deconditioning

jantung,

penurunan volume plasma, perubahan uji fungsi paru, atelektasis


paru, pneumonia, peningkatan stasis vena, peningkatan agresi
trombosit, dan hiperkoagulasi
3) Integumen perubahan yang terjadi akibat imobilisasi Peningkatan

risiko ulkus dekubitus dan laserasi kulit


4) Metabolik dan endokrin perubahan yang terjadi akibat

imobilisasi Keseimbangan nitrogen negatif, hiperkalsiuria,


natriuresis dan deplesi natrium, resistensi insulin (intoleransi
glukosa), hiperlipidemia, serta penurunan absorpsi dan
metabolisme vitamin/mineral
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon.
Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI
(Magnetik
Resonance
Imaging)

adalah

tehnik

pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet,


gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas

11

(mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang.


Dll.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ,
kreatinin dan SGOT pada kerusakan otot
7. Komplikasi
a. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal,

mengingat

imobilitas

dapat

menyebabkan

turunnya

kecepatan metabolisme dalam tubuh. Immobilisasi menggangu


fungsi metabolic normal antara lain laju metabolic: metabolisme
karbohidarat, lemak, dan protein, keseimbangan cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan. Keberdaaan
infeksius pada klien immobilisasi meningkatkan BMR karena adanya
demam dan penyembuhan luka yang membutuhkan peningkatan
kebutuhan oksgen selular.
Gangguan metabolic yang mungkin terjadi :
1) Defisensi kalori dan proterin
2) Ekskresi kalssium dalam urin ditngkatkan melalui resorpsi
tulang.
3) Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia)
4) Gannguan gastrointestinal
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai
dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein
menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat
mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi

12

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya


pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zatzat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan
aktivitas metabolisme,
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal,
karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan
dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.

e. Perubahan Sistem Pernapasan


Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan.
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru
menurun, dan terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
2) Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi
dan osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen

13

Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan


elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya
8. Penatalaksanaan Medis
a.
Penatalaksana Umum
1) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,
keluarga, dan pramuwerdha.
2) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah
baring lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini,
serta mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien
3) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target
fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang mencakup
pula perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target
terapi.
4) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia,
gangguan cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada
kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi penyetara lainnya
5) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan
yang dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus
diturunkan dosisnya atau dihentkan bila memungkinkan.

14

6) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan


yang mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan
mineral.
7) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan
kondisi medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat
tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan
bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik,
isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
8) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alatalat bantu berdiri dan ambulasi.
9) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod
b.

atau toilet
Tatalaksana Khusus
1) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
2) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
3) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik
kepada dokter spesialisyang kompeten.
4) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasienpasien
yang mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti
werdha untuk mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang

c.

mengalami disabilitas permanen.


Penatalaksanaan lain yaitu:
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan
mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan
otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
1) Posisi fowler (setengah duduk)
2) Posisi litotomi
3) Posisi dorsal recumbent

15

d.

4) Posisi supinasi (terlentang)


5) Posisi pronasi (tengkurap)
6) Posisi lateral (miring)
7) Posisi sim
8) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular.. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan lain-lain.

e.

Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan


untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar

f.

mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.


Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban
yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan
dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.

g.

Latihan ROM Pasif dan Aktif


Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
otot.

16

Latihan-latihan itu, yaitu :

h.

1)
Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2)
Fleksi dan ekstensi siku
3)
Pronasi dan supinasi lengan bawah
4)
Pronasi fleksi bahu
5)
Abduksi dan adduksi
6)
Rotasi bahu
7)
Fleksi dan ekstensi jari-jari
8)
Infersi dan efersi kaki
9)
Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
10)
Fleksi dan ekstensi lutut
11)
Rotasi pangkal paha
12)
Abduksi dan adduksi pangkal paha
Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi
respirasi sebagai dampak terjadinya imobilitas.

i.

Melakukan Postural Drainase


Postural

drainase

merupakan

cara

klasik

untuk

mengeluarkan sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat


(gravitasi) dari sekret itu sendiri.
Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat
meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi
sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti.
j.

Melakukan komunikasi terapeutik


Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis
yaitu dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu

17

pasien untuk mengekspresikan kecemasannya, memberikan


dukungan moril, dan lain-lain.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam kasus keperawatan.
pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya.
a. Riwayat Keperawatan Sekarang. Pengkajian riwayat pasien saat
ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan /
gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu. Pengkajian riwayat penyakit di
masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas

18

c. Riwayat Keperawatan Keluarga. Pengkajian riwayat penyakit


keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi,
stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Kemampuan Mobilitas
Tingkat Aktivitas/Mobilitas

Kategori

Tingkat 0
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3

Mampu merawat diri secara penuh


Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

Tingkat 4

1) Kemampuan Rentang Gerak. Pengkajian rentang gerak


(ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang
berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi,
ekstensi, hiperekstensi)
2) Perubahan Intoleransi Aktivitas. Pengkajian intoleransi
aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskular.
3) Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi. Dalam mengkaji
kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak.
Skala

Procentase Kekuatan Normal

19

Karakteristik

0
1

0
10

25

3
4

50
75

100

Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan
Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh

Perubahan psikologis. Pengkajian perubahan psikologis yang


disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara
lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.

2.

Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan

menggambarkan

respon

manusia

(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual dan potensial


dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal
megidentiikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti
untuk

menjaga

status

keadaan

atau

untuk

mengurangi,

menyingkirkan atau mencegah perubahan.


a. Hambatan Mobilitas Fisik
b. Intoleransi Aktivitas
3. Intervensi dan Rasional
Intetervensi adalah pengembangan stragtegi desain untuk
mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah
di identiikasi dalam diagnosis keperawatan dan Rasional adalah
dasar pemikiran atau alasan ilmiah yang mendasari ditetapkannya
rencana tindakan keperawatan.
a. Hambatan Mobilitas Fisik

20

1) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas atau aks


normal, catat laporan keleahan, keletihan, dan kesulitan
menyelesaikan tugas.
R/ Memperngaruhi pilihan intervensi/bantuan
2) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan,
kelemahan otot.
R/ Menunjukan perubahan neurologi karena devisiensi
vitamin b12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
3) Awasi td, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.
Catat respon terhadap tingkat aktivitas (missal : peningkatan
denyut jantung/td, disritmia, pusing, dispnea, takipnea dan
sebagainya)
R/ Manifestasi kardio pulmunal dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4) Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila di
indikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon dan
gangguan berulang tindakan yang tak di rencanakan.
R/ Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru
5) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap
pusing.
R/ Hipotensi

postural

atau

hipoksia

serebral

dapat

menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko


cedera.
6) Priritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan
istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.
R/ Mempertahankan tingkat energy dan meningkatkan
regangan pada system jantung dan pernapasan.

21

7) Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu,


memungkinkan

pasien

untuk

melakukannya

sebanyak

mungkin.
R/ Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri.
8) Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien termasuk
aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan aktivitas
sesuai dengan toleransi.
R/ Meninkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai
normal

dan

memperbaiki

tonuss

otot/stamina

tanpa

kelemahan. Meningkatkan harga diridan rasa terkontrol


9) Gunakan teknik penghematan energy, missal : mandi dengan
duduk, dudk untuk melakukan tugas-tugas.
R/ Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi
penyimpangan energy dan mencegah kelemahan
10) Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi,
nyeri dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi
R/ Regangan/stress kardio pulmonal berlebihan/stress dapat
menimbulkan dekompensasi/kegagalan.
11) dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien
R/ memudahkan pasien untuk menjangkau dan mengurangi
perasaan ketergantungan dengan orang lain.
12) anjurkan keluarga pasien untuk selalu mendampingi pasien
dalam melakukan aktivitasnya.
R/ support dari orang terdekat akan meningkatkan mental
pasien
13) berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta
pertolongan, seperti bel atau almpu pemanggil
R/ Membuat pasien memiliki rasa aman, dpat mengatur diri
dan mengurangi kekuatan karena di tinggal sendiri

22

14) konsul dengan ahli terapi fisik.


R/ berguna dalam membuat aktivitas individual / program
latihan
15) berikan obat sesuai kebutuhan
R/ memberi vitamin untuk sel-sel saraf
b. Intoleransi Aktivitas
1) kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal,
catat

laporan

kelemahan,

keletihan

dan

menyelesaikan tugas.
R/ Mepemgaruhi pilihan intervensi/bantuan
2) kaji kehilangan/gangguan keseimbangan

kesulitan

gaya

jalan,

kelemahan otot
R/ Menunujukan perubahan neurologi karena deisiensi
vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera
3) Awasi td, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.
Catat respon terhadap tingkat aktivitas (missal : peningkatan
denyut jantung/td, disritmia, pusing, dispnea, takipnea dan
sebagainya)
R/ Manifestasi kardio pulmunal dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4) ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap
puing
R/ Hipotensi

postural

dan

hipoksia

serebral

dapat

menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko


cedera.
5) berikan

bantuan

dalam

aktivitas/ambulasi

bila

perlu,

memungkinkan pasien untuk melakukan sebanyak mungkin.


R/ Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri.
6) anjurkan pasien menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri
dada, napas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
23

R/ Regangan/ stress kardiopulmonal berlebihan/stress dapat


menimbulkan dekompensasi/kegagalan

4. Implementasi Dan Evaluasi


a. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah realisis rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang di tetapkan.
b. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dnegan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
criteria hasil yang di buat pada tahap perencanaan.
Tahap evaluasi berpedoman pada criteria tujuan yang
tercantum pada rencana keperawatan.
1) melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
2) menunujkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis :
nadi, pernapasan dan TD masih dalam rentang normal pasien.
3) Kedua Kaki Dapat Bergerak Secara BertahapPasien mampu
melakukan aktivitas secara bertahap dengan bantuan minimal
4) kekuatan otot naik secara bertahap

BAB III

24

TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk Rumah Sakit

: 10 Maret 2015 Pukul : 19.38 wit

Tanggal / Jam Pengkajian

: 16 April 2015 / 08.00 wit

No Register

: RI 1503100022

Ruangan / Rumah Sakit

: Lukas/RSMM

Diagnose Medis

: Ulkus Gluteal Gr Iv Dengan


Osteomylitis

Caput

Femoralis

Sinistra,Susp.DM, Paraprese
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Diagnose KDM

: Tn.A
: 30 tahun
: Laki-laki
: SMP
: Khatolik
: Petani
: Intan jaya
: MOBILITAS

Identitas Penanggung Jawab


Nama
: Ny.S
Umur
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SD
Agama
: Khatolik
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Intan Jaya
Hubungan dengan pasien : Istri
2. Keluhan Utama

: Kaki tidak dapat di gerakan.

3. Riwayat Keluhan Utama / Penyakit Sekarang

25

Pasien mengatakan kedua kaki bawah tidak dapat di gerakan


yang dirasakan sejak lama akibat terkena panah pada saat perang
suku 10 tahun yang lalu kelumpuhan tersebut menyebabkan pasien
tidak

mampu

melakukan

aktivitasnya

sendiri,

untuk

dapat

menggerakan kakinya pasien harus dibantu oleh keluarga terdekat,


dan keluarga hanya melakukan terapi pijatan pada orang pintar di
kampung halaman, karena tidak ada perubahan pasien di bawa oleh
keluarganya ke RSMM untuk berobat, dari hasil pemeriksaan dokter,
pasien di anjurkan untuk rawat inap.
Pada saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa berjalan
dan aktivitas di bantu oleh kerluarga dan perawat.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu / Penyakit Dahulu
pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit atau keluhan yang
sering di alami, pasie juga pernah di rawat di RSMM pada tahun
2004 selama satu bulan akibat terkena panah, pasien sempat di
lakukan pembedahan oleh keluarganya di kampung, pasien juga
mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada
yang mempunyai riwayat asma jantung kencing manis dan alergi
serta tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan
dan tidak ada yang mengalami kecelakaan.

26

b. Genogram

3
0

Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal

27

: Tinggal serumah

30

: Umur Pasien
6. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Pasien mengerti bahwa kedua kaki menjadi lemah karena cedera
terkena panah.
b. Pola nutrisi
Sebelum Sakit : pasien mengatakan pola makan baik 3x sehari,
dengan komposisi : daging,umbi-umbian, sayur dan porsi makan
di habiskan. Minum antara 4-6 gelas/hari.BB paien 54 kg.
Selama sakit : pasien mengatakan pola makan baik 3x sehari,
sesuai dengan makanan yang di berikan di rumah sakit yaitu :
nasi, lauk, sayur dan kadang-kadang ada buah dan prosi makanan
dihabiskan . Minum Minum antara 6-8 gelas/hari.BB pasien : 50
kg
c. Pola eliminasi
Sebelum Sakit : pasien mengatakan BAK 5-6 x sehari dengan
warna kuning jernih. BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek
warna coklat kekuningan.
Selama sakit : pasien mengatakan BAK 4-5 x sehari dengan
warna kuning jernih. BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek
warna coklat.

28

d. Pola kebersihan diri


Sebelum Sakit : pasien mengatakan di rumah setiap hari mandi
kurang lebih 2 kali pagi dan sore.
Selama sakit : pasien mengatakan selalu mandi tiap pagi dengan
bantuan perawat.
e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien jarang tidur siang dan tidur malam (8-10
jam) dari pukul 20.00 WIT-05.00 WI.
Selama sakit : pasien mengatakan tidur siang biasanya 2-3 jam
dan tidur malam 7-8 jam.
f. Pola aktivitas dan mobilitas
Sebelum sakit : pasien mengatakan kedua kaki tidak bisa
digerakan tapi masih bisa mobilisasi dengan bantuan.
Selama Sakit : pasien mengatakan sering berbaring di tempat
tidur dan aktivitas sehari-hari sebagian di bantu oleh keluarga
dan perawat, aktivitas menggunakan kursi roda, dan kaki tidak
dapat di gerakan.
g. Pola peran dan hubungan
Hubungan

dengan

keluarga

harmonis

dan

baik

masyarakat sekitar dan ramah terhadap petugas kesehatan

29

dengan

h. Pola konsep diri


Pasien tidak merasa malu dengan kondisi fisiknya.
i. Pola kognitif dan persepsi sensori
Pasien Dapat Berbicara Dengan Jelas.
j. Pola mekanisme koping
Pasien

mengatakan

jika

ada

masalah,

pasien

biasanya

menggunakan adat untuk menghadapinya.

7. Pemeriksaan Fisik
a. status kesehatan umum
1) keadaan umum : sakit sedang
2) kesadaran : Compos Mentis
3) BB
: 50 kg (saat sakit)
4) TB
: 150 cm
5) TTV
a) TD
: 120/80 mmHg
b) N
: 82 x/m
c) S
: 36,5 C
d) R
: 22 x /m

GCS : E:4 M:6 V:5

b. Pemeriksaan fisik pada organ tubuh


1) Kepala
a) inspeksi : bentuk kepala tampak bulat,warna rambut
hitam, keriting, kulit kepala tampak kotor.
b) palpasi
: tidak teraba benjolan pada kepala klien,
dan tidak ada nyeri tekan.
2) mata
a) inspeksi : tidak tampak adanya peradangan,

30

sklera tampak putih , konjungtiva anemis,


b) palpasi

tidak memakai alat bantu melihat.


: tidak teraba adanya edema pada
palpebra,tidak ada nyeri tekan.

3) hidung
a) inspeksi : tidak tampak adanya polip,
septum hidung tampak di tengah tidak ada
perdarahan /peradangan, fungsi penciuman
baik karena bisa
b) palpasi

mencium aroma

minyak kayu putih.


: Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung.

4) telinga
a) inspeksi : tampak simetris ki/ka, canalis
bersih, tidak adanya tanda peradangan
fungsi

peradangan

baik

karena

bisa

merespon panggilan perawat, pasien tidak


menggunakan alat bantu.
5) mulut
a) inspeksi : keadaan gigi tampak lengkap,
tidak ada masalah menelan, pasien dapat
berbicara dengan baik, posisi ovula di
tengah, tidak ada pembesaran tonsil,
keadaan lidah tampak bersih, fungsi
mengunyah tampak baik, fungsi mengecap

31

tampa baik karena bisa membedakan rasa


pahit dan manis.
6) Leher
a) inspeksi : tidak ada pembesaran vena
jugularis,
tidak
tamapak

adanya

pembesaran tyroid.
b) palpasi

: tidak teraba pemebesaran kelenjar tyroid

7) thoraks/dada
a) inspeksi

: simetris ki/ka, tidak terdapat


retraksi dinding, terdapat bekas
luka, pernafasan diafragma, tidak
ada dispnea.
: teraba getaran simetris ki/ka
: sonor, lokasi : pada jaringan paru
: bunyi nafas normal vaskuler
tidak terdengar suara tambahan

b) palpasi
c) perkusi
d) auskultasi
8) jantung
a) inspeksi
b) palpasi

: tampak ictus kordis


: ictus cordis teraba di ICS 5
Medio clavikularis sinistra, HR :
80x/menit
: kanan atas ICS II linea Para
Sternalis dekstra,kanan bawah ICS

c) perkusi

IV linea para sternalis dektra,kiri


atas ICS ii linea sternalis sinistra,
kiri bawah ics IV linea medio
d) auskultasi

32

clavikularis sinistra.
: Bunyi jantung II A : di ICS 2

linea

sternalis

kanan,

Bunyi

jantung II P : di ICS 3 linea


sternalis kiri, Bunyi jantung I T :
di ICS 4 linea sternalis kiri, Bunyi
jantung I M : di ICS 5 medio
klavicularis kiri.
9) abdomen
a) inspeksi

: tampak datar dan ada bekas luka,


bayangan vena tidak tampak, tidak
tampak adanya benjolan massa.
: tidak ada nyeri tekan , tidak teraba
massa,hepar tidak teraba tidak

b) palpasi

c) perkusi
d) auskultasi

teraba linen.
: tidak terdapat nyeri pada saat
perkusi ginjal.
: peristaltic 16x/menit

10) Ekstremmitas
a) inspeksi

: ekstremitas atas dapat di


gerakan dengan baik sedangkan
ekstremitas

bawah

susah

di

gerakan, pasien menggunakan alat


bantu kursi roda.

5
2

5
2
keterangan :
nilai 5 : kekuatan penuh
nilai 4 : kekuatan kurang di banding sisi lain
nilai 3 : mampu menahan gerak tapi tidak mampu
melawan tekanan
33

nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan


sentuhan akan jatuh
nilai 1 :tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
nilai 0 : tidak ada kontraksi otot
8. Pemeriksaan diagnostic
Jenis pemeriksaan
Hb
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC

: 9,3 g/dl
: 12.400 / mm3
: 552 ribu / mm3
: 4.09 juta / mm
: 31%
: 75rl
: 23 pr
: 30 g / dl

Nilai normal
L:13.0-18.0 P:11.5-16.5
5,0-10,0
150-400
L : 4,5-6,5 P : 4,0-5,5
L : 40-54 P : 36-47
80,0 - 97,0
28,0 38,0
32,0 36,0

9. terapi
a. neurobat 1 x 1 tab ( vitamin untuk melindungi sel-sel saraf)
b. cefixime 2 x 1 cap (antibiotic untuk pengobatan infeksi yang disebabkan
oleh microorganisme)

10. KLASIFIKASI DATA


Data Subjektif

Data Obejctif

pasien mengatakan kedua kaki tidak


dapat di gerakan.
pasien mengatakan sebagian aktivitas
di bantu oleh keluarga dan perawat

34

pasien tampak lemas


aktivitas di bantu oleh perawat
keluarga
kedua kaki tidak dapat di gera
dengan maksimal
pasien beraktivitas dengan kursi roda
pasien tampak berbaring di tempat ti
kekuatan otot.

5
2

5
2

TTV
TD
N
S
R

11. ANALISA DATA


Data

Penyebab

35

Masalah

: 120/80 mmHg
: 82 x/m
: 36,5 C
: 22 x /m

Ds :

pasien
mengatakan
kedua kaki tidak dapat
di gerakan.

pasien
mengatakan
sebagian aktivitas di
bantu oleh keluarga
dan perawat
.

Do :

Gangguan
Neuromuskular

Pasien tampak lemas


Aktivitas di bantu oleh
perawat dan keluarga
Kedua kaki tidak dapat
di
gerakan
dengan
maksimal
Pasien
beraktivitas
dengan kursi roda

pasien
tampak
berbaring di tempat
tidur.
Kekuatan otot.

5
2

Hambatan Mobilitas
Fisik

TTV
TD
N
S
R

5
2

:120/80mmHg
: 82 x/m
: 36,5 C
: 22 x /m

B. Diagnosa keperawatan
1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan
Neuromuskular

36

C. Rencana asuhan Keperawatan


D.

Nama Pasien : Tn. A

E. Umur

: 30 Thn

Tanggal Masuk RS

: 10 Maret

No register

2015
RI

1503100022

M.

F. Dx Keperawatan
J.
K. Hambatan
Mobilitas Fisik
berhubungan
dengan Gangguan
Neuromuskular
yang
ditandai
dengan :
L.
Ds :
pasien mengatakan kedua
kaki tidak dapat di
gerakan.
N.

pasien
sebagian

mengatakan
aktivitas di

G. Tujuan
AK.
AL.Setelah
di
lakukan tindakan
keperawatan 2 x
16
jam
di
harapkan pasien
dapat
meningkatkan
dan melakukan
aktivitas secara
mandiri
sesuai
dengan
kemampuan
dengan
kriteria
hasil :
AM.
37

H. Intervensi
BB.
1. Kaji secara teratur fungsi
motorik
dengan
menginstruksikan pasien
untuk melakukan gerakan
seperti meregangkan jari,
mengangkat kaki.
BC.
2. observasi
tanda-tanda
vital
BD.
BE.
BF.
BG.
BH.
BI.

I. Rasional
BX.
1. Mengevaluasi
keadaan
secara
khusus.
Pada
beberapa lokasi trauma
mempengaruhi
tipe
pemilihan intervensi.
BY.
BZ.
CA.
2. Manifestasi
kardio

pulmunal dari upaya


jantung dan paru untuk
membawa
jumlah
oksigen adekuat ke
jaringan.
CB.

bantu oleh keluarga dan


perawat
O.

P.
Q.
R.
S.
T.
U.

V. Do :
W.
X.
aktivitas di bantu oleh
perawat dan keluarga
kedua kaki tidak dapat di
gerakan dengan maksimal
pasien
beraktivitas
dengan kursi roda

pasien
berbaring
tidur.

tampak
di tempat

Y.
kekuatan otot.
Z.

AA.

AB.
AC.
TTV
AD.

TD

AN.
AO.
Kedua
Kaki
Dapat
Bergerak Secara Bertahap
AP.
Pasien mampu melakukan
aktivitas secara bertahap
dengan bantuan minimal
AQ.
AR.
AS.
AT.
Pasien dapat melakukan
aktivitas
sehari-hari
secara bertahap
AU.
AV.
AW.
kekuatan otot naik secara
bertahap
AX.
AY.
E.
AZ.
G.
BA.
A.
C.

38

F.
H.
B.
D.

3. bantu
pasien
dalam
pemenuhan
kebutuhan
aktivitas sehari-hari
BJ.
BK.
BL.
4. ganti
posisi
secara
periodic walaupun dalam
keadaan duduk.
BM.
BN.
BO.
BP.
5. dekatkan alat-alat yang
dibutuhkan pasien
BQ.
BR.
BS.
6. anjurkan keluarga pasien
untuk selalu mendampingi
pasien dalam melakukan
aktivitasnya.
BT.
BU.
7. berikan suatu alat agar
pasien mampu untuk
meminta
pertolongan,
seperti bel atau almpu

3. mencegah
kelelahan,
memberikan kesempatan
untuk berperan seerta
melakukan upaya yang
maksimal
CC.
CD.
4. mengurangi tekanan pada
salah satu area dan
meningkatkan
sirkulasi
perifer
CE.
CF.
CG.
5. memudahkan pasien untuk
menjangkau
dan
mengurangi
perasaan
ketergantungan
dengan
orang lain.
CH.
6. support dari orang terdekat
akan meningkatkan mental
pasien.
CI.
CJ.
7. Membuat pasien memiliki
rasa aman, dpat mengatur
diri
dan
mengurangi
kekuatan karena di tinggal

120/80 mmHg
AE.N
: 82 x/m
AF. S
: 36,5 C
AG.
R
:
22 x /m
AH.
AI.
AJ.

CN.

pemanggil
BV.
8. kolaborasi dengan ahli
terapi fisik
BW.
9. berikan
obat
sesuai
kebutuhan

sendiri
CK.
8. berguna dalam membuat
aktivitas/program latihan
CL.
9. member vitamin untuk selsel saraf
CM.

Implementasi dan Evaluasi


CO.

Nama Pasien : Tn. A

Tanggal Masuk RS

: 10 Maret

No register

2015
CP.Umur

: 30 Thn

ri

1503100022
CQ.
No dx
CW.

CR.
H
ari/Tgl
CX.
K

CS.
m
CY.

Ja
07.

CT.

Implementasi
1. Mengkaji

secara
39

teratur

CU.

Evaluasi

CV.

Paraf

HE.

Kamis, 16 april 2015

ID.

Dina

M. N.
O. P.

amis, 16
-04-2015

30
CZ.
DA.
DB.
DC.
DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
00
DP.
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU.
DV.
DW.
25
DX.
DY.
DZ.
EA.
EB.

08.

08.

fungsi
motorik
dengan
menginstruksikan
pasien
untuk melakukan gerakan
seperti menggoyangkan kaki.
FZ.
GA.
Hasil
:
terdapat
sedikit
gerakan tetapi tidak
dapat
melawan
gravitasi.
GB.
GC.
I. J.
GD.
K. L.
GE.
GF.
GG.
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital
GH.
Hasil :
GI. TD
:
120/80
mmHg
GJ. N
: 82 x/m
GK.
S
:
36,4 C
GL.R
: 22 x /m
GM.
3. Membantu pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan
aktivitas sehari-hari

40

HF.
Jam 15.00 WIT
HG.
S:
HH.
Pasien mengatakan masih merasa
lemah dan belum bisa beraktifitas seperti
biasa karena kedua kaki masih sulit untuk di
gerakan dan pasien masih di bantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitas seperti
mandi, berpindah ke kursi roda, BAB, BAK.
HI.
HJ.
O:
1. pasien tampak lemah dan berbaring
di tempat tidur
2. keluarga sering membantu membantu
pasien
dalam
melakukan
aktivitasnya.
HK.
HL.
HM.
HN.
HO.
HP.
HQ.
3. TTV
HR.
TD : 120/80 mmHg
HS. N : 76 x/menit
HT.S : 36, 2 c
HU.
R : 20x/m
4. kekuatan otot.
HV.

s Pagi
IE.
IF.
Marthanti
IG.
IH.
Sipriana
II.
IJ.
Marlince
IK.
IL.
Yopie

EC.
ED.
30
EE.
EF.
EG.
EH.
EI.
EJ.
EK.
EL.
EM.
45
EN.
EO.
EP.
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.
05
EV.
EW.
EX.
EY.
EZ.
FA.
FB.
FC.
FD.
FE.

08.

08.

09.

GN.
Hasil
:
membantu
dalam
pemenuhan BAK dan
BAB dan berpindah
ke kursi roda.
GO.
4. Mengganti posisi secara
periodic walaupun dalam
keadaan duduk.
GP. Hasil : posisi pasien
di uabh setiap 2 jam
(mika/miki,semi
fowler)
GQ.
GR.
5. Mendekatkan alat-alat yang
dibutuhkan pasien
GS. Hasil : alat-alat
makan dan minum
yang di butuhkan
pasien diletakan pada
meja dekat pasien.
GT.
GU.
6. Menganjurkan
keluarga
pasien
untuk
selalu
mendampingi pasien dalam
melakukan aktivitasnya.
GV.

41

HW.
HX.
HY.
HZ.
IA. A : masalah belum teratasi
IB.
IC. O : lanjutkan 1,2,3,4,5,6

FF.
FG.
FH.
15
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FR.
20
FS.
FT.
FU.
FV.
FW.
FX.
FY.
00

09.

09.

12.

GW.
GX.
Hasil
:
keluarga
pasien
selalu
ada
mendampingi pasien
dan
membantu
pasien
dalam
pemenuhan
kebutuhan.
GY.
7. Memberikan suatu alat agar
pasien
mampu
untuk
meminta pertolongan, seperti
bel atau almpu pemanggil
GZ.Hasil
:
pasien
menggunakan
bel
yang di sediakan
untuk
memanggil
perawat
HA.
8. kolaborasi dengan ahli terapi
fisik
HB.
Hasil
:
mengantar
pasien
untuk
fisioterapi,pasien
merasa
nyaman
setelah di fisioterapi
HC.
42

9. berikan
obat
sesuai
kebutuhan
HD.
Hasil
:
Neurobat 1 x 1 tab

IM.
IN.
IO.
No dx

IP.
H IQ.
ari/Tgl
am

IU.
1

IV.
K IW.
amis, 16 5.10
-04-2015 IX.
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.
JD.
JE.
JF.
JG.
JH.
JI.
JJ.
5.20
JK.
JL.
JM.

IR.

Implementasi

IS.

1. Mengkaji secara teratur


fungsi motorik dengan
menginstruksikan pasien
untuk melakukan gerakan
seperti
menggoyangkan
kaki.
KV.Hasil : terdapat
sedikit
gerakan
tetapi tidak dapat
melawan gravitasi
KW.
Q. R.
KX.
S. T.
KY.
KZ.
2. Mengobservasi
tandatanda vital
LA.Hasil :

43

Evaluasi

LP.
Kamis, 16 april 2015
LQ.
Jam 21.30 WIT
LR.
LS.
S:
LT.
Pasien mengatakan masih merasa
lemah dan belum bisa beraktifitas seperti
biasa karena kedua kaki masih sulit untuk
di gerakan dan pasien masih di bantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitas
seperti mandi, berpindah ke kursi roda,
BAB, BAK
LU.
LV.
O:
1. pasien tampak lemah dan
berbaring di tempat tidur
2. keluarga sering membantu pasien
dalam melakukan aktivitasnya.
LW.

IT.
af

Par

MM. Din
as Siang
MN.
MO. Agustina
MP.
MQ. Arnold

JN.
JO.
JP.
JQ.
JR.
JS.
5.30
JT.
JU.
JV.
JW.
JX.
JY.
JZ.
KA.
5.45
KB.
KC.
KD.
KE.
KF.
KG.
KH.
5.50
KI.
KJ.
KK.
KL.
KM.
KN.
KO.
KP.

LB. TD
: 120/80
mmHg
LC. N
: 84 x/m
LD.S
: 36 C
LE. R
: 22 x /m
LF.
LG.
3. Membantu pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan
U.
V.
aktivitas sehari-hari
W. X.
LH.Hasil
:
:
membantu dalam
pemenuhan BAK,
BAB,
dan
berpindah ke kursi
roda.
LI.
4. Mengganti posisi secara
periodic walaupun dalam
keadaan duduk.
LJ. Hasil : posisi
pasien di uabh
setiap
2
jam
(mika/miki,semi
fowler)
LK.
5. Mendekatkan
alat-alat
yang dibutuhkan pasien
LL. Hasil : alat-alat

44

3. TTV
LX.TD : 110/70 mmHg
LY. N : 72 x/menit
LZ. S : 36,7 c
MA.
R : 18x/m
MB.
4. kekuatan otot.
MC.
MD.
ME.
MF.
MG.
MH.
MI.
MJ. A : masalah belum
teratasi
MK.
ML.
P : lanjutkan
intervensi 1,2,3,4,5,6

6.00
KQ.
KR.
KS.
KT.
KU.

makan dan minum


yang di butuhkan
pasien diletakan
pada meja dekat
pasien.
LM.
LN.
6. Menganjurkan
keluarga
pasien
untuk
selalu
mendampingi
pasien
dalam
melakukan
aktivitasnya.
LO.Hasil : keluarga
pasien selalu ada
mendampingi
pasien
dan
membantu pasien
dalam pemenuhan
kebutuhan.

MR.
MS.
MT.
No
dx
MZ.
1

MU. H MV.
ari/Tgl
m

Ja

NA.
J
umat, 17

NB.
8.00

MW.

Implementasi

1. Mengkaji secara teratur


fungsi motorik dengan
45

MX.

Evaluasi

MY.
af

Par

QC.
QD.

Jumat, 16 april 2015


Jam 15.00 WIT

RA.
Din
as pagi

-04-2015

NC.
ND.
NE.
NF.
NG.
NH.
NI.
NJ.
NK.
NL.
NM.
NN.
NO.
NP.
8.30
NQ.
NR.
NS.
NT.
NU.
NV.
NW.
NX.
8.45
NY.
NZ.
OA.
OB.
OC.
OD.
OE.
OF.

menginstruksikan pasien
untuk melakukan gerakan
seperti
menggoyangkan
kaki.
PC. Hasil : terdapat
sedikit
gerakan
tetapi tidak dapat
melawan gravitasi.
PD.
Y. Z.
PE.
AA.
AB.
PF.
PG.
PH.
2. Mengobservasi
tandatanda vital
PI. Hasil :
PJ. TD
: 120/80
mmHg
PK. N
: 88 x/m
PL. S
: 37 C
PM.
R
:
22 x /m
PN.
3. Membantu pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan
AC. AD.
aktivitas sehari-hari
PO. Hasil AE.: AF. :
membantu dalam
pemenuhan BAK

46

QE.
QF.
S:
QG.
Pasien mengatakan masih merasa
lemah dan belum bisa beraktifitas seperti
biasa karena kedua kaki masih sulit untuk
di gerakan dan pasien masih di bantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitas
seperti mandi, berpindah ke kursi roda,
BAB, BAK.
QH.
QI.
QJ.
QK.
O:
1. pasien tampak lemah dan
berbaring di tempat tidur
2. keluarga sering membantu pasien
dalam melakukan aktivitasnya.
3. TTV
QL.TD : 110/80 mmHg
QM.
N : 72 x/menit
QN.
S : 36,8 c
QO.
R : 20x/m
QP.
4. kekuatan otot.
QQ.
QR.
QS.
QT.
QU.
QV.

RB.
RC.
Agustina
RD.
RE.
Arnold
RF.
RG.
RH.
RI.
-

OG.
9.15
OH.
OI.
OJ.
OK.
OL.
OM.
ON.
9.25
OO.
OP.
OQ.
OR.
OS.
OT.
OU.
9.29
OV.
OW.
OX.
OY.
OZ.
PA.
PB.
2.00

dan BAB
PP.
PQ.
PR.
PS.
4. Mengganti posisi secara
periodic walaupun dalam
keadaan duduk.
PT. Hasil : posisi
pasien di uabh
setiap
2
jam
(mika/miki,semi
fowler)
PU.
5. Mendekatkan
alat-alat
yang dibutuhkan pasien
PV. Hasil : alat-alat
makan dan minum
yang di butuhkan
pasien diletakan
pada meja dekat
pasien.
PW.
6. kolaborasi dengan ahli
terapi fisik
PX. Hasil : mengantar
pasien
untuk
fisioterapi,pasien
merasa
nyaman

47

QW.
QX.
A : masalah
belum teratasi
QY.
QZ.O : lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5

setelah
fisioterapi

di

PY.
7. berikan
obat
sesuai
kebutuhan
PZ. Hasil : Neurobat 1
x 1 tab
QA.
QB.

48

AW.
BC.
1

No dx

AX.

BD.
Ju BE.
mat,
17 15.45
BF.
-04-2015
BG.
BH.
BI.
BJ.
BK.
BL.
BM.
BN.
BO.
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
15.55
BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
16.05
CC.
CD.
CE.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ.
CK.
17.15
CL.
CM.
CN.
CO.
CP.
CQ.
CR.
17.30

AZ.
asi
1. Mengkaji secara teratur
fungsi motorik dengan
menginstruksikan pasien
untuk melakukan gerakan
seperti
menggoyangkan
kaki.
CX.
Hasil
:
terdapat
sedikit
gerakan
tetapi
tidak
dapat
melawan gravitasi
CY. .
EX. EY.
CZ.
EZ.
FA.
DA.

Hari/Tgl

AY.

Jam

Implement

BA.

Evaluasi

BB.

DT.
Jumat, 16 april 2015
DU. Jam 21.00 WIT
DV.
DW. S :
DX.
Pasien mengatakan masih merasa
lemah dan belum bisa beraktifitas seperti
biasa karena kedua kaki masih sulit untuk
di gerakan dan pasien masih di bantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitas
seperti mandi, berpindah ke kursi roda,
BAB, BAK.
DY.
DZ.
EA.
EB.
EC.
O:
DB.
1. pasien tampak lemah dan
DC.
berbaring di tempat tidur
DD.
2. keluarga seiring membantu pasien
2. Mengobservasi
tandadalam melakukan aktivitasnya.
tanda vital
ED.
DE.
Hasil :
3. TTV
DF. TD
: 110/70
EE.TD : 120/80 mmHg
mmHg
EF. N : 72 x/menit
DG.
N
:
EG.
S : 36 c
80 x/m
EH.
R : 24x/m
DH.
S
:
EI.
36,4 C
4. kekuatan otot.
DI. R
: 20 x /m
EJ.
DJ.
EK.
3. Membantu pasien FB.
dalam
FC. EL.
pemenuhan
kebutuhan
FD. FE.
EM.
aktivitas sehari-hari
EN.
DK.
Hasil : :
EO.
membantu dalam
EP. A : masalah belum
pemenuhan BAK
teratasi
dan BAB
EQ.
DL.
ER.O : lanjutkan intervensi
DM.
1,2,3,4,5
49
DN.
DO.
4. Mengganti posisi secara
periodic walaupun dalam

Paraf
ES.
Din
as siang
ET.
EU.
Martanti
EV.
EW. Marlince

RK.
RL.
RM.
RN.
RO.
RP.
RQ.
RR.
RS.
RT.
RU.
No dx

RV.
H RW.
ari/Tgl
am

J RX.

Implementasi

RY.

50

Evaluasi

RZ.
af

Par

SA.
1

SB.
S
abtu, 1804-2015

SC.
8.05
SD.
SE.
SF.
SG.
SH.
SI.
SJ.
SK.
SL.
SM.
SN.
SO.
SP.
SQ.
SR.
8.15
SS.
ST.
SU.
SV.
SW.
SX.
SY.
SZ.
8.35
TA.
TB.
TC.
TD.
TE.

1. Mengkaji secara teratur


fungsi motorik dengan
menginstruksikan pasien
untuk melakukan gerakan
seperti
menggoyangkan
kaki.
VI.
VJ. Hasil : terdapat
sedikit
gerakan
tetapi tidak dapat
melawan gravitasi.
VK.
VL.
AG. AH.
VM.
AI.
AJ.
VN.
VO.
2. Mengobservasi
tandatanda vital
VP. Hasil :
VQ.
TD
:
110/70 mmHg
VR.
N
:
80 x/m
VS. S
: 36,5 C
VT.R
: 22 x /m
VU.
3. Membantu pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan
AK. AL.
aktivitas sehari-hari
AM. AN.
VV.Hasil : membantu
51

WT.
Sabtu , 16 april 2015
WU. Jam 15.00 WIT
WV.
WW. S :
WX. Pasien mengatakan mulai merasas
segar, pasien mampu untuk mendi sendiri
dengan alat mandi yang sudah disiapkan,
pasien dapat berpindah ke kursi roda
dengan sendirinya
WY.
WZ.
XA.
XB.
O:
1. pasien tampak lebih segar
2. keluarga
masih
berusaha
membantu
pasien
dalam
melakukan aktivitasnya.
3. pasien dapat mandi sendiri
XC.
4. TTV
XD.
TD : 110/70
mmHg
XE.N : 84 x/menit
XF. S : 37 c
XG.
R : 24x/m
XH.
5. Kekuatan otot.
XI.
XJ.
XK.

XR.
Din
as pagi
XS.
XT.
Martanti
XU.
XV.
Marlince
XW.
XX.
Arnold
XY.
XZ.
Agustina

TF.
TG.
TH.
TI.
9.00
TJ.
TK.
TL.
TM.
TN.
TO.
TP.
TQ.
9.15
TR.
TS.
TT.
TU.
TV.
TW.
TX.
TY.
9.20
TZ.
UA.
UB.
UC.
UD.
UE.
UF.
UG.
UH.

dalam pemenuhan
BAK dan BAB
VW.
VX.
VY.
4. Mengganti posisi secara
periodic walaupun dalam
keadaan duduk.
VZ.Hasil : posisi
pasien di uabh
setiap
2
jam
(mika/miki,semi
fowler)
WA.
WB.
5. Mendekatkan
alat-alat
yang dibutuhkan pasien
WC.
Hasil
:
alat-alat
makan
dan minum yang
di butuhkan pasien
diletakan
pada
meja dekat pasien.
WD.
WE.
6. Menganjurkan
keluarga
pasien
untuk
selalu
mendampingi
pasien
dalam
melakukan

52

XL.
XM.
XN.
XO.
A : Sebagian
masalah teratasi
XP.
XQ.
O : lanjutkan
intervensi 1,2,3,4,5

UI.
UJ.
UK.
UL.
UM.
UN.
UO.
UP.
9.25
UQ.
UR.
US.
UT.
UU.
UV.
UW.
UX.
UY.
UZ.
9.30
VA.
VB.
VC.
VD.
VE.
VF.
VG.
2.00
VH.

aktivitasnya.
WF.
Hasil
:
keluarga
pasien
selalu
ada
mendampingi
pasien
dan
membantu pasien
dalam pemenuhan
kebutuhan.
WG.
WH.
WI.
WJ.
WK.
WL.
WM.
7. Memberikan suatu alat
agar pasien mampu untuk
meminta
pertolongan,
seperti bel atau almpu
pemanggil
WN.
Hasil
:
pasien
menggunakan bel
yang di sediakan
untuk memanggil
perawat
WO.
8. kolaborasi dengan ahli
53

terapi fisik
WP.
Hasil
:
mengantar pasien
untuk
fisioterapi,pasien
merasa
nyaman
setelah
di
fisioterapi
WQ.
9. berikan
obat
sesuai
kebutuhan
WR.
Hasil
:
Neurobat 1 x 1 tab
WS.

YA.
YB.
YC.
YD.
No dx
YJ.
1

YE.
H
ari/Tgl
YK.
S
abtu, 1804-2015

YF.
am
YL.
5.20
YM.
YN.
YO.
YP.

J YG.
1

Implementasi

YH.

1. Mengkaji secara teratur


fungsi motorik dengan
menginstruksikan pasien
untuk melakukan gerakan
seperti
menggoyangkan

54

Evaluasi

ACG. Sabtu , 16 april 2015


ACH. Jam 21.30 WIT
ACI.
ACJ. S :
ACK. Pasien mengatakan mulai merasas
segar, pasien mampu untuk mendi sendiri

YI.
Par
af
ADE. Din
as siang
ADF.
ADG. Sipriana

YQ.
YR.
YS.
YT.
YU.
YV.
YW.
YX.
YY.
YZ.
ZA.
ZB.
5.30
ZC.
ZD.
ZE.
ZF.
ZG.
ZH.
ZI.
ZJ.
ZK.
5.55
ZL.
ZM.
ZN.
ZO.
ZP.
ZQ.
ZR.
6.00
ZS.

kaki.
AAZ.
ABA.
Hasil
:
terdapat
sedikit
gerakan
tetapi
tidak
dapat
melawan gravitasi.
ABB.
ABC.
AO. AP.
ABD.
AQ. AR.
ABE.
ABF.
ABG.
2. Mengobservasi
tandatanda vital
ABH.
Hasil :
ABI.
TD
:
120/80 mmHg
ABJ.
N
:
88 x/m
ABK.
S
:
36,8 C
ABL.
RAS. AT.:
22 x /m AU. AV.
ABM.
ABN.
3. Membantu pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan
aktivitas sehari-hari
ABO.
Hasil
:
55

dengan alat mandi yang sudah disiapkan,


pasien dapat berpindah ke kursi roda
dengan sendirinya
ACL.
ACM.
ACN.
ACO. O :
1. pasien tampak lebih rileks
2. keluarga
masih
berusaha
membantu
pasien
dalam
melakukan aktivitasnya.
3. pasien dapat mandi sendiri
4. TTV
ACP.
TD : 110/70
mmHg
ACQ.
N : 80 x/menit
ACR.
S : 37 c
ACS.
R : 24x/m
ACT.
ACU.
5. Kekuatan otot.
ACV.
ACW.
ACX.
ACY.
ACZ.
ADA.
ADB.
A : Sebagian
masalah teratasi
ADC.

ADH.
ADI. Yopie

ZT.
ZU.
ZV.
ZW.
ZX.
ZY.
ZZ.
1
6.30
AAA.
AAB.
AAC.
AAD.
AAE.
AAF.
AAG.
AAH. 1
6.45
AAI.
AAJ.
AAK.
AAL.
AAM.
AAN.
AAO.
AAP.
AAQ.
AAR.
AAS.
AAT.
AAU.
AAV.
AAW.

membantu dalam
pemenuhan BAK
dan BAB
ABP.
ABQ.
4. Mengganti posisi secara
periodic walaupun dalam
keadaan duduk.
ABR.
Hasil
:
posisi pasien di
uabh setiap 2 jam
(mika/miki,semi
fowler)
ABS.
ABT.
5. Mendekatkan
alat-alat
yang dibutuhkan pasien
ABU.
Hasil
:
alat-alat
makan
dan minum yang
di butuhkan pasien
diletakan
pada
meja dekat pasien.
ABV.
ABW.
6. Menganjurkan
keluarga
pasien
untuk
selalu
mendampingi
pasien
dalam
melakukan

56

ADD.
P : lanjutkan
intervensi 1,2,3,4,5

AAX.
AAY. 1
7.50

aktivitasnya.
ABX.
Hasil
:
keluarga
pasien
selalu
ada
mendampingi
pasien
dan
membantu pasien
dalam pemenuhan
kebutuhan.
ABY.
ABZ.
ACA.
ACB.
ACC.
ACD.
ACE.
7. Memberikan suatu alat
agar pasien mampu untuk
meminta
pertolongan,
seperti bel atau almpu
pemanggil
ACF.
Hasil
:
pasien
menggunakan bel
yang di sediakan
untuk memanggil
perawat

57

ADJ.
ADK.
ADL.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai

kesenjangan yang diperoleh secara teori dengan kesenjangan kasus nyata


dari penerapan praktek asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Ulkus Gluteal Gr Iv Dengan Osteomylitis Caput Femoralis
Sinistra,Susp.DM, Paraprese di ruang perawatan Lukas RSMM selam 3
hari yaitu dari tanggal 16 april sampai dengan tanggal 18 april 2015.
ADM.

Dalam melakukan proses keperawatan dibutuhkan adanya

ilmiah, mengingat penerapan asuhan keperawatan merupakan proses


teraupetik yang melibatkan hubungan bersama antara perawat dengan
pasien, keluarga dan masyarakat yang mencapai derajat kesehatan.
A. Pengkajian
ADN.

Pengkajian

adalah

tahap

awal

dan

dasar

dalam

kasus

keperawatan. pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap


berikutnya. Pada dasarnya pengkajian bisa dilaksanakan sesuai dengan teori seperti
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas. Kemampuan Rentang Gerak,
Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda pada setiap
58

gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi), Kekuatan Otot dan


Gangguan Koordinasi .
ADO.

Berdasarkan tinajuan kasus ditemukan data-data berikut : Pasien

mengatakan kedua kaki bawah tidak dapat di gerakan yang dirasakan sejak lama
akibat terkena panah pada saat perang suku 10 tahun yang lalu kelumpuhan tersebut
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya sendiri,psasien
mengatakan seirng berbaring ditempat tidur dan aktivitas sehari-hari di bantu oleh
perawat dan keluarga, kedua kaki tidak dapat digerakan dengan maksimal, pasien
beraktivitas dengan kursi roda, kekuatan otot tangan kanan dan kiri : 5, kaki kanan
dan kiri : 2, kesadaran Compos Mentis, GCS : E:4 M:6 V:5.
ADP.

Maka disimpulkan bahwa pada teori dan kasus nyata dapat di

temukan kesamaan namun ada pula perbedaan, dimana teori tidak selamanya
muncul pada kasus nyata, akrena pada teori membahas masalah secara umum,
sedangkan pada kasus memebahas pasien dan tergantung pula pada respon tubuh
seseorang terhadap penyakit berbeda-beda dan tergantung pada tingkat beratnya
penyakit.
B. Diagnosa
ADQ. Diagnose keperawatan menggambarkan respon manusia (keadaan sehat
atau perubahan pola interaksi actual dan potensial dari individu atau kelompok
tempat perawat secara legal megidentiikasi dan perawat dapat memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status keadaan atau untuk mengurangi,

59

menyingkirkan atau mencegah perubahan, dalam teori, penulis menemukan 2


Diagnosa Yaitu :
1. Hambatan Mobilitas Fisik
2. Intoleransi Aktivitas
ADR.

Sedangkan dari kasus Ulkus Gluteal Gr Iv Dengan Osteomylitis Caput

Femoralis Sinistra,Susp.DM, Paraprese kami mendapat satu diagnose, yaitu :


1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Neuromuskular
ADS.

Dari diagnose keperawatan diatas dapat disimpulkan bahwa pada tinjuan

teori dan tinjauan kasus dapat di temukan persamaan dan juga perbedaan di mana
kami hanya menganmbil 1 diagnosa berdasarkan hasil pengkajian dan
keluhan/masalah yang di alami pasien.
C. Perencanaan
ADT.

Intetervensi adalah pengembangan stragtegi desain untuk

mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah di identiikasi


dalam diagnosis keperawatan. Dalam perencanaan yang dibuat penulis terdapat
beberapa kesenjangan yang muncul antara teori dan tinjauan kasus. Pada tinjauan
teori terdapat perencanaan keperawatan yaitu pada diagnosa Hambatan Mobilitas
Fisik perencanaannya adalah Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas atau
aks normal, catat laporan keleahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan
tugas,Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan
otot.,Awasi td, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap
60

tingkat aktivitas (missal : peningkatan denyut jantung/td, disritmia, pusing, dispnea,


takipnea dan sebagainya),Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila
di indikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon dan gangguan berulang
tindakan yang tak di rencanakan.Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau
terhadap pusing, Priritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan
istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas, Berikan bantuan dalam
aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak
mungkin, Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien termasuk aktivitas yang
pasien pandang perlu. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleransi, Gunakan teknik
penghematan energy, missal : mandi dengan duduk, dudk untuk melakukan tugastugas, Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas
pendek, kelemahan atau pusing terjadi, dekatkan alat-alat yang dibutuhkan
pasien,anjurkan keluarga pasien untuk selalu mendampingi pasien dalam melakukan
aktivitasnya,berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan,
seperti bel atau almpu pemanggil,konsul dengan ahli terapi fisik,berikan obat sesuai
kebutuhan
ADU.

sedangkan perencanaan pada tinjauan kasus Tn A yaitu pada

diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik perencanaanya adalah Kaji secara teratur fungsi
motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan seperti meregangkan
jari, mengangkat kaki, observasi tanda-tanda vital, bantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas sehari-hari, ganti posisi secara periodic walaupun dalam keadaan duduk,

61

dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien, anjurkan keluarga pasien untuk selalu
mendampingi pasien dalam melakukan aktivitasnya, berikan suatu alat agar pasien mampu
untuk meminta pertolongan, seperti bel atau almpu pemanggil, antar pasien untuk
fisioterapi, berikan obat sesuai kebutuhan.

ADV.

Dari pencatatan diatas dapat disimpulkan bahwa pada teori dan

kasus nyata dapat ditemukan perbedaan, namuna ada pula kesamaan dimana
perencanaan diteori tidak selamanya muncul pada kasus nyata karena pada teori
membahas masalah secara umum dan memberikan intervensi secara umum pula,
sedangkan pada kasus nyata hanya membahas satu pasien saja dan intervensi yang
diberikan sesuai dengan masalah yang terjadi dan kebutuhan pasien.
D. Impelmentasi
ADW.

Implementasi keperawatan adalah realisis rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang di tetapkan.Pada tahap ini kami melaksanakan apa yang telah
direncanakan pada intervensi/perencanaan dengan kerja sama dengan pasien,
keluarga pasien dan tim kesehatan lainya.Pada diagnose Hambatan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan Gangguan Neuromuskular implementasinya adalah
Mengobservasi tanda-tanda vital, Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
sehari-hari, Mengganti posisi secara periodic walaupun dalam keadaan duduk.,
Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien, Menganjurkan keluarga pasien untuk selalu
mendampingi pasien dalam melakukan aktivitasnya., Memberikan suatu alat agar pasien

62

mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau almpu pemanggil, mengkolaborasi
dengan ahli terapi fisik.

E. Evaluasi
ADX.

Evaluasi adalah penilaian dnegan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang
di buat pada tahap perencanaan. Pada tahap ini penulis mengevaluasi pelaksanaan
keperawatan yang dilakukan pada pasien dari 1 diagnosa yang d ipakai dan sebagian
masalah teratasi selama 3 hari.
1. Diagnosa pertama Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan
Neuromuskular
ADY.

Hasil evaluasi : tanggal 18 april 2015 setelah 3 hari dilaksanakan asuhan

keperawatan di rumah sakit di peroleh hasil masalah belum teratasi semua dengan
dasar pasien Pasien mengatakan mulai merasas segar, pasien mampu untuk mendi sendiri
dengan alat mandi yang sudah disiapkan, pasien dapat berpindah ke kursi roda dengan
sendirinya, dengan demikian hamabatan mobilitas pasien belum teratasi.

ADZ.
AEA.
AEB.
AEC.

63

AED.
AEE.
AEF.
AEG.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
AEH.

Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
AEI.

Pada penulisan asuhan keperawatan ini, bertujuan untuk mendapatkan

gambaran secara nyata, menggunakan pendekatan, ilmu pengetahuan dan


keterampilan secara pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan Tn.A
dengan masalah gangguan mobilitas fisik.
AEJ.

Dalam rangka menerapkan proses keperawatan metode penulisan yang di

pakai adalah metode diskriptif yaitu metode yang menggambarkan suatu keadaan
atau kondisi yang nyata dengan berdasarkan atas suatu teori yang dilakukan melalui
studi kasus, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancaran, observasi,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjuang.
AEK.

Pada tahap perumusan diagnose keperawatan yang dilakukan

penulisan adalah berdasarkan prioritas masalah yang temukan pasien Tn.A. adapun
diagnose keperawatan yang ditemukan pada pasien Tn. A yaitu hambatan mobilitas
64

fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular pada tahap perencanaan


keperawatan, kami memfokuskan sesuai dengan masalah dan keadan pasien secara
holistik, dengan adanya kerjasama antara perawat, pasien, dan keluarga.
AEL.

Pada tahap pelaksanaan keperawatan, keberhasilan asuhan keperawatan

dapat mendukung proses penyembuhan pasien dengan kolaborasi tim kesehatan


lainnya. pada tahap evaluasi tidak hasil yang diharapkan dapat teratasi oleh karena
keterbatasan waktu.
AEM.

Hasil yang kami lakukan pada pasien masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neoromuskular. setelah


dilakukan perawatan selama 3 hari, pada diagnosa 1 masalah teratasi sebagian.
AEN.
B. Saran
AEO.
1. Bagi penulis
AEP.
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di teori dan
lahan praktek dan mampu mendokumentasikannya
2. Bagi perawat ruangan
AEQ.
dapat mempertahankandan meningkatkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah gangguan mobilitas fisik
3. Bagi mahasiswa
AER.
Agar lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional
4. Bagi pasien
AES.
Agar melaksanakan informasi kesehatan yang di berikan baik
pengobatan atau perawatan pada gangguan mobilitas fisik
5. Bagi institusi pendidikan

65

AET.

Di harap kan dapat menambah sumber buku perpustakaan di

program D-III keperawatan timika karena sumber referensi tersebut sangat


membantu mahasiswa dalam penyusunan asuhan keperawatan dan makalah
ilmiah
AEU.
AEV.

66

Anda mungkin juga menyukai