Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi Koperasi menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah : Koperasi sebagai badan
usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.

Koperasi

mempunyai

fungsi

dan

peran

yaitu

membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi


anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, meningkatkan
kesejahteraan

ekonomi

dan

sosial.

Koperasi

berperan

untuk

memperbaiki serta menaikkan kualitas kehidupan masyarakat dengan


memperkokoh perekonomian rakyat. Koperasi menjalankan tugasnya
dengan menggunakan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
dengan mementingkan kepentingan bersama.
Kemitraan merupakan suatu kegiatan antara dua pihak atau lebih
yang saling menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama
dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya. Tujuan utama
kemitraan adalah untuk mengembangkan pembangunan yang mandiri
dan berkelanjutan (Self-Propelling Growth Scheme) dengan landasan
dan struktur perekonomian yang kukuh dan berkeadilan dengan
ekonomi rakyat sebagai tulang punggung utamanya. Pihak yang
melakukan kemitraan harus menerapkan prinsip kemitraan yaitu saling
memerlukan,

saling

Pelaksanaanya

yang

memperkuat,
terus

dan

berkembang,

saling
pola

menguntungkan.
kemitraan

dapat

berdasarkan pada kebutuhan dan pola pikir manusia yang saling


menjalin kemitraan. Pada bidang agribisnis, pola kemitraan sudah
banyak diterapkan oleh beberapa pihak demi tercipta aliran yang
sinergis dan seimbang antara petani dan pengusaha menengah atau
pengusaha besar.

Mahasiswa perlu mengetahui perkembangan dinamika gerakan


perkoperasian Indonesia dan Kemitraan Agribisnis, karena dengan
mengetahui hal tersebut mahasiswa dapat mengambil nilai-nilai yang
terkandung dalam dinamika perkoprasian Indonesia dan Kemitraan
Agribisnis. Dengan nilai-nilai tersebut setiap nilai positif dari
perkembangan koperasi dapat dimanfaat dan diterapkan pada koperasi
di masa sekarang. Sehingga koperasi dan kemitraan dapat berkembang
dengan baik dan memberikan kesejahteraan bagi anggota-anggotanya.
Perkembangan perkoperasian Indonesia dan kemitraan Agribisnis tidak
selalu berjalan dengan baik. Perkembangan koperasi bisa dilihat dari
beberapa bidang kajian seperti manajemen, keanggotaan, organisasi,
usaha, permodalan, dan sistem informasi manajemen. Perkembangan
koperasi juga bisa dikaji dari hubungan kemitraan koperasi dengan
mitranya baik itu perusahaan menengah maupun perusahaan besar.
Praktikum koperasi ini mengkaji tentang beberapa bidang kajian
perkoperasian salah satunya tentang keanggotaan koperasi. Usaha
koperasi dapat berjalan dengan baik apabila anggota koperasi ikut
berpartisipasi aktif dalam mengembangkan usaha dari koperasi itu
sendiri. Praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis ini bertujuan
untuk mengetahui keadaan koperasi yang sesungguhnya dilapangan
sehingga dapat membandingkan antara teori yang ada dengan praktek
di

lapangan.

Praktikum

Koperasi

dan

Kemitraan

Agribisnis

dilaksanakan di...............
B. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam praktikum Koperasi dan
Kemitraan Agribisnis ini antara lain :
1. Bagaimana usaha yang meliputi jenis usaha, profil usaha, volume
usaha,

prioritas

usaha,

kemitraan

usaha,

perencanaan

dan

pengembangan usaha ke depan, serta pemasaran pada koperasi


KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara)?

2. Bagaimana hubungan kemitraan di BALITSA dan kelompok tani


Mekar Tani Jaya?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Tujuan Praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis ini
adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui usaha yang meliputi jenis usaha,
profil usaha, volume usaha, prioritas usaha, kemitraan usaha,
perencanaan dan pengembangan usaha ke depan, serta
pemasaran pada koperasi KPSBU (Koperasi Peternak Sapi
Bandung Utara).
b. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan kemitraan di BALITSA
dan kelompok tani Mekar Tani Jaya.
2. Kegunaan
Praktikum Koperasi dan Kemitraan ini diharapkan mempunyai
manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Koperasi Wahyu Mitra Utama
Hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran dari mahasiswa mengenai permasalahan usaha yang
dikembangkan dalam koperasi dan kemitraan agribisnis. Sesuai
dengan bidang kajian yang akan dibahas maka diharapkan
praktikum ini berguna sebagai sarana memberi informasi
tentang pentingnya manajemen dalam pengembangan koperasi.
Adanya praktikum ini juga diharapkan dapat meningkatkan
semangat

pengurus

dan

anggota

koperasi

dalam

mengembangkan koperasi.
b. Bagi fakultas Pertanian UNS
Hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan
dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian. Bagi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret, praktikum koperasi dan
kemitraan ini berguna untuk menambah arsip dan pengentahuan

tentang koperasi. Dengan praktikum ini menunjukkan bahwa


Program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian telah menjalankan
program Universitas yaitu UNS ACTIVE.
c. Bagi mahasiswa
Diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa dengan ketua dan
pengurus koperasi dapat digunakan sebagai sumber inspirasi
dalam membuat penelitian dan motivasi untuk melakukan
wirausaha. Merupakan sebagai persyaratan dalam menempuh
mata kuliah Koperasi dan Kemitraan Agribisnis pada semester
III (tiga) ini. Selain itu, mahasiswa juga dapat melihat secara
langsung kondisi koperasi di lapangan.
d. Bagi pembaca
Diharapkan pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai koperasi dan kemitraan agribisnis yang
telah berkembang di lapangan. Praktikum ini juga dapat berguna
sebagai sumber inspirasi pembaca ketika ingin mendirikan
koperasi ataupun akan bergabung dengan koperasi. Serta
pembaca

dapat

pula

mengetahui

perkembangan koperasi terkini.

gambaran

tentang

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Koperasi
Koperasi adalah salah satu bentuk badan usaha selaim BUMS dan
BUMN. Landasan konstitusional koperasi adalah UUD 1945 pasal 33
ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong. Adapun
landasan operasional koperasi diatur dalam UU No. 12 tahun 1967.
Menurut UU No. 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berlandaskan asas kekeluargaan dan
gotong royong. Keseluruhan asas koperasi tersebut digambarkan dalam
lambang koperasi (Arifin et al, 2007).
Gagasan dan harapan Bung Hatta tentang koperasi adalah sebuah
lembaga swadaya, self-help, bagi lapisan masyarakat yang lemah atau
rakyat kecil untuk mengendalikan pasar. Sebuah gagasan yang
menempatkan koperasi sebagai institusi yang mampu menjadi saka guru
(pilar) perekonomian bangsa. Gagasan ini juga tertuang dalam semangat
pendiri bangsa yang dimuat dalam konstitusi. Koperasi memiliki posisi
yang kuat, yaitu pasal 33 UUD 1945, khususnya ayat 1 yang
menyebutkan, Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan UUD 1945 itu dikatakan
bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu
adalah koperasi (Abdullah, 2006).
Kebijaksanaan koperasi selalu berubah-ubah yang antara lain
tercermin dari empat kali pergantian undang-undang perkoperasian atas
dasar yang berbeda-beda sebagai akibat krisis politik yang silih berganti.
Merumuskan kebijakan koperasi secara tepat dan cermat sejak Orde Baru
memang

tidak

mudah,

karena

menurut

kenyataannya

koperasi

berkembang dalam pergulatan pendapat dan pandangan yang berbedabedadan sering kali bertentangan. Oleh karena itu, kebijakan koperasi

yang dianut oleh pemerintah cenderung untuk menghindari pertentanganpertentangan yang ada dan diarahkan untuk memampukan koperasi guna
melaksanakan fungsinyasesuai dengan alokasi penugasan yang diberikan
kepadanya yang merupakan bagian dari program pembangunan nasional
(Soesastro et al, 2005).
Citra koperasi di masyarakat saat ini identik dengan badan usaha
marginal, yang hanya

bisa hidup bila mendapat bantuan dari

pemerintah. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar, karena banyak


koperasi yang bisa menjalankan usahanya tanpa bantuan pemerintah.
Tantangan koperasi ke depan sebagai badan usaha adalah harus mampu
bersaing secara sehat sesuai etika dan norma bisnis yang berlaku.
Masalah

mutu

sumberdaya

manusia

pada

berbagai

perangkat

organisiasi koperasi menjadi masalah yang menonjol dan mendapat


sorotan (Hutasuhut, 2001).
Secara normatif, koperasi merupakan sarana yang tepat untuk
meningkatkan kesejahteraan khususnya bagi golongan ekonomi lemah,
baik untuk usaha mikro, kecil maupun menengah. Koperasi dapat
dimanfaatkan sebagai alat perjuangan ekonomi untuk meningkatkan
posisi tawar dalam menghadapi persaingan dengan usaha besar kapitalis.
Koperasi dapat digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan
sosial, melalui distribusi pendapatan sesuai dengan karya dan jasa
masing-masing. Selain itu, koperasi dapat difungsikan sebagai sarana
mengembangkan kerjasama kemitraan usaha di antara para anggota, antar
koperasi maupun antara koperasi dengan badan usaha non koperasi
(Sukidjo, 2008).
Ide koperasi sebenarnya bukan berasal dari Indonesia, melainkan
berasal dari negara Eropa. Oleh sebab itu, peran koperasi di Indonesia
berbeda dengan di negara lain. Di berbagai Negara, koperasi dijadikan
sebagai salah satu bentuk dari suatu badan usaha yang dimiliki oleh
banyak orang, dengan prinsip satu anggota satu suara. Koperasi
Indonesia tidak hanya sekedar itu, melainkan masih diberikan peran yang
strategis dalam pembangunan yakni sebagai sarana untuk pengentasan

kemiskinan. Konsep koperasi merupakan konsep umum dunia, namun


ketika koperasi akan diterapkan di Indonesia yang digagas oleh Bung
Hatta muncul perbedaan yang mendasar tentang konsep Koperasi
Indonesia. Koperasi Indonesia tidak sekedar sebagai badan usaha seperti
firma, perseroan terbatas, tetapi koperasi Indonesia merupakan agen
pembangunan untuk pengentasan kemiskinan. Koperasi Indonesia
mengemban misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain
itu, koperasi Indonesia mempunyai peran untuk menyebarluaskan jiwa
dan semangat koperasi untuk dapat dikembangkan pada perusahaan
swasta dan negara (Subiakto, 2007).
2. Kemitraan Agribisnis
Kemitraan adalah kerjasama usaha antar usaha kecil termasuk
koperasi dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembianan
dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip-prinsip saling memerlukan, saling memoerkuat
dan saling menguntungkan. Sudah menjadi kewajiban pemerintah,
khususnya Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah untuk
membantu meningkatkan kemampuan dan peran usaha kecil secara
optimal dalam perekonomian nasional yang masih menghadapi berbagai
hambatan dan kendala baik bersifat ekstenal maupun internal di bidang
produksi, pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan
teknologi. Juga perlu diciptakan iklimusaha yang kondusif guna
mendorong

menumbuhkembangkan

kegiatan

usaha

yang

saling

memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Maksud dan tujuan


kemitraan adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil di
bidang manajemen, produk, pemasaran dan teknis. Disamping agar bisa
mandiri demi kelangsungan usahanya sehingga bisa melepaskan diri dari
sifat ketergantungan (Tohar, 2000).
Hubungan kemitraan usaha umumnya dilakukan antara dua pihak
yang memiliki posisi sepadan dalam hal tawar-manawar. Namun,
kemitraan sering juga dilakukan antara kelompok kecil masyarakat yang
dinilai lemah dan kelompok besar masyarakat yang dinilai lebih kuat,

terutama bidang ekonomi. Kemitraan Usaha Bersama (KUB) antara


petani, perusahaan besar, dan perusahaan/badan yang lain merupakan
salah satu strategi pengembangan kegiatan agribisnis. Program KUB
telah menjadi program bagi banyak perusahaan agribisnis disamping
telah menjadi program pokok pemerintah dalam pengembangan
agribisnis

dan

berbagai

kegiatan

usaha

lain

(Martodireso, Sudadi dan Widada A, 2002).


Tujuan koperasi diantaranya untuk meningkatkan penghasilan
petani,

meningkatkan

usaha

koperasi

melalui

kemitraan,

dan

meningkatkan produktivitas kebun. Sasaran dari koperasi adalah


meningkatkan kemampuan petani anggota serta melaksanakan pekerjaan
secara koperatif, produktif dan efisien. Selain itu terwujudnya kemitraan
antara koperasi dengan perusahaan inti dan pengembangan usaha
perkebunan yang berdaya saing. Pembinaan petani anggota koperasi yang
efektif adalah pembinaan dengan melibatkan petani secara langsung dan
sekaligus pemberdayaan kepada mereka sehingga terjalin hubungan
kemitraan. Setidaknya, dengan membentuk koperasi, petani akan lebih
mudah mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak, terutama
perusahaan mitra dan bank (Sunarko, 2012).
Konsep kemitraan mengacu pada konsep kerjasama antara usaha
kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan,
dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan dan memperkuat.
Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kerjasama antara usaha kecil dan
usaha menengah atau usaha besar. Pola kemitraan sebagai suatu inovasi
mengandung pengertian bahwa telah terjadi proses pembaharuan
terhadap pola kemitraan dalam banyak hal. Artinya pola kemitraan bukan
sesuatu yang baru sama sekali di dunia petani, tetapi telah mengelami
proses

perubahan

dari

waktu

ke

waktu

hingga

saat

ini

(Purnaningsih, 2007).
Beberapa peranan penting dari perguruan tinggi yang kiranya
sangat bermanfaat

dalam pengembangan koperasi.

Sebagaimana

diketahui bahwa usaha besar dewasa ini turut mendukung pengembangan

koperasi terutama melalui program kemitraan. Namun, dalam kenyataan


juga masih ditemui berbagai kendala untuk mewujudkan kemitraan
tersebut. Perusahaan besar juga memiliki keterbatasan untuk dapat
membina mitranya (koperasi dan usaha kecil), oleh karenanya peran
pihak ketiga yang professional seperti perguruan tinggi sangat tepat
(Suhartono, 2011).
TAMBAH DARI INTERNET
3. Keanggotaan Koperasi
Status anggota koperasi sebagai suatu badan usaha adalah sebagai
pemilik (owner) dan sebagai pemakai (users). Sebagai pemilik,
kewajiban anggota adalah melakukan investasi atau menanam modal di
koperasinya. Sedangkan sebagai pemakai, anggota harus menggunakan
secara maksimum pelayanan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi.
Ditinjau dari status, maka keanggotaan koperasi menjadi basis utama
bagi perkembangan dan kelanjutan hidup usaha koperasi. Sebagai
kosekuensinya,

persyaratan

lebih

dan

selektif

keanggotaan

ditetapkan

kualitas

koperasi
minimal

harus
anggota

(Sitio, Arifin dan Halomoan T, 2001).


Berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan koperasi
demikian

spesifiknya

karena

koperasi

berbeda

dengan

bentuk

perusahaan-perusahaan lainnya. Koperasi mempunyai prinsip-prinsip


tersendiri antara lain (UU No. 25 Tahun 1992): Keanggotaan bersifat
terbuka dan sukarela, Pengelolaan dilakukan secara demokratis,
Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota, Pemberian balas jasa yang terbatas atas
modal,

Kemandirian,

Pendidikan

perkoperasian

dan

Kerjasama

antarkoperasi (Lubis, 2011).


Koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa
memiliki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan
koperasi mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan
mengandalakan loyalitas anggota dan kesediaaan angota untuk bersamasama koperasi mengalami kesulitan tersebut. Sebagai ilustrasi, saat
kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga yang

sangat tinggi, loyalitas anggota kopdit membuat anggota tersebut tidak


memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya
adalah bahwa keterkaiatan dengan kopdit telah berjalan lama, telah
diketahui kemampuanya melayani, organisasi milik anggota, dan
ketidakpastian dari daya tarik bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi di
atas maka wujud peran yang diharapkan sebenarnya adalah agar koperasi
dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus mampu menjadi
alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain
(Heriyono, 2012).
Anggota dapat melakukan simpanan sukarela yang disetor ke
koperasi. Besaran simpanan tergantung kemampuan anggota koperasi
dan dapat diambil sesuai keinginan anggota. Atas seluruh simpanan yang
disetorkan oleh anggota koperasi, maka anggota akan memperoleh
imbalan jasa yang dikenal dengan sisa hasil usaha (SHU). Besarnya SHU
tergantung dengan hasil rapat anggota koperasi (Manurung, 2008).
Rapat anggota koperasi daoat menetapkan pengumpulan dana
tertentu dari anggota yang digunakan untuk tujuan khusus sesuai
kepentingan anggota. Dana tersebut merupakan milik anggota yang
pengelolaannya dikuasai koperasi. Pendapatan koperasi yang timbul dari
transaksi dengan anggota diakui sebesar partisipasi bruto.partisispasi
bruto pada dasarnya adalah penjualan barang/jasa kepada anggota. Dalam
kegiatan barang dan jasa untuk anggota, partisipasi bruto dihitung daro
harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh anggota mencakup
beban pokok dan partisipasi netto. Dalam kegiatan pemasaran hasil
produksi anggota, partisipasi bruto dihitung dari bebam jual hasil
produksi anggota, baik kepada non-anggota maupun kepada anggota
(Gede, 2005).
TAMBAH DARI INTERNET
B. Kerangka Teori
Koperasi adalah jenis badan usaha yang beranggotakan orang-orang
atau badan hukum. Koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi
merupakan sarana yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan khususnya

bagi golongan ekonomi lemah, baik untuk usaha mikro, kecil maupun
menengah. Ada banyak cara yang dilakukan koperasi dalam mensejahterakan
anggotanya salah satunya adalah dengan menjalin kemitraan. Menurut
Purnaningsih (2007) konsep kemitraan mengacu pada konsep kerjasama
antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai
pembinaan, dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan dan
memperkuat. Koperasi sebagai badan usaha yang kecil membutuhkan
perusahaan yang lebih besar untuk membantu dalam pelaksanaan koperasi
sehari-hari. Salah satu kegiatan yang harus dijalin dengan kemitraan adalah
pembinaan koperasi.
KONDISI UMUM KOPERASI DI INDONESIA
PERMASALAHAN KOPERASI INDONESIA
III.

METODOLOGI

A. Metode Dasar
Metode dasar penyususan laporan adalah deskriptif analitis yaitu
praktikum atau penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah
yang terjadi saat ini, data yang dijelaskan dan dianalisis. Penentuan atau
penetapan sampel koperasi pada praktikum ini dengan menggunakan metode
purposive sampling yaitu penentuan koperasi yang dengan sengaja dipilih
untuk diamati, dengan mempertimbangkan alasan-alasan tertentu. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Koperasi Wahyu Mitra Utama, hal ini dikarenakan
koperasi tersebut dianggap memilki manajemen yang sudah berjalan dengan
baik dan koperasi ini juga dianggap mampu dalam membawa koperasi
tersebut menuju keberhasilan baik tujuan sendiri maupun tujuan bersama
dengan mitranya.
B. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Wawancara
dilakukan melalui tatap muka dengan narasumber yang berkaitan. Data

penunjang dapat diperoleh dari koperasi yang bersangkutan baik mengenai


sejarah masing-masing koperasi atau mengenai bidang kajian dari praktikum.
C. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dalam praktikum koperasi dianalisis dengan
tabulasi persentatif baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kuantitatif
yaitu dengan jalan menganalisis data-data yang diperoleh dari pihak koperasi yang
bersangkutan dan biasanya berupa angka-angka. Sedangkan data kualitatif yaitu
dengan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan yang dialami koperasi
dan tidak berupa angka-angka. Namun dalam kasus-kasus tertentu mahasiswa dapat
memberikan penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam dan komprehensif
berdasarkan teori atau hasil penelitian yang relevan. Tabulasi presentatif yaitu datadata yang telah diperoleh dijabarkan untuk memperoleh pemahaman makna,
mengembangkan teori dan menggambarkan realitas yang kompleks serta
menggunakan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi di koperasi
yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Burhanuddin. 2006. Menanti Kemakmuran Negeri. Gramedia Pustaka
Media. Jakarta.
Arifin, Imamul et al. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. PT Setia Purna Inves.
Bandung
Gede, Muhammad. 2005. Teori Akuntansi. Penerbit Almahira. Jakarta.
Heriyono, 2012. Peran Koperasi Dalam Pengembangan Perekonomian Rakyat.
Jurnal Ekonomi, Volume 1 (1) : 40-41.
Hutasuhut, Arman D, 2001. Manajemen Koperasi Menuju Kewirausahaan
Koperasi. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis. 1 (1) : 1-11.
Lubis, Irsyad. 2011. Analisis Tingkat Kepuasan Anggota Koperasi Terhadap
Eksistensi Koperasi Di Kota Medan. Jurnal Ekonomi, Vol 14 (2) : 74-86.
Manurung, Alder M. 2008. Modal Untuk Bisnis UKM. PT Kompas Media
Nusantara. Jakarta.
Martodireso, Sudadi dan Widada A. 2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Purnaningsih, Ninuk. 2007. Strategi Kemitraan Agribisnis Berkelanjutan. Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia vol 01 no.03.
Sitio, Arifin dan Halomoan T. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Erlangga.
Jakarta.
Soesastro, Hadi et al. 2005. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia
dalam Setengah Abad Terakhir. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suhartono, Imam. 2011. Strategi Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis.
Among Makarti, Vol.4 No.7.
Sukidjo. 2008. Membangun Citra Koperasi Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 5 Nomor 2.
Sunarko. 2012. Membangun Kebun Mini Kelapa Sawit di Lahan 2 Hektare. PT
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Tjakrawerdaya, Subiakto.2007. Koperasi dan Amanat Pengenasan Kemiskinan.
www.damandiri.or.id/detail. Diakses pada tanggal 7 November 2015.
Tohar. 2000. Membuka Usaha Kecil. Penerbit Kanisis. Yogyakarta.
Purnaningsih, Ninuk. 2007. Strategi Kemitraan Agribisnis Berkelanjutan. Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia vol 01 no.03.

Anda mungkin juga menyukai