Ayam Kedu
Ayam kedu merupakan jenis ayam lokal yang mempunyai karakteristik dan
keunggulan tersendiri dibandingkan ayam lokal lainnya. Ayam kedu ini berasal dari
daerah Karisidenan Kedu, Jawa Tengah tepatnya didaerah Temanggung dan
sekitarnya. Ayam ini memiliki ukuran standar ayam biasa dengan jengger tunggal.
Ayam kedu betina memiliki bobot sekitar 2-3 kg dan kedu jantan memiliki bobot 2-4
kg. Umur ayam kedu rata-rata 6-8 tahun. Ayam kedu akan mulai bertelur pada umur
138-195 hari. Produktivitas bertelur ayam kedu sekitar 124 butir per tahun (34%).
Namun, dengan pemeliharaan intensif menggunakan kandang baterai, produktivitas
dapat ditingkatkan. Ayam kedu termasuk ayam buras yang potensial dijadikan ayam
petelur dan pedaging. Ayam kedu memiliki beberapa jenis, di antaranya kedu
hitarn, kedu putih, dan kedu lurik atau blorok (campuran). Produktivitas kedu hitam
lebih tinggi daripada produktivitas kedu putih atau campuran. Pada jenis kedu hitam
ada yang dikenal sebagai ayam cemani, yaitu jenis ayam yang seluruh bagian
tubuhnya berwarna hitam, hingga daging, tulang, dan darahnya. Ayam cemani
dengan kualitas seperti ini sangat langka dan banyak dijadikan ayam koleksi.
Sementara jenis kedu hitam yang lain (bukan cemani) hanya memiliki warna hitam
di bagian bulunya. Perbedaan mama kedu petelur dengan kedu dwifungsi adalah
bobot badannya. Bobot betina kedu petelur sekitar 1,5 kg, sedangkan bobot betina
kedu dwifungsi mencapai 2,5 kg. Sementara bobot jantan kedu petelur 2-2,5 kg,
sedangkan bobot jantan kedu dwifungsi mencapai 3,5 kg. Kelebihan lain ayam kedu
adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan baru serta tahan terhadap stres dan
penyakit. Ayam cemani. Merupakan salah satu jenis ayam kedu yang seluruh bagian
tubuhnya berwarna hitam
2.
Ayam Pelung.
Jenis ayam ini berasal dari Kabupaten Cianjur, Jawa barat. Ayam Pelung sudah
dikembangkan sebagai hobi sejak tahun 1930. Ayam ini berukuran besar dengan
kaki yang sangat panjang, warna bulu beraneka ragam pada umumnya abu-abu
sampai hitam. Pelung jantan sangat digemari oleh masyarakat karena dapat
berkokok dengan mengeluarkan suara yang tinggi dan panjang. Ayam pelung dapat
diarahkan sebagai jenis pedaging.
3.
Ayam Nunukan
Ayam ini merupakan jenis ayam buras yang potensial sebagai ayam petelur. Nama
ayam ini berasal dari daerah tempat ditemukannya banyak jenis ayam ini, yaitu di
Tarakan dan Nunukan, Kalimantan Timur. Salah satu nama julukan untuk ayam
nunukan adalah ayam cina karena ada yang berpendapat ayam ini berasal dari
daratan Cina bagian selatan. Ciri ayam betina nunukan yang memiliki produktivitas
bertelur yang baik adalah yang memiliki ekor panjang. Bobot betina nunukan
dewasa mencapai 1,9 kg. Produktivitas bertelurnya mencapai 130 butir per tahun
(sekitar 35%) dengan bobot telur rata-rata 50 gram per butir. Masa bertelurnya
cukup lama, mencapai 3 tahun. Produktivitas ini bisa ditingkatkan dengan
pemeliharaan yang intensif. Berbeda dengan betinanya, ayam nunukan jantan
memiliki bulu sayap dan ekor yang pertumbuhannya tidak sempurna. Bulu ekornya
sangat pendek dan tampak seperti dipotong. Ciri lain nunukan jantan adalah
perawakannya cukup besar dengan bobot mencapai lebih dari 4 kg saat dewasa.
Jengger dan pial nunukan jantan juga besar dan berwarna merah. Jenggernya
tunggal bergerigi delapan dan runcing.
4.
Ayam Sentul
Ayam sentul merupakan ayam lokal yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Ayam yang semula banyak dijadikan ayam aduan ini, sekarang
dimanfaatkan sebagai ayam petelur atau pedaging. Penampilan fisik ayam sentul
mirip dengan ayam bangkok. Bentuk jengger dan pialnya cukup besar dan lebar.
Ada lima variteas ayam sentul berdasarkan warna bulunya, yaitu sentul emas,
sentul debu, sentul jambe, sentul batu, dan sentul kelabu. Produksi bertelur ayam
sentul sekitar 10-18 butir per periode dengan bobot setiap telur sekitar 43 gram.
Fertilitas telur ayam sentul cukup tinggi, mencapai 80,4% dengan daya tetas hingga
78,2%.
5.
Ayam Merawang
Ayam merawang merupakan ayam lokal yang banyak terdapat di daerah Bangka
Belitung. Meskipun merupakan ayam asli dari Cina, ayam merawang sudah
dipelihara cukup lama oleh masyarakat Bangka Belitung sehingga menjadi aset dan
unggas lokal unggulan. Ayam merawang memiliki warna bulu yang seragam, yaitu
cokelat kemerahan hingga keemasan. Penampilannya mirip dengan ayam ras
petelur Rhode Island Red. Ayam ini potensial sebagai ayam petelur. Daya tetas
telurnya cukup tinggi, mencapai 86,4%. Ayam merawang. meskipun merupakan
ayam asli dari Cina, saat ini sudah menjadi aset dan unggas lokal unggulan di
daerah Bangka Belitung.
6.
Ayam Ketawa
Ayam Ketawa berasal dari Kabupaten Sidrap , Sulawesi Selatan. Ayam Ketawa
dikenal masyarakat Sulawesi Selatan dengan sebutan Manu gaga yang berarti
gagap. Ayam Ketawa memiliki suara kokok seperti suara tertawa manusia. Ayam
Ketawa pada awal domestikasi hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan
Keraton Bugis (Roiz, 2011). Rataan bobot badan jantan dan betina ayam Ketawa
pada umur lima bulan sekitar 825 dan 765 g (Krista, 1996). Ciri ciri ayam Ketawa
yang baik, yaitu saat berdiri tubuh tegak atau membusungkan dada dan ukuran
proporsional antara tinggi badan, lingkar badan, panjang badan dan panjang kaki.
Ciri fisik sangat mempengaruhi kualitas suara dan dapat dijadikan indikasi penduga
kualitas kokok ayam Ketawa saat berada di arena.
7.
Ayam Sumatra
Ayam Bekisar
Ayam bekiras merupakan salah satu ayam buras asli Indonesia yang berkembang di
daerah Pulau Kangean, Sumenep Madura, Jawa Timur. Menurut Wikipedia ayam
buras merupakan hasil persilangan antaran ayam hutan hijau jantan (Gallus varius)
dengan betina ayam kampung (Gallus gallus domesticus). Hasil persilangan
tersebut menampilkan warna bulu pada betina ayam kampung, sedangkan postur
tubuh, sifat dan suara dari pejantan ayam hutan hijau. Berdasarkan Tipenya ayam
berkisar terdiri dari 3 macam, yaitu Gallus aenus (berjengger dengan gerigi 8 kecil),
Gallus temmiinckii (jengger bergerigi 6), dan Gallus violaceus (jengger bergerigi
bagus). Ayam bekisar termasuk salah satu ayam hias yang menampilkan suara
berkokok yang khas.
9.
Ayam Kate
Ayam Kate merupakan ayam buras yang mempunyai potensi dapat dikembangkan
sebagai komoditi komersial. Ayam kate mempunyai bentuk yang mini dan ayam ini
di klaim sebagai ayam dengan ras terkecil di dunia, dan oleh sebab itulah maka
ayam kate ini menjadi ayam yang unik. Ayam kate banyak di pelihara buka untuk di
ambil dagingnya melainkan untuk nilai keindahan atau kepuasan, karena ayam ini
tergholong sebagi ayam yang lucu, baik saat berkokok maupun saat berjalan.
Pemeliharaan ayam kate pada umunya sama dengan ayam lainnya.
10.
Ayam Tukong
Ayam Walik
Ayam Walik atau Rintit merupakan ayam lokal yang mempunyai penampilan
bulunya keriting (terbalik) ke arah depan dan belakang, sehingga permukaan
kulit tubuhnya terlihat jelas. Ayam Walik dibedakan menjadi 3, yaitu Walik Sekul,
Walik Sura, dan Walik Tulak. Ayam Walik lebih baik dipelihara secara intensif supaya
kebutuhan nutrisinya terjaga dan terhindar dari pemangsa. Sosialisasi kepada
masyarakat tentang potensi ayam Walik sebagai sumber plasma nutfah juga
sangat penting untuk dilakukan sehingga masyarakat memiliki keinginan dan
ketertarikan untuk melestarikan ayam Walik.
12.
Jenis ayam ini biasa disebut ayam kampung atau ayam sayur yang mempunyai
betuk dan ciri-ciri campuran dari jenis kedu, pelung atau nunukan. Ayam buras
mempunyai peranan sebagai penghasil daging dan telur.
Selain ayam-ayam lokal yang diatas masih ada beberapa daerah yang banyak
memelihara ayam lokal lain yang seperti ayam gaok, tolaki, dan lain-lainnya.
Latar belakang
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar
di seluruh pelosok nusantara [3]. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal
asing [3].
Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini
mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan [3]. Namun,
semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal
unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung [3]. Untuk membedakannya kini
dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah
diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan
mencari makan sendiri)[3]. Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam
mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah [3].
Sejarah Perkembangan
Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam
hutan merah (Gallus gallus)[4]. Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai.
[5]
. Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai
upeti dari masyarakat setempat.[5] Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung
selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga
kelestariannya.[5] Di samping itu, ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat
setempat.[5] Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah
dijumpai di tanah air.[5] Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan barang (ayam
kampung) dari desa ke kota masih tetap ada.[5] Bedanya, saat ini perpindahan tersebut lebih
bersifat bisnis.[5].!
Varietas
Ayam kampung mempunyai banyak varietas dan spesies, beberapa di antaranya yang penting
yaitu :[6].
1. Ayam Kedu
Ayam kedu merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Magelang dan Temanggung
atau eks. Kersidenan Kedu (Jawa Tengah)[6]. Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu
dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut [6].
a. Ayam Kedu Hitam
Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fisik hampir hitam semua, tetapi kalau diamati secara
teliti warnanya tidak terlalu hitam [6]. Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung
warna kemerah-merahan [6]. Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2 kg2,5 kg,
sedangkan yang betinanya hanya 1,5 kg [6]. Ayam ini sering disamakan dengan ayam cemani
karena tampak serba hitam [6].
2. Ayam Nunukan
Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan ayam lokal yang berkembang di
Pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina [6].
Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan,
bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna [6]. Sementara paruh dan kakinya berwarna
kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah.
Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan [6].
Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas [6]. Berat badan ayam nunukan
jantan dewasa 3,4 kg4,2 kg, sedangkan yang betina 1,6 kg1,9 kg [6].
3. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi
(Jawa Barat)[6]. Ayam pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak
menonjol [6]. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal [6]. Ayam pelung jantan
memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah
[6]
. Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan
baik [6]. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 3,5 Kg 5,5 Kg,
sedangkan yang betina 2,5 Kg 3,5 Kg [6].
4. Ayam Sumatra
Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatera Barat [6]. Penampilan perawakannya tegap,
gagah ,tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya
lebar [6]. Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya menggantung ke bawah. Paruh
ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna
hitam [6]. Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna merah [6]. Kulit muka
juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jarang [6]. Bobot ayam Sumatra
jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg [6].
5. Ayam Belenggek
Ayam belenggek berasal dari Sumatera Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok [6]. Ayam
ini pandai berkokok dengan suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai
terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin panjang kokoknya [6].
6. Ayam Gaok
Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep [6]. Keistimewaan ayam
gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang
terdapat di Cianjur (Jawa Barat)[6]. Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4
Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap
dan gagah [6]. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan
warnanya merah [6]. Kakinya berwarna kuning [6]. Bulunya didominasi oleh warna kuning
kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam [6].
7. Ayam Samba
(ayam kampung asli berasal dari daerah kabupaten garut jawa barat)
Ciri khas ayam ini adalah badannya yg lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung biasa.
Kepala yg besar, paruh dan kaki berwarna kuning. Sepintas mirip ayam aduan. Keberadaan ras
ayam murni ini sudah sangat langka dimasyarakat asal daerah tersebut akibat domestikasi alami
akibat sistem pemeliharaan umbar/diliarkan dengan jenis ayam lain.namun kini beberapa praktisi
sedang mengembang munikan ayam ras ini.
Pemeliharaan
Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas atau istilahnya
diliarkan dan yang kedua dibudidayakan. [12]. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Diliarkan
Cara pemeliharaan ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan, cara ini disebut
sebagai cara tradisional. yaitu dilepas bebas berkeliaran di kebun-kebun sekitar rumah [3].
Keunggulan
Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan
menghemat biaya makanan [3] Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas
berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya.[3] Selebihnya ayam dianggap dapat
mencari makan sendiri disekitar rumah [3].
Kelemahan
Kelemahannya di antaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat
kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi [3]. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti
mengurangi produktifitas.[3]. Kendali akan keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkinan
dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi.[3]. Cara pemeliharan ini kurang produktif [12].
Dikandangkan
Semula hewan yang kini dipelihara hidup bebas di alam, di hutan, di pegunungan dan lautan
lepas.[13] Jumlah hewan-hewan ini beraneka ragam, dan sifat-sifat kehidupannya pun bermacammacam [13]. Jumlah yang banyak dan beragam itu tidak seimbang dengan jumlah manusia yang
masih sedikit dan hidup di gua-gua terpencil untuk melindungi diri dari serangan binatang buas
[13]
. Kebutuhan untuk hidup mendorong manusia memanfaatkan tanaman dan binatang yang
dapat ditangkap atau dibunuhnya [13]. Dari kegiatan itulah manusia mengalami proses belajar
untuk mengenal hewan yang enak dimakan dan mudah ditangkap atau dibunuh [13].
Perbendaharaan manusia akan hewan konsumsi mulai bertambah [13]. Di antara hewan yang
digemari, adalah hewan-hewan kecil yang mudah ditangkap atau dibunuh [13]. Proses terus
berkembang dan kegemaran akan hewan-hewan konsumsi mulai meningkat pada usaha untuk
dengan mudah memperoleh tanpa harus mencari-cari di hutan. Inilah penyebab timbulnya
keinginan untuk memelihara hewan dengan cara dikandangkan [13]. Cara pemeliharan ini kurang
produktif [12].
Kandang adalah tempat tinggal hewan yang dipelihara, salah satunya ayam, tempat berlindung
dari terik matahari dan hujan, tempat mendapat pakan dan minum, mendapat jaminan kesehatan
dan aman dari gangguan hewan pemangsa lainnya serta orang-orang jahat [12]. Oleh karena itu
kandang sangat berperan penting dalam pemeliharaan ayam kampung [12].
Keunggulan
Ayam yang dikandangkan lebih mudah dikontrol keberadaannya, dapat mempercepat
populasinya dengan cara setiap ayam yang bertelur diambil dan dikumpulkan untuk ditetaskan
secara bersama dalam satu indukan atau mesin penetas [3]. Anak ayam tidak harus mengikuti
induknya [3]. Namun dapat dipisah dan ditempatkan dengan pemberian panas cahaya listrik
(untuk penghangat) dan makanan yang sesuai [3].
Kelemahan
Apabila kondisi kandang tidak diperhatikan dan tidak sesuai syarat, maka kondisi hewan
peliharaan jstru akan memburuk, hal ini disebabkan kondisi yang telah membuat hewan ternak
memiliki ketergantungan terhadap pemeliharanya, sehingga memerlukan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan cara diliarkan [12]. Oleh karena itu kondisi kandang merupakan hal yang
sangat penting dalam cara pemeliharaan ini, misalnya pada saat pembuatan kandang harus
diperhatikan beberapa faktor, di antaranya yaitu masalah biologis ayam yang akan
menempatinya, teknik pembuatan kandang yang berhubungan langsung dengan masalah bentuk
dan kualitas bahan, serta masalah iklim, suhu, pergerakan angin dan pengaturan udara yang
berhubungan langsung dengan temperatur dan kelembaban kandang serta ventilasi udara [12].
Kanibalisme pada ayam kampung adalah mematuk bahkan memakan kawan sendiri
[12]
.Kanibalisme pada ayam kampung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ayam
kekurangan zat makanan, misalnya protein, mineral dan air minum; jumlah ayam dalam satu
kandang terlalu padat, sehingga ayam saling berebut tempat yang paling menyenangkan; udara
dalam kandang terlalu panas, karena sistem ventilasi kandang kurang baik; ayam kekurangan grit
[12]
.
2. Memakan telur
Peristiwa ayam memakan telur (egg eating) sering dijumpai pada pemeliharaan ayam sistem
kandang litter. Untuk menghindari ayam memakan telurnya sendiri, zat-zat mineral (NaCl dan
Ca)dan air minum yang dibutuhkan ayam harus dipenuhi [12].
3. Rontok Bulu
Rontok bulu merupakan peristiwa alami yang wajar bagi ayam. Tetapi bila hal ini terjadi terlalu
cepat, jelas akan merugikan peternak ayam [12].
7. Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh,
paruh pendek, tajam dan kuat.
8. Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.
Jenis Penyakit
Berikut ini beberapa penyakit yang sering menyerang ayam kampung [12].
1. Tetelo (New Castle Desease:ND)
Penyakit tetelo (New Castle Desease:ND)merupakan penyakit ayam yang sangat berbahaya dan
sulit ditanggulangi [12]. Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain : Kontak langsung
antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan
membawa bibit kuman penyakit ini; Tempat makan dan minum yang kurang bersih, sehingga
mudah ditempeli oleh virus penyakit ini; Burung-burung liar (misalnya burung gereja) yang ikut
memakan makanan ayam. Tingkat kematian akibat penyakit ini sangat tinggi, sekitar 10-100%
[12]
.
2. Pilek (snot)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri (Hemophilus galiarum) [12]. Penularannya dapat melalui
berbagai media, antara lain :Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit;
Melalui udara, debu, makanan dan alat-alat dalam kandang yang kurang bersih; Tamu yang
masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Burung-burung liar
(misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam [12]. Tingkat kematian yang
disebabkan oleh penyakit ini juga sangat tinggi [12].
3. Berak darah (Coccidiocis)
Berak darah (Coccidiocis) dapat menyerang ayam segala umur. Penularannya dapat terjadi
melalui : binatang lain (seperti tikus, burung, ayam liar yang masuk kedalam kandang dan telah
membawa bibit penyakit atau empat makan dan minum yang kurang bersih [12].
4. Sesak napas
Sesak napas penyebabnya adalah bakteri (Mycroplasma gallisepticum). Penyakit ini menyerang
alat-alat pernapasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernapas [12].
5. Berak Kapur
Berak kapur disebabkan oleh bakteri (Salmonella pullorum). Penyakit ini lebihsuka menyerang
anak ayam dan ayam dara [12]. Penularannya melalui : Telur; Kontak langsung antara ayam sehat
dengan ayam yang sakit; peralatan penetasan dan peralatan-peralatan kandang yang kurang
bersih [12].
Lihat pula
Wikispecies mempunyai informasi mengenai
Gallus gallus domesticus
Peternakan
Ternak
Jelajah bebas
Pranala Luar
Referensi
1.
^ a b c d e Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan Unggas. Hlmn 4250.Yoyakarta: Kanisius.
2.
3.
5.
6.
^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an Rukmana R.2003.
Ayam Buras Intensifikasi Dan Kiat Pengembangan. Hlmn 17-25.ISBN:9792106804.
Yogyakarta: Kanisius Kesalahan pengutipan: Invalid <ref> tag; name
"Ayam_Buras_Intensifikasi_Dan_Kiat_Pengembangan" defined multiple times
with different content Kesalahan pengutipan: Invalid <ref> tag; name
"Ayam_Buras_Intensifikasi_Dan_Kiat_Pengembangan" defined multiple times
with different content
7.
8.
^ a b c d Setyawati D. 2008. 100 Menu Masakan Ayam. hlmn 15.ISBN 602-826002-9. Jakarta:Gradien Mediatama.
9.
10.
^ Wihandoyo. 1991. Serba Serbi Preatasi Ayam Buras. Yogyakarta: UGM Press.
11.
^ Mansjoer et al. 1990. Pencarian Galur Murni Ayam Kampung, Ayam Pelung
dan Ayam Bangkok Dalam Usaha Pelestarian Sumber Genetik Ayam Di Indonesia
Laporan Penelitian IPB Bogor.
12.
13.
14.
15.