PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan pembangunan nasional, pemerintah dewasa ini terus
menggalakkan pembangunan yang mencakup disegala bidang, terutama
pembangunan dalam pembangunan perhubungan. Untuk menghubungkan daerah
kota dengan daerah terpencil lainnya segala membutuhkan pembangunan
prasarana dan sarana perhubungan yang meliputi pembangunan jalan dan
jembatan. Tujuan pembangunan ini dilakukan untuk dapat terwujud jalinan
hubungan yang erat dan komunikasi yang baik, sehingga dapat meningkatkan
perekonomian yang dan taraf hidup masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Khususnya di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pembangunan dalam
bidang perhubungan semakin berkembang, ini menunjukkan bahwa angka
pertambahan pembangunan semakin meningkat. Salah satunya pembangunan
jembatan pante karya.
Konstruksi jembatan tersebut mempunyai panjang bentangan 32 m dan
lebar lantai kendaraan 12 m dengan lebar trotoar kiri dan kanan 2 x 1,7 m.
Menurut peraturan Bina Marga jembatan krueng bereugang ini digolongkan kelas
II dengan pembebanan 70 %.
BAB II
DASAR TEORI
Pondasi adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi meneruskan
beban bangunan tersebut ke tanah dimana bangunan didirikan.
Pondasi sumuran biasanya digunakan apabila lapisan tanah keras berada
pada kedalaman 2-7 meter. Menurut buku karangan Tarzaghi dan RB.Peck,tahun
1991,dengan judul mekanika tanah dalam Praktek, Rekayasa,jilid II,dijelaskan
bahwa pondasi sumuran lebih besar dari 5 (DF/B > 5). Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka untuk memindahkan beban-beban yang berkerja pada jembatan
pante karya Ke atas lapisan tanah keras dipakai pondasi sumuran.
Untuk mencapai sasaran dalam perencanaan pondasi sumuran, pada bab
ini akan dikemukakan beberapa teori dan penggunaan rumus dari beberapa
referensi yang berhubugan dengan perecanaan pondasi sumuran.
2.1 Pembebanan
Beban-beban yang berkerja pada pondasi merupakan beban-beban yang
diteruskan dari bangunan di atasnya. Beban-beban tersebut terdiri dari beban
primer, beban sekunder, beban khusus dan kombinasi pembebanan. Beban-beban
tersebut dihitung berdasarkan pedoman perencanaan pembebanan jembatan jalan
raya ( PPPJR) 1987.
2.1.1
Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perencanaan kontruksi
jembatan. Beban-beban primer terdiri dari beban mati, beban hidup dan beban
kejut. Beban mati adalah semua beban yang berasal dari beban sendiri jembatan
yang terdiri dari berat bangunan bawah. Berat bangunan atas terdiri dari beban
gelagar, berat lantai kendaraan, berat lapisan aspal dan diafragma serta berat
sandara, berat plat injak, berat tembok pengarah, berat aspal diatas plat injak dan
beban pipa pembuang. Dan pada konstruksi bangunan bawah, beban-beban yang
diperhitungkan adalah berat abutment dan berat tanah di atas abutment.
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari kendaraan-kendaraan yang
bergera/lalu lintas atau penjalan kaki yang diangaap berkerja diatas konstruksi.
Beban hidup terdiri dari beban T dan D dan beban T merupakan beban terpusat
dari lantai kerja yang dihitung berdasarkan beban kendaraan truk roda ganda (dual
wheel load) sebesar 10 ton. Sedangkan beban D merupakan beban yang bekerja
pada jalur lalu lintas yang terdiri dari beban garis ( P ) dan beban terbagi rata ( q )
Beban terbagi rata yang berkerja pada bentang jembatan yang kurang dari 30
meter di tetapkan sebesar :
q = 2,2 t/m.(2.1)
Dimana :
q = beban terbagi rata (t/m)
Perhitungan penggunaan beban D digunakan berdasarkan PPPJR(1987),
yaitu untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,5 meter,
beban D sepenuhnya (100 %) dibebankan pada jalur tersebut, sedangkan lebar
selebihnya dibebankan setengah (50 %) dari beban D.
Dan lebar jalur sama atau lebih kecil dari 5,5 m, beban D sepenuhnya
dibebankan pada seluruh lebar jembatan, beban hidup yang bekerja di atas trotoar
ditetapkan sebesar 500 kg/m2.
Untuk menghitung besarnya beban kejut yang timbul akibat dari pengaruh
getaran dan pengaruh dinamis lainnya, digunakan persamaan :
k=1+
20
................................................................................
50 L
...(2.2)
Besar Beban Kejut adalah :
K = k x p (2.3)
Dimana :
K
= Koefisien Kejut
2.1.2
Beban Sekunder
Beban sekunder yang mempengaruhi konstruksi pondasi pada jembatan
yang diperhitungkan melewati beban akibat pengaruh tekanan angin, gaya traksi,
gaya rem dan gaya gempa bumi. Beban angin diperhitungkan sebesar 150 kg/m2
yang bekerja tegak lurus dengan sumbu jembatan. Dapat dihitung dengan
persamaan :
W
= P x A ..(2.4)
Dimana :
W
Untuk gaya rem yang bekerja pada arah memanjang jembatan setinggi 1,8
m diatas permukaan lantai kendaraan sebesar 5% dari beban D.
Menurut PPPJR (1987), besarnya gaya gempa bumi dapat dihitung dengan
persamaan :
Gh
= E x M.(2.5)
Dimana :
Gh
= Koefisien gempa
Besarnya koefisien gempa tergantung dari jenis tanah dan daerah gempa.
2.1.3
Kombinasi Pembebanan
kombinasi
pembebanan
dihitung
untuk
menjaga
kemungkinan-
dalam % terhadap
tegangan izin
Kom I M + H + Ta + T
100 %
Kom II M + Ta + Ah + Gg + A + Sr + Tm
125 %
140 %
150 %
Kom V + Pi
130 %
Kom VI M + H + K + Ta + S + Tb
150 %
Dimana :
A
= Beban Mati
Ah
Ahg
Gg
= Beban mati
PI
Rm
= Gaya rem
= Gaya sentrilpugal
Sr
Tag
Tb
= Gaya tumbuk
Tu
= Gaya angkat
Ta
Tm
2.2
Ka
1 Sin
1 Sin
Kp
1 Sin
1 Sin
(2.6)
(2.7)
Untuk tekanan tanah aktif pada dasar dinding dapat digunakan persamaan :
Pad
= x H x Ka .
(2.8)
Maka besarnya tekanan tanah aktif adalah :
Pa
= H2 x x Ka ....
(2.9)
Pada beban terbagi rata besarnya tekanan tanah aktif dinyatakan dalam persamaan
berikut ini :
Pa
= q x Ka x H (2.10)
Dimana :
Ka
Kp
Pad
Pa
Pa
= H2 x x Kp .(2.1.1)
Pada beban terbagi rata persamaan yang digunakan untuk tekanan tanah
pasif adalah :
Pp
= q x Kp x H ...(2.1.2)
Dimana :
Pp
Pp
2.2.2
Analisa Penulangan
Analisa penulangan pondasi sumuran sangat penting dilakukan agar
E 01
Mu
(2.13)
Pu
E02 = 1/30 x ht
E 0 e01 e02
..
(2.15)
lk
E1 C1 x C 2
x ht
100
x
ht
(2.16)
E 2 0,15 x ht ...
(2.17)
C2
eo
....
ht
(2.18)
etot e0 e1 e 2 ...
(2,19)
e
Pu
x tot ...
xAg x 0,85 fc '
ht
(2.20)
Ast pq x Ag
..
(2.21)
Dimana :
Pu
Mu
Fc
= Eksentrisitas (m)
Ast
Ht
= Diameter Pondasi
Ag
fc '
Ag
1 x
...
Ac
fy
= 0,45 x
(2.23)
Ps
Asp
...
Ac
(2.24)
Asp
= As x
Ac
(2.26)
Ag
= x
x D2
(2.27)
Dimana :
Ps
Asp
Ac
Ag
Fc
Fy
db
Dc
As
bs
Pr
bs
100 x t ( n 1) x A
...
..(2.28)
Dimana :
bs
bs
2.3
F
1
SI (m)
0,50
Fps (ft)
2,5
0,08
4,0
0,30
1,0
0,20
4,0
2.3.2
= b x A ......(2.30)
Dimana:
P
= Fb x n Fe
Dan
Fb
x x (d12 d22)
Dinama :
Fb
2.4
Fe
d1
d2
kontruksi terhadap beban yang bekerja agar kontruksi yang direncanakan aman
pada tahap pengamanan.
2.4.1
Fk
Mr Fk 2
Mo
..
(2.33)
Mr
Mo
Dimana :
2.4.2
Mr
Mo
Fk
(2.36)
Er
Fk 1,5 ....
PH
= R tg + (c x B) + Pp ...
Fr
(2.37)
Dimana :
2.4.3
Pr
PH
= Lebar Abutment
= Sudut geser
= Kohesif tanah
Pp
Tegangan kontak
Munurut Margaret dan Gunawan (1990), besarnya tegangan kontak dapat
q Min
As
B
B
..(2.3.8)
2.4.4
Penurunan Pondasi
Berdasarkan Ir. Saedjono HS, 1991, penurunan permukaan dapat dihitung
dengan persamaan :
H
PI
Log
.
C
Po
(2.39)
C
1,5 P
..
Po
(2.40)
Dimana :
S
= Penurunan (cm)
P1
Po
= Indeks Of Compressibility
PI
= Po +
(2.41)
(B x L )
( B 2 htg 30 o ) ( L
1
htg 30 o )
(2.42)
q
w
BxL
(2.43)
Po
I x hI 2 (h2 1 2 h) ..
(2.44)
BAB III
PERHITUNGAN
3.1.
Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perencanaan konstuksi
jembatan. Beban primer terdiri beban mati, beban hidup, beban kejut dan beban
akibat tekanan tanah.
3.1.1
Beban Mati
Untuk mempermudah perhitungan, maka beban mati pada konstuksi
gambar dibawah ini. Panjang plat lantai kendaraan 13,8 m dan lebar 4 m, tebal
lantai 0.20 m, Bj beton 2.4 t/m3, Bj aspal 2.2 t/m3.
= x B As
= x 6.072 t
= 3.036 t
Sandaran terbuat dari beton bertulang dengan berat jenis 2.4 t/m 3. Terdapat
di dua sisi jembatan yaitu :
Beban Sandaran
Bts = P x L x T x Bj. Beton
= 0,16 x 0,1 x 1.10 x 2,4 t/m3
= 0,0422 t
Maka berat tiang sandaran adalah:
Bts = Bts x 2 x 8 (jumlah tiang sandaran)
= 0.0422 t x 2 x 6
= 0.704 t
5.
Diameter pipa
= 75 mm
Tebal pipa
Bentangan pipa
= 13.8 m
Jumlah pipa
= 4 buah
6 mm
Plat injak terbuat dari beton bertulang Bj beton 2.4 t/m3. Panjang 5.32,
lebar 1.50 m, tinggi 0.2 m. perhitungan dibagi menjadi beberapa pias :
= P x L x T x Bj Beton
= 1.75 m x 4 m x 0.2 m x 2.4 t/m3
= 3.36 t
P2
= P x L x T x Bj Beton
= 0.25 m x 4 m x 0.05 m x 2.4 t/m3
= 0.12 t
P3
= P x alas x T x Bj Beton
= 4 m x (0.05) m x 0.05 m x 2.4 t/m3
= 0.012 t
= P1 + P2 + P3
= 3.36 + 0.12 + 0.012
= 3.492 t
7. Beban Diafragma
Diafragma terbuat dari beton bertulang dengan Bj beton 2.4 t/m3 adalah :
Bdf
= P x L x T x Bj beton x 5 buah
= 1.6 m x 0.3 m x 0.5 x 2.4 t/m3 x 5 buah
= 2.88 t
= x 2.88 t
= 1.44 t
8. Berat Abutment
Dimensi dan pembagian pias pada abutment dapat dilihat gambar dibawah
ini. :
110
50
25
25 25
110
50
50
30
240
170
40
65
87.5
85
75
87.5
250
PIAS ABUTMENT
NON SKALA
Rumus :
Pias = P x L x T x Bj Beton
.......... ( 1 )
Pias = P x a x T x Bj Beton
... ( 2 )
Ket :
- pada pias 1,2,3,5 dan 9 munggunakan rumus no pada persaman 1
- pada pias 3,6,7 dan 8 munggunaka rumus no pada persamaan 2
Berat Elestomerik
Dimensi dan pembagian pias elestomerik dapat dihitung :
Rumus :
W = P x L x T x Bj karet Ng x 3 buah
Muatan Muatan
Plat lantai
Aspal
Tiang sandaran
Pipa sandaran
Plat injak
Diafragma
Abutment
elestomerik
Total
Beban ( Ton )
25.79
3.036
0.704
0.595
3.492
1.44
66.240
0.012
101.309
P = 2,75 x L x100 %
8,4t
= 2,75 x L x 100%
2,2t
=D
= x 44.16 t
= 22.08 t
Beban (Ton)
12.21
22.08
2.79
37.08
20
(50 L )
20
(50 13.8m)
= 1,313 t
Maka besarnya beban kejut adalah :
K = Koefisien kejut x P
= 1,313 x 12.21 t
= 16.031 t
3.1.4. Perhitungan Tekanan Tanah
Untuk mencari berat jenis tanah (), sudut geser (), pada lapisan tanah
yang ditinjau dihitung berdasarkan harga konus (qc), pada kedalaman 3,80 m
diperoleh harga konus (qc) = 210 kg/m2 dan jenis tanah pasir padat, maka harga N
dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
qc = 210 kg/cm
N = X 210 kg/cm
= 52,5 kg/cm
Berat isi tanah asli :
50
52,5
51
10
23
52,5 50 10
51 10
23 10
2,5
41
10
13
32,5
= 41 410
=
442,5
41
= 10,792 kg/cm2
= 1,07 t/m
= 150 kg/cm
N = X 150 kg/cm
= 37,5 kg/cm
37,5
50
16
20
37,5 31 16
50 31
20 16
16
4
6,5
19
26
= 19 304
=
330
19
= 17,368 kg/cm2
= 1,74 t/m
37,5
50
30
40
37,5 31 30
50 31
40 30
6,5
19
30
10
6,5 = 19 570
= 17,368 kg/cm2
635
19
= 33,42
= 33
Jadi, sudut geser () adalah 33 o (interpolasi)
Dari perhitungan diatas diperoleh
sudut geser ()
= 35 o berdasarkan nilai N
sudut geser ()
= 33 o (interpolasi)
= 5,05 m
= 1,5 m
= 6,72 m
sumuran
= 1,2 m x 1,2 m
1 sin 33
1 sin
1 sin 33
Ka1
Kp1
1 sin 35
1 sin
1 sin 35
Ka2
Kp2
= Ka1 x q x h1 x L
= 0,295 x 1 t/m3 x 5,05 m x 6,72 m
= 10,011 t
Pa2
= x Ka1 x 1 x (h12) x L
= x 0,295 x 1,7 t/m3 x (5,05 m)2 x 6,72 m
= 42,973 t
= x Ka1 x 1 x (h12) x L
= x 0,295 x 1,7 t/m3 x (5,05 m)2 x 6,72 m
= 42,973 t
Pa2
= Ka1 x 1 x h1 x h2 x S x 2
= 0,295 x 1,7 t/m3 x 5,05 m x 1,2 m x 2
= 6,078 t
Pa3
= x (Ka2 x 2 x h2 + w x h2) x S x 2
= x (0,271 x 1,07 t/m3 x 1,5 m + 1 t/m3 x 1,5 m) x 1,2 m x 2
= 2,322 t
Pa4
P total
= x (Kp x 2 x w x h2) x h2 x S x 2
= x (3,690 x 2,3 t/m3 x 1 t/m3 x 1,5 m) x 1,5 m x 1,2 m x 2
= 22,915 t
4.2.
Beban Sekunder
Beban sekunder yang diperhitungkan terdiri dari beban angin, beban traksi
dan rem, gaya akibat gempa bumi, gaya akibat tekanan tanah dan gaya gesek
akibat perletakan.
4.2.1. Beban Angin
Menurut PPPJJR-1987, besarnya beban angin diperhitungkan 150 kg/m 2
dan bekerja tegak lurus sumbu memanjang jembatan.
WLantai
= 3,240 t
WKendaraan
= 3,600 t
WSandaran
1 m x 12 m x 0,150 t/m2 x 50 %
= 0,900 t
Wtotal
= 7,740 t
= x Wtotal
= x 7,740 t
= 3,874 t
= x Rm
= x 3,164 t
= 1,582 t
=ExM
= 0,14 x 268,938 t
= 37,651 t
Beban mati
(M)
= 268,938 t
= 42,837 t
= 20,200 t
= 52,984 t
1,582 t
Beban Rem
3,422 t
(Rm)
= 37,651 t
7,418 t
7,352 t
Kombinasi I
= M + H +K + Ta + Tu x 100 %
= 268,938 t + 42,937 t + 20,200 t + 52,984 t + 0 x 100 %
= 385,059 t
Kombinasi II = M + Ta + Ah + Gg + A + SR + Tm x 125 %
= 268,938 t + 52,984 t + 0 + 7,352 t + 1,582 t + 0 + 0 x 125 %
= 413,570 t
Kombinasi III = Kombinasi I + Rm + Gg + A + SR + Tm + S x 140 %
= 385,059 t + 3,422 + 7,352 t + 1,582 + 0 + 0 + 0 x 140 %
= 556,381 ton
Kombinasi IV = M + Gh + Tag + Gg + AHg + Tu x 150 %
= 268,938 t + 37,651 t + 7,418 t + 7,352 t + 0 + 0 x 150 %
= 482,039 t
Kombinasi V = M + PI x 130 %
= 268,938 + 0 x 130 %
= 349,619 t
Kombinasi VI = M + H + K + Ta + S + Tb
= 268,938 t + 42,837 t + 20,200 t + 52,984 t + 0 + 0 x 150 %
= 577,439 t
Dari keenam perhitungan kombinasi diatas diambil yang terbesar untuk
beban pada perencanaan pondasi, yaitu kombinasi VI sebesar 557,439 t
4.3.
Perhitungan Momen
Momen yang bekerja pada jembatan terjadi dalam 2 arah, yaitu momen
dalam arah melintang jembatan (tegak lurus sumbu Y) dan momen dalam arah
memanjang (tegak lurus sumbu X).
angin adalah lantai gelagar, kendaraan dan sandaran. Panjang lengan momen
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
2.000
6.100
5.550
4.575
No
Pias
1
2
3
Muatan
(t)
32,736
3,500
0,466
Beban
Lantai dan Gelagar
Aspal
Sandaran
Total
1.799
1.799
1.350
1.250
1
0.767
3
4
4.373 4.523
3.750
3.334
3.334
2.029
7
0.750
0.325
0.567
1.250
1.933
0.750
No
Pias
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Xo
Beban
(t)
5,292
1,890
12,600
1,050
38,304
1,890
2,142
2,142
27,300
92,610
X
( m)
1,800
2,025
1,350
0,767
1,250
1,800
0,567
1,933
1,250
Y
( m)
4,525
4,375
3,75
3,333
2,075
3,333
0,75
0,75
0,325
Mx
( tm )
9,526
3,827
17,010
0,805
47,880
3,402
1,215
4,140
34,125
121,930
My
( tm )
23,946
8,269
47,250
3,500
79,481
6,299
1,607
1,607
8,873
180,830
121,930t / m
= 1,317 m
92,610m
180,830t / m
= 1,953 m
92,610 m
Yo
Me 1
= 92,610 t x 0,068 m
= 6,298 tm
5.550
5.075
4.575
1,953
No
Pias
1
2
3
4
3.
Beban
Abutment
Gelagar
Aspal
Sandaran
Muatan
(t)
92,610
32,736
3,500
0,466
Total
sebesar 100 kg, yang bekerja pada ketinggian 100 cm diatas lantai kendaraan.
Psandaran
= (0,1 t x 12,8 m x 2)
= 1,280 tm
= MA + Mgh + Ms
= 172,035 tm + 49,138 tm + 1,280 tm
= 222,471tm
Beban akibat gaya rem dan traksi sebesar 1,582 t yang bekerja horizontal
pada ketinggian 1,8 m diatas permukaan lantai kendaraan.
Mrm
3.
abutment sebesar 57,520 t. Untuk lengan momen dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
0.683
0.400
0.300
8
1
2
4.7884.805
3.589
3.881
10
3.256 3.173
3.173
1.979
11
0.852
1.979
0.852
0.284
2.073
2.215
No
Pias
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Beban
(t)
0,857
3,427
0,714
19,906
1,457
0,057
0,457
7,997
1,285
19,906
1,457
57,520
X
( m)
0,400
0,300
0,683
0,425
0,283
2,167
2,350
2,300
1,952
2,075
2,217
Y
( m)
3,833
3,200
3,117
1,925
0,800
4,733
4,750
3,825
3,115
1,925
0,800
Mx
( tm )
0,343
1,028
0,488
8,460
0,412
0,124
1,074
18,393
2,508
41,305
3,230
77,365
My
( tm )
3,285
10,966
2,226
38,319
1,166
0,270
2,171
30,589
4,003
38,319
1,166
132,478
77,365t / m
Xo
= 57,520m
= 1,345 m
Yo
Me 2
= 57,520 t x 0,096 m
132,475t / m
= 2,316 m
57,520m
= 5,521 tm
MTa
= 57,520 t x 2,316 m
= 133,216 tm
4.4.
Diketahui data :
= 1,20 m
= 1,00 m
= 1,50 m
= 0,10 m
beton betulang
= 2,50 t/m 3
= 2,20 t/m 3
qa
qc B F3
50
B
Qc
= 210 kg/m2
F3
= 30 cm
= 120 cm
qa
210
50
120 30
120
= 6,732 kg/cm2
= 60,732 kg/m2
Dalam perencanaan digunakan 2 buah sumuran dengan sisi 1,2 m x 1,2 m,
luas sumuran adalah :
Ap = Sisi x Sisi x 2 Sumuran
= 1,2 m x 1,2 m x 2
= 2,880 m2
Maka daya dukung 2 buah sumuran adalah :
Pa = qa x Ap
= 68,750 kg/m2 x 2,880 m2
= 198,000 t
= 0,198 t
Daya dukung tanah yang dihitung dengan menggunakan metoda Terzhagi,
c, deck.
qu = 1,3 x C x Nc + Po x Nq + 0,3 x x B x N
dan
Po = x Df
= 1,7 t/m3 x 1,5 m
= 2,550 t/m2
qu
Fk
qa
837,835t / m 2
3
qa = 279,278 t/m2
Besarnya daya dukung tanah pada dinding sumuran adalah :
Pa = qa x Ap
= 279,278 t/m2 x 2,880 m2
= 804,322 t
luar sumuran
= 1,2 m x 1,2 m
dalam sumuran
=1mx1m
Wdsumuran
= 1,5 m
= 2 x ((As1 ) (As2)) x h x b
= 2 x ((1,2 m x 1,2 m ) (1 m x 1 m)) x 1,5 m x 2,5 t/m3
= 2 x ((1,440 m2 ) (1m2)) x 1,5 m x 2,5 t/m3
= 2 x 0,440 m2 x 1,5 m x 2,5 t/m3
= 0,825 t
Wisumuran
= 2 x As2 x h x c
= 2 x (1 m x 1 m) x 1,5 m x 2,2 t/m3
= 6,600 t
= 268,938 t
= 42,837 t
= 20,200 t
0,825 t
6,600 t
Total = 339,400 t
Berdasakan perhitungan diatas tanah pondasi mampu mendukung berat
daripada jembatan. Daya dukung tanah lebih besar dari beban yang bekerja pada
konstruksi.
Pa > Pk
804,322 t > 339,400 t( Aman )
Ag
= 120 cm x 120 cm
= 14400 cm2
Ast
= 1610 mm
= 12,56 cm2
Ast
= Ag
125,66cm 2
14400cm 2
= 0,01
=1%
Xo Pondasi
Xo Abutment
Xo Tanah
No
Pias
1
2
3
4
Beban
Abutment
Tanah pada Abutment
Pondasi
Beban Vertikal
Total
Momen penahan
= 500,583 tm
= 488,705 t
Muatan
(t)
92,610
57,520
6,600
331,975
488,705
Mpenahan
Mguling
> 1,5
500,583t / m
Fr
> 1,5
Ph
Diketahui:
= 488,705 t
tanah
= 2,3 t/m3
= 9,4
= 35o
Kp
= 0,271
h abutment
= 5,05 m
= 52,984 t
Fk geser
3,422 t
253,131
Pp = 2 c
kp
= 2 x 9,4
+ x x h2 x Kp
0,2710
= 17,734 t
Fr = R tan + 0,67 x C x B + Pp
= 488,705 t x tan 35o + 0,67 x 9,4 x 6,72 + 17,734 t
= 291,612 t
Ph = Rm + Gh + Ta + Gg
= 3,154 t + 37,651 t + 52,984 t + 7,352 t
= 101,141 t
Fr
>1,5
Ph
291,612t
= 804,322 t
As
= 1,2 m x 1,2 m x 2
= 2,880 m2
Mx
= 181,411 tm
ex
181,411tm
Mx
= 804,322t = 0,226m
P
Maka :
qmaks
P
6ex
=
x 1
q min
As
D
804,322t
1 6 x0,226m
2 x
1,2m
2,880m
= 279,278t/m2 x (1 0,678)
Sehingga
qmaks = 279,278 t/m2 x 1,678
= 468,628 t/m2
Maka untuk 2 buah sumuran
= x 468,628 t/m2 /2
= 234,314 t/m2
Qmaks
<
qa
279,278 t/m2
Dan
qmin = 279,278 t/m2 x 0,322
= 89,928 t/m2
Maka untuk 2 buah sumuran :
= x 89,928 t/m2 /2
= 44,964 t/m2
= 4,496 kg/cm2
>
Dari perhitungan diatas diperoleh tegangan kontak yang sejenis sehingga pondasi
aman.
4.5.
Penurunan
=L
Es
=L
As
= x 8,68 t/m2
= 4,34 ton
gc
= 150 kg/cm2
= 3,5 m
Es
= 6 x 1500 t/m2
p
1 / 4 xxD 2
4,34
1 / 4 x3,14 x (3,5) 2
= 0,451 t/m2
=L
Es
0,451
= 3,5
9000
= 0,000175 < 2 ( 5,08 cm )
= 7,8 x 10 -3 < 2 ( 5,08 cm )
Diketahui data-data sebagai berikut :
=xR
= x 488,705 t
= 244,353 t
= 1,2 m = 120 cm
Es
= 2 x qc
= 2 x 196 kg/cm2
= 392 kg/cm2
244,353 t
Maka H
8,485kg / cm 2
= 150 cm x
2
392kg / cm
= 3,247 cm < 2 inchi (5,08 cm)..( Aman )
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada bab III maka diambil
beberapa kesimpulan antara lain :
4.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perhitungan
4.2
Saran-saran
Sebaiknya dalam perencanaan pondasi sumuran hendaknya diperoleh data