Pengembangan Rancangan Pusat Kebudayaan Islam Bandung Timur
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam
terbanyak di dunia. Maka dari itu, semakin bertambahnya penduduk, seharusnya semakin bertambah pula pembangunan di bidang spiritual. Pembangunan dibidang spiritual yangdimaksud adalah bukan hanya wadah bagi kegiatan peribadatan pada umumnya, melainkan wadah bagi kegiatan-kegiatan lain seperti pendidikan, kreatifitas dan ekonomi yang berkiblat pada kegiatan peribadatan. SKB 3 Mentri pada bulan Maret 1975 maupun GBHN 1978 yang menyatakan Untuk periode Kepresidenan III hingga 1983 pemerintah memberikan bantuan ke lembagalembaga pendidikan keagamaan terutama untuk kegiatan-kegiaatan yang mengarah kepada mutu pendidikan yang lebih baik dan jumlah porsi yang lebih banyak dalam kurikulum, maupun pelajaran-pelajaran yang lebih mengacu pada praktek. Selain itu, PP Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 4 Ayat (3) juga menyatakan Setiap satuan pendidikan menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama. Kedua hal tersebut juga mendasari latar belakang dari Pengembangan Rancangan Pusat Kebudayaan Islam di Bandung Timur ini. Melihat bangunan sejenis yang telah ada sebelumnya, pada dasarnya bangunan pusat kebudayaan Islam mewadahi seluruh kegiatan Islami dari mulai kegiatan Hari Raya (besar) hingga kegiatan sehari-hari. Penjabaran dari kegiatankegiatan tersebut meliputi kegiatan peribadatan ibadah wajib shalat 5 waktu, zakat, shalat Ied, shalat tarawih, kegiatan pesantren, asrama, kegiatan pengelola, kegiatan-kegiatan kreatifitas dan kegiatan-kegiatan pada hari-hari besar. Dari kegiatan tersebut terbentuklah ruang-ruang yang dibutuhkan. Seperti serambi, ruang shalat, ruang adzan, ruang mihrab, ruang wudhu, ruang khotib, ruang pengelola, ruang belajar (kelas), ruang baca (perpustakaan), auditorium/amphitheater, ruang servis, asrama, kantin, tempat parkir, hingga ruang komunal dan ruang publik untuk kegiatan sehari-hari juga kegiatan hari besar Islam. Pengembangan Rancangan Pusat Kebudayaan di Bandung Timur yang akan dirancang ini pada dasarnya mengacu pada adanya salah satu situs bersejarah di Bandung Timur yang kurang diperhatikan. Yakni, Masjid As-Siraj. Masjid dengan arsitektur islam-jawa-sunda yang kental. Untuk itu, perancangan yang akan dibuat pada dasarnya meluruskan dan memperkuat konsep pada kawasan yang telah ada. Dengan menjadikannya bukan hanya tempat singgah untuk mengaji dan shalat, tapi juga melakukan aktivitas positif lainnya. Adanya situs, potensi lokasi serta keinginan untuk menyeimbangkan pembangunan di Kota Bandung juga menjadi dasar dari gagasan perancangan ini yang tentunya dengan mensinkronisasikan seluruh kegiatan islami dengan aspek kontekstual dan memperkuat citra arsitektur islam-jawa-sunda pada kawasan.