OLEH:
KOMANG NOVIANTARI
(1302105006)
PERTANYAAN:
1. Jelaskan organ reproduksi pada pria dan wanita (dijelaskan dengan gambar akan lebih
baik)!
PEMBAHASAN
1. Jelaskan organ reproduksi pada pria dan wanita!
a. Organ Reproduksi Pria
1) Genetalia Eksterna
a) Penis
Penis terletak menggantung di depan skrotum, terdiri dari 3 bagian yaitu
glans penis (bagian ujung), bagian tengah korpus penis dan pangkalnya
radiks penis. Penis dibungkus oleh kulit yang amat tipis tidak
berhubungan dengan bagian permukaan dalam dari organ dan tidak
mempunyai jaringan
adiposa. di belakang
orifisium uretra
eksrterna kulit ini
membentuk pelipatan
kecil yang disebut
frenilum prepusium
yang menutupi glans
penis (Syaifuddin,
2011).
Fasia superfisialis secara langsung berhubungan dengan fasia skrotum
dengan lapisan sel otot polos. Penis terdiri dari dua masa silinder yang
erektil disebut korpus karvenosum. Korpus karvenosum penis ditutupi
oleh kapsul yang kuat terdiri dari benang-benang superfisialis dan
profunda, mempunyai arah longitudinal dan membentuk satu saluran
masing-masing mengelilingi korpora dan membentuk septum penis. Pada
2
Organ reproduksi wanita terdiri dari genetalia eksterna, genetelia interna dan
organ reproduksi tambahan payudara.
1) Genetelia eksterna
10
a) Vagina
11
iii.
i.
Endometrium
Terdiri dari jaringan epitel dan kelenjar yang banyak mengandung
pembuluh darah. Bagian korpus uteri endometrium licin dan bagian
serviks berkelok-kelok. Kelenjarnya bermuara pada kanalis servikalis.
Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi oleh
ii.
hormonsteroid ovarium.
Miometrium
Lapisan otot yang tersusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong
isinya pada waktu persalinan dan dapat mengecil kembali setelah
iii.
plasenta keluar.
Perimetrium
13
14
Tuba uterina adalah saluran telur yang mengangkut ovum dari ovarium ke
kavum uteri. Panjangnya rata-rata 11-14 cm. Tuba uterina memiliki dua
bagian, mulai dari sisi pelvis ke sudut superior lateral uterus yang masingmasing menggantung pada plika peritonial mesentrium yang meliputi
margo superior dan berdekatan dengan ligamentum latum. Tuba uterina
i.
ii.
uterus
Pars ismika/istmus merupakan bagian yang sempit pada sudut antara
iii.
iv.
terjadinya fertilisasi.
Infundibium merupakan bagian ujung tiba yang terbuka mempunyai
umbul yang disebut fimbriae, melekat pada ovarium untuk
menangkap ovum yang dilepas oleh ovarium.
Bagian luar tuba diliputi oleh peritonium viseral, merupakan bagian dari
ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri dari m. longitudinal dan m.
sirkuler. Bagian dalam terdapat mukosa berlipat-lipat ke arah longitudinal
terutama pada bagian ampula (Syaifuddin, 2011).
d) Ovarium
Ovarium terletak di fossa ovari Waldeyer berbetuk oval atau bervariasi
dan memiliki ukuran panjang kira-kira 2,5-5 cm, lebar 1,5-3 cm dan tebal
0,5-1,5 cm. Ovarium difiksasi oleh mesovarium menuju ligamentum
15
latum, ligamentum utero ovarium dari insersi sedikit bawah tuba menuju
ovarium yang panjangnya kira-kira 3-4 cm, ligamentum
infundibulopelvikulum dari tuba menuju tulang pervis. Ovarium memiliki
permukaan yang licin mengkilat pada gadis dan semakin tua berbenjolbenjol karena terjadinya ovulasi. Pada usia lanjut ovarium mengecil dan
padat karena ovulasi sudah berhenti. Ovarium terdiri dari dua lapisan
yaitu: (1) Korteks yang merupakan jaringan ikat dan terdapat berbagai
tingkat maturasi folikel de Graaf. Lapisan luarnya tertutup tunika
albugenia. (2) Medulla ovarii merupakan jaringan ikat longgar berlanjut
dengan mesovarium, mengandung pembuluh darah dan serat saraf dan
terdapat otot yang dapat menggerakan ovarium (Manuaba et al., 2007).
3) Payudara
mempunyai lobus antara 15-20. Tiap lobus berbentuk piramid dengan punvak
mengarah ke areola. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri
dari jaringan fibrosa yang padat. Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai
saluran yang keluar diebut duktus laktiferus yang melebar pada daerah areola
disebut sinus laktiferus. Di daerah terminalis lumen sinus ini mengecil dan
bercapang-cabang ke alveoli (Syaifuddin, 2011).
Pembuluh darah mamae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri
torakalis serta vena superfisialis. Mamae mempunyai banyak anastomosis
yang bermuara pada vena mamaria interna dan vena torakalis
interna/epigastrika, sebagian besar bermuara ke vena torakalus lateralis
(Syaifuddin, 2011).
4) Pelvis
17
Pelvis terdiri
atas 3 bagian
yaitu, (1)
tulang koksa,
yaitu terdiri
atas tiga tulang
yang masingmasing
berjumlah dua
buah, yaitu
tulang ilium,
ischium, dan
pubis. (2) tulang sacrum, yaitu berjumlah satu buah. (3) tulang koksigis, yaitu
berjumlah satu buah. Tulang-tulang ini saling berhubungan satu sama lain
melalui artikulasio. Pada bagian depan artikulasio yang terletak di antara
kedua os. Pubis, yang disebut simfisis. Pada bagian belakang terdapat
hubungan atau artikulasio sakrokoksigea. Di luar kehamilan, artikulasio
hanya memungkinkan mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan
dan persalinan mengalami pergeseran yang cukup longgar, bahkan pada ujung
koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses
persalinan (Sulistyawati, 2011).
2. Jelaskan tentang perkembangan organ sistem reproduksi sejak embrio!
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel germinal primordial bakal sel kelamin pada
manusia berasal dari dinding endoderm kantung kuning telur (yolk sac) (ekstra
gonad).
a) Perkembangan Organ Genitalia
Perkembangan embrional alat reprdoduksi berasal dari keadaan yang indiferen
dengan kedua jenis kelamin yang sama sampai awal minggu ke-7 dan barulah
organ polar yang spesifik berdiferensiasi. Pada dinding dorsal perut sebelah
medial dari mesonefros tampak suatu tonjolan yang cembung mirip rigi (gonadal
ridge) pada minggu ke-5, yang terbentang dari diafragma sampai ke panggul dan
di tengahnya terdapat bakal gonad yang agak menonjol ke depan (Langman,
2009).
b) Tahap Indiferen Gonad
18
Sex secara genetik terbentuk pada saat embrio pada saat fertilisasi,
sedangkan secara morfologi gonad belum menunjukkan antara pria dan wanita
sampai minggu ke-7. Gonad pada awalnya merupakan sepasang rigi longitudinal
yang disebut gonadal ridge yang terbentuk dari proliferasi epitel dan kondensasi
dari lapisan mesenchyme. Epitel dari genital ridge mengalami proliferasi dan sel
epitel masuk ke lapisan mesenchyme sehingga membentuk beberapa bentuk korda
yang tidak beraturan yang dinamakan primitive sex cords. Pada pria dan wanita,
korda tersebut berhubungan dengan permukaan epitel dan tidak mungkin dapat
dibedakan antara gonad pria dan wanita sehingga keaadaan ini dinamakan
indifferent gonad (Langman, 2009).
c) Tahap Diferen Gonad dan Pembentukan Duktus
Pada akhir minggu ke-7 diferensiasi seksual bakal gonad baru dikenali. Gonad
yang terbetuk dibedakan menjadi 2, yaitu testis dan ovarium
19
Testis
Embrio dikatakan secara genetik adalah pria apabila sel germinal primordial
membawa kromosom seks komplek XY. Di bawah pengaruh dari gen SRY pada
kromosom Y yang mengkode testis determining factor, korda seks primitif
berkembang secara proliferatif dan masuk lebih dalam ke medula untuk
membentuk testis atau ke dalam korda medula. Untuk menuju bagian hilus dari
kelenjar, korda berpisah ke bagian untaian sel kecil yang nantinya akan menjadi
tubulus dari rete testis. Selama perkembangan yang lebih lanjut, lapisan padat dari
jaringan konektif fibrosa yaitu tunica albugenia memisahkan korda testis dari
permukaan epitel (Langman, 2009).
20
Ovarium
Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tidak ada kromosom Y,
korda seks primitif memisahkan diri ke dalam gugus-gugus sel yang tidak teratur.
Gugus sel ini terdiri atas sekelompok sel germinal primordial yang menempati
bagian medula dari ovarium. Selanjutnya menghilang dan digantikan oleh stroma
vaskular yang membentuk ovarium medula.
21
22
Gambar : A. Duktus genital pada akhir bulan ke-2, B. Duktus genital setelah
penurunan dari ovarium
23
Penis berfungsi sebagai tempat saluran ureta dan organ erektil pada pria
(Syaifuddin, 2011). Penis akan mengalami ereksi saat terjadi rangsangan
seksual pada pria. Ereksi disebabkan oleh impulas saraf parasimpatif yang
menjalar dari bagian sakral medula spinalis melalui saraf-saraf pelvis ke
penis. Serabut parasimpatis ini diyakini meleaskan nitric oxide yang
terutama melebarkan arteri arteri penis dan juga merelaksasi jalan
trabekula serabut otot polos dijaringan erektil dari korpus karvenosum dan
korpus spongeosum. Jarigan erektil ini terdiri atas sinoid-sinoid karvenosa
yang lebar yang normalnya tidak terisi penuh dengan darah namun
menjadi sangat berdilatasi saat darah arteri mengalir dengan cepat
kedalamnya sementara sebagian aliran vena dibendung. Selain itu, badan
erektil terutama kedua korpus karvenosum dikelilingi oleh lapisan fibrosa
yang kuat, oleh karena itu tekanan yang tinggi di dalam sinusoid
menyebabkan pengembungan jaringan erektil sehingga penis menjadi
keras dan memanjang (Guyton and Hall, 2007).
b) Skrotum
Pada beberapa keadaan misalnya pengaruh suhu panas, skrotum akan
memanjang dan lemah sedangkan pada suhu dingin, skrotum akan
mengkerut dan memendek, hal ini bertujuan untuk mempertahankan suhu
optimal saat spermatogenesis di dalam testis (Syaifuddin, 2011).
2) Genetalia interna
a) Testis
Testis merupakan tempat dibentuknya spermatozoa dan hormon laki-laki
(Syaifuddin, 2011). Pada testis secara mikroskopik dibagi menjadi 2
bangunan utama yaitu, tubulus seminiferus dan sel intersisial Leydig
(Leydig cell). Tubulus seminiferus memiliki fungsi untuk pembentukan sel
spermatozoa (spermatogenesis). Sel Leydig berada diantara tubulus
seminiferus dan memiliki fungsi utama untuk memproduksi hormon
androgen pada pria. Sekresi sel Leydig distimulasi adanya Luteinizing
Hormone (LH) yang di sekresi dari hipofisis anterior (Akingbemi et al.,
2004).
b) Epididimis
Epididimis berfungsi sebagai saluran penghantar testis, mengatur sperma
sebelum diejakulasi dan memproduksi sperma (Syaifuddin, 2011).
c) Vas Deferens
Vas Deferens berfungsi sebagai saluran sperma dari epididimis menuju
uretra saan terjadi ejakulasi (Andriyani et al., 2015).
25
d) Vesika Seminalis
Vesika seminalis merupakan kelenjar yang menghasilkan zat mukoid yang
banyak mengandung fruktosa dan zat gizi (prostaglandin dan fibrinogen)
yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa. Sekresi vesika
seminalis merupakan komponen pokok dari air mani yang menghasilkan
cairan (semen) sebagai pelindung spermatozoa. Selama ejakulasi vesika
seminalis mengosongkan isinya ke dalam duktus ejakulatorius sehingga
menambah semen ejakulasi serta mukosa (Syaifuddin, 2011).
e) Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat berfungsi mengeluarkan cairan alkali yang encer seperti
susu yang berfungsi untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan dari
uretra (Syaifuddin, 2011).
f) Kelenjar bulbouretralis
Kelenjar bulbouretralis memiliki fungsi yang hampir sama dengan
kelenjar prostat (Syaifuddin, 2011).
g) Uretra
Uretra merupakan saluran kemih dan saluran ejakulasi pada pria dimana
pengeluaran urine tidak bersamaan denfan ejakulasi karena diatur oleh
kegiatan kontraksi prostat (Syaifuddin, 2011).
h) Fenikulus spermatikus
Berfungsi sebagai bangunan penyambung yang berisi duktus seminalis,
pembuluh limfe dan serabut saraf (Syaifudin, 2011)
b. Organ reprouksi wanita
1) Genetalia eksterna
a) Labia mayora
Berfungsi untuk menutupi dan melindungi organ genetalia eksterna
lainnya (Andriyani et al., 2015).
b) Klitoris
Klitoris merupakan organ erektil pada genetalia wanita yang memiliki
fungsi analog dengan penis pada laki-laki (Manuaba et al., 2007),
c) Kelenjar Vestibulum Mayor
Kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan lendir untuk lubrikasi pada saat
terjadi aksi seksual (Andriyani et al., 2015).
d) Himen
Pada bagian tengah himen terdapat lubang yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya menstruasi (Manuaba et al., 2007).
2) Genetalia interna
a) Vagina
Vagina berfungsi sebagai penghubung antara uterus dengan lingkungan
luar, tempat masuknya sperma saat terjadi hubungan seksual serta jalan
lahir fetus pada saat persalinan (Andriyani et al., 2015).
26
b) Uterus
Fungsi uterus adalah untuk tempat implantasi ovum yang telah dibuahi di
endometrium, tempat berkembangnya janin dan pada saat persalinan
uterus akan berkontraksi untuk mendorong janin keluar (Syaifuddin, 2011)
c) Tuba Uterina
Tuba uterina berfungsi untuk menghantarkan ovum dari ovariun ke uterus,
menyediakan tempat untuk fertilisasi (pembuahan ovum oleh sperma)
(Andriyani et al., 2015).
d) Ovarium
Ovarium merupakan tempat produksi ovum (pematangan ovum dan
ovulasi) serta sebagai tempat penghasil hormon seksual wanita (esterogen
dan progesteron) (Andriyani et al., 2015).
3) Payudara
Kelenjar mamae berfungsi meghasilkan air susu pada masa laktasi dengan
bantuan hormon-hormon wanita (Heffner and Schust, 2006).
4) Pelvis
Pelvis berfungsi untuk menyangga isi abdomen dan uterus terutama pada saat
kehamilan (Manuaba et al., 2007). Pelvis merupakan salah satu jalan lahir
yang memiliki fungsi yang lebih dominan daripada jalan lahir (Ummi dkk,
2011).
4. Jelaskan tentang hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi.
Jelaskan pula fungsi dari hormon-hormon tersebut!
a. Hormon pada reproduksi laki-laki
1) Androgen
i.
Androgen yang disekresi testis
Testis menyekresi beberapa hormon kelamin pria yang secara keseluruhan
disebut androgen, yang diantaranya yaitu testosteron, dehidrotestosteron
27
seperti punggung.
Pengaruh pada suara
Testosteron dapat meyebabkan hipertropi mukosa laring dan
pembesaran laring sehingga berpengaruh pada suara yang menjadi
tidak sinkron suara serak, namun secara bertahap berubah menjadi
suara orang dewasa maskulin yang khas.
ii.
29
1) Hormon esterogen
Hormon esterogen disekresikan oleh sel-sel-trache intrafolikel overium,
korpus latum dan dan plesenta. Sebagian kecil dihasilkan oleh korteks
adrenal. Hormon esterogen berfungsi dalam mempermudah pertumbuhan
folikel ovarium dan meningkatkan tuba uterin, jumlah otot uterus dan kadar
protein kontraktil uterus. Esterogen juga menghambat sekresi FSH dan dalam
beberapa keadaan menghambat sekresi LH serta pada keadaan lain
meningkatkan sekresi LH. Esterogen juga meningkatkan pertumbuhan
duktus-duktus yang terdapat pada kelenjae mamae dan merupakan hormon
feminisme wanita, terutamadisebabkan oleh hormon androgen. Hormon
esterogen mempengaruhi organ reproduksi yaitu pembesaran ukuran tuba
uterina, uterus dan vagina, pengendapan lemak dan mons pubis dan labia,
serta mengawali pertumbuhan kelenjar mamae (Syaifuddin, 2011).
2) Hormon progesteron
Hormon progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta. Hormon ini
berfungsi dalam perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam servik
dan vagina. Progesteron juga berpengarhuh sebagai anti-esterogenik pada selsel miometrium. Selain itu, menurunkan kepekaan otot endometrium,
sensitivitas miometrium terhadap oksitosin, dan aktivitas listrik spontan
miometrium sambil meningkatkan potensial membran, serta bertanggung
jawab meningkatkan suhu basal tubuh pada saat ovulasi. Efek progestreon
terhadap tuba uterina meningkatkan sekresi dan mukosa. Pada kelenjar
30
Mimpi basah terjadi setelah tubuh dapat memproduksi sperma. Karena sperma
didalam tubuh hanya dapat disimpan dalam jumlah terbatas, maka salah satu cara
tubuh untuk mengeluarkannya adalah melalui mimpi basah (Dewi, 2008).
Penjelasan modern tentang mimpi basah, yang dipelopori oleh William Masters,
M.D. dan Virginia Johnson dari Masters and Johnson Institute di St. Louis, dan rekanrekannya menyimpulkan bahwa mimpi basah adalah semata-mata berfungsi sebagai
katup pengaman fisiologis ketegangan seksual. Pendapat tersebut didukung oleh
temuan bahwa mimpi basah tejadi pada sebagian besar laki-laki lajang. Setelah
seorang laki-laki menikah (dan mungkin menemukan saluran yang tetap dan
memuaskan bagi hasrat badaninya) mimpi basah tersebut biasanya berhenti
(Medicalera, 2010).
6. Jelaskan tentang siklus menstruasi. Bagaimana pengaruh hormon seksual
terhadap siklus menstruasi!
Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah
dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid) (Syaifuddin, 2011). Produksi
berulang dari esterogen dan progesteron oleh ovarium mempunyai kaitan dengan
siklus endometrium pada lapisan uterus yang bekerja melalui tahapan berikut ini
(Guyton and Hall, 2007):
a. Fase Proliferasi
Pada permulaan siklus seksual bulanan, sebagian besar endometrium telah
berdeskuamasi akibat menstruasi. setelah fase menstruasi, hanya selapis tipis
stroma endometrium yang tertinggal dan sel-sel epitel yang tertinggal adalah yang
terletak di bagian yang lebih dalam dari kelenjar yang tersisa serta pada kripta
endometrium. Dibawah pengeruh esterogen yang disekresikan lebih banyak oleh
32
ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel epitelium
berprolifesasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi
kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Selama satu
setengah minggu selanjutnya, sebelum terjadi ovulasi ketebalan endometrium
sangat meningkat karena jumlah sel stroma nertambah banyak dan karena
pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembluh darah baru yang progresif ke
dalam endometrium. Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan 3
sampai 5 mm. Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks akan
menyekresikan mukus yang encermirip benang. Benang mukus akan tersusun
disepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang membantu mengarahkan
sperma ke arah yang tepat dari vagina menuju ke dalam uterus (Guyton and Hall,
2007).
b. Fase Sekresi
Setelah terjadi ovulasi, progesteron dan esterogen bersama-sama diproduksi
dalam jumlah yang besar oleh korpus luteum. Esterogen menyebabkan sedikit
proliferasi sel tambahan pada endometrium selama fase siklus ini, sedangkan
progesteron menyebabkan endometrium mengalami pembengkakan. Dalam
keadaan ini, kelenjar makin berkelok-kelok, kelebihan substansi sekresinya
bertumpuk di dalam sel epitel kelenjar. Selain itu, sitoplasma dari sel stroma
bertambah banyak, simpanan lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel
stroma dan suplai darah kedalam endometrium jugan akan mengalami
peningkatan. pda punjak fase sekretorik, sekitar satu minggu setelah ovulasi
ketebalan endometrium sudah mencapai 5-6 mm. Keseluruhan dari perubahan
endometrium yang terjadi bertujuan untuk mempersiapkan implantasi ovum yang
sudah dibuahi serta memberikan nutrisi pada embrio yang sudah berimplantasi
(Guyton and Hall, 2007).
c. Fase Menstruasi
Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus
luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi dan hormon-hormon ovarium (esterogen
dan progesteron) menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya esterogen dan progesteron pada akhir
suklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap
sel-sel endometrium oleh kedua hoemon ini dan diikuti dengan cepat oleh
involusi endometrium yang menjadi kira-kira 65% dari ketebalan semula.
Kemudian selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang
33
i.
ii.
iii.
iv.
perkembangan embrio.
Progesteron yang disekresikan pada masa kehamilan juga membantu
iii.
2007).
Sekresi Kelenjar Tiroid
Sekresi hormon tiroksin meningkat selama kehamilan yang disebabkan
efek tirotropik dari human chorionic gonadotropin yang disekresi oleh
plasenta dan juga sejumlah kecil hormon perangsang tiroid khusus, human
36
chorionic tyrotropin yang juga disekresi oleh plasenta (Guyton and Hall,
iv.
2007).
Sekresi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid juga membesar pada kehamilan terutama apabila ibu
mengalami defisiensi kalsium. Hal ini menyebabkan absorbsi kalsium dari
tulang ibu sehingga mempertahankan konsentrasi ion kalsium normal
1) Esterogen
Esterogen berperan dalam pertumbuhan sistem duktus payudara ibu. Selama
kehamilan, sejumlah besar esterogen disekresikan oleh plasenta sehingga
sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma
payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat dalam
stroma. Selain esterogen, terdapa 4 hormon lain yang juga berperan penting
dalam pertumbuhan sistem duktus yaitu hormon pertumbuhan, prolaktin,
glukokortikois adrenal, dan insulin (Guyton and Hall, 2007).
2) Progesteron
Progesteron bekerja secara sinergis dengan esterogen dan hormon lain
menyebabkan pembentukan lobulus payudara, pertunasan alveolus dan
perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli (Guyton and Hall, 2007).
3) Prolaktin
38
DAFTAR PUSTAKA
Akingbemi, Benson T., Chantal, M., Sottas, A. I., Koulova, Gary R., Klinefelter and
Matthew, P. H. 2004. Inhibition of testicular steroidogenesis by the xenoestrogen
bisphenol A is associated with reduced pituitary luteinizing hormone secretion
and decreased steroidogenic enzyme gene expression in rat leydig cells.
ENDOCRINOLOGY. 2004.145(2) : 592-603
Andriyani, R., Triana, A., Juliarti, W. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta: Deepublish
Dewi, Sri Esti Wuryani. 2008. Pendidikan Seks Keluarga. Jakarta : Indeks
Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC
Heffner, Linda J. and Schust, Danny J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi 2.
Jakarta : Airlangga
Langman, Sadler T. W. 2009. Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A. Chandranita., Manuaba, I.B.G. Fajar. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
40
Naughton, C.K , Nadler, R.B., Basler, J.W. and Humphrey, P.A. 1998. Leydig cell
hyperplasia. BR J UROL. 1998; 81: 282-9.
Rohen, Johanes W, Drecoll, Elke Lutjen. 2003. Embriologi Fungsional, Perkembangan
Sistem Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC
Sulistyawati. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4.
Jakarta: EGC
41