Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang
dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam
membenahi konsep pendidikan , Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk , menyatakan :
2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan
dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia
dapat menembus ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar
belajar dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat
prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa
kanak-kanak.
3. Kata hati
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati,
pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang
yang baik atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia. Untuk
melihat alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang
yang memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul
agar menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu
dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki
keberanian berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu
menganalisis serta membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi
manusia sebagai manusia
4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan
maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada
jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu
moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang
tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan
kata hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah.
5. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab
bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya
adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk
tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara
dan lain-lain. Tanggung jawab kepada tuhan bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa
dan terkutuk.
6. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan
dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang
sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan
sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluq religius. Mereka percaya bahwa di luar alam
yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini.
Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama
tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluq yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan
hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah
tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada
anaknya atau anak didiknya.
Pengembangan yang tidak utuh adalah proses pengembangan dimensi hakikat manusia
yang tidak seimbang antara dimensi yang satu dengan yang lainnya, artinya ada salah
satu dimensi yang terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh akan
menghasilkan kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti
ini merupakan pengembangan yang patologis atau tidak sehat.
E. Pandangan Islam
1. Pandangan Islam Terhadap Manusia
Menurut pandangan islam manusia adalah makhluk Alloh yang paling mulia dari pada
yang lainnya. Ia bukan ada dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Alloh dengan
dikaruniai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh makhluq yang lain. Alloh
menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang bagus dan seimbang. Sesuai dengan
firman Alloh Surat Ath Thiin yang artinya : Sesungguhnya telah kami jadikan manusia
itu dalam bentuk sebaik-baiknya (Q.S At tiin 4) Dalam hubungan dengan pendidikan
menurut pandangan islam manusia dapat kita lihat dari tiga titik saja yaitu : (Daradjat
dkk, 2000 : 3)
a. Manusia sebagai makhluq yang mulia
Manusia diciptakan oleh Alloh sebagai penerima dan pelaksana ajaran agama. Oleh
karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan
kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu Alloh melengkapinya
dengan akal dan perasaan yang memungkinkan manusia menerima dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya.
Ini berarti manusia sebagai makhluq yang mulia dikarenakan manusia dikaruniai (1) akal
dan perasaan (2) ilmu pengetahuan (3) kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada
pengabdian pada pencipta, Alloh SWT.
1) Akal dan Perasaan
Setiap orang menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak,
digunakan untuk berfikir, perasaan pusatnya di hati, dalam kenyataan keduanya sukar
dipisahkan.
Penggunaan akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam
lingkungan sosialnya. Kemampuan berfikir dan merasa ini merupakan anugerah Alloh
yang paling besar dan ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan mulai
dibandingkan dengan makhluq yang lainnya. Alloh menyuruh manusia berfikir baik
tentang dirinya atau tentang alam semesta ini sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan.
2) Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia melalui pengalaman, informasi,
perasaan atau melalui intuisi. Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal
(berfikir) dan perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu. Faktor terbesar yang membuat
manusia itu mulia adalah karena ia berilmu dan menggunakan ilmunya dia dapat
menguasai alam, meningkatkan iman dan taqwanya juga dengan ilmu.
3) Kebudayaan
Islam memandang manusia sebagai makhluq pendukung dan pencipta kebudayaan.
Dengan akal, ilmu dan perasaan ia membentuk kebudayaan dan mewariskan kebudayaan
itu kepada anak turunnya.
b. Manusia sebagai kholifah di bumi
Setelah bumi ini diciptakan, Alloh memandang perlu bumi itu didiami, diurus dan diolah.
Untuk itu ia menciptakan manusia sebagai kholifah di bumi. Kemampuan bertugas ini
adalah anugerah Alloh dan sekaligus merupakan amanat yang dibimbing dengan suatu
ajaran yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab manusia yang bernama kholifah
itu.
c. Manusia sebagai makhluq PAEDAGOGIK
Mahluq paedagogik ialah mahluq Alloh yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik
dan dapat mendidik. Mahluq itu adalah manusia. Sehingga mampu menjadi kholifah di
bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitroh Alloh berupa
bentuk yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluq yang
mulia, pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah
itu. Fitrah inilah yang membedakan manusia dengan mahluq yang lain dan membuat
manusia itu istimewa dan lebih mulia dan sekaligus berarti bahwa manusia adalah
mahluq paedagogik.
2. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan
Ahmad Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai suatu bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani dan ruhani murid menuju
terbentuknya kepribadian yang utama (Rusn, 1988 : 54).
Menurut pandangan islam pendidikan itu sangat penting, karena syariat islam tidak akan
dihayati dan diamalkan oleh umatnya kalau hanya diajarkan saja. Untuk itulah agar islam
bisa diamalkan oleh umatnya tidak hanya teoritis tetapi juga praktis maka umat islam
harus dididik melalui proses pendidikan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi
SAW dalam mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlaq yang baik sesuai
dengan ajaran islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Sehingga beliau adalah
seorang pendidik yang berhasil.
F. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Sifat hakekat manusia adalah ciri-ciri karakteristis yang secara prinsipil membedakan
manusia dari hewan atau dari makhluq lainnya
2. Wujudnya sifat hakikat manusia antara lain kemampuan manusia menyadari diri,
kemampuan bereksistensi, mempunyai kata hati, moral, tanggung jawab, rasa kebebasan,
kewajiban dan hak serta kemampuan menghayati kebahagiaan.
3. Dimensi-dimensi sifat hakekat manusia ada 4 yaitu dimensi keindividuan, kesosialan,
kesusilaan dan keberagaman.
4. Pengembangan dimensi hakekat manusia ada dua yaitu : pengembangan yang utuh dan
pengembangan yang tidak utuh.
5. Menurut pandangan islam
- Terhadap manusia, manusia adalah :
a. Sebagai mahluq yang mulia karena dikaruniai akal dan perasaan, ilmu pengetahuan
dan kebudayaan utuh mengabdi kepada Alloh.
b. Sebagai kholifah dimuka bumi.
c. Sebagai mahluq paedagogik
6. Terhadap pendidikan :
Menurut pandangan islam pendidikan itu sangat penting, karena syariat islam dapat
dihayati dan diamalkan oleh umatnya hanya dengan proses pendidikan seperti yang
dilakukan olah Nabi SAW.
BAB II
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya denga nbaik jika
memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan.
Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap unsurunsurnya, konsepdasar yang melandasinya, dan wujud pendidikan sebagi sistem. Bab II
ini akan mengkaji pengertian pendidikan,unsur-unsur pendidikan, dan sistem pendidikan.
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan
kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena
orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena
falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami
proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi
yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa
tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang
belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas
usaha sendiri.
b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan
menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya ,
pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun
tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal.
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan,
PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup.
Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian
dibangkitkan kembali oleh comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH
didefenisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan
pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas mengikuti
seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.(Cropley:67)
Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
a. Rasional
b. Alasan keadilan
c. Alasan ekonomi
d. Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja,
dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
e. Alasan perkembangan iptek
f. Alasan sifat pekerjaan
4. Kemandirian dalam belajar
a. Arti dan perinsip yang melandasi
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih
didorong oleh kamauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajaran. Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada perinsip bahwa
individu yang belajar akan sampai kepada perolehan hasil belajar.
b. Alasan yang menopang
Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16) mengemukakan alasan
sebagai berikut:
Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para
pendidik(khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan
wajar sesuai dengan situasi dan kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau
mempraktekannya sendiri.
Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta
didik.
B. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Penjelasan:
1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan
demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin
diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam
tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua,
guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi,
metode, serta alat-alat pendidikan.
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas
alat yang preventif dan yang kuratif.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
BAB III
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan,
serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan
tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas
yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian
dalam belajar.
A. LANDASAN PENDIDIKAN
1. Landasan Filososfis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat
yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,
Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1. Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal
arts) atau bahan ajar esensial.
2. Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3. Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan
praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian
bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan Sosiolagis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garisgaris besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk
mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan
haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian
pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan
manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan
dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang
berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan
manfaatnya bagi masyarakat
B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan.
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh
Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso
Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
2. Perkembangan IPTEK
Perkembangan iptek yang semakin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu ciri
utama dari masyarakat masa depan. Percepatan perkembangan iptek tersebut terkait dengan
landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Kemajuan teknologi telah mendorong perubahan masyarakat dari masyarakat industri ke
masyarakat informasi. Dan di indonesia terjadi perubahan yang serentak dari masyarakat
pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi.
Perkembangan komunikasi dengan arus informasi yang semakin padat dan akan dipercepat di
masa depan, mencakup keseluruhan unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut. Sumber
pesan mencakup keseluruhan unsur-unsur kebudayaan, mulai dari sistem dan upacara
keagamaan sampai dengan, bahkan terutama sistem teknologi dan peralatan.
4. Peningkatan Layanan Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan
profesional dalam bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang makin cepat
serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota masyarakat
masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin
tinggi.
Oleh karena itu, manusia masa depan tersebut makin menuntut suatu kualitas hidup yang
lebih baik, termasuk berbagai layanan yang dibutuhkannya. Layanan diberikan oleh
pemangku profesi tertentu, atau layanan profesional, akan semakin penting untuk kebutuhan
masyarakat tertentu.
B. UPAYA PENDIDIKAN DALAM MENAGANTISIPASIKAN MASA DEPAN
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat dalam masyarakat yang sedang berubah
dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematiksistematis. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan
bangsa dan negara dalam masa yang akan datang. Oleh karena itu kajian selanjutnya akan
membahas tentang tuntutan manusia masa depan, dan upaya mengantisipasi masa depan.
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
Untuk jenjang pendidikan dasar hal itu berarti bahwa kemampuan dasar sebagai manusia
Pancasila yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap untuk:
Memasuki lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi dan atau
pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
Melanjutkan ke pendidikan menengah.
Tuntutan manusia indonesia di masa depan, setelah kemampuan dasar tersebut, terutama
diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan di masa depan tersebut. Beberapa di antaranya seperti:
Ketanggapan terhadap pelbagai masalah sosial, politik, kultural, dan lingkungan.
Kretifitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.
Efisiensi dan etos kerja yang tinggi
2. Upaya Mengantisipasikan Masa Depan
BAB V
PENGERTIAN, FUNGSI DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Bab
ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi lingkungan pendidikan, tripusat
pendidikan dan pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan dan perkembangan
peserta didik.
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi
dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar
terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang
disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny lingkungan
mencakuplingkungan fidik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll)
dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya,
utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan
pendidikan yang optimal.
B. TRIPUSAT PENDIDIKAN
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam
lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar
Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an
lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh
adn berkembang dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
BAB VI
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia, karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang
memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang
aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari
zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada
beberapa rumpun aliran klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting
pendidikan di Indonesia.
A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun
dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran
Pendidikan di Indonesia.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan
menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan seharihari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal
dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh
perintisnya adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan
yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan
pendidikan anak.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru
dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena
dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama
mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan
anak itu.
e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut
dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun
ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
2. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan
pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan
heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan
pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan
pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre dinteret.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandanganpandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A.
Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan
tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di
sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di
Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya.
Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk
memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin
tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
B. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua
aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3
Juli 1932 di yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan.
a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
Asas Taman Siswa
Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya
persatuan dalam peri kehidupan umum.
Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir
dan batin dapat memerdekan diri.
Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat.
Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk
mengobarkan segala kepentinganpribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Kemudian ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan,
asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
Tujuan Taman Siswa
Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal
budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik
yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa
membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional,
lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa
pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei
pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat).
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut
BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan.
Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.
Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok
pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara
penanggulangannya.
berikut.
a. status lembaga pendidikan yang bermacam-macam
b. sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada ialah
siap kembang.
c. Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang digunakan
sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya
C. SALING KETERKAITAN ANTARA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN
Ada dua. faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan
pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak
memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi
satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu
karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten,
sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH
PENDIDIKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain:
perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan
keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
1. Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya
peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan
cepat dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu
pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni secara
terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping programprogram lain dalam sistem pendidikan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan
penduduk dan penyebaran penduduk.
3. Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan
pemahaman masyarakat terhadap reformasi. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan
pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka
BAB VII
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Setiap bangsa memiliki sitem pendidikan nasional. Pendidikan nasional masing masing
bangsa berdasarkan pada jiwa dan kepribadia kebudayaannya. Sistem pendidikan di
Indonesia disusun berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar kepada
Pancasila dan UUD 1945. Bab VIII ini akan membahas mengenai jalur, jenjang, dan
jenis program sistem pendidikan nasional, pengelolaan jalur pendidikan persekolahan
dan jalur pendidikan luar sekolah, serta upaya pembaruan sistem pendidikan Nasional.
A. KELEMBAGAAN, PROGRAM, DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN
1. Kelembagaan Pendidikan
Berdasarkan UU RI No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, kelembagaan
pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program pendidikan.
a. Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan sisdinas dilaksanakan melalui dua jarur yaitu jalur pendidikan
sekolah(pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pndidikan tinggi), dan pendidikan
luar sekolah atau PLS.
b. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan
pengajaran(UU RI No.2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5).
Jalur Pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinngi.
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
a. Jenis Program Pendidikan
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya (UU RI No.2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5 No. 2)
c. Aspek Yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal
yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32))
maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)).
Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci
kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No.
12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989.
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan
struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama
waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari
perkembangan sosial budaya dan politik.
e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka
kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya, orientasinya,
pendekatannya maupun metodenya.