Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
disusun oleh:
Wandito Gayuh Utomo (P2CC14054)
Anthon Wiyanto Prayoga (P2CC14064)
Aditya Priagung Prakoso (P2CC14074)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kualitas derajat kesehatan masyarakat,
banyak dibangun rumah sakit. Pendirian rumah sakit tentu sudah diatur mengenai
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan dan membangun
suatu rumah sakit. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah bagaimana
pengelolaan limbah medis dari suatu rumah sakit tersebut.
Tidak sedikit rumah sakit yang berdiri kurang memenuhi syarat dalam
pengelolaan limbah rumah sakit ini. Hal ini penting untuk diperhatikan dalam
tujuan utama didirikan rumah sakit, yaitu upaya untuk meningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Limbah rumah sakit yang tidak dikelola dengan baik justru
dapat menyebabkan penularan atau penyebaran suatu penyakit. Penting setiap
rumah sakit mengerti dan dapat mengelola limbah rumah sakit dengan baik.
Limbah rumah sakit atau limbah medis adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Limbah medis sangat penting untuk dikelola dengan benar, hal ini mengingat
limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun.
Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan
sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis berbahaya yang berupa
limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah
bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah
infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik
kepada petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di sekitar lingkungan
rumah sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum
suntik, darah, perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan
dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh
penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko terhadap
penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat
keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis,diare, campak,
AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko
bahaya kimia.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau
proses produksi. Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair, dan gas.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan
anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.
Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut kemungkinan
besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya
yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit
yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai,
kesalahan
penanganan
bahan-bahan
terkontaminasi
dan
peralatan,
serta
penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk. Limbah benda
tajam adalah semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai
/ merobek permukaan tubuh.
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah sitotoksis adalah
limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat
sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila
dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis
sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah
atau limbah medis dan non medis baik padat maupun cair.
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah medis
bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki
potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah
laboratorium
yang
berkaitan
dengan
pemeriksaan
makanan
buangan;
sampah
dapur
(sisa
pembungkus,
sisa
bahan-bahan
organik
dan
anorganik,
yang
tingkat
memudahkan
mengenal
jenis
limbah
yang
akan
Seluruh
jaringan
tubuh
manusia
(terinfeksi
maupun
tidak),
Bed-pan
Disposable,
urinoir,
incontinence-
penampungan,
pengangkutan,
dan
pengelolaan
limbah
pendahuluan.
a. Pemisahan
Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari
ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah medis
yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat
produksi sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu
hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat
sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai
tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut
kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
1) Sampah dari haemodialisis
Sampah
hendaknya
dimasukkan
juga
medis
atau
kantong
lain
yang
tepat
kemudian
dimusnahkan
hendaknya
dimusnahkan
dengan incinerator.
Perkakas
laboratorium
yang
terinfeksi
dibuang
dengan
keadaan
tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang
bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu)
hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut
dan dimasukkan denganincinerator.
b. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau
pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah
tersebut hendaknya :
1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan
dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah
ditentukan secara terpisah.
3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,
dan disediakan sarana pencuci.
4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas
dari infestasi serangga dan tikus.
5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa
digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil
menunggu pengangkutan.
c. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.
Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong.
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus
didesain sedemikian rupa sehingga :
1) Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus
2) Tidak akan menjadi sarang serangga
3) Mudah dibersihkan dan dikeringkan
4) Sampan tidak menempel pada alat angkut
5) Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke
tempat lain :
1) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut.
Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang
dibawa.
2) Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak
terjadi kebocoran atau tumpah.
2.
Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit
Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah
lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka
biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang
biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagianbagian yang cukup sederhana yakni :
1)
2)
3)
Bak Klorinasi
4)
5)
Inlet
6)
7)
lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah
dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur.
Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke
selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan
dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem
kolam oksidasi ini terdiri dari :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
2)
3)
Anaerobic filter.
4)
5)
6)
7)
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga
tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka
kontruksi Anaerobic Filter Treatment Systemdapat disesuaikan dengan
kebutuhan tersebut, misalnya :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah
diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat
pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur
pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur
tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis
diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical
waste) yang mungkin diterapkan adalah :
Incinerasi
Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu
121 C)
Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
Microwave treatment
5.
Incinerator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan
digunakan di rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang
disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan
disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara,
penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah
dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap
untuk
melindungi
incinerator
dari
bahaya
kebakaran.
KESIMPULAN
Keberagaman sampah/limbah rumah sakit memerlukan penanganan yang
baik sebelum proses pembuangan. Bila pengelolaan limbah tak dilaksanakan
secara saniter, akan menyebabkan gangguan bagi masyarakat di sekitar RS dan
pengguna limbah medis. Berbagai cara dilakukan RS untuk mengolah limbahnya.
Tahap penanganan limbah adalah pewadahan, pengumpulan, pemindahan pada
transfer
depo,
pengangkutan,
pemilahan,
pemotongan,
pengolahan,
dan
pembuangan akhir. Pembuangan akhir ini bisa berupa sanitary fill, secured
landfill, dan open dumping.
Mencegah limbah RS memasuki lingkungan dimaksudkan untuk
mengurangi keterpajanan (exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa mencegah
bahaya dan risiko infeksi pengguna limbah. Tindakan pencegahan lain yang
mudah, jangan mencampur limbah secara bersama. Untuk itu tiap RS harus
berhati-hati dalam membuang limbah medis.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk
mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke
Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah
Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan
Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan
orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar
orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan
akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah
Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit
tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah kualitas
lingkungan menjadi menurun dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya
derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit
wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar
dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.
Aspek pengelolaan limbah telah berkembang pesat seiring lajunya
pembangunan. Konsep lama yang lebih menekankan pengelolaan limbah setelah
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depkes RI 2009 , Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta
Kusminarno, K., 2004, Manajemen Limbah Rumah Sakit, Jakarta
Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, Kajian Pengelolaan Limbah Padat
Medis Rumah Sakit, Jakarta
Notoadmodjo, S., 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
Paramita, N., 2007, Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-187x,
Semarang
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Pusat Komunikasi Publik,
RI.http://www.depkes.go.id
Sekretariat
Jenderal
Kementerian
Kesehatan
Shofyan, M., 2010, Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Serta Lingkungan, UPI
Suripto, A., 2002, Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit,
Buletin Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong
Zaenab, 2009, Teknologi Pengolahan Limbah Medis Cair, Makassar