Terimakasih telah memberiku inspirasi dalam penulisan artikel ini, setidaknya
tulisan ini menjadi sebuah abstraksi bagaimana menjadi sesuatu yang ideal itu ukurannya adalah idealitas. Telah terpampang secara eksplisit dalam undang-undang, norma-norma, aturan serta banyak produk hukum yang digunakan untuk melegitimasi kebenaran. Hal itu telah tidak hanya memporak-porandakan nilai demokrasi karena demokrasi akan selalu bersifat akomodatif terhadap segala kebebasan. Konsep liberalitas yang ada di masyarakat telah dipenjara dengan aturan. Di mana setiap yang melanggar aturan adalah salah, dan siapa yang dianggap salah layak untuk dihakimi bahkan seringkali dibinasakan. Dalam hal tersebut ukuran kebenaran adalah undang-undang yang undang-undang tersebut dibuat tidak hanya berdasarkan rasionalitas, namun penuh kepentingan dan manipulasi yang kadang dekonstruktif. Kalau kemudian kebenaran adalah undang-undang dan undang- undang adalah hasil manipulasi permainan, lalu di mana letak idealitas. Kalaupun toh kenyataan ini memaksa masyarakat untuk patuh dan taat terhadap aturan dan siapapun akan dihukum jika melanggar aturan, berarti apa makna kesejahteraan bagi kita, masyarakat yang tidak tahu menahu tentang alur demokrasi, jalan politis, apalagi kebijakan-kebijakan yang sebenarnya adalah teror masa depan tidak pernah dimaknai secara substantif, namun hanya pragmatis utopis, siapapun yang sepakat dengan idealitas akan tetap yakin bahwa konsep benar salah hanya akan tertata rapi pada sebuah keyakinan, keyakinan individu yang kemudian menjadi keyakinan kolektif tersebut merupakan kekuatan besar di mana kekuatan ekstra parlementer akan menjadi stabilizer yang kokoh. Berbicara tentang idealitas, ternyata jauh dari harapan. Jarang sekali konsep yang matang akan terimplementasi menjadi bentuk yang ideal, hal itu adalah tugas evaluasi dan instrospeksi sebagai tindakan pengobatan terhadap kesenjangan yang dirasakan. Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang hukum, namun siapapun juga akan terkena imbas dari hukum tersebut. Ketika kita mencoba tidak mau tahu dengan relitas maka mau tidak mau kita juga akan terjebak pada ketidak tahuan kita. Boleh saja kita diinstruksikan untuk hemat energi bbm, namun alokasi dari penghematan itu lari kemana kita tidak tahu. Jangan-jangan salah satunya untuk menaikkan gaji pns sebesar 30-50% apa tidak gila. Memang orang yang di atas mempunyai kecenderungan untuk menekan, karena di samping punya kuasa mereka juga takut untuk digoyang atau bahkan sedikit di kritik. Kalau kita berani mencoba untuk mengkritik atau semacamnya, militerlah yang akan menghadapi kita. Ach… persetan dengan semua itu aku sudah tak peduli dengan idealitas.