Anda di halaman 1dari 1

Copyleft by http://bambangfals.phpnet.

us

Idealitas sebagai ukuran*

Terimakasih telah memberiku inspirasi dalam penulisan artikel ini, setidaknya


tulisan ini menjadi sebuah abstraksi bagaimana menjadi sesuatu yang ideal itu ukurannya
adalah idealitas. Telah terpampang secara eksplisit dalam undang-undang, norma-norma,
aturan serta banyak produk hukum yang digunakan untuk melegitimasi kebenaran. Hal itu
telah tidak hanya memporak-porandakan nilai demokrasi karena demokrasi akan selalu
bersifat akomodatif terhadap segala kebebasan. Konsep liberalitas yang ada di masyarakat
telah dipenjara dengan aturan. Di mana setiap yang melanggar aturan adalah salah, dan
siapa yang dianggap salah layak untuk dihakimi bahkan seringkali dibinasakan. Dalam hal
tersebut ukuran kebenaran adalah undang-undang yang undang-undang tersebut dibuat
tidak hanya berdasarkan rasionalitas, namun penuh kepentingan dan manipulasi yang
kadang dekonstruktif. Kalau kemudian kebenaran adalah undang-undang dan undang-
undang adalah hasil manipulasi permainan, lalu di mana letak idealitas. Kalaupun toh
kenyataan ini memaksa masyarakat untuk patuh dan taat terhadap aturan dan siapapun akan
dihukum jika melanggar aturan, berarti apa makna kesejahteraan bagi kita, masyarakat
yang tidak tahu menahu tentang alur demokrasi, jalan politis, apalagi kebijakan-kebijakan
yang sebenarnya adalah teror masa depan tidak pernah dimaknai secara substantif, namun
hanya pragmatis utopis, siapapun yang sepakat dengan idealitas akan tetap yakin bahwa
konsep benar salah hanya akan tertata rapi pada sebuah keyakinan, keyakinan individu
yang kemudian menjadi keyakinan kolektif tersebut merupakan kekuatan besar di mana
kekuatan ekstra parlementer akan menjadi stabilizer yang kokoh. Berbicara tentang
idealitas, ternyata jauh dari harapan. Jarang sekali konsep yang matang akan
terimplementasi menjadi bentuk yang ideal, hal itu adalah tugas evaluasi dan instrospeksi
sebagai tindakan pengobatan terhadap kesenjangan yang dirasakan. Mungkin tidak banyak
orang yang tahu tentang hukum, namun siapapun juga akan terkena imbas dari hukum
tersebut. Ketika kita mencoba tidak mau tahu dengan relitas maka mau tidak mau kita juga
akan terjebak pada ketidak tahuan kita. Boleh saja kita diinstruksikan untuk hemat energi
bbm, namun alokasi dari penghematan itu lari kemana kita tidak tahu. Jangan-jangan salah
satunya untuk menaikkan gaji pns sebesar 30-50% apa tidak gila. Memang orang yang di
atas mempunyai kecenderungan untuk menekan, karena di samping punya kuasa mereka
juga takut untuk digoyang atau bahkan sedikit di kritik. Kalau kita berani mencoba untuk
mengkritik atau semacamnya, militerlah yang akan menghadapi kita. Ach… persetan
dengan semua itu aku sudah tak peduli dengan idealitas.

* By Bambang Riadi pas Stress

Anda mungkin juga menyukai