Anda di halaman 1dari 37

PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

Oleh

IR. MEIRIANI, MP

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Mata pelajaran ini bertujuan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang


fisiologi tumbuhan yaitu ilmu yang mempelajari fungsi tumbuhan, yaitu apa yang dilakukan
tumbuhan, kapan, dan bagaimana bekerjanya serta apa yang diberikan masing-masing
kegiatan itu terhadap perkembangan vegetatif dan reproduktif tanaman.
Mengingat waktu dan fasilitas yang tersedia saat ini, praktikum yang diberikan masih
terbatas dan sederhana.
Penyusun mengharapkan kerjasama yang baik dari adik-adik mahasiswa untuk benarbenar serius dalam melaksanakan praktikum ini. Kritik dan saran yang membangun untuk
peningkatan mutu penuntun ini sangat diharapkan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan praktikum ini.
Semoga bermanfaat.

Medan, Februari 2016


Ir. Meiriani, MP

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................
1
TATA TERTIB .........................................................................................................
3
PERCOBAAN
1
Kurva Sigmoid .........................................................
4
PERCOBAAN
2
Inisiasi Akar ............................................................
6
PERCOBAAN
3
Fotosintesis ..............................................................
10
PERCOBAAN
4
Geotropisme .............................................................
13
PERCOBAAN
5
Imbibisi Biji ..............................................................
15
PERCOBAAN
6
Dormansi Biji ...........................................................
18
PERCOBAAN
7
Transportasi Zat Hara ...............................................
22
PERCOBAAN
8
Laju Transpirasi ........................................................
26
PERCOBAAN
9
Kuosien Respirasi .....................................................
30
PERCOBAAN
10
Daerah Pertumbuhan Tanaman ................................
34

TATA TERTIB
1. Para mahasiswa harus menghadiri seluruh percobaan dalam masa praktikum dan tidak
dibenarkan meninggalkan praktikum tanpa alasan yang sah (surat dokter, dan lainlain) dan perlu mendapat persetujuan dosen penanggung jawab praktikum .
2. Praktikan yang terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum pada waktu yang telah
ditentukan, harus mengikuti praktikum pengganti bersama-sama dengan kelompok
praktikum yang lain pada minggu tersebut atas persetujuan penanggung jawab
praktikum.
3. Setiap kali praktikum, praktikan harus :
a. Mempersiapkan materi/bahan yang akan dipraktikumkan
2

b. Hadir 5 menit sebelum praktikum dimulai


c. Mengenakan jas laboratorium
d. Bekerja dengan tenang dan tertib.
e. Melakukan pengamatan dengan benar dan jujur.
f. Mematuhi semua petunjuk asisten.
4. Setiap kali praktikum dilakukan kuis praktikum.
5. Selama praktikum berlangsung, praktikuan dilarang :
a. Mengenakan T-shirt dan/atau sandal.
b. Meletakkan tas dan/atau buku di atas meja praktikum, kecuali buku penuntun dan
buku catatan praktikum.
c. Berjalan-jalan di laboratorium, mengobrol dan membuat gaduh.
d. Coret-coret dengan pinsi, pulpun atau spidol pada meja, kursi, dinding serta alat
laboratorium.
6. Bila percobaan ada yang dilakukan di rumah kasa/lapangan, jangan lupa untuk
melihat percobaan setiap hari dan melakukan penyiraman.
7. Selesai praktikum, tinggalkan laboratorium dalam keadaan bersih tanpa sampah,
dengan alat-alat yang bersih dan tersusun rapi seperti ketika praktikan masuk ke
laboratorium.
8. Laporan praktikum atau jurnal dikirim ke email meirianisembiring425@gmail.com 3
hari setelah pengamatan selesai.
9. Pelanggaran terhadap tata tertib ini akan dikenakan sanksi.

1. KURVA SIGMOID
Salah satu ciri kehidupan tumbuhan adalah bahwa tumbuhan itu mengalami proses
tumbuh. Tumbuh adalah kenaikan volume, besar atau berat kering yang tidak dapat balik.
Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan
atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan
dengan suatu grafik dengan laju tumbuh pada ordinat dan waktu pada absisa, maka grafik itu
merupakan suatu kurva berbentuk S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini
berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagian, ataupun sel-selnya.
Kurva sigmoid berguna bagi para ahli dalam melakukan penelitian-penelitian lebih
lanjut tentang tumbuh dan perkembangan tumbuhan, karena itu menunjukkan tahapan3

tahapan perkembangan. Dalam percobaan-percobaan yang menggunakan tumbuhan hidup,


fase perkembangan tanaman perlu diperhatikan untuk dapat menganalisa suatu fenomena
dengan tepat.
Para ahli biologi dan matematika telah berusaha untuk merumuskan suatu persamaan
matematika dan kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan semacam itu dapat
diperkirakan secara tepat pertumbuhan mulai dari kecambah sampai masa panen, hanya
dengan menggunakan data pertumbuhan pada fase-fase dini. Hal ini penting sekali baik untuk
tujuan pengembangan teori maupun untuk keperluan praktis.
Tujuan Percobaan

: untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman .

Bahan

: benih jagung , benih kacang kedelai


top soil, pasir dan kompos, polibag uk. 8 kg 2 buah dan ukuran 5 kg
2 buah/pasangan

Alat

: meteran, batu bata, cangkul, label nama

Pelaksanaan Percobaan

- Isi media ke dalam polibag yaitu campuran top soil, pasir dan kompos dengan
perbandingan 4 : 1 : 1.
- Rendam benih yang hendak ditanam di dalam air selama lebih kurang 15 menit.
- Bersihkan lahan dari gulma dan kotoran, lalu susun batu bata masing-masing 2 buah
untuk tiap polibag.
- Tanam benih yang sudah direndam pada polibag sebanyak 3 benih per polibag.
- Setelah satu minggu sisakan satu tanaman per polibag
- Amati jumlah daun dan tinggi tanaman setiap minggu.
- Gambarkan grafiknya.

DATA KURVA SIGMOID


1. Tinggi Tanaman
MST

SAMPEL
I

TOTAL

RATAAN

PARAF

II

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4

2.

Jumlah Daun
MST

SAMPEL
I

TOTAL

RATAAN

PARAF

II

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Medan,
2016
Dik. Asisten

2. INISIASI AKAR
IAA adalah hormon tumbuhan yang pertama kali ditemukan dan yang menyebar
merata di dalam tumbuhan. Selain berperan dalam pembesaran sel, auksin IAA juga diketahui
menstimulir pembelahan sel dalam inisiasi pembentukan akar adventif. Pembelahan sel pada
kambium dipengaruhi pula oleh auksin dari daun.
Pada konsentrasi tertentu, auksin dapat mendorong fase perkembangan tetapi akan
menghambat bila konsentrasinya dinaikkan dan suatu konsentrasi yang mendorong
pembesaran sel pada pucuk mungkin akan menghambat pembesaran sel pada akar dan
tumbuhan yang sama. Sifat kerja auksin mendua ini bergantung pada kepekaan jaringan,
konsentrasi auksin endogen di dalam jaringan atau keadaan fisiologis lain dari jaringan.
5

Senyawa-senyawa lain yang memiliki hubungan kimiawi yang dekat dengan IAA
diketahui aktif pula sebagai hormon tumbuh di dalam jaringan tumbuhan tingkat tinggi.
Dalam penerapan praktis, auksin sintetik lebih banyak digunakan daripada IAA. Pemilihan
zat pengatur tumbuh dalam praktek budidaya tanaman berdasarkan pada efektifitas, stabilitas,
kelarutan, kecepatan penetrasi ke dalam jaringan tanaman, pengaruh khusus, harga,
toksisitasnya terhadap hewan dan manusia. Penggunaan zat pengatur tumbuh dalam praktek
budidaya tanaman ini dikenal dengan revolusi kimia.
Salah satu respon morfologis yang paling umum dari perlakuan adalah inisisasi akar
pada batang, daun, dan bagian-bagian lain dan tumbuhan. Efektifitas auksin dalam inisiasi
akar memperluas penggunaannya dalam perbanyakan tanaman berkayu dan tanaman herba.
Dalam proses inisiasi akar struktur yang dapat dikenali adalah primordia akar yang terbentuk
di dalam jaringan batang. Sesudah inisiasi, sel-sel akar tumbuh memanjang dan akar
menembus jaringan batang sehingga terbentuk struktur akar normal. Walaupun inisiasi akar
dirangsang oleh auksin, tetapi perpanjangan akar dihambat. Oleh karena itu, auksin perlu
dihilangkan agar tumbuh secara optimal.
Selain auksin, faktor lain yang sering kali ikut serta berperan dalam inisiasi akar
adalah faktor-faktor nutrisi. Dalam jaringan batang, faktor tambahan yang utama adalah
karbohidrat dan nitrogen. Dengan demikian stek batang yang diberi perlakuan auksin akan
lebih mudah berakar apabila dibiarkan tetap berdaun karena daun merupakan sumber nutrisi
dan juga auksin.
Pada umumnya, jumlah akar yang di inisiasi oleh perlakuan auksin sebanding dengan
konsentrasi auksin yang diberikan sampai pada suatu tingkat optimum. Kenaikan konsentrasi
selanjutnya akan menghambat, dalam percobaan ini kita akan mempelajari pengaruh
perlakuan auksin pada pembentukan akar.

Auksin yang sering kali digunakan secara komersial adalah asam indol butirat (IBA)
dan asam -naftalen asetat (NAA). Auksin komersial ini bisa digunakan dengan cara:
1. Mengoleskan bubuk talk yang mengandung auksin pada pangkal stek
2. Mencelupkan bagian pangkal batang dalam larutan auksin pekat selama beberapa
menit.
3. Merendam bagian pangkal dalam larutan auksin encer selama 1-2 hari. Kemudian stek
batang ditanam pada media pasir, vermikulit atau lainnya.
Tujuan Percobaan : untuk mengamati pertumbuhan akar dan tunas setek tanaman dengan
atau tanpa daun pada konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda.
Bahan

: bunga Mawar , bunga Melati, bunga Pucuk Merah bunga Bougenville ,


bunga Asoka, top soil, pasir, IAA, polibag ukuran 10 x 15 cm, plastik
tansparan ukuran 1 kg , tali plastik(karet gelang).

Alat

: gunting/pisau, gelas beker, cangkul, meteran, timbangan.

Pelaksanaan Percobaan

1. Campurkan media tanam top soil dan pasir dengan perbandingan 2:1dan siram dengan
air.
2. Isi media ke dalam polibeg masing-masing pasangan sebanyak 6 buah.
3. Pilih cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda sepanjang
30 cm. Setiap pasangan menyiapkan 3 potong dengan daun tanaman tetap melekat
pada cabang dan 3 potong yang daunnya dibuang semua.
4. Rendam cabang bagian bawah, masing masing 1 potongan dengan daun dan tanpa
daun tanaman selama 15 menit dengan :
a. Air destilata
b. Larutan 0,1 mg IAA/liter
c. Larutan 1,0 mg IAA/liter
5. Tanam bahan setek ke dalam polibag dan beri label.
6. Siram sedikit air, sungkup dengan plastik transparan dan tempatkan pada tempat
teduh. Setelah 1 minggu sungkup plastik dibuka.
7. Siram tanaman setiap hari bila perlu. Amati perumbuhan tanaman setiap minggunya.
8. Setelah 6 minggu amati pertumbuhan akar.

DATA INISIASI AKAR


Komoditi
Parameter
Tgl
Pengamata
n

:
: JUMLAH TUNAS
DIRENDAM AIR
DESTILATA
Dgn
Tanpa
Daun
Daun

JUMLAH TUNAS
DIRENDAM IAA
1 mg/l
Dgn
Tanpa
Daun
Daun

DIRENDAM IAA
0,1 mg/l
Dgn
Tanpa
Daun
Daun

PARAF

Komoditi
Parameter

:
: JUMLAH AKAR

Tgl
Pengamata
n

DIRENDAM AIR
DESTILATA
Dgn
Tanpa
Daun
Daun

JUMLAH AKAR
DIRENDAM IAA
1 mg/l
Dgn
Tanpa
Daun
Daun

DIRENDAM IAA
0,1 mg/l
Dgn
Tanpa
Daun
Daun

PARAF

3. FOTOSINTESIS
Baru pada tahun 1964 reaksi fotosintesis secara jelas dapat digambarkan sebagai
pertukaran gas :
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Dalam reaksi tersebut sebanyak 691.000 kalori energi diserap dan dikonversi kedalam
bentuk glukosa. Kenyataan bahwa proses fotosintesis memerkukan cahaya, menunjukkan
adanya pengaruh intensitas cahaya yang besar terhadap laju keseluruhan reaksi fotosintesis.
Pada keadaan intensitas cahaya rendah, laju fotosintesis akan rendah pula. Keadaan ini dapat
dikatakan sebagai faktor pembatas.
Percobaan ini mempelajari laju fotosintesis sebagai fungsi dari intensitas cahaya.
Cahaya menjadi faktor pembatas fotosintesis pada intensitas yang rendah. Pada keadaan ini
laju kenaikannya tidak akan mempengaruhi produksi oksigen. Keadaan ini disebut sebagai
jenuh cahaya pada suatu kondisi percobaan. Laju difusi CO 2 kedalam sel juga dapat
mengontrol laju fotosintesis secara keseluruhan. Ada kemungkinan jenuh cahaya di capai
9

karena CO2 menjadi faktor pembatas. Jika demikian, maka konsentrasi CO 2 akan
menghilangkan pembatas tadi dan dapat diharapkan bahwa peningkatan intensitas cahaya
selanjutnya akan meningkat laju fotosintesis.
Jika intensitas cahaya atau konsentrasi CO2 menjadi faktor pembatas fotosintesis,
maka suhu tidak akan mempengaruhi fotosintesis atau sangat kecil pengaruhnya, karena
reaksi-reaksi fotokimia tidak peka terhadap suhu (Q10=0.1) dan difusi mempunyai Q10=1.5.
Laju fotosintesis baru bersifat tanggap terhadap suhu pada keadaan dimana cahaya bukan
merupakan faktor pembatas. Pada reaksi selanjutnya, yaitu reaksi enzimatik, kenaikan suhu
akan mempengaruhi laju dan keseluruhan proses fotosintesis.
Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh F.F. Blackman pada tahun 1905 yang
berkesimpulan bahwa proses fotosintesis meliputi reaksi-reaksi fotokimia dan reaksi-reaksi
enzimatik. Keseluruhan proses mulai berlangsung bila ada cahaya dan berhenti apabila tidak
ada cahaya. Setiap langkah berlangsung pada langkah sebelumnya. Keadaan gelap
menghambat proses fotokimia sehingga O2 tidak diproduksi.
Selain faktor-faktor luar (CO2, intensitas cahaya dan suhu) yang mempengaruhi laju
fotosintesis, faktor dalam yang juga penting dalam mengontrol proses ini adalah konsentrasi
klorofil, defisit air dan konsentrasi enzim. Konsentrasi klorofil pada tingkat yang cukup
rendah dapat membatasi laju fotosintesis.
Tujuan Percobaan

: untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap


kecepatan fotosintesa.

Bahan

: Hydrilla verticulata

100 g,

air kolam, kertas minyak

(putih, biru, merah, kuning, hijau).


Alat

: gelas beker, funnel, tabung reaksi, kawat, timbangan, stop watch.

Pelaksanaan Percobaan :
1. Timbang Hydrilla verticulata 5 gram, sebanyak 5 bagian.
2. Isi 5 buah gelas beker dengan air kolam bagian
3. Masukkan Hydrilla verticulata ke dalam gelas beker dan ditahan dengan
menggunakan funnel hingga setinggi 2 cm dari dasar gelas beker dan ditegakkan
dengan menggunakan kawat
4. Tutup ujung funnel dengan tabung reaksi sehingga berisi air tetapi tidak boleh ada
gelembung udara di dalam tabung reaksi.Tutup gelas beker dengan kertas minyak
warna merah, hijau dan kuning.

10

5. Tempat kan dibawah sinar matahari.


6. Amati gelembung udara yang dibentuk pada interval waktu 10 menit, sebanyak 5
kali.
7. Hitung jumlah gelembung udara yang dibentuk persatuan waktu :
Jumlah gelembung Udara/waktu
8. Bandingkan hasil yang diperoleh . Pada penutupan dengan kertas minyak warna apa
gembung udara yang paling banyak dibentuk? Apa artinya.

DATA FOTOSINTESIS
Waktu
Cahaya
Putih
(Kontrol)
Biru

10 menit

20 menit

30 menit

40 menit

50 menit

Merah
Kuning
Hijau
Perhitungan

11

Medan,
2016
Dik. Asisten

4. GEOTROPISME
Gerak etionom merupakan reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya
rangsangan dari luar. Berdasarkan hubungan antara arah respon gerakan dengan asal
rangsangan, gerak etionom dapat dibedakan menjadi gerak taksis, tropisme, dan nasti. Jika
yang bergerak hanya bagian dari tumbuhan maka disebut gerak tropisme. Jika yang bergerak
seluruh bagian tumbuhan maka disebut gerak taksis. Jika gerakan itu tidak dipengaruhi oleh
arah datangnya rangsangan disebut gerak nasti.
Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi arah
datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang , daun, kuncup bunga atau
sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi tropisme positif apabila gerak itu menuju
sumber rangsang dan tropisme negatif apabila gerak itu menjauhi sumber rangsang. Ditinjau
dari macam sumber rangsangannya, tropisme dapat dibedakan lagi menjadi fototropisme,
geotropism, hidrotropisme, kemotropisme, dan tigmotropisme.

12

Geotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi


(geo = bumi). Jika arah geraknya menuju rangsang disebut geotropisme positif, misalnya
gerakan akar menuju tanah. Jika arah geraknya menjauhi rangsang disebut geotropisme
negatif, misalnya gerak tumbuh batang menjauhi tanah., air
Tujuan Percobaan : untuk mengetahui pengaruh rangsangan gravitasi bumi terhadap
pembengkokan akar tanaman jagung.
Bahan

: biji jagung yang telah dikecambahkan selama 3 hari ( 50 biji),


air, kertas tissue

Alat

: lempeng kaca, gunting kecil, karet gelang, kamar gelap.

Pelaksanaan Percobaan

1. Ambil 2 buah lempeng kaca., lapisi dengan kertas tissue lalu basahi sampai lembab.
2. Ikat karet gelang 3 buah vertical dan 3 buah horizontal.
3. Ikat kecambah jagung pada tiap titik pertemuan karet gelang dengan arah lembaga
menghadap ke atas.
4. Masukkan kedua lempeng kaca ke kamar gelap selama 48 jam, setelah itu amati dan
gambarkan
5. Potong semua akar kecambah jagung pada salah satu lempeng sepanjang 3 mm.
6. Putar kedua lempeng kaca sebesar 90o searah jarum jam sehingga kedudukan kecambah
horizontal dan masukkan kembali ke kamar gelap.
7. Setelah 48 jam amati kembali dan gambarkan.

DATA GEOTROPISME

13

Medan,
2016
Dik. Asisten

5. IMBIBISI BIJI
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik
tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran
biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air). Efek yang
terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak.
Proses ini murni fisik.

14

Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban Contoh: penyerapan air oleh benih.
Syarat terjadinya imbibisi: Perbedaan antara benih dengan larutan, dimana benih <
larutan. Ada tarik menarik yang spesifik antara air dengan benih . Benih memiliki partikel
koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulose . Benih kering
memiliki sangat rendah. Hubungan antara dengan komponen penyusun: = m + p
Volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji setelah menyerap air,
sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses metabolism Proses metabolime:
aktivasi

enzim,

hidrolisis

cadangan

makanan,

respirasi.

Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon
asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Perubahan pengendalian ini
merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung
radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari
dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji
cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Tujuan Percobaan : menetukan daya hisap biji terhadap air dan membandingkan
daya hisap air beberapa biji tanaman
Bahan

: biji kacang merah, biji padi masing-masing 100 g, air, kertas label.

Alat

: botol kocok/gelas beker, timbangan

Pelaksanaan Percobaan

1. Siapkan 20 botol kocok/gelas beker.


2. Timbang biji kacang merah dan padi masing-masing 10 gram.
3. Masukkan kedalam gelas beker/botol kocok dan masing-masing biji direndam dengan
20 g (20 ml ) air

selama 1, 2, 3. 4, 5, 6, 8, 12, 24, 48 jam.

4. Timbang berat biji yang telah direndam sesuai perlakuan dan sisa air.
5. Hitung Persentase kadar air dengan rumus :
=

Berat akhir Berat awal x 100 %


Berat akhir

6. Gambar grafik hubungan antara lama perendaman dengan pertambahan berat biji,
dalam 1 grafik untuk kedua biji.

15

DATA IMBIBISI BIJI


KOMODITI :
Lama
Peren
Daman
(jam)

Berat
Awal
Biji
(g)

Berat
Akhir
Biji (g)

Pertam
bahan
Berat
Biji (g)

Kadar
Air(%)

Berat Air
Sisa (g)

Air yg
diabsorb
si (g)

Selisih Air
yg
diabsorbsi
dgn
Pertamba
han Berat
Biji

1
2
3
4
5
6
8
16

12
24
48
KOMODITI :
Lama
Peren
Daman
(jam)

Berat
Awal
Biji
(g)

Berat
Akhir
Biji (g)

Pertam
bahan
Berat
Biji (g)

Kadar
Air(%)

Berat Air
Sisa (g)

Air yg
diabsorb
si (g)

Selisih Air
yg
diabsorbsi
dgn
Pertamba
han Berat
Biji

1
2
3
4
5
6
8
12
24
48
Medan,
2016
Dik. Asisten
(
6. DORMANSI BIJI

Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau tunas yang tidak dapat
tumbuh (terhambat pertumbuhannya) selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktorfaktor internal dalam biji atau tunas itu. Suatu biji dikatakan dorman , apabila biji tersebut
tidak dapat berkecambah setelah periode tertentu, meskipun faktor-faktor lingkungan yang
dibutuhkan (seperti air, oksigen, suhu) yang cocok telah tersedia.
Istilah dormansi hanya digunakan untuk menyatakan keadaan biji yang gagal untuk
berkecambah sebagai akibat dan keadaan internal biji, bukan karena keadaan lingkungan
yang tidak cocok. Biji yang kuisen(quicence) adalah biji yang dapat segera berkecambah
jika diletakkan pada lingkungan yang cocok (air, oksigen dan suhu).
Pada biji dikenal beberapa tipe dormansi, antara lain :

17

a. Karena kulit biji yang keras atau tidak permeabel terhadap air atau udara (beberapa
jenis leguminosa)
b. Adanya penghambat kimiawi terhadap perkecambahan di dalam daging buah atau
cairan sekitar (tomat, jeruk, bit gula)
c. Perlu mendapat perlakuan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (selada,
mentimun)
d. Perlu mendapat perlakuan suhu rendah (5 -10C) selama periode tertentu atau yang
dikenal dengan perlakuan vernalisasi (gandum musim dingin)
Dengan memperhatikan tipe dormansi pada biji yang akan dikecambahkan, suatu
perlakuan yang cocok dapat kita berikan pada biji yang akan disebarkan di lapangan,
sehingga biji tersebut dapat segera berkecambah dan kegagalan atau terhambatnya
perkecambahan dapat dihindari. Dalam percobaan ini akan ditunjukkan tipe-tipe dormansi
yang biasa dijumpai pada biji-bijian dan cara mengatasinya.
Tujuan Percobaan

- untuk mengenal beberapa tipe-tipe dormansi


- untuk mengetahui pengaruh kulit biji yang keras terhadap perkecambahan
- untuk mengetahui pengaruh bahan-bahan kimia dan fisika terhadap perkecambahan
biji.

Bahan :
1 buah tomat utuh dengan jumlah biji 30 buah, biji jarak, biji flamboyan, biji
lengkeng

masing-masing

20

buah,

aquades,

larutan

coumarin,

asam

sulfat(H2SO4),KNO3, kertas pasir halus, kertas merang, pasir, karet gelang, label
Alat

: cawan petri, gelas beker, bak perkecambahan

Pelaksanaan Percobaan

A. Kulit biji yang keras :


1. Siapkan bak perkecambahan, isi dengan pasir
2. Pilihlah 16 biji Flamboyan , Jarak dan Lengkeng lalu diberi perlakuan sebagai
berikut :
a. Rendam 2 biji dalam air destilata dingin selama 1 jam
b. Rendam 2 biji dalam air yang baru didihkan dan biarkan sampai airnya dingin.

18

c. Kikir atau asah 2 biji dengan kertas pasir halus dekat embrio, sampai tampak
kotiledonnya. Rendan dalam air destilata selama 1 jam.
d. Kikir atau asah 2 biji pada jarak 90 dengan embrio sampai tampak
kotiledonnya. Rendam dalam air destilata selama 1 jam.
e. Kikir atau asah 2 biji pada jarak 180 dengan embrio sampai tampak
kotiledonnya. Rendam dalam air destilata selama 1 jam.
f. Kikir atau asah 2 biji pada jarak 180 dengan embrio sampai tampak
kotiledonnya. Rendam dalam larutan GA3 300 ppm.
g. Rendam 2 biji dalam larutan H2SO4 5 cc/l air selama 15 menit.
h. Rendam 2 biji dalam larutan KNO3 5 cc/l air selama 15 menit.
3. Tanam pada bak pasir yang sudah disiram air dengan kedalaman 1 cm.
4. Tempatkan pada tempat gelap pada suhu kamar/ruang
5. Periksa setiap hari selama 1 minggu, siram bila media perkecambahan kering dan
catat perkembangannya. Bandingkan satu perlakuan dengan perlakuan lainnya.
B. Faktor-faktor kimiawi :
1. Sediakan 3 buah cawan petri yang telah dilapisi dengan kertas merang
2. Belah buah tomat, ambil cairan ekstrak buah tomat tersebut.
3. Ambil 30 buah biji tomat tersebut :
a. Cawan 1 : letakkan 10 biji tomat tanpa dicuci + larutan ekstrak tomat
b. Cawan 2 : letakkan 10 biji tomat yang sudah dicuci air destilata + air
destilata
c. Cawan 3 : letakkan 10 biji tomat yang sudah dicuci air destilata + larutan
Coumarin 40 mg/liter
4. Tutup cawan, beri label dan letakkan pada tempat gelap pada suhu kamar/ruang.
5. Amati persentase perkecambahan setiap hari selama 1 minggu.

19

DATA DORMANSI BIJI


Faktor Kimiawi
Perlakuan Biji
Tomat

3
1

BIJI BERKECAMBAH
6
7
TOTA
4
L

Air Destilata
Ekstak Buah
Tomat
Larutan
Coumarin

Faktor kulit biji yang keras


Data pengamatan hari 1
BIJI

Dikikir
Dekat

90 dr

BIJI BERKECAMBAH
Air
Air
Panas
Dingin

180 dr

H2SO4

KNO3

180 dr

20

embrio

embrio

embrio

embrio
+ GA3

Flamboyan
Jarak
Lengkeng

Data pengamatan hari 2


BIJI

Dikikir
Dekat
embrio

90 dr
embrio

BIJI BERKECAMBAH
Air
Air
Panas
Dingin

180 dr
embrio

H2SO4

KNO3

H2SO4

KNO3

H2SO4

KNO3

H2SO4

KNO3

180 dr
embrio
+ GA3

Flamboyan
Jarak
Lengkeng

Data pengamatan hari 3


BIJI

Dikikir
Dekat
embrio

90 dr
embrio

BIJI BERKECAMBAH
Air
Air
Panas
Dingin

180 dr
embrio

180 dr
embrio
+ GA3

Flamboyan
Jarak
Lengkeng

Data pengamatan hari 4


BIJI

Dikikir
Dekat
embrio

90 dr
embrio

BIJI BERKECAMBAH
Air
Air
Panas
Dingin

180 dr
embrio

180 dr
embrio
+ GA3

Flamboyan
Jarak
Lengkeng

Data pengamatan hari 5


BIJI

Dikikir
Dekat
embrio

90 dr
embrio

BIJI BERKECAMBAH
Air
Air
Panas
Dingin

180 dr
embrio

180 dr
embrio
+ GA3

Flamboyan
Jarak

21

Lengkeng

Data pengamatan hari 6


BIJI

Dikikir
Dekat
embrio

90 dr
embrio

BIJI BERKECAMBAH
Air
Air
Panas
Dingin

180 dr
embrio

H2SO4

KNO3

H2SO4

KNO3

180 dr
embrio
+ GA3

Flamboyan
Jarak
Lengkeng

Data pengamatan hari 7


BIJI

Dikikir
Dekat
embrio

90 dr
embrio

BIJI BERKECAMBAH
Air
Air
Panas
Dingin

180 dr
embrio

180 dr
embrio
+ GA3

Flamboyan
Jarak
Lengkeng

Medan,
2016
Dik. Asisten

7. TRANSPORTASI ZAT HARA


Pengangkutan zat pada tumbuhan dibedakan menjadi :
1.

Pengangkutan vaskuler (intravaskuler) : pengangkutan melalui berkas pembuluh


pengangkut.
22

2. Pengangkutan ekstravaskuler : pengangkutan air dan garam mineral di luar berkas


pembuluh pengangkut. Pengangkutan ini berjalan dari
sel ke sel dan biasanya dengan arah horisontal.
Di dalam akar pengangkutan ini melalui :
bulu akar epidermis korteks endodermis xylem.
Pengangkutan ekstravaskluler dibedakan :
-

transportasi/ lintasan apoplas : menyusupnya air tanah secara bebas atau transpor pasif
melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan (dinding
sel dan ruang antar sel)

transportasi/ lintasan simplas : bergeraknya air dan garam mineral melalui bagian hidup
dari sel tumbuhan (sitoplasma dan vakoula).
Air dan garam mineral akan diangkut ke daun melalui pembuluh kayu (xylem).

Komponen utama penyusun xylem adalah elemen pembuluh (trakea) dan trakeid. Trakea dan
trakeid merupakan sel-sel yang mati karena tidak mempunyai sitoplasma dan hanya
mempunyai dinding sel. Sel trakea terdiri atas tabung yang berdinding tabal dan membentuk
suatu pembuluh. Sel trakeid merupakan sel dasar penyusun xylem, yang terdiri dari sel
memanjang dan berdinding keras karena mengandung lignin. Pada beberapa tempat dinding
sel trakeid terdapat bagian-bagian yang tidak menebal yang disebut noktah.
Selain trakea dan trakeid xylem juga mengandung sel parenkim (parenkim kayu) yang
merupakan sel hidup dan berfungsi untuk menyimpan bahan makanan. Xylem juga
mengandung serabut kayu yang berfungsi sebagai penguat (penyokong)
Proses pengangkutan air dan zat zat terlarut hingga sampai ke daun pada tumbuhan
dipengaruhi oleh :
-

daya kapilaritas : pembuluh xylem yang terdapat pada tumbuhan dianggap sebagai pipa
kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya
adhesi antara dinding pembuluh kayu dengan molekul air.

daya tekan akar : tekanan akar pada setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan
akar dipengaruhi besar kecil dan tinggi rendahnya tumbuhan (0,7 2,0 atm). Bukti adanya tekanan akar adalah pada batang yang
dipotong, maka air tampak menggenang dipermukaan tunggaknya.

daya hisap daun : disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya
berbanding

lurus

dengan

luas

bidang

penguapan

(intensitas

penguapan).
-

pengaruh sel-sel yang hidup


23

Tujuan Percobaan : untuk menentukan daerah pengangkutan zat hara pada tanaman Pacar
Air dan Bayam Duri
Bahan

:Tanaman Pacar Air (Balsamina impatient) 2 bh/pasangan


Tanaman Bayam duri (Amaranthus spinosus) 2 bh/pas. Larutan Eosine,
Vaseline

Alat

: Tabung Erlenmeyer, pisau silet/cutter, rol, stop watch

Pelaksanaan Percobaan
1.

Sediakan tanaman Pacar air dan Bayam duri yang sama tinggi dan sama

besarnya,

tegak lurus, masing-masing 2 batang.


2.

Potong bagian pangkal akarnya dan dikupas kulit batangnya sepanjang 3 cm dari pangkalnya.

3.

Masing-masing tanaman diberi perlakuan :


a. Tanaman I : pada bagian ujung pangkalnya diberi vaselin (xylem + vaseline)
b. Tanaman II : pada bagian batang yang dikupas diberi vaseline (floem+vaseline).

4.

Masukkan kedalam erlenmeyer yang berisi larutan eosin dan biarkan selama 30 menit

5.

Ukur ketinggian larutan eosin pada jaringan tanaman dan hitung laju transportasi dengan
rumus :
V = Tinggi larutan eosine
Waktu
=

mm/detik

DATA TRANSPORTASI ZAT HARA


Tanaman :
PERLAKUAN

TINGGI LARUTAN EOSIN


SETELAH 30 MENIT

V = mm/detik

Xylem + Vaselin

24

Floem + vaselin

Tanaman :
PERLAKUAN

TINGGI LARUTAN EOSIN


SETELAH 30 MENIT

V = mm/detik

Xylem + Vaselin
Floem + vaselin

Perhitungan

Medan,
2016
Diketahui Asisten

8. LAJU TRANSPIRASI
Air yang diabsorbsi oleh akar tanaman hanya kurang dari 1 persen yang digunakan
dalam reaksi metabolisme (hidrolisis). Sebagian besar air yang diabsorbsi oleh akar hilang
karena proses transpirasi pada daun. Transpirasi air oleh tanaman dibagi dengan produksi
berat kering selama pertumbuhan disebut rasio transpirasi.

25

Besarnya rasio transpirasi menunjukkanefisiensi penggunaan air oleh tanaman. Jika


rasio besar berarti tanaman tidak efisien dalam menggunakan air. Rasio transpirasi pada
kebanyakan tanaman berkisar antara 200 sampai 500 atau lebih, berarti 200 sampai 500 g air
digunakan olehh 1 g berat kering tanaman sampai tanaman dewasa. Tumbuhan tinggi yang
hidup didarat sangat tidak efisien dalam menggunakan air. Tanaman golongan C4
menghasilkan berat kering 2-3 kali lebih besar persatuan air yang digunakan dibandingkan
tanaman golongan C3 yang berarti C4 lebih efisien dalam menggunakan air dari pada C3.
Kehilangan air karena transpirasi terjadi di seluruh bagian tanaman yang langsung
bersentuhan dengan atmosfer luar. Tetapi yang terutama adalah dari daun dan hampir seluruh
transpirasi terjadi melalui pori-pori stomata. Kutikula hanya melepaskan sejumlah kecil uap
air, karena kutikula dari banyak macam daun sangat tidak permeabel terhadap air.
Laju kehilangan air suatu tanaman bergantung pada perbedaan potensial air antara
atmosfer dan didalam sel. Jika ruang antar sel dalam daun jenuh dengan uap air, maka laju
kehilangan uap air ditentukan oleh kelembaban nisbi udara di atmosfer. Setiap keadaan
lingkungan yang menyebabkan perubahan besarnya perbedaan potensial air antara sel daun
dan udara luar dapat menyebabkan laju transpirasi.
Radiasi matahari sangat penting bagi reaksi cahaya dalam fotosintesis. Disamping itu
radiasi dapat menimbulkan panas. Panas yang diterima oleh daun digunakan sebagai sumber
energi bagi transpirasi. Untuk menguapkan 1 g air dibutuhkan lebih dari 500 kalori energi
panas. Oleh karena itu, transpirasi memiliki pengaruh mendinginkan daun tumbuhan. Radiasi
matahari diterima oleh daun melalui 3 cara yaitu :
1. Cahaya (langsung, pantulan atau sebaran)
2. Radiasi matahari (dari atmosfer, tanah atau benda-benda disekeliling tumbuhan)
3. Aliran udara panas yang melewati daun
Dari seluruh panas yang diabsorbsi oleh daun, hanya sebagian kecil diterima secara
konduksi dari bagian tumbuhan lain. Pergantian siang dan malam menyebabkan perubahan
suhu, kelembapan, insentisitas cahaya, kecepatan angin, keadaan stomata dan sebagainya,
sehingga laju transpirasi daun biasanya menunjukkan siklus harian. Pada musim panas
transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi pada
permulaan siang hari, semakin sore laju transpirasi dapat dikatakan nol.
Laju transpirasi tumbuhan dinyatakan dalam jumlah (gram) uap air per detik
tumbuhan. jika transpirasi dari daun lebih dipentingkan, maka digunakan fluks transpirasi
yang berarti jumlah air yang diuapkan persatuan luas permukaan daun persatuan waktu (gm -

26

jam-1 atau g cm-2detik-1). Dilapang laju transpirasi dinyatakan dalam satuan luas lahan,

misalnya dalam liter ha-1hari-1. Hampir 2/3 air yang jatuh di lahan daerah beriklim sedang
dikembalikan ke atmosfer dengan cara transpirasi.
Di laboratorium, alat yang biasa dipergunakan untuk mengukur laju transpirasi
tumbuhan adalah photometer. Dengan alat ini laju pergerakan gelembung udara pada kolom
air di dalam bagian horizontal dari pipa kapiler akan ditentukan. Sebenarnya photometer
mengukur laju absorbsi air oleh tumbuhan dan bukan laju transpirasi. Penyerapan air tidak
berbeda terlalu besar dengan kehilangan air, maka dapat dikatakan bahwa laju penyerapan air
sama besar dengan laju transpirasi.
Tujuan

Percobaan

untuk

mengetahui

pengaruh

faktor

internal

dan

faktor

eksternal terhadap laju transpirasi tanaman.


Bahan

Tanaman Pacar Air (Balsamina impatient) 10 buah,


kapas, vaselin, air

Alat

: Erlenmeyer, pisau silet/cutter, kipas angin, timbangan, sinar matahari


(lampu listrik)

Pelaksanaan Percobaan

1. Siapkan 10 tanaman yang berukuran sama begitu juga jumlah daunnya.


2. Sediakan 10 buah erlenmeyer, isi air dengan volume sama.
3. Masukkan air kedalam gelas beker masing-masing sebanyak 250 ml.
4. Siapkan bahan tanaman dalam 2 kelompok yaitu 5 buah tanaman untuk kelompok
angin dan 5 buah kelompok cahaya.
5. Setiap kelompok tanaman diberi perlakuan, yaitu :
a.

tanpa perlakuan (kontrol)

b.

dilapisi vaselin

c.

tanpa akar (dipotong)

d.

potong setengah daun

e.

tanpa daun
6. Masukkan bahan tanaman ke dalam erlenmeyer, lalu mulut erlenmeyer ditutup
dengan mempergunakan kapas.
7. Timbang berat awal masing-masing Erlenmeyer + Balsamina impatient (sebagai
bobot awal)

27

8.

Letakkan Erlenmeyer sesuai kelompokmya yitu 5 erlenmeyer dibawah sinar


matahari dan 5 erlenmeyer lainnya dibawah kipas angin selama 1 jam.

9. Timbang bobot akhirnya


10. Hitung laju transpirasi tanaman

Bobot awal - Bobot akhir


Waktu

g/s

DATA LAJU TRANSPIRASI TANAMAN


CAHAYA
Perlakuan

Berat awal
(g)

Berat akhir
(g)

Selisih

Laju transpirasi
g/menit
g/dtk
28

Kontrol
Dilapisi vaselin
Tanpa akar
Dipotong daun
Tanpa daun
ANGIN
Perlakuan

Berat awal
(g)

Berat akhir
(g)

Selisih

Laju transpirasi
g/menit
g/dtk

Kontrol
Dilapisi vaselin
Tanpa akar
Dipotong daun
Tanpa daun
Perhitungan

Medan,
2016
Diketahui Asisten

9. KUOSIEN RESPIRASI
Respirasi merupakan salah satu proses terpenting dalam sel hidup. Dalam proses ini
terbentuk energi bebas (ATP dan NADH) yang diperlukan dalam proses sintesis sel dan

29

senyawa-senyawa intermediat yang merupakan substrat bagi sintesis senyawa-senyawa lain


(asam amino, protein, lemak dan lain-lain). Oleh karena itu, laju respirasi jaringan dapat
memberikan gambaran tentang tingkat kegiatan metabolisme dalam jaringan itu. Laju
respirasi ditetapkan dengan mengukur banyak CO2 yang terbentuk dan gas O2 yang diserap
per satuan berat segar (kering) jaringan per satuan waktu.
Hasil pengukuran absorbsi O2 dan CO2 yang dilepaskan digunakan sebagai penentu
kuosien respirasi (KR) jaringan. Cara ini dapat digunakan sebagai cara untuk menentukan
substrat yang direspirasikan. Kuosien respirasi ialah rasio molekul (volume) O2 yang diambil
Molekul CO2 yang dilepaskan
KR = ------------------------------------------Molekul O2 yang diabsorbsi
Sebaiknya untuk mengukur kuosien respirasi pada jaringan berklorofil dilakukan
ditempat gelap, dengan tujuan untuk menghilangkan perubahan gas karena proses
fotosintetik. Nilai kuosien respirasi jaringan bergantung pada yang dioksidasi. Keadaan ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
1.

Apabila karbohidrat (glukosa) digunakan sebagai substrat respirasi,


maka nilai

KR = 1,0
C6H12O6 + 6 O2 _____________________ 6 CO2 + 6 H2O
6 mol CO2
KR = -------------------- = 1,0
6 mol O2

2.

Jika tanaman di tumbuhkan di tempat gelap dan jika asam malat (asam
organik yang banyak diakumulasikan dalam daun) digunkan sebagai substrat respirasi,
maka KR=1.33
C4H6O5 + 3 O2 _____________________ 4 CO2 + 3 H2O
4 mol CO2
KR = -------------------- = 1,33
3 MOL O2
Apabila asam palmitat (suatu jenis asam lemak yang dapat diubah

3.

menjadi sukrosa pada endosperm selama stadium awal perkembangan biji yang kaya
akan lemak) sebagai substrat respirasi, maka KR = 0,36
C16H32O2 + 11 O2 _____________________ C12H22O11 + 4 CO2 + 5 H2O
4 mol CO2
KR = -------------------- = 1,33
11 mol O2
Selain jenis substrat masih ada faktor lain yang menyebabkan nilai KR berfluktuasi,
yaitu :
30

1. Suhu, mempengaruhi penyerapan O2 dan produksi CO2. Biji apel yang dorman memiliki
nilai KR yang meningkat dengan kenaikan suhu dan menurun dengan menurunnya suhu.
Pada Lupinus alba suhu mempengaruhi konsumsi sehingga KR berubah-ubah menurut
perubahan suhu.
2. Asam Organik, yang diserap oleh tumbuhan digunakan pula untuk sintetis asam organik
disamping untuk respirasi. Pada buah dan tanaman sukulen yang menyimpan makanan
cadangan berupa asam organik rasio CO2 dan O2 menurun.
3. Faktor lain, CO2 banyak dibentuk pada proses respirasi tidak diimbangi dengan
tersedianya O2 dalam jumlah cukup. Keadaan ini terjadi pada tempat anaerob. Dengan
suplai O2, nilai KR akan lebih besar dari 1.0. Tanaman berdaun merah memiliki nilai KR
lebih kecil dari tanaman berdaun hijau. Hal ini disebabkan tanaman berdaun merah lebih
cepat menyerap O2. Perbedaan nilai KR ini dapat pula dihubungkan dengan besarnya
akumulasi asam organik pada daun berantosianin (meraH).
Pada tananaman Crassulaceae yang ditumbuhkan di tempat gelap akan menyerap O2
dalam jumlah besar, sedangkan CO2 yang dihasilkan menurun, sehingga nilai KR rendah.
Pada tanaman tersebut karbohidrat dirombak tidak sempurna, akibatnya banyak terbentuk
asam organik yang diakumulasi di dalam sel, misalnya asam malat, iso sitrat dan oksalat.
Tujuan Percobaan : untuk mengetahui besarnya Kuosien Respirasi dari beberapa
kecambah tanaman.
Bahan

: Kecambah jagung dan kacang hijau .yang telah berumur 4 hari


Larutan NaOH 1 N, Methylblue, vaseline

Alat

: Erlenmeyer, botol kecil, botol labu, gabus penutup botol, benang,


kelereng, pipa kapiler

Pelaksanaan Percobaan

1. Timbang kecambah jagung dan kacang hijau masing-masing 10 gram.


2. Masukkan kecambah kedalam botol labu dan erlenmeyer yang telah diisi dengan methyl
blue.
3. Masukkan botol kecil yang telah berisi NaOH 1 N ke dalam botol labu, tutup botol kecil
terlebih dahulu dengan kelereng
4. Hubungkan masing-masing botol labu dengan erlenmeyer yang telah diisi dengan
methylblue dengan pipa kapiler dan usahakan botol labu tertutup rapat dari pertukaran
udara.
5. Biarkan selama 10 menit dan lihat kenaikan methylblue pada pipa kapiler.
6. Ukur kenaikan methylblue pada masing-masing pipa.
31

7. Larutan NaOH 1 N ditumpahkan ke dalam Erlenmeyer berisi kecambah, lalu dibiarkan


selama 30 menit.
8. Ukur kenaikan methylblue pada pipa kapiler.
9. Hitung KR masing-masing kecambah :
Va = r Da

Pa = Da/13

Vb = r Db

Pb = Db/13

Va = Va + Va(760-Pa)
760
Vb = Vb + Vb(760-Pb)
760
KR = Vb Va
Vb

DATA KUOSIEN RESPIRASI

32

Komoditi

Da (mm)

Db (mm)

PERHITUNGAN

Medan,
2016
Diketahui Asisten

10. DAERAH PERTUMBUHAN TANAMAN

33

Pertumbuhan adalah proses perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup
berupa pertambahan ukuran sel atau organisme, baik volume, tinggi, ataupun massa.
Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/terukur.
Pertumbuhan disebabkan oleh :
1. Pertambahan jumlah sel akibat pembelahan sel
2. Pertambahan ukuran sel (volume, tinggi dan panjang)
Daerah pertumbuhan pada akar dan batang berdasarkan aktivitasnya terbagi menjadi 3
daerah :
1. Daerah Pembelahan.
Sel-sel di daerah ini aktif membelah (meristematik) memiliki inti sel yang relatif besar
dan berdinding sel tipis.
2. Daerah Pemanjangan
Berada dibelakang daerah pemanjangan.
3. Daerah Diferensiasi
Bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan. Sel-sel mengalami diferensiasi
membentuk akar yang sebenarnya serta daun muda dan tunas lateral yang akan
menjadi cabang.
Tujuan Percobaan : meneliti daerah pertumbuhan akar dan batang.
Bahan

: Kecambah kacang tanah umur 5 hari 20 bh


Epikotil kecambah kacang hijau umur 5 hari 20 bh, Tinta Cina, kertas
merang

Alat

: alat pemberi tanda garis, gelang karet, kertas millimeter, lempeng


kaca uk. 7 x 10 cm, gelas piala 600 cc

Pelaksanaan Percobaan

A. Daerah Pertumbuhan Akar


1. Laapisi lempeng kaca 7 x 10 cm dengan kertas merang kemudian basahi
dengan air.
2. Pilihlah 5 kecambah kacang tanah yang berakar lurus yang panjang paling
sedikit 2 cm.
3. Letakkan kecambah memanjang kertas millimeter dan dengan cepat tandailah
akar kecambah tersebut mulai dari ujung sebanyak 10 tanda yang masingmasing berjarak 1 mm.

34

4. Letakkan dan ikat kecambah-kecambah yang telah bertanda tadi dengan


menggunakan karet gelang pada lempengan kaca yang telah dillapisi kertas
merang basah. Usahakan tanda-tanda jangan terhapus.
5. Letakkan dengan hati-hati lempengan kaca bersama kecambah ke dalam gelas
piala dan kemudian tuangkan sedikit air ke dalam gelas piala untuk mencegah
kekeringan
6. Simpanlah gelas piala tadi ke dalam laci atau tempat yang aman. Setelah 48
jam ukurlah jarak antar tanda. Rata-ratakanlah angka yang di dapat kemudian
buatlah grafik pertumbuhan (nomor interval vs jarak mm)
B. Daerah Pertumbuhan Batang
1. Pilihlah 5 kecambah kacang hijau dengan epikotil lurus
2. Dengan memakai kertas millimeter dan alat pemberi tanda garis tandailah epikotil
dengan 10 tanda masing-masing berjarak 2 milimeter dimulai dari nodus daun
pertama (ujung epikotil).
3. Letakkan dan ikat kecambah tersebut kepada lempengan kaca yang telah dilapisi
kertas merah basah.
4. Simpanlah dalam laci atau tempat yang aman. Setelah 72 jam ukurlah jarak antara
tanda tadi.
5. Rata-ratakanlah angka yang diperoleh kemudian buatlah grafik pertumbuhan
batang (angka pertumbuhan panjang vs nomor interval).

35

DATA DAERAH PERTUMBUHAN TANAMAN


Komoditi :
Parameter : Daerah Pertumbuhan Akar (mm)
Interval
1

Sampel
3

Jumlah

Rataan

Jumlah

Rataan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Komoditi :
Parameter : Daerah Pertumbuhan Batang (mm)
Interval
1

Sampel
3

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Medan,

2016

Diketahui Asisten
(

36

Anda mungkin juga menyukai