Anda di halaman 1dari 22

STEP 1 (IDENTIFIKASI KATA SULIT)

1. Gingivitis Kronis
Gingivitis kronis merupakan suatu penyakit gusi yang timbul secara
perlahan-lahan dalam waktu yang lama. Apabila hal ini terus dibiarkan
tanpa perawatan yang baik dan benar, maka dapat menimbulkan
periodontitis. Ditandai dengan perubahan warna, ukuran konsistensi, dan
bentuk permukaan gingiva, paling umum yaitu disebabkan oleh
penimbunan bakteri plak.
2. Root Planing
Root planing merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan
menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri
dan produknya yang melekat pada sementum.
3. Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva merupakan kalkulus yang terletak dibawah
permukaan margin gingiva, oleh karena itu kalkulus ini tidak terlihat pada
pemeriksaan klinis. Berwarna coklat tua, konsistensinya keras dan melekat
erat pada permukaan gigi.
4. DHE
DHE merupakan suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan
kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang
setinggi-tingginya. Tujuannya adalah eningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin untuk
mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut.
5. Fase Etiotropik
1

Fase etiotropik merupakan perawatan periodontal non bedah untuk


menghilangkan faktor penyebab iritan lokal rongga mulut.

6. Scaling
Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak,
kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi.
7. Gigi Malposisi
Gigi Malposisi adalah keadaan gigi yang berada di tempat yang salah.
Misalnya, gigi berdesakan, ketidaksesuaian gigi dengan lengkung rahang.

STEP 2: Identifikasi Masalah


1. Apakah faktor usia mempengaruhi gingivitis?
2. Mengapa etiologi utama adalah plak, sedangkan berdesakan menjadi
predisposisinya?
3. Apa saja fase perawatan periodontal dan apa saja tingkatan perawatan
periodontal fase 1?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi perawatan periodontal fase 1?
5. Bagaimana cara melakukan DHE yang benar?
6. Bagaimana teknik scaling dan root planing dan apa saja armamentariun
yang digunakan?

STEP 3
1. Faktor utama yang mempengaruhi gingivitis adalah kebiasaan buruk
seperti merokok dan jarang sikat gigi. Sedangkan usia merupakan faktor
predisposisi yang menyebabkan penurunan sistem imun dan terjadinya
degenerasi sehingga proses penyembuhan berlangsung lebih lama.
2. Plak supragingiva dan subgingiva masuk dalam etiologi sekunder. Etiologi
sekunder dipengaruhi oleh faktor lokal dan sistemik yang mempengaruhi
respon jaringan karena permukaan kasar plak mudah menempel.
3. Rangkaian perawatan periodontal terdiri atas:

Fase Preliminari : perawatan darurat meliputi juga pencabutan gigi


yang tidak bisa dipertahankan.

Fase I (Etiotropik) : menghilangkan faktor penyebab (non bedah).

Evaluasi fase 1

Fase II (bedah)

Fase III (restorative) : ada / tidah yang butuh restorasi / protesa

Fase IV (pemeliharaan ) : Kontrol plak rutin

Macam perawatan fase I meliputi:

DHE

Kontrol plak

Scaling dan root planing

Kontrol antimikroba

Occlusal adjustment RA dan RB

Melihat kelainan lain, butuh restorasi atau tidak

Re-evaluasi jaringan (1-3 bulan setelah perawatan pertama)

4. Indikasi:

Gingivitis
4

Ingin menjaga kesehatan periodontal

Kalkulus subgingiva

Kehilangan tulang tidak parah

CPITN pasien : 2 dan 3 (kedalaman poket >4mm)

Kontraindikasi:

Pasien dengan hipertensi tidak terkontrol.

5. DHE (edukasi, instruksi, motivasi)

Edukasi

merupakan

penjelasan

tentang

etiologi,perjalanan

penyakit, perawatan dan pencegahan. Selain itu juga di beritahukan


tentang gambaran klinis terjadinya penyakit seperti adanya plak
atau perdarahan gingiva.

Motivasi bertujuan agar pasien lebih meningkatkan kebersihan


rongga mulutnya.

Instruksi dilakukan dengan cara memberi arahan bagaimana


menyikat gigi yang benar, mengetahui desain sikat gigi yang
sesuai, dan waktu yang tepat dalam menyikat gigi.

6. Armamentarium

Kuret
Kuret dibagi menjadi 2 yaitu kuret universal dan kuret gracey.
Kuret universal mempunyai blade 800-900, cutting edge 2 sisi dan
dapat digunakan pada seluruh bagian rongga mulut. Kuret gracey
5

digunakan pada daerah spesifik, cutting edge 1 sisi dan sudut blade
600-700.

Hoe berfungsi meratakan atau menghaluskan akar gigi, sudut blade


990-1000

Chisel Scaler berfungsi menghilangkan kalkulus supragingiva

File Scaler mempunyai bentuk seperti hoe

Alat pulas menggunakan rubber

Teknik Scaling

Gerakan menarik dengan skalpel diletakkan dari lateral kearah


koronal

Gerakan mendorong dilakukan pada proksimal gigi yang rapat

Kalkulus Subgingiva menggunakan kuretase karena kalkulus pada


subgingiva lebih lengket daripada supragingiva . Kuret diinsersikan
dalam ginginva apabila sudah sampai dasar poket (450-900), dan
tekanan diberikan dari arah lateral terhadap permukaan gigi.

Root planning menggunakan kuret yang diinsersikan ke dasar


poket dengan gerakan memutar.

7. Evaluasi fase I (etiotropik) meliputi pengecekan kembali kedalaman poket,


perkembangan kalkulus, adanya karies dan inflamasi gingiva.

STEP 4: Mapping

STEP 5: Learning Objective


Mahasiswa mampu memahami dan mejelaskan:
7

1. Macam-macam fase perawatan periodontal


2. Pengertian, dasar pemikiran perawatan fase 1 (etiotropik) dan tindakan
perawatan fase 1
3. Pengertian, dasar pemikiran dan tahapan DHE
4. Pengertian, dasar pemikiran dan teknik scaling dan root planing
5. Dasar pemikiran dan hal-hal atau tindakan yang perlu dilakukan saat
evaluasi

STEP 7
LO 1 : Macam-macam fase perawatan periodontal
Fase perawatan periodontal
1. Preliminary Phase (Perawatan Gawat Darurat)
Pada fase ini dilakukan ekstraksi pada gigi-gigi dengan prognosis buruk yang
tidak dapat dipertahankan lagi.
2. Non Surgical Phase (Terapi Fase I)
Tujuan dilakukannya terapi fase I adalah untuk mengeliminasi atau
menghilangkan faktor penyebab terjadinya penyakit periodontal. Perawatan
yang dilakukan pada fase I ini meliputi :
Kontrol Plak dan DHE :
a. Scaling dan root planning
b. Koreksi restorasi dan protesa yang dapat menjadi faktor iritasi
8

c. Terapi antimicrobial baik local maupun sistemik


d. Terapi oklusal
3. Evaluasi Fase I
Pengecekan dari perawatan yang dilakukan pada fase I
a. Kedalaman poket dan inflamasi gingiva
b. Plak, kalkulus dan karies
4. Surgical Phase (Terapi Fase II)
Pada fase II ini dilakukan tindakan pembedahan apabila berdasarkan evaluasi
fase I pasien masih perlu ditindak lanjuti dengan perawatan bedah.
a. Terapi periodontal, termasuk dental implant.
b. Perawatan endodontik
5. Restorative Phase (Terapi Fase III)
a. Restorasi akhir
b. Pemasangan protesa baik cekat maupun lepasan
c. Evaluasi respon terapi fase III

6. Maintenance Phase (Terapi Fase IV)


Terapi fase IV merupakan fase pemulihan. Hal-hal yang meliputi terapi fase
IV ini adalah :
9

Kontrol periodik :
a. Plak dan kalkulus
b. Keadaan gingiva (pocket dan inflamasi)
c. Oklusi, mobilitas gigi
d. Keadaan patologis yang lain
Urutan dari tahapan perawatan periodontal di atas dapat berubah-ubah
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Meskipun begitu tahapan
perawatan periodontal fase I mutlak menjadi tahapan awal untuk dilakukannya
perawatan periodontal. (Carranza, 2012)
Hubungan dari macam-macam fase perawatan periodontal dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Emergency
Phase

Non Surgical
Phase

Maintenance
Phase

Surgical

Restorative

Phase

Phase

10

Perawatan kelainan atau penyakit pada jaringan periodontal dapat


dilakukan dengan tiga tahapan utama, yaitu :
1

Terapi fase awal


Fase ini ditujukan untuk menyiapkan hygine rongga mulut yang baik, edukasi

untuk perawatan dirumah maupun menghilangkan faktor lokal yang menjadi


penyebab. Fase ini meliputi kontrol plak, DHE, scaling dan root planing dan
splinting.
2

Terapi fase koreksi


Fase ini ditujukan untuk membuat jaringan periodontal memiliki anatomi

yang baik dan fungsi optimum. Apabila diperlukan dilakukan tindakan bedah
meliputi kuretase, gingivektomi, frenektomi dan bedah flap.
3

Fase pemeliharaan
Fase ini ditujukan untuk pemeliharaan pasca koreksi atau tindakan bedah.

Pemeliharaan diartikan sebagai upaya perawatan rutin yang bisa dilakukan


sendiri maupun oleh tenaga professional (Suryono, 2014).
LO 2 : Pengertian, Dasar Pemikiran dan Tindakan atau Macam Perawatan
Fase I
Perwatan periodontal fase 1 biasa disebut dengan terapi inisial atau fase
etiotropik. Dikatakan sebagai fase etiotropik karena merupakan fase paling awal
untuk menghilangkan etiologi. Fase ini bertujuan untuk membuang semua faktor
lokal yang menyebabkan peradangan gingiva serta pemberian instruksi dan
motivasi pasien dalam melakukan kontrol plak. Fase etiotropik ini meliputi
motivasi, edukasi dan intruksi, scaling dan root planing, rekonturing restorasi, dan
pemberian antimikroba baik secara sistemik atau lokal (Jurnal PDGI, 2010).

11

Dasar pemikiran terapi fase 1:


1. Mengubah atau menghilangkan etiologi mikroba dan faktor yang
berpengaruh dalam penyakit gingiva dan periodontal. Selain itu, terapi
fase 1 dapat menghentikan perkembangan penyakit dan mengembalikan
gigi pada keadaan sehat dan nyaman.
2. Terapi fase 1 merupakan tahap persiapan untuk terapi bedah.
3. Terapi fase 1 merupakan aspek kritis perawatan periodontal dimana
keberhasilan jangka panjang dari perawatan periodontal tergantung
pemeliharaannya. Oleh karena itu, di butuhkan motivasi pasien dalam
meningkatkan kebersihan rongga mulut.

Tahapan Fase 1 :
1. Instruksi Kontrol Plak

Instruksi kontrol plak merupakan komponen esensial untuk keberhasilan


perawatan periodontal. Pada pertemuan pertama dokter gigi memberikan
pengetahuan pada pasien tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar
serta cara penggunaan dental floss. Hal ini dimaksudkan agar pasien dapat
meningkatkan kebersihan dari rongga mulutnya dan mengurangi akumulasi
plak maupun kalkulus.
2. Penyingkiran Kalkulus Subgingiva dan Supragingiva

12

Penyengkiran kalkulus subgingiva dan supragingiva dapat dilakukan


dengan scaller, kuret, instrumen ultrasonik maupun kombinasi dari ketiganya.
3. Koreksi restorasi

Keberadaan restorasi yang cacat harus benar-benar dikoreksi, seperti


restorasi overhanging maupun restorasi dengan permukaan yang kasar. Untuk
restorasi overhanging bisa dikoreksi dengan bur, hand instrument atau dapat
mengganti restorasi yang baru. Sedangkan untuk restorasi dengan permukaan
yang kasar dapat menghaluskan permukaannya agar tidak mudah terjadi
akumulasi plak.

4. Tumpatan pada karies

Perawatan periodontal akan medapat hasil yang maksimal dengan


menghilangkan reservoir bakteri. Pada gigi yang mengalami karies dapat
dilakukan tumpatan sementara maupum tumpatan permanen. Tumpatan
sebaiknya menggunakan tumpatan permanen karena bila tumpatan yang
dibuat berupa tumpatan sementara, maka fungsinya hanyalah untuk
menyingkirkan daerah penumpukan bakteri plak bukan untuk memperbaiki
kontur dan fungsi gigi.
5. Evaluasi jaringan

Setelah dilakukan scaling dan root planing, jaringan periodontal


membutuhkan sekitar 4 minggu untuk mendeteksi kesembuhan jaringan.
Pasien juga diberi kesempatan untuk meningkatkan kebersihan rongga

mulut berdasarkan instruksi yang telah diberikan oleh dokter gigi.


Setelah 4 minggu dilihat apakah terjadi perubahan yang signifikan atau
tidak, jika gingiva sudah terbebas dari inflamasi dan pasien masih
13

memerlukan tindakan pembedahan, maka tindakan bedah dapat


dilakukan.
Tindakan dilakukan dengan memeriksa jaringan periodontal dan semua

kondisi anatomis untuk melakukan perawatan lebih lanjut, termasuk


bedah periodontal apabila di perlukan (Carranza, 2012).

LO 3 : Pengertian, Dasar Pemikiran dan Tahapan DHE (Dental Health


Education)
Edukasi
Dalam hal edukasi pasien harus diberitahukan tentang etiologi perjalanan
penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit periodontal. Pasien dengan
penyakit periodontal ini harus diberitahu tentang beberapa gambaran klinis seperti
stain yang tumbuh dipermukaan gigi akibat plak, perdarahan pada gingiva.
Dengan penjelasan tersebut diharapkan pasien dapat mengevaluasi diri sendiri.
Pasien juga diinformasikan bahwa perawatan periodik dan debridement
yang dilakukan oleh dokter gigi adalah hal yang dilakukan untuk mencegah
rekurensi dari penyakit periodontal untuk mengidentifikasi adanya kelainan
penyakit lain. Prosedur perawatan edukasi ini dapat berjalan dengan baik apabila
dikombinasi dengan kekooperativan pasien dalam meningkatkan dan menjaga
oral hygiene. (Carranza, 2012)
Intruksi
Pemberian intruksi bertujuan untuk mengurangi angka terjadinya
gingivitis. Pada instruksi dijelaskan cara pembersihan gigi yang meliputi cara,
alat, dan waktu.
Pemilihan sikat gigi
Kebanyakan bulu sikat terbuat dari bahan nilon dengan berbagai kategori
fleksibilitas,yakni soft, medium dan hard. American Dental Assosiation
merekomendasikan penggunaan sikat gigi kategori soft, dimana sikat gigi memilki
14

diameter bulu sikat 0,2 mm yang memungkinkan untuk menjangkau daerah


interproksimal serta lebih fleksibel untuk mampu membersihkan sampai ke bawah
margin gingiva.
Pendidikan kesehatan gigi (DHE) pada prinsipnya tidak dapat diberikan
pada anak dalam satu kali kunjungan saja, sehingga diperlukan tahapan yang
diulang secara periodik yang nantinya akan dievaluasi atas keberhasilan DHE
yang selama ini telah diberikan.
Tahapan DHE meliputi :
1

Meminta pasien agar membawa sikat giginya untuk latihan menggosok gigi
serta meminta pasien menggosok giginya dengan cara yang biasa dilakukan

di rumah.
Mengoleskan disclosing agent dan tunjukkan daerah-daerah yang masih

kotor.
Memberikan pendidikan kesehatan gigi (DHE) dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh pasien dan disesuaikan dengan usia. Penyuluhan cara
menggosok gigi yang baik dipraktikkan pada sebuah model gigi dan sikat

gigi yang sesuai.


Setelah pasien mengerti, pasien diminta untuk melakukan hal yang telah

diajarkan. Bila perlu dioleskan kembali disclosing agent.


Apabila pasien anak-anak, orang tua diinstruksikan untuk bekerja sama dalam

melatih pasien (anak) untuk menggosok gigi dengan baik dan benar.
Kontrol dilakukan pada kunjungan berikutnya untuk mengevaluasi kemajuan
anak dalam menggosok gigi. Diharapkan anak dapat memperbaiki teknik
menggosok giginya secara bertahap. Kemudian, membuat penilaian

kebersihan gigi dan teknik menggosok gigi seperti sebelumnya.


Kontrol secara periodik dilakukan setiap enam bulan sekali untuk
mengetahui kerusakan gigi secara dini (Soeparmin, Soesilo:2007).

LO 4 : Pengertian, Dasar Pemikiran, Tekhnik Scaling dan Root planing


Scaling dan root planing

15

Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak,


kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Sedangkan root
planing merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan
permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang
melekat pada permukaan akar (sementum).
Pada kasus periodontitis, scaling dan root planing tidak dapat dipisahkan.
Tindakan scaling perlu diikuti dengan root planing dengan harapan permukaan
akar menjadi halus sehingga menghambat akumulasi plak dan perlekatan
kalkulus. Scaling dan root planing merupakan terapi mendasar untuk perawatan
penyakit periodontal. Meskipun perawatan ini mempunyai keterbatasan, antara
lain: tidak dapat mencapai daerah poket dengan kedalaman lebih dari 3mm dan
tidak dapat mencapai daerah bifurkasi yang merupakan cekungan pada akar gigi,
namun scaling dan root planing masih tetap merupakan perawatan utama, karena
dapat mengurangi inflamasi dan mengurangi kolonisasi bakteri di dalam sulkus
gingival.
Armamentarium yang Digunakan dalam Perawatan Periodontal
Instrumen periodontal diklasifikasikan menurut tujuan, sebagai berikut:
1. Probe periodontal digunakan untuk menemukan, mengukur kedalaman poket
gingiva.
2. Explorer digunakan untuk menemukan letak deposit kalkulus dan karies.
3. Scaling, root planing, dan instrumen kuretase digunakan untuk
penghapusan

biofilm

dan

kalsifikasi

simpanan

dari

mahkota

dan

akar gigi, penghapusan sementum diubah dari permukaan akar subgingival,


dan debris dari jaringan lunak yang melapisi poket. Scaling dan instrument
kuretase diklasifikasikan sebagai berikut:
Instrumen berat sickle scaler digunakan untuk menghapus kalkulus supragingival.
Kuret digunakan untuk skala subgingiva, root planing, dan penghapusan
jaringan lunak yang melapisi poket.

16

Hoe, pahat, dan file scaller digunakan untuk menghapus kalkulus subgingival. Penggunaannya terbatas dibandingkan dengan kuret.
Instrumen ultrasonik dan sonik digunakan untuk skala dan membersihkan
permukaan gigi dan curetting dinding jaringan lunak poket periodontal.
4. Endoscope periodontal yang digunakan untuk memvisualisasikan dalam ke
poket sub-gingival dan furkasi, memungkinkan deteksi deposito.
5. Cleansing dan instrumen polishing, digunakan untuk membersihkan
permukaan gigi (Carranza, 2012).

Teknik scaling dan root planing


1

Teknik scaling kalkulus supragingiva


Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva. Keuntungan lain

adalah

pada

kalkulus

subgingiva

tidak

dibatasi

oleh

jaringan

yang

mengelilinginya. Hal ini merupakan kemudahan dalam aplikasi dan penggunaan


alat. Sickle lebih umum digunakan untuk scaling supragingiva, sedangkan hoe
dan chisel lebih jarang digunakan.
Tata cara scaling supragingiva diawali dengan penempatan alat pada
apikal dari kalkulus supragingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam
jarak pendek arah vertikal (koronal), horisontal maupun oblique mendorong
maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Scaling dilakukan sampai
permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual maupun perabaan
dengan bantuan alat (misalnya: sonde).
Scaling dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan
permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan ujung yang tajam (sickle)
hendaknya digunakan secara hati-hati karena lebih mudah melukai jaringan lunak
di bawahnya.

Teknik scaling dan root planing kalkulus subgingiva


17

Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling


supragingiva. Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada supragingiva,
selain itu kalkulus subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit
dijangkau (misalnya daerah bifurkasi). Jaringan lunak yang membatasi kalkulus
subgingiva juga merupakan masalah, karena pandangan operator menjadi
terhalang, terutama jika saat tindakan scaling, darah yang keluar cukup banyak
maka pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu operator dituntut
menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan scaler untuk mengetahui
keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva.
Pada scaling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat terbatas
dengan adanya dinding poket yang mengelilinginya. Oleh karena itu, untuk
mencegah trauma dan kerusakan jaringan yang lebih besar, maka scaler harus
diaplikasikan dan digunakan secara hati-hati serta yang lebih penting lagi adalah
pemilihan alat dengan penampang yang tipis agar mudah masuk ke dalam
subgingiva. Selain itu, operator dituntut untuk menguasai morfologi gigi dengan
berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini penting untuk membedakan antara
adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang variatif dari permukaan akar.
Daerah lain yang sulit dijangkau adalah kalkulus di bawah titik kontak
antara 2 gigi, yaitu daerah batas sementum dan enamel (Cemento-Enamel
Junction atau CEJ) karena pada daerah ini terdapat cekungan yang lebih dalam
dibanding CEJ pada permukaan fasial maupun lingual atau palatal. Kalkulus pada
daerah ini umumnya melekat erat pada cekungan, sehingga diperlukan berbagai
variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun horisontal agar kalkulus
dapat terlepas.
Tata cara scaling kalkulus subgingiva mirip dengan scaling kalkulus
supragingiva, hanya ada batasan-batasan tertentu seperti yang tersebut di atas.
Scaling subgingiva diawali dengan penempatan scaler sedapat mungkin pada
apikal dari kalkulus subgingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam
jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun oblique mengungkit dan menarik
kalkulus terlepas dari gigi.
18

Scaling dengan ultrasonic scaler


Scaling dengan alat

ultrasonik lebih mudah untuk menghilangkan

kalkulus pada permukaan gigi disbanding scaling dengan alat manual. Alat ini
mempunyai ujung (tip) yang dapat bergetar sehingga dapat mengangkat kalkulus
dari permukaan gigi. Alat ini juga dapat mengeluarkan air agar tidak terjadi
nekrosis pulpa karena panas yang dihasilkan alat tersebut.
Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi tidak
boleh ada gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakkan untuk memecah
kalkulus yang besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan
tekanan ringan sampai kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan
permukaan gigi dari sisa kalkulus, maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan
pada permukaan gigi kemudian digerakkan dalam arah lateral (vertikal, horisontal
dan oblique) ke seluruh permukaan sampai diperkirakan halus. Kepekaan alat ini
untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus manual scaler, sehingga umumnya
setelah dilakukan scaling dengan ultrasonic, maka tetap disarankan scaling dan
root planing dengan manual scaler. Namun, perlu ketrampilan khusus dalam
penggunaanya, karena alat ini dijalankan dengan mesin yang kadang sulit kita
kontrol gerakannya.

Pemolesan
Agar permukaan gigi menjadi halus, licin dan mengkilat, maka tindakan

akhir yang merupakan rangkaian scaling dan root planing adalah pemolesan. Pada
tahap awal pemolesan disarankan untuk memoles gigi dengan bantuan brush yang
dijalankan dengan bur dengan diberi pasta gigi untuk menghilangkan sisa-sisa
jaringan nekrotik. Selanjutnya dapat digunakan rubber yang juga dijalankan
dengan bur agar gigi menjadi licin dan mengkilap. Hal ini perlu dilakukan untuk
19

menghindari mudahnya perlekatan kembali plak dan kalkulus dalam waktu yang
singkat jika permukaan gigi kasar (Krismariono,Agung, 2009).
LO 5: Dasar Pemikiran dan Tindakan yang Dilakukan Saat Evaluasi
Evaluasi jaringan
-

Setelah dilakukan scaling dan root planing, jaringan periodontal


membutuhkan sekitar 4 minggu untuk mendeteksi kesembuhan jaringan.
Pasien juga diberi kesempatan untuk meningkatkan kebersihan rongga

mulut berdasarkan instruksi yang telah diberikan oleh dokter gigi.


Setelah 4 minggu dilihat apakah terjadi perubahan yang signifikan atau
tidak, jika gingiva sudah terbebas dari inflamasi dan pasien masih

memerlukan tindakan pembedahan, maka tindakan bedah dapat dilakukan


Tindakan yang dilakukan memeriksa jaringan periodontal dan semua
kondisi anatomis untuk melakukan perawatan lebih lanjut , termasuk
bedah periodontal apabila di perlukan.

KESIMPULAN

1. Perawatan periodontal terdiri dari empat fase yang meliputi fase non
bedah, fase bedah, fase restorative dan fase pemeliharan.
2. Terapi fase I merupakan perawatan dengan menghilangkan faktor etiologi
yang berkontribusi dalam penyakit periodontal meliputi DHE, scaling dan
root planing, dan kontrol plak.
3. Dental Healt Education (DHE) merupakan proses belajar yang timbul
untuk menghasilkan kesehatan yang baik. Dimana dalam DHE ini
diberikan edukasi dan motivasi dalam meningkatkan kesahatan gigi dan
mulut.
20

4. Scaling adalah suatu tindakan menghilangkan kalkulus baik supra maupun


subgingiva. Tekniknya dapat secara manual atau ultrasonik. Teknik
scaling untuk kalkulus supra dan subgingiva hampir sama, perbedaannya
hanya di instrumen yang digunakan saat scaling.
5. Root planning adalah tindakan menghaluskan permukaan akar dan
sementum
6. Scaling dan root planing merupakan perawatan yang tidak dapat
dipisahkan.

21

DAFTAR PUSTAKA
Krismariono, Agung. Prinsip-Prinsip Dasar Scalling Dan Root Planning Dalam
Periodontal. periodontic journal vol 1
Michael G newman, Henry H takei {et.al}. 2006. Carranza's Edisi 11th: Clinical
Periodontologi. Saint Louis: Elsevier Sounders
Soeparmin. 2007. Peningkatan Kesahatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Melalui
DHE. Interdental Jurnal Kedokteran Gigi
Suryono. 2014. Bedah Dasar Periodonsia. Yogyakarta: Deepublish

22

Anda mungkin juga menyukai