Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Rabies adalah suatu infeksi akut susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua
jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit tersebut ditandai dengan
disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu berakhir dengan kematian.
Rabies merupakan salah satu penyakit menular tertua yang dikenal oleh Umat
manusia di Indonesia pada akhir tahun 1977 hanya 7 dari 27 provinsi yang
dinyatakan bebas Rabies pasien gigitan binatang tersangka rabies yang diberi
pengobatan anti rabies kirakira 80ribu jiwa selama periode 1966-1977. Di
Indonesia sejak 1975 rata rata 12ribu orang pertahun difaksinasi terhadap penyakit
ini.

Etiologi
Virus rabies, termaksud rhabo virus, bersifat neutrop besarnya 100x140 nanometer.
Inti virus rabies ini terdiri atas asam nukleat RNA saja, yang bersifat genetic.
Intivirus tersebut dikelilingi oleh ribonukleu protein yang disebut kapsida. Kombinasi
inti dan kapsomer yang terdiri atas satuan molekul protein disebut nukleo kapsida,
diluarnya terdapat enfelope yang pada permukaannya terdapat spikule (spikes ).
Enfelope virus ini antara lain mengandung lipid yang dapat dilarutkan dengan eter,
sehingga virus rabies itu dengan mudah sekali di inaptivasi dengan lipid solvent
misalnya air sabun 20persen atau eter.

Patogenesis
Patogenesis rabies pada manusia yang melalui transmisi neural, merupakan hal
yang esensial. Setelah inakulasi, selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat
masuk dan didekatnya, kemudian mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior
tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya, masa inkubasi, seperti
dikatakan sebelumnya, berhbungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus
sebelumnyamencapai otak. Menentukan tempat virus yang baru diintroduksi secara
akut, akan dapat merupakan kunci untuk meningkatkanpengobatan pasca gigitan
dan menerangkan efikasinya. Pada saat pemeriksaan \, luka gigitan mungkin sudah
sembih bahkan mungkin tlah dilupakan, tapi pasien sekarang mengeluh tentang
bekas gigitan tersebut, perasaan itu dapat berupa tusukan, gatal, rasa terbakar,
berdenyut dsb.
Sesampainya diotak, virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam
semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel
sistem limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam
neuron sentral, virus kemudia bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen pada
saraf volunteer meupun saraf autonom. Dengan demikina virus ini menyerang tiap

organ baik dalam jaringan seperti kelenjar ludah, kelenjar lainnya, ginjal, lemak
yang berwarna coklat. Pada beberapa spesies lain, penyebaran virus terjadi juga
pada paru paru dan otot
Khusus mengenai infeksi dan sistem limbic ini, digambarkan sebagai suatu
fenomena alam yang khas, ebrupa penyesuaian yang ideal, yang berhubungan
dengan usaha kelanjutan penyebaran virus dalam alam.

Anda mungkin juga menyukai