OLEH :
NI MADE DESY PARIANI
NIM: 15. 901.1224
perdarahan
intraserebral. Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari
pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang
mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 4080% yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan
sekitar 50% meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari
251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur
69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75
tahun dan berjenis kelamin laki-laki menunjukkan outcome yang lebih buruk.
3. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik dibedakan menjadi dua yakni:
1. Hipertensif
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang
menekan dinding arteri sampai pecah.
2. Non-Hipertensif
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah
a) Aneurisma: yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang
akhirnya dapat pecah.
b) Kanker: terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
payudara, kulit, dan tiroid.
c) Cerebral amyloid angiopathy (CAA): yang membentuk protein amiloid
dalam dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke
lebih besar.
d) antikoagulansia / thrombolitik: Kondisi atau obat (seperti aspirin atau
warfarin).
e) Ruptur malformasi arteri dan vena
4. Patofisiologi
disertai
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran
Suara bicara
Kuku
Rambut
: bentuk normocephalik.
Muka
Leher
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis : Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central.
Pemeriksaan motorik
: Hampir
selalu
terjadi
Pemeriksaan refleks
akan
menghilang.
Setelah
d.
Terapi Perfusi
Untuk memulihkan sirkulasi otak pada kasus vasospasme saat pemulihan
dari perdarahan subarakhnoid.
Pengendalian Oedema dan Terapi Medis Umum
Oedema otak terjadi pada sebagian besar kasus infark kasus serebrum
iskemik, terutama pada keterlibatan pada pembuluh besar di daerah arteria
ventrikel,
atau
menyebar
ke
Angiografi serebral
atau
malformasi
vaskuler.
(Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan foto thorax
pada
penderita
stroke.
(Jusuf
Misbach, 1999).
b. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal
perdarahan
yang
kecil
: Pada
stroke
akut
dapat
hiperglikemia.
Gula
darah
terjadi
dapat
berangsur-angsur
turun
3.
terdapat 2 kriteria diagnosis diatas maka seseorang itu belum dikatakan stroke
tapi
suspect stroke. Jika ketiga kriteria diatas terpenuhi barulah dikatakan Stroke
Acute.
11. Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi
serta ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih
tinggi.Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari
volumehematoma, prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya juga
sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam
ventrikel bisameningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang
menggunakan antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahan
intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat
mortilitas yang tinggi. Penelitian de Jong, dkk (2002) pada 333 pasien
memperlihatkan bahwa pasien stroke dengan lebih dari 1 infark lakuner
memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan 1 infark lakuner.
Angka moralitas yang lebih tinggi (33% VS 21%), angka rekurensi stroke
yang lebih tinggi (21% VS 11%), dan nilai status fungsional yang lebih
rendah dihubungkan dengan infark lakuner yang lebih dari satu. Pada kasus
stroke perdarahan, angka mortalitas relatif lebih tinggi. Penelitian Larsen, dkk
(1984) pada 53 pasien stroke perdarahan menunjukkan bahwa angka
mortalitas akut adalah 27%.
12. Komplikasi
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang paling
ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edem serebri sering
mengakibatkan deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Pada pasien yang dalam
keadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran dalam 24 jam
pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-halyang telah
Pengkajian
a.
Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan, hemiplegia, merasa mudah lelah, nyeri/kejang otot.
2) Tanda : Paralitik, terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,
ganggauna tingkat kesadaran.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia.
2) Tanda : Hipertensi arterial berhubungan dengan adanya embolisme,
nadi bervariasi karena ketidakstabilan fungsi jantung, obat-obatan,
efek stroke pada pusat vasomotor, disritmia.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
2) Tanda : Emosi yang labil, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
1) Gejala : Inkontinensia urine.
e. Makanan/cairan
1) Gejala : Nafsu makan hilang, mual muntah karena peningkatan TIK,
kehilangan sensasi/rasa kecap.
2) Tanda : kesulitan menelan.
f. Neurosensori
1) Gejala
penglihatan
Sinkope/pusing,
sakit
menurun/penglihatan
kepala,
ganda,
kelemahan/kesemutan,
hilangnya
rangsangan
fungsi
kognitif
seperti
penuruna
memoriterjadi
a. Keadaan umum
Kesadaran
Suara bicara
Kuku
Rambut
: bentuk normocephalik.
Muka
Leher
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Hampir
selalu
terjadi
Pemeriksaan refleks
Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan subdural
hematoma akibat perdarahan ditandai dengan gangguan aliran darah ke otak,
terjadi perubahan dalam fungsi sensorik dan motorik, perubahan status mental
klien dan perubahan tingkat kesadaran klien.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor fisiologis:
disfungsi neuromuscular ditandai dengan klien tampak tidak sadar, suara
napas ronchi (+), napas irreguler.
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembuluh darah pada otak tertekan ditandai
dengan sakit kepala.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfagia sekunder akibat paralisis serebral ditandai dengan menurunnya
asupan makanan, penurunan berat badan, kelemahan otot-otot mengunyah,
muntah proyektil, albumin menurun.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
ditandai dengan terjadi hemiparese pada ekstremitas.
Intervensi
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan subdural
hematoma akibat perdarahan ditandai dengan gangguan aliran darah ke
otak, terjadi perubahan dalam fungsi sensorik dan motorik, perubahan
status mental klien dan perubahan tingkat kesadaran klien.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .x 24 jam, diharapkan perfusi
jaringan serebral kembali efektif, dengan kriteria hasil:
-
Intervensi
Mandiri:
a. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak.
Rasional: menentukan pilihan intervensi.
b. Pantau/catat status neurologi secara teratur dan bandingkan dengan nilai
standar.
Rasional: mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran.
c. Evaluasi kemampuan membuka mata, seperti spontan, membuka hanya
jika diberi rangsangan nyeri atau tetap tertutup.
Rasional: menentukan tingkat kesadaran
d. Pantau tanda vital seperti tekanan darah. Catat serangan dari/hipertensi
sistolik yang terus-menerus dan tekanan nadi yang melebar.
Rasional
x/menit.
Pola napas normal.
Pergerakan dada simetris, bunyi napas normal.
Intervensi
Mandiri:
a. Auskultasi suara napas klien
Rasional : Mengetahui suara napas klien, untuk tindakan keperawatan
selanjutnya.
b. Kaji status pernafasan meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu
nafas, warna kulit.
Rasional : Tachipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan otot dada tidak
simetris sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding
dada/cairan paru.
c. Berikan cairan (khususnya yang hangat) sedikitnya 2500 ml/hari.
jalan
nafas
paten.
Penekanan
menurunkan
menurunnya asupan makanan, penurunan berat badan, kelemahan otototot mengunyah, muntah proyektil, albumin menurun.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .x 24 jam, diharapkan
kebutuhan nutrisi klien adekuat, dengan kriteria hasil:
-
Intervensi
Mandiri:
a. Kaji kemampuan untuk mengunyah, menelan, batuk pada keadaan yang
teratur
Rasional : Kelemahan otot dan reflek yang hipoaktif atau hiperaktif dapat
mengidentifikasikan kebutuhan akan metode alternatif seperti melalui
selang NGT dsb
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
kerusakan
Intervensi
Mandiri:
a. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan
cara yang teratur.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan
informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam pemilihan terhadap
intervensi sebab teknik yang berbeda digunakan untuk paralisis spastik
dengan flaksid.
b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya dan
jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian
yang terganggu.
berfungsi
kembali.
Paralisis
flaksid
dapat
mengganggu
ekstremitas
yang
tidak
sakit
untuk
menyokong/
: dengan
mengetahui
penyebab,
memudahkan
untuk
Mandiri :
a. Lakukan kewaspadaan keamanan pada pasien
Rasional
:Kewaspadaan
dapat
menghindarkan
pasien
dari
motorik,
seperti
ketidakmampuan
untuk
memahami
dengan
Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat.
6.
No.
Dx
Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
berhubungan
efektif :
dengan
subdural
motorik/sensori
- tanda-tanda vital dalam rentang
klien.
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan faktor fisiologis:
disfungsi
neuromuscular
normal
Bersihan jalan nafas efektif :
Klien mampu batuk
mengeluarkan
ditandai
sputum
dan
dengan
efektif.
Bunyi napas klien normal
Ronchi (-)
Frekuensi,
kedalaman
irama,
dan
pernapasan
normal
3.
4.
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
tepat.
Kebutuhan nutrisi klien adekuat :
menurun.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
Mobilisasi
peningkatan :
pada ekstremitas.
Mempertahankan/meningkatkan
klien
mengalami
6.
Klien
mengalami
perawatan diri :
peningkatan
kesadaran.
terpenuhi.
Klien tampak bersih
Tubuh klien tidak terasa lengket
spasme otot.
Gangguan
7.
8.
berhubungan
komunikasi
dengan
verbal
kehilangan
dapat teratasi :
-
metode
berbicara.
komunikasi
alternatif
(mis;
tertulis,
bahasa
Memperlihatkan
peningkatan
suatu
kemampuan
berkomunikasi.
-
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Donna D. Ignatavicius, dkk. (1999). Medical Surgical Nursing :Across the Health
Care Continum. (Edisi III).
Philadelphia: Wb Sounders Company.Black and matasarin Jacobs. (1997). Medical
Surgical Nursing :
Clinical management for continuity of care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders
Company.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan holistic.(Edisi VI).
Jakarta: EGC Kumpulan Makalah Kursus Keperawatan Neurologi, 1997.
Jakarta
Mansjoer dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 2. Media
Aesculapius.Jakarta.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi:konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
Volume II. EGC.Jakarta
Smeltzer & Bare. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 3.
EGC. Jakarta. Rumantir, 2007, Christopher
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Periode 1984-1985.
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors Priciples
of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline
Stroke 2007. Jakarta
Lombardo,M.C., 1995, Penyakit Degeneratif dan Gangguan Lain Pada Sistem Saraf,
dalam S.A. Price, L.M. Wilson, (eds), Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit 4th ed., EGC, Jakarta