PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB)
merupakan target ke-4 dan ke-5 dalam Millennium Development Goals 2015
yang dicanangkan oleh World Health Organization (WHO). hal tersebut
merupakan salah satu indikator utama dalam melihat derajat kesehatan suatu
negara. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi, dapat menunjukkan
tingkat kemampuan dan kualitas pelayanan serta kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat negara tersebut.
Menurut WHO, target MDGs 2015 terhadap AKI yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), pada tahun
2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 228 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI)
adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2007
adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup, naik sedikit dibandingkan tahun 2012,
yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Di Jawa Timur, Angka Kematian Ibu (AKI) sudah berada di bawah target
Millenium Development Goals (MDGs) 2015. AKI pada tahun 2011 sebesar
101,4 per 100.000, tahun 2012 sebesar 97,43 per 100.000 kelahiran hidup dan
tahun 2013 sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, AKB pada tahun 2011
mencapai 29,24 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2012 AKB telah
mencapai 28,31 per 1000 kelahiran hidup. (SDKI:2012)
1
pada
pendekatan
perencanaan
sistematis
dan
terpadu
dalam
Pada Laporan Tugas Akhir ini asuhan hanya difokuskan pada ibu hamil
trimester III UK 34-40 minggu, bersalin, nifas, neonates, dan KB pada ibu
post partum secara berkelanjutan (continuity of care)
1.3 Tujuan Penyusunan LTA
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu
hamil trimester III, bersalin, nifas, neonates, dan KB dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu hamil.
2. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu bersalin.
3. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu nifas.
4. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada neonates.
5. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu dengan
KB.
1.4 Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditunjukan pada ibu hamil trimester III UK 3440 minggu, bersalin, nifas, neonatus, dan KB pada ibu post partum.
2.
Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu adalah
semua lahan praktek yang telah memiliki MoU dengan Prodi D-III Kebidanan
Nahdlatul Ulama Suarabaya, atau tempat lain yang terjangkau atau persetujuan
pembimbing
3. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk penyusunan proposal yaitu mulai tanggal 29
Februari 2016. Dan dilanjutkan untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir mulai
tanggal 28 Maret 2016 17 Juni 2016.
1.5 Manfaat
Manfaat Teoritis
Kehamilan trimester tiga adalah trimester terakhir kehamilan, pada periode ini
pertumbuhan janin dalam rentang waktu 28-40 minggu. Janin ibu sedang berada
di dalam tahap penyempurnaan (Manuaba:2008)
2.1.2 Fisiologis Kehamilan
1. Konsepsi/Fertilisasi
Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan
sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma dikeluarkan dari organ
reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma. Setelah masuk ke organ
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan antara lain:
lendir vagina yang bersifat asam, lendir serviks yang kental, panjangnya uterus,
serta silia yang ada di tuba falopi. Untuk bisa menghadapi rintangan tersebut,
maka sperma harus mempunyai akrosom dan melewati proses kapasitasi.
1. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8 sel
sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan membelah
membentuk buah arbei dari 16 sel disebut morula (4 hari). Saat morula memasuki
rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar
sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan
akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut Blastokista
(4-5 hari).
2. Nidasi/Implantasi
Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada
stadium blatokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya
terjadi pada pars superior korpus uteri bagian anterior atau posterior. Blastula
dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan mudah masuk
ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup
5
lagi. Itulah sebabnya, terkadang saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka
desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau
belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. (Ummi Hani:2010).
tingkat
pendidikan
mempengaruhi
sikap
perilaku
kesehatan
b)
apatis dan atau samnolen pada pertanyaan dan tindakan yang diberikan oleh
tenaga medis.
c) Tanda-tanda vital :
(1) Tekanan darah (120/80) : tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih,
dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi
preeklamsi dan eklamsi.
(2) Nadi (60-80kali/menit) : denyut nadi 100x/menit atau lebih dalam keadaan
santai merupakan pertanda buruk, kemungkinan ibu mengalami salah satu atau
lebih keluhan seperti tegang, ketakutan, atau cemas akibat masalah tertentu,
perdarahan berat, anemia, demam.
(3) Suhu (35,8-37C) : suhu tubuh yang lebih dari normal perlu diwaspadai
terjadinya infeksi.
(4) Pernapasan (16-24kali/menit) : untuk mendeteksi adanya penyakit asma,
jantung, dan penyakit yang dapat memperberat kehamilan
(5) Berat badan : dalam keadaan normal, kenaikan berat badan ibu dari sebelum
hamil, dihitung mulai trimester 1-3 berkisar antara 6,50-16,50 kg. Untuk
mendeteksi status gizi ibu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin
(6) Tinggi badan : normalnya tinggi badan ibu hamil adalah 145 cm. Ibu hamil
dengan tinggi badan kurang dari 145 cm tergolong beresiko tinggi, mendeteksi
adanya kelainan panggul (CPD)
(7) Lingkar lengan atas (LILA) : LILA kurang dari 23,50 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang atau buruk, sehingga ia beresiko
untuk melahirkan BBLR. Jika hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas
dapat memperhatikan kesehatannya.
1. Pemeriksaan Fisik
9
Rambut : untuk mengetahui terdapat kerontokan rambut atau tidak. Rambut yang
mudah rontok menandakan ibu kekurangan gizi atau kelainan tertentu.
Muka : untuk mengetahui apakah terdapat closma gravidarum, oedema, anemia,
dan kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan.
Mata untuk mengetahui warna konjungtiva. Konjungtiva normal berwarna
merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila
kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre eklamsi.
Hidung : untuk mengetahui adanya pernafasan cuping hidung (PCH), yang
berarti ibu dalam kondisi sesak nafas, adanya polip atau tidak
Telinga : untuk mengetahui adakah serumen berlebih dan berbau, mendeteksi
ada tidaknya kelainan pendengaran.
Mulut : untuk mengetahui adakah sariawan. Dalam kehamilan sering timbul
stomatitis,
anemia
Gigi : adakah karies, atau keropos yang menandakan ibu kekurangan kalsium.
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan degnan emesis, hiperemesis
gravidarum. Adanya kerusakan gigi dapat menjadi sumber infeksi.
Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid yang menandakan
adanya penyakit hipertiroid sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin, dan bendungan vena jugularis yang menandakan adanya
penyakit jantung
Dada : untuk mengetahui ada tidaknya benjolan atau massa pada payudara,
mengetahui kebersihan payudara, areola, dan putting susu ibu untuk menyiapkan
laktasi pascapersalinan
Abdomen : untuk mengetahui bentuk, bekas luka operasi, apakah pembesaran
sesuai usia kehamilan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin,
melakukan deteksi dini sesuai KSPR
10
Vagina
berakibat pada ibu dan janin, melihat adanya sikatrik untuk mengathui riwayat
persalinan, melihat ada tidaknya varises untuk memprediksi kelancaran dan
antisipasi terjadinya perdarahan (Romauli: 2011)
Anus: melihat ada tidaknya Haemorroid, untuk memprediksi kelancaran
persalinan dan antisipasi terjadinya perdarahan
a. Pemeriksaan Khusus
1) Palpasi bagian janin
a) Leopold I
Untuk menentukan TFU dan bagian janin yang terdapat pada fundus (Bokong :
teraba lunak, tidak melenting) sehingga dapat diketahui pertumbuhan dan
perkembangan janin yang semestinya.
Perhitungan TFU menurut penambahan pertiga jari : pada usia 12 inggu 3 jari di
atas simfisis, 16 minggu pertengahan pusat symfisis, 20 minggu 3 jari dibawah
pusat, 24 minggu setinggi pusat, 28 3 jari diatas pusat, 32 pertengahan pusatprosesus xipoideus (px), 36 3 jari dibawah prosesus xipoideus (px) dan 40 minggu
pertengahan pusat- prosesus xipoideus (px) (Ari Sulistyawati: 2011).
b) Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang terdapat disamping kanan/kiri ibu. Normal
teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung) pada satu sisi uterus dan
pada sis lain teraba bagian kecil.
c) Leopold III
Untuk menentukan bagian terendah janin, dan sudah masuk PAP atau belum.
Sehingga dapat dilakukan pendeteksian ibu tersebut dapat melahirkan secara
normal atau tidak. Normal pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat,
keras dan melenting yaitu kepala janin.
d) Leopold IV
11
Menentukan seberapa jauh bagian terendah sudah masuk PAP. Posisi tangan
masih bisa berbertemu, dan belum masuk PAP disebut konvergen, posisi tangan
tidak bertemu dan sudah masuk PAP disebut divergen.
e) Auskultasi
Normal terdengar denyut jantung dibawah pusat ibu (baik bagian kiri atau
dibagian kanan). Mendengarkan denyut jantun bayi meliputi frekuensi dan
keteraturannya. DJJ dihitung selama 1 menin penuh. Jumlah DJJ normal antara
120 sampai 140x/menit (Romauli: 2011) sehingga dapat dideteksi kondisi normal
atau terjadi gawat janin.
f) Taksiran Berat Janin
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin sesuai
usia kehamilan dan untuk mendeteksi adanya CPD, sehingga petugas dapat
melakukan pendeteksian untuk proses persalinan. Taksiran berat janin ditentukan
berdasarkan rumus Johnson Tausack, yaitu:
TBJ =[TFU(cm)-N]x155 gram
N = 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika
(Mansjoer: 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : pemeriksaan analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb, golongan
darah, hitung jenis sel darah, gula darah, antigen Hepatitis B virus, antibody
rubela, HIV/VDRL, dan ultrasonografi rutin pada kehamilan 18-22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin (Prawirohardjo: 2010).
USG, NST dengan tujuan mengetahui kondisi janin, sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan secepat mungkin jika terjadi keadaan patologis.
c. Analisa Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
12
dikumpulkan. Pada langkah ini kita juga mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain (Ari Sulistyawati: 2009).
Contoh : GPAPAH uk...mgg, hidup, tunggal, letak kepala, intra/ekstrauterine,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik ( Kamariyah: 2013).
d. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2010), asuhan yang dilakukan meliputi:
1) Kunjungan I (usia kehamilan 34-36 minggu)
a) Menjelaksan kepada ibu mengenai kondisi kehamilannya
Rasional : mengurangi kecemasan ibu terhadap diri dan janinnya.
b) Memberikan konseling pada ibu untuk mengatasi masalah/kebutuhan ibu.
Tabel 2.1
Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III.
No
1
Ketidaknyamanan
Cara mengatasi
Sering buang air Kurangi asupan karbohidrat murni yang
kecil
mengandung gula. Batasi minum teh, kopi,
dan soda.
2
Hemoroid
Makan-makanan yang berserat, buah dan
sayuran serta banyak minum air putih dan
sari buah. Lakukan senam hamil untuk
mengatasi hemoroid.
3
Sembelit
Minum 3 liter cairan tiap hari terutama air
putih atau sari buah. Makan-makanan yang
kaya serat dan vitamin C. Lakukan senam
hamil. Biasakan buang air besar secara
teratur.
4
Napas sesak
Merentangkan tangan diatas kepala serta
menarik nafas panjang. Mendorong postur
tubuh yang baik
5
Nyeri
Tekuk lutut kearah abdomen.
ligamentum
Mandi air hangat.
rotundum
Gunakan sebuah bantal untuk menopang
uterus dan bantal lainnya letakkan diantara
lutut dengan posisi miring.
6
Pusing atau sakit Bangun secara perlahan dari posisi istirahat.
kepala
Hindari berbaring dalam posisi terlentang.
7
Sakit punggung Posisikan sikap tubuh yang baik selama
atas dan bawah
melakukan aktifitas. Hindari mengangkat
barang berat.
8
Varises pada kaki Istirahat dengan menaikkan kaki setinggi
mungkin untuk membalikkan efek gravitasi.
Sumber : Romauli, 2011.
Rasional : kecemasan ibu terhadap masalah yang dialaminya dapat berkurang.
c) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu :
13
e)
biaya.
Rasional : kerjasama dengan ibu dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan
yang harus dipersiapkan untuk mempersiapkan kelahiran dna kemungkinan
keadaan darurat.
f) Memfasilitasi program pemberian terapi tablet Fe sesuai keadaan ibu
Rasional : pemberian terapi harus disesuaikan dengan keadaan ibu saat ini.
g) Menganjurkan kunjungan ulang 1 minggu lagi/ sewaktu-waktu bila ada
keluhan.
Rasional : memantau keadaan ibu dan janin.
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro:2008).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah
cukup bulan atau dapat diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Sondakh:2013).
2.2.2 Fisiologis Persalinan
14
15
Menurut Arsinah (2010), keluhan yang dapat terjadi pada ibu bersalin, yaitu
pinggang terasa sakit menjalar ke depan, sifat teratur, interval semakin pendek dan
kekuatannya semakin besar. Nyeri semakin hebat bila untuk aktifitas (jalan) dan
tidak berkurang bila dibuat tidur. Mengeluarkan lendir darah melalui vagina.
Keluar banyak cairan dari jalan lahir akibat pecahnya ketuban dan selaput ketuban
robek.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : untuk melihat keadaan ibu
Kesadaran : untuk melihat kesadaran ibu
Tanda-tanda vital
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan sistol ratarata 15-20 mmHg dan diastol rata-rata 5-10 mmHg. Pada nadi terjadi perubahan
mencolok selama kontraksi hingga mencapai frekuensi yang rendah (80100kali/menit). Pada saat persalinan, pernapasan normal antara 18-24kali/menit.
Suhu sedikit meningkat selama proses persalinan (Ari Sulistyawati: 2010)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Leopold
Leopold IV :
Kedua tangan divergen, berarti bagian terbesar dari kepala sudah masuk ke
rongga panggul dan ukuran terbesar kepala sudah melewati PAP (Firman F:
2012).
2) Kontraksi uterus
Untuk mengetahui kekuatan his (adekuat/ tidak, dan terjadinya tetania uteri). Pada
kala I, amplitudo sebesar 40 mmHg menyebabkan pembukaan serviks dengan
interval 3-4 menit dan lamanya berkisar 40-50 detik (Sondakh: 2012).
3) Genetalia
a) Pembukaan serviks: pada fase laten serviks membuka kurang dari 4 cm dan
akan berlangsung selama 8 jam untuk waktu normal. Pada fase aktif servks
16
membuka antara 4-10 cm dan akan membuka 1 cm per jam untuk primigravida
dan 1-2 cm per jam untuk multigravida.
b) Pendataran serviks : jika panjang serviks berkurang menjadi setengahnya,
maka terjadi pendataran 50%, jika serviks tidak lagi memanjang maka
pendatarannya 100% (Kenneth Leveno: 2009).
c) Ketuban : utuh atau sudah pecah. Jika sudah pecah normalnya ketubah
berwarna jernih (JNPK-KR: 2008).
d) Presentasi dan denominator : normalnya denominator janin ubun-ubun kecil
(JNPK-KR: 2008).
e) Penumbungan tali pusat : tidak ada penumbungan tali pusat
f) Penurunan presentasi menurut bidang Hodge.
(1) H-I : bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran atas panggul.
(2) H-II : bidang yang sejajar dengan bidang H-I terletak setinggi bagian bawah
simfisis.
(3) H-III : bidang yang sejajar deng abidang H-I dan H-II terletak setinggi spina
iskiadika kanan dan kiri.
(4) H-IV : bidang yang sejajar dengan bidang H-I, H-II, dan H-III, terletak
setinggi os koksigis (JNPK-KR: 2008).
g) Molase (penyusupan) : normalnya ukuran kepala sesuai dengan ukuran jalan
lahir dan tidak ada penyusupan pada celah sutura sagitalis
Kala II
Pemeriksaan umum: meliputi keadaa umum dan kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva membuka.
Kala III
Pemeriksaan umum: meliputi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital.
Pemeriksaan fisik:
17
Abdomen : uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus setinggi pusat (JNPKKR:2008).
Genetalia : terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta : tali pusat memanjang dan
semburan darah mendadak dan singkat (JNPK-KR:2008).
Kala IV
Pemeriksaan umum: meliputi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik:
Payudara : untuk mengetahui ASI sudah keluar atau belum.
Abdomen : normalnya kontraksi uterus baik, fundus uteri dibawah umbilikus,
kandung kemih tidak penuh ( Saifuddin: 2010).
Genetalia : normalnya perdarahan adalah 100-300cc (Sofyan: 2012). Adakah luka
jahitan.
Analisis Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis masalah dan
kebutuhan pasien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta (Ari Sulistyawati, 2009).
Contoh :
Kala I: GPAPAH uk 36-40 minggu, hidup tunggal, intrauterine, inpartu, keadaan
ibu dan janin baik dengan kala I fase aktif atau laten.
Kala II: GPAPAH inpartu kala II.
Kala III: GPAPAH inpartu kala III.
Kala IV: PAPAH kala IV.
Penatalaksanaan
18
1) Kala I
a) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah
dalam proses persalinan dengan keadaan janin baik, ibu dan keluarga
merespon baik hasil pemeriksaan.
b) Memberikan dukungan moral pada ibu, ibu merasa tenang.
c) Menjelaskan pada ibu proses persalinan, ibu mengerti pejelasan yang
diberikan.
d) Menganjukan ibu untuk memilih siapa yang akan mendampingi saat
persalinan, ibu lebih memilih didampingi oleh ibunya.
e) Menawarkan pada ibu posisi yang nyaman untuk ibu dan member tahu teknik
nafas yang baik saat ada his, ibu memilih posisi miring dan menarik nafas
dengan baik saat ad his.
f) Menawarkan ibu untuk minum/makan bila tidak ada his, ibu minum.
g) Menyarankan ibu untuk tidak menahan kencing, ibu mengatakan ibu tidak
akan menahan kencing.
h) Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik yaitu kedua lengan diletakkan
pada lipatan paha dan kepala ibu diangkat sambil melihat perut, menarik nafas
lewat hidung sambil ditahan kemudian dikeluarkan lewat mulut, ibu mampu
mempraktekkan teknik mengedan yang baik.
i) Mengobservasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan dalam
patograf, patograf terlampir
j) Menjaga kebersihan ibu terutama alat genetalia dan membatasi periksa dalam
terlalu sering, alat genetalia dalam keadaaan bersih.
k) Menyiapkan dan mendekatkan peralatan persalinan resusitasi, peralatan partus
telah tersedia dalam keadaan steril.
l) Mendokumentasikan hasil asuhan (Nurasiah:2012).
2) Kala II
a) Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu akan segera
melahirkan, ibu dan keluarga merespon baik hasil pemeriksaan.
b) Memberikan asuhan sayang ibu, semua asuhan telah diberikan.
19
teknik
mengedan
yang
baik,
ibu
mampu
r)
3)
1)
2)
3)
4)
plasenta.
5) Melakukan massage uterus selama 15 detik, kontraksi uterus baik.
4) Kala IV
a) Mengobservasi keadaan umum, keadaan umum ibu baik.
b) Mengobservasi kontraksi uterus dan tanda-tanda perdarahan, kontraksi uterus
baik dan tidak ada tanda-tanda perdarahan.
c) Mengajarkan ibu dan keluarga mengerti dan dapat melakukannya serta
kontraksi baik.
d) Mengklem tali pusat dengan klem umbilical dan memberikan bayi kepada
ibunya, tali pusat sudah diklem dan bayi sudah diberikan pada ibu.
e) Membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang kotor dengan yang bersih dan
kering, ibu merasa nyaman.
f) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya setelah melahirkan
seperti perdarahan yang berlebihan, syok, demam tinggi, ibu dan keluarga
mengerti penjelasan yang di berikan.
g) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang bergizi dan seimbang, ibu
minum setengah gelas.
h) Menganjurkan ibu untuk istirahat, ibu mau istirahat.
i) Melakukan pengawasan 15 menit pada jam pertama dan 20-30 kali pada jam
kedua, hasil pengawasan dicacat dalam patograf.
j) Membereskan dan merendam alat-alat dalam larutan larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
k) Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
2.3 Masa Nifas
2.3.1 Pengertian Masa Nifas
21
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan.(Eka Puspita:2014)
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas
yaitu 6-8 minggu. (Amru Sofian:2011)
2.3.2 Fisiologis Masa Nifas
Pada masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah dipebolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat
sempurna.
Tabel 2.2
Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Waktu involusi
1. Bayi lahir
2. Uri/plase
nta lahir
3. 1 minggu
4. 2 minggu
5. 6 minggu
Sumber: (Eka:2014)
Berat
uterus
1000 gram
750 gram
Diameter
uterus
12,5 cm
12,5 cm
Palpasi
serviks
Lunak
Lunak
7,5 cm
2 cm
5 cm
1 cm
2,5 cm
Menyempit
lalsansia
(Ari
Sulistyawati:
2011).
Untuk
mendeteksi
adanya
inkontinensia uri dan alvi, untuk menentukan kecukupan intake cairan dan nutrisi.
3) Istirahat
Untuk mengetahui kecukupan waktu istirahat ibu, apakah ada gangguan atau
keluhan, yang dapat mempengaruhi pengembalian involusi uteri, pengeluaran
23
ASI, penyembuhan luka jahitan. Dalam satu haru waktu tidur ideal adalah 8 jam
(Kusmayati: 2008).
4) Aktifitas
8 jam post partum ibu harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya
perdarahan post partum, setelah 8 jam boleh miring kiri kanan (Wiknjosastro:
2008). Untuk mengetahui tahap mobilisasi yang harus dilakukan ibu sesuai
dengan tahapan nifas, yang dapat mempengaruhi kesembuhan luka jahitan,
involusi dan produksi ASI
5) Hubungan Seksual
Hubungan seksual sebaiknya menunggu sampai otot-otot vagina dan luka jahitan
pulih (Indiarti: 2009).
2. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan petugas kesehatan dari
hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan diagnostik jika diperlukan.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum klien apakah baik, sedang
atau buruk (Alimul:2006)
b. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran klien
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
(N : 100/70 130/90 mmHg)
2) Denyut nadi
(N : 60-100 x/menit)
3) Pernapasan
(N : 16-24 x/menit)
4) Suhu
(N : 360C 37,50C)
d. Pemeriksaan fisik khusus. Merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara
sistematis yang bertujuannya untuk mengetahui atau mendeteksi dini adanya
kelainan pada ibu nifas sehingga dapat diberikan penanganan sesegera mungkin.
Hasil pemeriksaan yang dituliskan sesuai dengan keadaan yang dialami ibu saat
ini. Adapun pemeriksaan yang dilakukan atara lain:
1) Pemeriksaan wajah, untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, pucat atau
tidak.
24
kondisi luka jahitan, diantaranya kondisi pautan benang dan terjadinya infeksi.
8) Pemeriksaan ekstermitas atas, untuk mengetahui apakah ada odem atau tidak
9) Pemeriksaan ekstermitas bawah, untuk mengetahui apakah ada odema,
varises, atau kelainan lainya atau tidak serta periksa tanda homan untuk
mengetahui ada tidaknya trombo plebitis.
3. Analisa Data
Merupakan hasil analisis dan kesimpulan dari data yang diperoleh baik data
subjektif maupun data objektif, tujuannya adalah untuk menentukan diagnosa
suatu masalah serta penangananan yang dibutuhkan terhadap masalah yang ada.
Penatalaksanaan
25
persalinan
8) Riwayat postnatal
Observasi TTV, Keadaan tali pusat, Apakah telat diberi injeksi Vit K, Minum
ASI/PASI dan alasannya, beberapa cc setiap berapa jam
1) Kebutuhan dasar
a) Pola nutrisi
setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit,
kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30 cc/kgBB
untuk hari berikutnya.
b) Pola eliminasi
Proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah lahir,
konsistensinya agak lembek, berwarna hitam kehijauan. Delain itu, diperiksa juga
urin yang normalnya berawarna kuning. Untuk mendeteksi kelainan organ dan
fungsi ginjal
c) Pola istirahat
pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.
d) Pola aktivitas
pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar kepala unuk mencari
putting susu. Untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan atau cedera persalinan
e) Riwayat psikososial
kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima dan
merawat anggota baru.
2. Data objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran
: Compos mentis
Suhu
: Normal (36,5-37 C)
Pernafasan
: Normal (40-60x/menit)
Denyut jantung
: Normal (130-160x/menit)
Berat badan
: Normal (2500-4000 gram)
Panjang badan
: Normal (48-52cm)
2. Pemeriksaan fisik khusus
Kepala : Adakah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan ubun-ubun
tertutup untuk mendeteksi kelainan bawaan atau trauma akibat persalinan
29
Panjang badan
Lingkar kepala
Ukuran kepala :
1) Diameter suboksiputbregmatika
Antara foramen magnum dan ubun-ubun besar (9,5 cm)
2) Diameter suboksipitofrontalis
Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11 cm)
3) Diameter frotooksipitalis
Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)
30
4) Diameter mentooksipitalis
Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)
5) Diameter submentobregmatika
Antara os hyoif ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
6) Diameter biparietalis
Antara dua tulang biparietalis (9 cm)
7) Diameter bitemporalis
Antara dua tulang temporalis (8 cm)
3. Analisa Data
Merupakan hasil analisis dan kesimpulan dari data yang diperoleh baik data
subjektif maupun data objektif, tujuannya adalah untuk menentukan diagnosa
suatu masalah serta penangananan yang dibutuhkan terhadap masalah yang
ada.
4. Penatalaksanaan
a. Melakukan informed consent.
R/ informed consent merupakan langkah awal untuk melakukantindakan lebih
lanjut.
b. Mencuci tangan senbelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang.
c. Memberi identitas bayi
R/ identitas merupakan cara yang tepat untuk menghindari kekeliruan
d. Membungkus bayi dengan kain yang kering dan lembut
R/ membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi.
e. Merawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa.
R/ tali pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi.
f. Menimbang berat badab setiap hari setelah dimandikan
R/ deteksi dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi.
g. Mengukur suhu tubuh bayi, denyut jantung dan respirasi setiap jam.
R/ deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi
h. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayisetelah BAK/BAB
R/ segera mengganti popok setiap basah merupakan salah satu cara untuk
menghindari bayi dari kehilangan panas.
i. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
R/ ASI adalah makanan terbaik bayi untuk tumbuh kembang dan pertahanan
tubuh/kebutuhan nutrisi 60 cc/kg/hari.
31
j. Menganjurkan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan merasa
nyaman dan tidak tersedak
R/ dengan posisi menyusui yang benar maka nayi akan mearsa nyaman dan
tidak tersedak.
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana dalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau
alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. (Ari S:2011)
2.5.2 Fisiologis Keluarga Berencana
1. Jenis Kontrasepsi
a. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif,
artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun
lainnya. Keuntungan: kontrasepsi MAL yaitu tidak mengganggu senggama, tidak
perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, tanpa biaya. Kekurangan:
kontrasepsi MAL, yaitu perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pascapersalinan dan tidak melindungi terhadap IMS
termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2011).
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
1) Teknik pantang berkala
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus
haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari
liang vagina.
32
Keuntungan: kontrasepsi ini yaitu tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan
dengan kontrasepsi, murah atau tanpa biaya.
Kekurangannya: yaitu keefektifan tergantung dari kemauandan disiplin pasangan
untuk mengikuti instruksi,
2) Metode Suhu Basal (MSB)
Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk
mengetahui suhu tubuh basal. Keuntungan: metode ini yaitu meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur. Kekurangan: metode
ini yaitu perlu pengajaran khusus oleh spesialis KB alami, mengakibatkan
ketidakakuratan apabila suhu tubuh tidak diukur setiap hari.
3) Metode Simtotermal
Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengamati perubahan lendir dan
perubahan suhu badan. Keuntungan: Metode ini yaitu meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran pasangan terhadap masa subur, membantu wanita yang mengalami
siklus haid tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi. Kekurangan: metode ini
yaitu perlu pengajaran khusus oleh spesialis KB alami, mengakibatkan
ketidakakuratan apabila suhu tubuh tida diukur setiap hari.
4) Senggama Terputus
Metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Keuntungan:
metode ini adalah tidak mengganggu produksi ASI. Kekurangan: Metode ini
efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya, memutus kenikmatan dalam
berhubungan seksual.
c. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan di antaranya lateks, plastik, atau bahan alami yang dipasang pada penis saat
33
sampai
jam
sebelumnya,
tidak
mengganggu
kesehatan.
sperma.
Keuntungannya:
Tidak
mengganggu
produksi ASI,
34
Data Subjektif
a. Alasan Datang: Untuk mengetahui penyebab apa yang menimbulkan ibu
datang (misal datang pertama kalinya setelah melahirkan) (Abdul Bari Saifuddin:
2010).
b. Keluhan Utama: Tidak ada keluhan
c. Riwayat Menstruasi: Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat
reproduksi / kandungan meliputi hal-hal seperti : umur menarche (pada wanita
Indonesia umumnya sekitar 12 16 tahun) (Ari Sulistyawati: 2011), lamanya
(frekuensi haid bervariasi 7 hari atau lebih), siklus haid (lebih awal atau lebih
lambat dari siklus normal 28 hari). (Ari Sulistyawati: 2011).
d. Cara KB Terakhir
Dikaji metode KB terakhir yang dipakai bagi akseptor lama untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kesuburan ibu (Abdul Bari Saifuddin: 2010).
e. Riwayat Obstetri
Dikaji tentang riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. Ditanyakan
jumlah anak yang dimiliki ibu. Sedang menyusui atau tidak. Untuk KB jenis
MAL, suntik progestin, AKDR, Implan, dan Tubektomi tidak mempengaruhi
produksi ASI.
f. Status pasangan terhadap KB
Suami mendukung dan menyetujui penggunaan kontrasepsi (Abdul Bari
Saifuddin: 2010).
g. Status Kehamilan Saat Ini
Ibu dalam keadaan tidak hamil (Abdul Bari Saifuddin: 2010)
h. Riwayat Kesehatan Ibu
1) MAL : Ibu tidak mempunyai penyakit TBC, hepatitis, HIV/AIDS, Ca mamae
(Abdul Bari Saifuddin: 2010).
2) KB suntik 3 bulan : Ibu tidak mempunyai penyakit DM, jantung, ca mamae,
kejang, hipertensi, hepatitis, stroke (Abdul Bari Saifuddin: 2010)
3) Implan : ibu tidak mempunyai penyakit DM, jantung, kanker mamae, kejang,
TBC, hipertensi, mioma uterus, stroke, hepatitis (Abdul Bari Saifuddin: 2010)
36
37
5) Pernapasan normal, tidak ada wheezing dan ronchi pada paru-paru, tidak ada
benjolan pada aksila
6) Abdomen, Tidak ada pembesaran uterus, tidak ada benjolan pada adneksa,
tidak ada nyeri tekan dan lepas. Untuk mendeteksi kehamilan, benjolan abnormal
sebagai kontra indikasi pemakaian alat kontrasepsi tertentu
7) Genetalia, penggunaan KB suntik hormonal kemungkinan terjadi flour albus
dimana jika kebersihannya kurang, dapat menyebabkan infeksi, tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan bartholin. Pada pemakaian jangka panjang
dapat menyebabkan kekeringan pada vagina. Pada pengguna AKDR : tidak ada
perdarahan pervaginam, tidak ada infeksi kelenjar skene dan kelenjar bartholin,
tidak ada servisitis, tidak ada gonorhea. Pada pengguna implan tidak ada
perdarahan pervaginam (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi: 2010).
Analisa Data
Merupakan hasil analisis dan kesimpulan dari data yang diperoleh baik data
subjektif maupun data objektif, tujuannya adalah untuk menentukan diagnosa
suatu masalah serta penangananan yang dibutuhkan terhadap masalah yang ada.
Penatalaksanaan
Melaksanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari datadata klien yang telah dikaji (George and Kriebs: 2010).
Kunjungan I (4-7 hari postpartum)
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan pada
ibu dan keluarga
Rasional : informasi yang adekuat dapat mengurangi ansietas klien
b. Memberikan konseling tentang macam-macam metode
pascapersalinan.
38
kontrasepsi
39