Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB)
merupakan target ke-4 dan ke-5 dalam Millennium Development Goals 2015
yang dicanangkan oleh World Health Organization (WHO). hal tersebut
merupakan salah satu indikator utama dalam melihat derajat kesehatan suatu
negara. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi, dapat menunjukkan
tingkat kemampuan dan kualitas pelayanan serta kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat negara tersebut.
Menurut WHO, target MDGs 2015 terhadap AKI yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), pada tahun
2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 228 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI)
adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2007
adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup, naik sedikit dibandingkan tahun 2012,
yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Di Jawa Timur, Angka Kematian Ibu (AKI) sudah berada di bawah target
Millenium Development Goals (MDGs) 2015. AKI pada tahun 2011 sebesar
101,4 per 100.000, tahun 2012 sebesar 97,43 per 100.000 kelahiran hidup dan
tahun 2013 sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, AKB pada tahun 2011
mencapai 29,24 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2012 AKB telah
mencapai 28,31 per 1000 kelahiran hidup. (SDKI:2012)
1

Berdasarkan penyebabnya, Angka Kematian Ibu (AKI) terbesar yaitu


perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet,
dan abortus. Sedangkan penyebab kematian bayi terbanyak diantaranya adalah
asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat
dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh askes ke pelayanan kesehatan,
kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang
belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang
tua untuk mencari pertolongan kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia:2013).
Saat ini melalui department Kesehatan, pemerintah menerapkan Making
Pregnancy Safer (MPS), MPS merupakan strategi di bidang kesehatan yang
fokus

pada

pendekatan

perencanaan

sistematis

dan

terpadu

dalam

melaksanakan perencanaan klinis dan pelayanan kesehatan. Selain MPS,


program pemerintah lainnya dalam pelayanan kebidanan adalah Safe
Motherhood. Safe Motherhood yaitu pemberian asuhan kebidanan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta penggunaan kontrasepsi.
Demi mendukung tercapainya program-program tersebut diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan mulai dari hamil, bersalin,
nifas, KB dan kesehatan bayi secara berkelanjutan (continuity Of Care).
Asuhan ini dilakukan dengan memantau dan melakukan deteksi dini adanya
kelainan yang mungkin

terjadi selama dalam masa kehamilan, serta

mendampingi dan menolong persalinan, kemudian dilanjutkan dengan


melakukan pengawasan masa nifas, perawatan terhadap bayi baru lahir dan
pemakaian alat kontrasepsi (KB).
1.2 Identifikasi Masalah

Pada Laporan Tugas Akhir ini asuhan hanya difokuskan pada ibu hamil
trimester III UK 34-40 minggu, bersalin, nifas, neonates, dan KB pada ibu
post partum secara berkelanjutan (continuity of care)
1.3 Tujuan Penyusunan LTA
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu
hamil trimester III, bersalin, nifas, neonates, dan KB dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu hamil.
2. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu bersalin.
3. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu nifas.
4. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada neonates.
5. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu dengan
KB.
1.4 Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditunjukan pada ibu hamil trimester III UK 3440 minggu, bersalin, nifas, neonatus, dan KB pada ibu post partum.
2.

Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu adalah

semua lahan praktek yang telah memiliki MoU dengan Prodi D-III Kebidanan
Nahdlatul Ulama Suarabaya, atau tempat lain yang terjangkau atau persetujuan
pembimbing
3. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk penyusunan proposal yaitu mulai tanggal 29
Februari 2016. Dan dilanjutkan untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir mulai
tanggal 28 Maret 2016 17 Juni 2016.
1.5 Manfaat
Manfaat Teoritis

Asuhan kebidanan ini dapat meningkatkan pemahaman tentang asuhan


kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil trimester III, bersalin, bayi
baru lahir atau neonatus, nifas dan keluarga berencana (KB).
Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Asuhan kebidanan ini sebagai bahan referensi untuk pelaksanaan asuhan
kebidanan berkelanjutan pada laporan tugas akhir di waktu yang akan datang.
2. Bagi Lahan Praktik
Asuhan kebidanan ini dilaksanakan untuk membantu melakukan pengawasan,
serta mendeteksi dini komplikasi pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu
nifas dan penggunaan alat kontrasepsi dengan tujuan untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu
40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13
minggu, minggu ke-28 hingga ke-40 (Saifuddin:2009).

Kehamilan trimester tiga adalah trimester terakhir kehamilan, pada periode ini
pertumbuhan janin dalam rentang waktu 28-40 minggu. Janin ibu sedang berada
di dalam tahap penyempurnaan (Manuaba:2008)
2.1.2 Fisiologis Kehamilan
1. Konsepsi/Fertilisasi
Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan
sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma dikeluarkan dari organ
reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma. Setelah masuk ke organ
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan antara lain:
lendir vagina yang bersifat asam, lendir serviks yang kental, panjangnya uterus,
serta silia yang ada di tuba falopi. Untuk bisa menghadapi rintangan tersebut,
maka sperma harus mempunyai akrosom dan melewati proses kapasitasi.
1. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8 sel
sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan membelah
membentuk buah arbei dari 16 sel disebut morula (4 hari). Saat morula memasuki
rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar
sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan
akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut Blastokista
(4-5 hari).
2. Nidasi/Implantasi
Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada
stadium blatokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya
terjadi pada pars superior korpus uteri bagian anterior atau posterior. Blastula
dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan mudah masuk
ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup
5

lagi. Itulah sebabnya, terkadang saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka
desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau
belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. (Ummi Hani:2010).

2.1.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan


1. Pengkajian Data
a. Data Subjektif
1) Biodata
Nama (untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama). Umur (untuk mengetahui kurun waktu
reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
20-30 tahun). Agama (untuk memudahkan perawatan ibu yang berkaitan dengan
ketentuan agama).Suku/bangsa (untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang
mempengaruhi perilaku kesehatan).Pendidikan (untuk mengetahui tingkat
intelektual,

tingkat

pendidikan

mempengaruhi

sikap

perilaku

kesehatan

seseorang).Pekerjaan (untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar


nasehat kita sesuai). Alamat (untuk mengetahui tempat tinggal ibu, menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan).
2) Anamnesis
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian, pada ANC alasan
yang mendorong klien datang ke petugas kesehatan. Diantaranya jadwal kontrol
(Kamariyah: 2013).
b) Riwayat kebidanan
(1) Menstruasi : data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang
keadaan dasar dari organ reproduksi pasien. Beberapa data yang harus diperoleh
dari riwayat menstruasi antara lain yaitu menarche (usia pertama kali mengalami
menstruasi yang pada umumnya wanita Indonesia mengalami menarche pada usia
6

sekitar 12 sampai 16 tahun), siklus menstruasi (jarak antara menstruasi yang


dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari yang biasanya sekitar
23 sampai 32 hari), volume darah data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang dikeluarkan biasanya acuan yang digunakan berupa kriteria
banyak atau sedikitnya, keluhan, beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
dirasakan ketika mengalami menstruasi dan dapat merujuk kepada diagnosa
tertentu.
(2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
Untuk mengetahui adakah riwayat kehamilan atau persalinan abortus sebelumnya.
Ada tidaknya masalah-masalah pada kehamilan atau persalinan sebelumnya
seperti prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya.
Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan,
keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir.
(3) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui ibu dimana dan berapa kali selama ini periksa kehamilannya,
keluhan selama hamil, obat yang dikonsumsi, serta komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) yang didapat, gerakan janin.
(4) Riwayat kesehatan
Dari data riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda akan adanya
penyulit masa hamil. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang
melibatkan seluruh sistwm dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang
mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu diketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit,
seperti jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi/hipotensi dan hepatitis.
(5) Riwayat keluarga

Informasi tentang keluarga pasien penting untuk mengidentifikasi wanita yang


beresiko menderita penyakit genetik yang dapat mempengaruhi hasi akhir
kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang menderita penyakit genetik.
(6) Data psikososial
Adanya respon positif dari keluarga terhadap kehamilan, akan mempercepat
proses adaptasi ibu dalam menerima perannya.
(7) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi : untuk mengetahui gambaran bagaimana ibu mencukupi asupan
gizinya selama hamil. Sehingga jika diperoleh data yang tidak sesuai dengan
standart pemenuhan, maka dapat diberikan KIE tentang gizi ibu hamil.
2. Minum : untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam memenuhi kebutuhan
cairannya. Asupan cairan yang kurang memungkinkan ibu hamil terkena
dehidrasi.
3. Personal hygiene : untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam perawatan
kebersihan dirinya. Jika ibu memiliki kebiasaan yang kurang baik, maka
dapat diberikan KIE tentang cara perawatan kebersihan diri sedini mungkin.
4. Aktifitas : untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari ibu, karena data ini dapat
memberikan gambaran seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan ibu
dirumah. Jika kegiatan ibu terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat
memberikan penyulit masa hamil, maka dapat diberikan peringatan sedini
mungkin. Aktifitas yang terlalu berat dapat menimbulkan abortus dan
persalinan prematur.
5. Hubungan seksual : untuk mengetahui berapa kali dan adakah keluhan pada
saat melakukan hubungan seksual.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : untuk melihat keadaan umum ibu.

b)

Kesadaran : untuk mengetahui apakah ibu menanggapi secara komposmentis,

apatis dan atau samnolen pada pertanyaan dan tindakan yang diberikan oleh
tenaga medis.
c) Tanda-tanda vital :
(1) Tekanan darah (120/80) : tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih,
dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi
preeklamsi dan eklamsi.
(2) Nadi (60-80kali/menit) : denyut nadi 100x/menit atau lebih dalam keadaan
santai merupakan pertanda buruk, kemungkinan ibu mengalami salah satu atau
lebih keluhan seperti tegang, ketakutan, atau cemas akibat masalah tertentu,
perdarahan berat, anemia, demam.
(3) Suhu (35,8-37C) : suhu tubuh yang lebih dari normal perlu diwaspadai
terjadinya infeksi.
(4) Pernapasan (16-24kali/menit) : untuk mendeteksi adanya penyakit asma,
jantung, dan penyakit yang dapat memperberat kehamilan
(5) Berat badan : dalam keadaan normal, kenaikan berat badan ibu dari sebelum
hamil, dihitung mulai trimester 1-3 berkisar antara 6,50-16,50 kg. Untuk
mendeteksi status gizi ibu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin
(6) Tinggi badan : normalnya tinggi badan ibu hamil adalah 145 cm. Ibu hamil
dengan tinggi badan kurang dari 145 cm tergolong beresiko tinggi, mendeteksi
adanya kelainan panggul (CPD)
(7) Lingkar lengan atas (LILA) : LILA kurang dari 23,50 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang atau buruk, sehingga ia beresiko
untuk melahirkan BBLR. Jika hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas
dapat memperhatikan kesehatannya.
1. Pemeriksaan Fisik
9

Rambut : untuk mengetahui terdapat kerontokan rambut atau tidak. Rambut yang
mudah rontok menandakan ibu kekurangan gizi atau kelainan tertentu.
Muka : untuk mengetahui apakah terdapat closma gravidarum, oedema, anemia,
dan kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan.
Mata untuk mengetahui warna konjungtiva. Konjungtiva normal berwarna
merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila
kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre eklamsi.
Hidung : untuk mengetahui adanya pernafasan cuping hidung (PCH), yang
berarti ibu dalam kondisi sesak nafas, adanya polip atau tidak
Telinga : untuk mengetahui adakah serumen berlebih dan berbau, mendeteksi
ada tidaknya kelainan pendengaran.
Mulut : untuk mengetahui adakah sariawan. Dalam kehamilan sering timbul
stomatitis,

dan gingivitis. Mendeteksi dehidrasi pada bibir ibu, dan tanda

anemia
Gigi : adakah karies, atau keropos yang menandakan ibu kekurangan kalsium.
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan degnan emesis, hiperemesis
gravidarum. Adanya kerusakan gigi dapat menjadi sumber infeksi.
Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid yang menandakan
adanya penyakit hipertiroid sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin, dan bendungan vena jugularis yang menandakan adanya
penyakit jantung
Dada : untuk mengetahui ada tidaknya benjolan atau massa pada payudara,
mengetahui kebersihan payudara, areola, dan putting susu ibu untuk menyiapkan
laktasi pascapersalinan
Abdomen : untuk mengetahui bentuk, bekas luka operasi, apakah pembesaran
sesuai usia kehamilan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin,
melakukan deteksi dini sesuai KSPR
10

Vagina

: untuk mengetahui adakah penyakit menular seksual yang dapat

berakibat pada ibu dan janin, melihat adanya sikatrik untuk mengathui riwayat
persalinan, melihat ada tidaknya varises untuk memprediksi kelancaran dan
antisipasi terjadinya perdarahan (Romauli: 2011)
Anus: melihat ada tidaknya Haemorroid, untuk memprediksi kelancaran
persalinan dan antisipasi terjadinya perdarahan
a. Pemeriksaan Khusus
1) Palpasi bagian janin
a) Leopold I
Untuk menentukan TFU dan bagian janin yang terdapat pada fundus (Bokong :
teraba lunak, tidak melenting) sehingga dapat diketahui pertumbuhan dan
perkembangan janin yang semestinya.
Perhitungan TFU menurut penambahan pertiga jari : pada usia 12 inggu 3 jari di
atas simfisis, 16 minggu pertengahan pusat symfisis, 20 minggu 3 jari dibawah
pusat, 24 minggu setinggi pusat, 28 3 jari diatas pusat, 32 pertengahan pusatprosesus xipoideus (px), 36 3 jari dibawah prosesus xipoideus (px) dan 40 minggu
pertengahan pusat- prosesus xipoideus (px) (Ari Sulistyawati: 2011).
b) Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang terdapat disamping kanan/kiri ibu. Normal
teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung) pada satu sisi uterus dan
pada sis lain teraba bagian kecil.
c) Leopold III
Untuk menentukan bagian terendah janin, dan sudah masuk PAP atau belum.
Sehingga dapat dilakukan pendeteksian ibu tersebut dapat melahirkan secara
normal atau tidak. Normal pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat,
keras dan melenting yaitu kepala janin.
d) Leopold IV

11

Menentukan seberapa jauh bagian terendah sudah masuk PAP. Posisi tangan
masih bisa berbertemu, dan belum masuk PAP disebut konvergen, posisi tangan
tidak bertemu dan sudah masuk PAP disebut divergen.
e) Auskultasi
Normal terdengar denyut jantung dibawah pusat ibu (baik bagian kiri atau
dibagian kanan). Mendengarkan denyut jantun bayi meliputi frekuensi dan
keteraturannya. DJJ dihitung selama 1 menin penuh. Jumlah DJJ normal antara
120 sampai 140x/menit (Romauli: 2011) sehingga dapat dideteksi kondisi normal
atau terjadi gawat janin.
f) Taksiran Berat Janin
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin sesuai
usia kehamilan dan untuk mendeteksi adanya CPD, sehingga petugas dapat
melakukan pendeteksian untuk proses persalinan. Taksiran berat janin ditentukan
berdasarkan rumus Johnson Tausack, yaitu:
TBJ =[TFU(cm)-N]x155 gram
N = 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika
(Mansjoer: 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : pemeriksaan analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb, golongan
darah, hitung jenis sel darah, gula darah, antigen Hepatitis B virus, antibody
rubela, HIV/VDRL, dan ultrasonografi rutin pada kehamilan 18-22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin (Prawirohardjo: 2010).
USG, NST dengan tujuan mengetahui kondisi janin, sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan secepat mungkin jika terjadi keadaan patologis.
c. Analisa Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

12

dikumpulkan. Pada langkah ini kita juga mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain (Ari Sulistyawati: 2009).
Contoh : GPAPAH uk...mgg, hidup, tunggal, letak kepala, intra/ekstrauterine,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik ( Kamariyah: 2013).
d. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2010), asuhan yang dilakukan meliputi:
1) Kunjungan I (usia kehamilan 34-36 minggu)
a) Menjelaksan kepada ibu mengenai kondisi kehamilannya
Rasional : mengurangi kecemasan ibu terhadap diri dan janinnya.
b) Memberikan konseling pada ibu untuk mengatasi masalah/kebutuhan ibu.
Tabel 2.1
Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III.
No
1

Ketidaknyamanan
Cara mengatasi
Sering buang air Kurangi asupan karbohidrat murni yang
kecil
mengandung gula. Batasi minum teh, kopi,
dan soda.
2
Hemoroid
Makan-makanan yang berserat, buah dan
sayuran serta banyak minum air putih dan
sari buah. Lakukan senam hamil untuk
mengatasi hemoroid.
3
Sembelit
Minum 3 liter cairan tiap hari terutama air
putih atau sari buah. Makan-makanan yang
kaya serat dan vitamin C. Lakukan senam
hamil. Biasakan buang air besar secara
teratur.
4
Napas sesak
Merentangkan tangan diatas kepala serta
menarik nafas panjang. Mendorong postur
tubuh yang baik
5
Nyeri
Tekuk lutut kearah abdomen.
ligamentum
Mandi air hangat.
rotundum
Gunakan sebuah bantal untuk menopang
uterus dan bantal lainnya letakkan diantara
lutut dengan posisi miring.
6
Pusing atau sakit Bangun secara perlahan dari posisi istirahat.
kepala
Hindari berbaring dalam posisi terlentang.
7
Sakit punggung Posisikan sikap tubuh yang baik selama
atas dan bawah
melakukan aktifitas. Hindari mengangkat
barang berat.
8
Varises pada kaki Istirahat dengan menaikkan kaki setinggi
mungkin untuk membalikkan efek gravitasi.
Sumber : Romauli, 2011.
Rasional : kecemasan ibu terhadap masalah yang dialaminya dapat berkurang.
c) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu :
13

Perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, gangguan penglihatan,


bengkak pada muka dan tangan, nyeri abdomen yang hebat, pergerakan janin
tidak seperti biasanya, ketuban pecah sebelum waktunya.
Rasional : ibu mengerti dan siap untuk segera mencari pertolongan ke
d)

petugas kesehatan dan mencegah penyulit kehamilan.


Memberikan konseling pada ibu tentang : gizi, aktifitas, kebersihan.
Rasional : dapat meningkatkan pengetahuan ibu sehingga kesejahteraan ibu

e)

dan janin tercapai untuk mencegah terjadinya komplikasi.


Mendiskusikan tentang P4K meliputi:
Tempat, penolong, pendamping, pendonor, pengambil keputusan, kendaraan,

biaya.
Rasional : kerjasama dengan ibu dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan
yang harus dipersiapkan untuk mempersiapkan kelahiran dna kemungkinan
keadaan darurat.
f) Memfasilitasi program pemberian terapi tablet Fe sesuai keadaan ibu
Rasional : pemberian terapi harus disesuaikan dengan keadaan ibu saat ini.
g) Menganjurkan kunjungan ulang 1 minggu lagi/ sewaktu-waktu bila ada
keluhan.
Rasional : memantau keadaan ibu dan janin.
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro:2008).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah
cukup bulan atau dapat diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Sondakh:2013).
2.2.2 Fisiologis Persalinan
14

Sebab-sebab mulainya persalinan


1. Penurunan kadar progesteron. Progesteron menimbulkan relaksasi otot
uterus.Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan
esterogen di dalam darah, namun pada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga timbul his
2. Teori oksitosin. Pada akhir kehamilan, kadar oksitosin bertambah. Oleh sebab
itu, timbul kontraksi otot uterus.
3. Keregangan otot. Uterus seperti halnya kandung kemih dan lambung. Jika
dindingnya teregang karena isinya bertambah, timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya..
4. Pengaruh janin. Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin tampak juga memegang
peranan karena pada anensefalus, kehamilan sering lebih lama dari biasanya.
(Ambar:2010)
5. Teori prostaglandin. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan
15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin dianggap sebagai
pemicu terjadinya persalinan. (Ayu febri:2011)
2.2.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
1. Data Subjektif
a. Identitas
1) Nama (sebagai identitas serta memudahkan mengenali ibu dan suami serta
mencegah kekeliruan).
2) Umur (untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam kategori kehamilan
resiko tinggi atau tidak).
3) Agama (memudahkan petugas untuk memberikan asuhan dan motivasi sesuai
agama yang dianutnya).
4) Kebangsaan (untuk mengetahui adat, istiadat serta budaya ibu).
5) Pendidikan (agar petugas dapat melakukan asuhan sesuai pendidikan ibu).
6) Pekerjaan (untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi ibu).
7) Alamat (untuk mengetahui tempat tinggal ibu, sehingga dapat dilakukan
kunjungan rumah).
b. Keluhan utama

15

Menurut Arsinah (2010), keluhan yang dapat terjadi pada ibu bersalin, yaitu
pinggang terasa sakit menjalar ke depan, sifat teratur, interval semakin pendek dan
kekuatannya semakin besar. Nyeri semakin hebat bila untuk aktifitas (jalan) dan
tidak berkurang bila dibuat tidur. Mengeluarkan lendir darah melalui vagina.
Keluar banyak cairan dari jalan lahir akibat pecahnya ketuban dan selaput ketuban
robek.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : untuk melihat keadaan ibu
Kesadaran : untuk melihat kesadaran ibu
Tanda-tanda vital
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan sistol ratarata 15-20 mmHg dan diastol rata-rata 5-10 mmHg. Pada nadi terjadi perubahan
mencolok selama kontraksi hingga mencapai frekuensi yang rendah (80100kali/menit). Pada saat persalinan, pernapasan normal antara 18-24kali/menit.
Suhu sedikit meningkat selama proses persalinan (Ari Sulistyawati: 2010)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Leopold
Leopold IV :
Kedua tangan divergen, berarti bagian terbesar dari kepala sudah masuk ke
rongga panggul dan ukuran terbesar kepala sudah melewati PAP (Firman F:
2012).
2) Kontraksi uterus
Untuk mengetahui kekuatan his (adekuat/ tidak, dan terjadinya tetania uteri). Pada
kala I, amplitudo sebesar 40 mmHg menyebabkan pembukaan serviks dengan
interval 3-4 menit dan lamanya berkisar 40-50 detik (Sondakh: 2012).
3) Genetalia
a) Pembukaan serviks: pada fase laten serviks membuka kurang dari 4 cm dan
akan berlangsung selama 8 jam untuk waktu normal. Pada fase aktif servks
16

membuka antara 4-10 cm dan akan membuka 1 cm per jam untuk primigravida
dan 1-2 cm per jam untuk multigravida.
b) Pendataran serviks : jika panjang serviks berkurang menjadi setengahnya,
maka terjadi pendataran 50%, jika serviks tidak lagi memanjang maka
pendatarannya 100% (Kenneth Leveno: 2009).
c) Ketuban : utuh atau sudah pecah. Jika sudah pecah normalnya ketubah
berwarna jernih (JNPK-KR: 2008).
d) Presentasi dan denominator : normalnya denominator janin ubun-ubun kecil
(JNPK-KR: 2008).
e) Penumbungan tali pusat : tidak ada penumbungan tali pusat
f) Penurunan presentasi menurut bidang Hodge.
(1) H-I : bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran atas panggul.
(2) H-II : bidang yang sejajar dengan bidang H-I terletak setinggi bagian bawah
simfisis.
(3) H-III : bidang yang sejajar deng abidang H-I dan H-II terletak setinggi spina
iskiadika kanan dan kiri.
(4) H-IV : bidang yang sejajar dengan bidang H-I, H-II, dan H-III, terletak
setinggi os koksigis (JNPK-KR: 2008).
g) Molase (penyusupan) : normalnya ukuran kepala sesuai dengan ukuran jalan
lahir dan tidak ada penyusupan pada celah sutura sagitalis
Kala II
Pemeriksaan umum: meliputi keadaa umum dan kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva membuka.
Kala III
Pemeriksaan umum: meliputi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital.
Pemeriksaan fisik:
17

Abdomen : uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus setinggi pusat (JNPKKR:2008).
Genetalia : terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta : tali pusat memanjang dan
semburan darah mendadak dan singkat (JNPK-KR:2008).
Kala IV
Pemeriksaan umum: meliputi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik:
Payudara : untuk mengetahui ASI sudah keluar atau belum.
Abdomen : normalnya kontraksi uterus baik, fundus uteri dibawah umbilikus,
kandung kemih tidak penuh ( Saifuddin: 2010).
Genetalia : normalnya perdarahan adalah 100-300cc (Sofyan: 2012). Adakah luka
jahitan.
Analisis Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis masalah dan
kebutuhan pasien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta (Ari Sulistyawati, 2009).
Contoh :
Kala I: GPAPAH uk 36-40 minggu, hidup tunggal, intrauterine, inpartu, keadaan
ibu dan janin baik dengan kala I fase aktif atau laten.
Kala II: GPAPAH inpartu kala II.
Kala III: GPAPAH inpartu kala III.
Kala IV: PAPAH kala IV.
Penatalaksanaan

18

1) Kala I
a) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah
dalam proses persalinan dengan keadaan janin baik, ibu dan keluarga
merespon baik hasil pemeriksaan.
b) Memberikan dukungan moral pada ibu, ibu merasa tenang.
c) Menjelaskan pada ibu proses persalinan, ibu mengerti pejelasan yang
diberikan.
d) Menganjukan ibu untuk memilih siapa yang akan mendampingi saat
persalinan, ibu lebih memilih didampingi oleh ibunya.
e) Menawarkan pada ibu posisi yang nyaman untuk ibu dan member tahu teknik
nafas yang baik saat ada his, ibu memilih posisi miring dan menarik nafas
dengan baik saat ad his.
f) Menawarkan ibu untuk minum/makan bila tidak ada his, ibu minum.
g) Menyarankan ibu untuk tidak menahan kencing, ibu mengatakan ibu tidak
akan menahan kencing.
h) Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik yaitu kedua lengan diletakkan
pada lipatan paha dan kepala ibu diangkat sambil melihat perut, menarik nafas
lewat hidung sambil ditahan kemudian dikeluarkan lewat mulut, ibu mampu
mempraktekkan teknik mengedan yang baik.
i) Mengobservasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan dalam
patograf, patograf terlampir
j) Menjaga kebersihan ibu terutama alat genetalia dan membatasi periksa dalam
terlalu sering, alat genetalia dalam keadaaan bersih.
k) Menyiapkan dan mendekatkan peralatan persalinan resusitasi, peralatan partus
telah tersedia dalam keadaan steril.
l) Mendokumentasikan hasil asuhan (Nurasiah:2012).
2) Kala II
a) Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu akan segera
melahirkan, ibu dan keluarga merespon baik hasil pemeriksaan.
b) Memberikan asuhan sayang ibu, semua asuhan telah diberikan.
19

c) Melakukan observasi kemajuan persalinan setiap 4 jam meliputi: pembukaan


servik, penurunan kepala, TD, suhu dan kontraksi, nadi dan DJJ setiap 30 menit.
d) Memastikan adanya tanda dan gejala kala II seperti ada dorongan kuat untuk
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka, tandatanda kala II sudah tampak.
e) Menyiapkan tempat dan alat-alat partus dan obat untuk menolong persalinan,
tempat, alat dan obat sudah siap.
f) Memakai celemek plastik, mencuci tangan sarung tangan untuk persiapan
menolong persalinan, celemek dan sarung tangan sudah dipakai.
g) Membersihkan vulva dan perineum dengan menggunakan kapas yang dibasahi
air DTT, vulva dan perineum dalam keadaan bersih.
h) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap,
pembukaan lengkap dan ketuban menonjol.
i) Memecahkan ketuban pada saat his menurun, ketuban jernih.
j) Mendengarkan DJJ diantara 2 his dan memberi minum di sela-sela his, ibu
minum
teh manis 100cc, DJJ 136x/menit.
k) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman saat mengedan, ibu mengambil
posisi setengah duduk.
l) Mengingatkan kembali

teknik

mengedan

yang

baik,

ibu

mampu

mempraktekkannya dengan baik.


m) Membimbing ibu untuk meneran pada saat ada his, ibu meneran sesuai
anjuran.
n) Meletakkan handuk bersih di perut ibu dan kain bersih di bawah bokong,
handuk dan kain terpasang di perut dan bokong ibu.
o) Memastikan kembali kelengkapan peralatan partus dan mendekatkan dengan
tempat partus, peralatan sudah siap dalam keadaan steril.
p) Menolong kelahiran bayi secara APN, pukul berapa bayi lahir spontan, segera
menangis, gerakan aktif, jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
q) Memfasilitasi IMD (Inisiasi Menyusui Dini), bayi diletakkan tengkurap di atas
perut ibu dan dalam 60 menit bayi belum menyusu.
20

r)
3)
1)
2)
3)
4)

Mendokumentasikan hasil asuhan (Nurasiah, 2012).


Kala III
Melakukan palpasi abdominal untuk memastikan janin tunggal, janin tunggal.
Melakukan manajemen aktif kala III
Menyuntikkan oksitosin 10 U IM di 1/3 luar.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan membantu melahirkan

plasenta.
5) Melakukan massage uterus selama 15 detik, kontraksi uterus baik.
4) Kala IV
a) Mengobservasi keadaan umum, keadaan umum ibu baik.
b) Mengobservasi kontraksi uterus dan tanda-tanda perdarahan, kontraksi uterus
baik dan tidak ada tanda-tanda perdarahan.
c) Mengajarkan ibu dan keluarga mengerti dan dapat melakukannya serta
kontraksi baik.
d) Mengklem tali pusat dengan klem umbilical dan memberikan bayi kepada
ibunya, tali pusat sudah diklem dan bayi sudah diberikan pada ibu.
e) Membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang kotor dengan yang bersih dan
kering, ibu merasa nyaman.
f) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya setelah melahirkan
seperti perdarahan yang berlebihan, syok, demam tinggi, ibu dan keluarga
mengerti penjelasan yang di berikan.
g) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang bergizi dan seimbang, ibu
minum setengah gelas.
h) Menganjurkan ibu untuk istirahat, ibu mau istirahat.
i) Melakukan pengawasan 15 menit pada jam pertama dan 20-30 kali pada jam
kedua, hasil pengawasan dicacat dalam patograf.
j) Membereskan dan merendam alat-alat dalam larutan larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
k) Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf.
2.3 Masa Nifas
2.3.1 Pengertian Masa Nifas

21

Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan.(Eka Puspita:2014)
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas
yaitu 6-8 minggu. (Amru Sofian:2011)
2.3.2 Fisiologis Masa Nifas
Pada masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah dipebolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat
sempurna.
Tabel 2.2
Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Waktu involusi
1. Bayi lahir
2. Uri/plase
nta lahir
3. 1 minggu
4. 2 minggu
5. 6 minggu
Sumber: (Eka:2014)

Tinggi fundus uteri


Setinggi pusat
Dua jari bawah pusat

Berat
uterus
1000 gram
750 gram

Pertengahan pusat- 500 gram


simfisis
Tidak teraba diatas 300 gram
simfisis
Bertambah kecil
60 gram

Diameter
uterus
12,5 cm
12,5 cm

Palpasi
serviks
Lunak
Lunak

7,5 cm

2 cm

5 cm

1 cm

2,5 cm

Menyempit

2.3.1 Asuhan Kebidana Pada Masa Nifas


1. Data Subjektif
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering dirasa ibu nifas, yaitu: mules karena proses involusi,
nyeri pada luka jahitan perineum, payudara terasa penuh (Damayanti: 2010).
22

b. Riwayat Obstetri yang lalu


c. Riwayat kehamilan
Pada kehamilan salah satu penyebab perdarahan post pasrtum adalah grande
multipara dan primigravida (manuaba: 2010).
d.
Riwayat persalinan
Jenis persalinan spontan belakang kepala, penolong oleh tenaga kesehatan, tidak
ada penyulit dalam persalinan.
e. Riwayat nifas
Tidak ada riwayat perdarahan post partum dan infeksi nifas, maka diharapkan
nifas saat ini juga tanpa penyulit (manuaba: 2010).
f. Riwayat KB
Kontrasepsi yang bisa digunakan oleh ibi pasca salin adalah suntikan, implant,
AKDR, pil KB, untuk yang kontap syaratnya usia ibu harus >35 tahun, jumla anak
>2, selain itu bisa menggunakan kondom (Manuaba: 2010).
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Yang perlu dikaji frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan, ibu nifas perlu
makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral (Kusmiyati: 2008). Untuk mengetahui jumlah asupan yang seharusnya
dipenuhi oleh ibu nifas
2) Eliminasi
Miksi : harus miksi dalam waktu 6 jam post partum, bila 8 jam post partum belum
miksi, dirangsang dengan air mengalir, kompres hangat, dan lain-lain. Bila tidak
bisa dilakukan kateterisasi.
Defekasi : supaya buang ari besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi
serat, pengingkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil,
berikan

lalsansia

(Ari

Sulistyawati:

2011).

Untuk

mendeteksi

adanya

inkontinensia uri dan alvi, untuk menentukan kecukupan intake cairan dan nutrisi.
3) Istirahat
Untuk mengetahui kecukupan waktu istirahat ibu, apakah ada gangguan atau
keluhan, yang dapat mempengaruhi pengembalian involusi uteri, pengeluaran

23

ASI, penyembuhan luka jahitan. Dalam satu haru waktu tidur ideal adalah 8 jam
(Kusmayati: 2008).
4) Aktifitas
8 jam post partum ibu harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya
perdarahan post partum, setelah 8 jam boleh miring kiri kanan (Wiknjosastro:
2008). Untuk mengetahui tahap mobilisasi yang harus dilakukan ibu sesuai
dengan tahapan nifas, yang dapat mempengaruhi kesembuhan luka jahitan,
involusi dan produksi ASI
5) Hubungan Seksual
Hubungan seksual sebaiknya menunggu sampai otot-otot vagina dan luka jahitan
pulih (Indiarti: 2009).
2. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan petugas kesehatan dari
hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan diagnostik jika diperlukan.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum klien apakah baik, sedang
atau buruk (Alimul:2006)
b. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran klien
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
(N : 100/70 130/90 mmHg)
2) Denyut nadi
(N : 60-100 x/menit)
3) Pernapasan
(N : 16-24 x/menit)
4) Suhu
(N : 360C 37,50C)
d. Pemeriksaan fisik khusus. Merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara
sistematis yang bertujuannya untuk mengetahui atau mendeteksi dini adanya
kelainan pada ibu nifas sehingga dapat diberikan penanganan sesegera mungkin.
Hasil pemeriksaan yang dituliskan sesuai dengan keadaan yang dialami ibu saat
ini. Adapun pemeriksaan yang dilakukan atara lain:
1) Pemeriksaan wajah, untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, pucat atau
tidak.

24

2) Pemeriksaan mata, untuk menilai warna kantung konjungtiva (warna pink


pucat menandakan klien anemia), warna skelera (warna kuning menandakan klien
mengalami gangguan pada organ hepar), mata strabismus (juling) atau tidak
(Winkjosastro: 2008)
3) Pemeriksaan bibir, untuk mengetahui keadaan bibir kering atau lembab (jika
keadaannya kering menandakan ibu mengalami dehidrasi)
4) Pemeriksaan payudara, untuk mengetahui ada tidaknya adanya pembesaran,
benjolan, simetris, hiperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol, keluar
kolustrum.
5) Pemeriksaan ketiak, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar limfe
yang menunjukkan adanya infeksi.
6) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
dan kandung kemih. Memastikan tidak adanya sub involusi uteri
7) Pemeriksaan genetalia, untuk mengetahui ada tidaknya varices, kemerahan,
nyeri, benjolan bartholin, perdaraahan per vaginam, serta mengetahui keadaan
perineum ada tidaknya robekan dan keadaan jahitan perineum (jika ada robekan)
(Ladewig: 2011).

Untuk mendeteksi adanya sub involusi uteri dan melihat

kondisi luka jahitan, diantaranya kondisi pautan benang dan terjadinya infeksi.
8) Pemeriksaan ekstermitas atas, untuk mengetahui apakah ada odem atau tidak
9) Pemeriksaan ekstermitas bawah, untuk mengetahui apakah ada odema,
varises, atau kelainan lainya atau tidak serta periksa tanda homan untuk
mengetahui ada tidaknya trombo plebitis.
3. Analisa Data
Merupakan hasil analisis dan kesimpulan dari data yang diperoleh baik data
subjektif maupun data objektif, tujuannya adalah untuk menentukan diagnosa
suatu masalah serta penangananan yang dibutuhkan terhadap masalah yang ada.
Penatalaksanaan

25

Penatalaksanaan pada ibu nifas yaitu dengan melakukan kunjungan nifas.


Kunjungan dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu dalam masa nifas. Kegiatan
yang dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan, pendeteksian dan
penanganan yang terjadi pada masa nifas.
Tabel 2.3
Kunjungan Nifas
Kunjungan
Waktu
Tujuan
Kunjungan 6-8 jam setelah - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
1
persalinan - Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk jika perdarahan berlanjut
- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga tentang bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
- Pemberian ASI awal
- Memberikan supervise pada ibu bagaimana teknik
melakukan hubungan antara ibu dan BBL
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
terjadi hipotermi
Kunjungan 6 hari setelah - Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal:
II
persalinan
uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak
ada bau
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
- Memastikan ibu cukup mendapat makanan, cairan dan
istirahat
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi supaya tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
Kunjungan
2 minggu - Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal:
III
setelah
uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah
persalinan
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak
(sama dengan ada bau
kunjungan II) - Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
- Memastikan ibu cukup mendapat makanan, cairan dan
istirahat
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi supaya tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
Kunjungan
6 minggu - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
IV
setelah
ibu alami atau bayinya
26

persalinan

- Memberikan konseling KB secara dini


- Menganjurkan atau mengajak ibu membawa bayinya
ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan
imunisasi

Sumber : (Damayanti, 2012).


2.4 Neonatus
2.4.1 Pengertian Neonatus
Masa neonatal adalah masa sejak lahirnya bayi sampai dengan empat minggu
(28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai
dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari.
Sedangkan neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Wafi Nur:2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu
dan berat lahirnya 2500 gram sampai 4000 gram (Amru Sofian:2012).
2.4.2 Fisiologis Bayi Baru Lahir
Periode transisi bayi baru lahir
Ada tiga periode transisi bayi baru lahir yaitu:
1. Periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi pernapasan cepat
(dapat mencapai 80 kali/menit) dan pernafasan cuping hidung yang berlangsung
sementara,retraksi, serta suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung
dapat mencapai 180 kali/menit selama beberapa menit kehidupan.
2. Periode tidur tidak berespons. Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan
menjadi tenang, rileks dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini (dikenal sebagai fase
tidur) terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam.
3. Periode reaktifitas kedua. Selama periode reaktifitas kedua (tahap ketiga
transisi), dari usia sekitar 2 sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan
perubahan warna terjadi dengan cepat, yang dikaitkan dengan stimulus
27

lingkungan. Frekuensi pernafasan bervariasi dan tergantung aktivitas. Frekuensi


nafas harus tetap dibawah 60 kali permenit dan seharusnnya tidak ada lagi ronki.
(Varney:2007).
2.4.3 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
1. Data subjektif
a. Biodata
1) Nama bayi : (untuk menghindari kekeliruan), tanggal lahir (untuk mengetahui
usia bayi), jenis kelamin (untuk mengetahui jenis kelamin bayi), umur (untuk
mengetahui umur bayi), alamat (untuk memudahkan kunjungan rumah).
2) Nama ibu : (untuk memudahkan memanggil/menghindari kekeliruan), umur
(untuk umur ibu), pekerjaan (untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi ibu),
pendidikan (untuk memudahkan memberikan KIE), agama (untuk mengetahui
kepercayaan yang dianut), alamat (untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan
rumah).
3) Nama ayah : (untuk memudahkan memanggil/menghindari kekeliruan), umur
(untuk umur ayah), pekerjaan (untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi ayah),
pendidikan (untuk memudahkan memberikan KIE), agama (untuk mengetahui
kepercayaan yang dianut), alamat (untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan
rumah).
4) Keluhan utama
Untuk mengetahui kapan bayi lahir dan keluhan yang dirasakan
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
6) Riwayat prenatal
Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah kehamillan
yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes mellitus(DM), hepatitis, jantung,
asma, hipertensi(HT), TBC, frekuensi antenatal care (ANC), dimana keluhankeluhan selama hamil, HPHT dan kebiasan-kebiasaan ibu selama hamil
7) Riwayat natal
Untuk mengetahui apakah terdapat komplikasi pada saat persalinan. Komplikasi
tersebut misalnya persalinan lama, macet bahu, perdarahan, dan sebagainya.
28

8) Riwayat postnatal
Observasi TTV, Keadaan tali pusat, Apakah telat diberi injeksi Vit K, Minum
ASI/PASI dan alasannya, beberapa cc setiap berapa jam

1) Kebutuhan dasar
a) Pola nutrisi
setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit,
kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30 cc/kgBB
untuk hari berikutnya.
b) Pola eliminasi
Proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah lahir,
konsistensinya agak lembek, berwarna hitam kehijauan. Delain itu, diperiksa juga
urin yang normalnya berawarna kuning. Untuk mendeteksi kelainan organ dan
fungsi ginjal
c) Pola istirahat
pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.
d) Pola aktivitas
pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar kepala unuk mencari
putting susu. Untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan atau cedera persalinan
e) Riwayat psikososial
kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima dan
merawat anggota baru.
2. Data objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran
: Compos mentis
Suhu
: Normal (36,5-37 C)
Pernafasan
: Normal (40-60x/menit)
Denyut jantung
: Normal (130-160x/menit)
Berat badan
: Normal (2500-4000 gram)
Panjang badan
: Normal (48-52cm)
2. Pemeriksaan fisik khusus
Kepala : Adakah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan ubun-ubun
tertutup untuk mendeteksi kelainan bawaan atau trauma akibat persalinan

29

Muka : Untuk mengetahui warna kulit, mendeteksi hiptermi, hiperbilirubin, dan


asfiksi
Mata : Untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan pada mata, mendeteksi
perdarahn bersifat fisiologi atau patologi
Hidung : Untuk mengetahui apakah bayi bernapas dengan baik
Mulut : Untuk mengetahui reflek dan adakah kelainan pada mulut bayi
Telinga : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada telinga dan maturitas bayi
Leher : Untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis
Dada : Untuk mengetahui adakah tarikan dinding dada bagian bawah yang
menandakan adanya masalah pernafasan
Tali pusat : Untuk mengetahui kondisi penyembuhan tali pusat, perdarahan dan
infeksi pada tali pusat
Abdomen : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada abdomen bayi misalnya:
omfalokel
Genetalia : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi, mendeteksi kelainan organ,
maturitas janin dan keadaan fisiologi lainnya
Anus : Untuk mengetahui adakah kelainan pada anus
Ekstremitas : Untuk mengetahui adakah kelainan pada ekstermitas bayi
(sindaktil, polidaktil, talipes), maturitas bayi, dan reflek neurologis
Pemeriksaan antropometri
Berat badan

: BB bayi normal 2500-4000 gram.

Panjang badan

: panjang badan bayi normal 48-52 cm.

Lingkar kepala

: lingkar kepala bayi normal 33-38 cm.

Lingkar lengan atas

: Normal 10-11 cm.

Ukuran kepala :
1) Diameter suboksiputbregmatika
Antara foramen magnum dan ubun-ubun besar (9,5 cm)
2) Diameter suboksipitofrontalis
Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11 cm)
3) Diameter frotooksipitalis
Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)
30

4) Diameter mentooksipitalis
Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)
5) Diameter submentobregmatika
Antara os hyoif ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
6) Diameter biparietalis
Antara dua tulang biparietalis (9 cm)
7) Diameter bitemporalis
Antara dua tulang temporalis (8 cm)
3. Analisa Data
Merupakan hasil analisis dan kesimpulan dari data yang diperoleh baik data
subjektif maupun data objektif, tujuannya adalah untuk menentukan diagnosa
suatu masalah serta penangananan yang dibutuhkan terhadap masalah yang
ada.
4. Penatalaksanaan
a. Melakukan informed consent.
R/ informed consent merupakan langkah awal untuk melakukantindakan lebih
lanjut.
b. Mencuci tangan senbelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang.
c. Memberi identitas bayi
R/ identitas merupakan cara yang tepat untuk menghindari kekeliruan
d. Membungkus bayi dengan kain yang kering dan lembut
R/ membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi.
e. Merawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa.
R/ tali pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi.
f. Menimbang berat badab setiap hari setelah dimandikan
R/ deteksi dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi.
g. Mengukur suhu tubuh bayi, denyut jantung dan respirasi setiap jam.
R/ deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi
h. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayisetelah BAK/BAB
R/ segera mengganti popok setiap basah merupakan salah satu cara untuk
menghindari bayi dari kehilangan panas.
i. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
R/ ASI adalah makanan terbaik bayi untuk tumbuh kembang dan pertahanan
tubuh/kebutuhan nutrisi 60 cc/kg/hari.

31

j. Menganjurkan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan merasa
nyaman dan tidak tersedak
R/ dengan posisi menyusui yang benar maka nayi akan mearsa nyaman dan
tidak tersedak.
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana dalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau
alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. (Ari S:2011)
2.5.2 Fisiologis Keluarga Berencana
1. Jenis Kontrasepsi
a. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif,
artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun
lainnya. Keuntungan: kontrasepsi MAL yaitu tidak mengganggu senggama, tidak
perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, tanpa biaya. Kekurangan:
kontrasepsi MAL, yaitu perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pascapersalinan dan tidak melindungi terhadap IMS
termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2011).
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
1) Teknik pantang berkala
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus
haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari
liang vagina.

32

Keuntungan: kontrasepsi ini yaitu tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan
dengan kontrasepsi, murah atau tanpa biaya.
Kekurangannya: yaitu keefektifan tergantung dari kemauandan disiplin pasangan
untuk mengikuti instruksi,
2) Metode Suhu Basal (MSB)
Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk
mengetahui suhu tubuh basal. Keuntungan: metode ini yaitu meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur. Kekurangan: metode
ini yaitu perlu pengajaran khusus oleh spesialis KB alami, mengakibatkan
ketidakakuratan apabila suhu tubuh tidak diukur setiap hari.
3) Metode Simtotermal
Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengamati perubahan lendir dan
perubahan suhu badan. Keuntungan: Metode ini yaitu meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran pasangan terhadap masa subur, membantu wanita yang mengalami
siklus haid tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi. Kekurangan: metode ini
yaitu perlu pengajaran khusus oleh spesialis KB alami, mengakibatkan
ketidakakuratan apabila suhu tubuh tida diukur setiap hari.
4) Senggama Terputus
Metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Keuntungan:
metode ini adalah tidak mengganggu produksi ASI. Kekurangan: Metode ini
efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya, memutus kenikmatan dalam
berhubungan seksual.
c. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan di antaranya lateks, plastik, atau bahan alami yang dipasang pada penis saat

33

berhubungan seksual. Keuntungan: kontrasepsi ini yaitu tidak mengganggu


produksi ASI dan kesehatan pengguna, murah dan dapat dibeli secara umum,
Kekurangan: kontrasepsi ini yaitu cara penggunaan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan kontrasepsi, agak mengganggu hubungan seksual, harus selalu
tersedia setiap kali berhubungan seksual.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks. Keuntungannya: Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang

sampai

jam

sebelumnya,

tidak

mengganggu

kesehatan.

Kekurangannya: Diperlukan pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih


untuk memastikan ketepatan pemasangan, pada 6 jam pasca hubungan seksual,
alat masih harus berada di posisinya.
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh

sperma.

Keuntungannya:

Tidak

mengganggu

produksi ASI,

Kekurangannya: Yaitu efektifitas bergantung pada kepatuhan mengikuti cara


penggunaan, pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual, efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.
1) Kontrasepsi Hormonal
a) Kontrasepsi Oral
Keuntungannya: yaitu memiliki efektifitas tinggi, resiko terhadap kesehatan
sangat kecil. Kekurangannya: yaitu mahal dan membosankan karena harus
menggunakannya setiap hari, timbul mual dan perdarahan bercak terutama pada
tiga bulan pertama, pusing, nyeri payudara.
b) Suntik/Injeksi

34

Cara kerjanya adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga


menurunkan kemampuan penetrasi sperma, perubahan pada endometrium (atrofi)
sehingga implantasi terganggu, menghambat transportasi gamet oleh tuba.
c) Implant
Kontrasepsi implant merupakan satu atau lebih pipa fleksibel yang dimasukkan ke
bawah kulit lengan seorang wanita. Implan ini mengandung hormon progestin dan
efektif sebagai kontrasepsi selama tahunan (Lowdermilk, 2013). Cara kerja:
Lendir serviks menjadi kental, menganggu proses pembentukan endometrium,
mengurangi transportasi sperma, menekan ovulasi.
a) Intrauterine Device (IUD) atau AKDR
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan suatu alat
berukuran kecil berbentuk huruf T dengan lengan yang bisa ditekuk untuk
dimasukkan ke dalam serviks (Lowdermilk, 2013). Cara Kerja: menghambat
khasiat anhydrase karbon dan fosfatase alkali, menebalkan lendir serviks sehingga
menghalangi sperma.
d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan
pembedahan.
1) Tubektomi metode operasi wanita (MOW) adalah metode kontrasepsi yang
mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi
dengan cara mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin)
2) Vasektomi
Vasektomi atau metode operasi pria (MOP) adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi.
2.5.3

Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana


35

Data Subjektif
a. Alasan Datang: Untuk mengetahui penyebab apa yang menimbulkan ibu
datang (misal datang pertama kalinya setelah melahirkan) (Abdul Bari Saifuddin:
2010).
b. Keluhan Utama: Tidak ada keluhan
c. Riwayat Menstruasi: Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat
reproduksi / kandungan meliputi hal-hal seperti : umur menarche (pada wanita
Indonesia umumnya sekitar 12 16 tahun) (Ari Sulistyawati: 2011), lamanya
(frekuensi haid bervariasi 7 hari atau lebih), siklus haid (lebih awal atau lebih
lambat dari siklus normal 28 hari). (Ari Sulistyawati: 2011).
d. Cara KB Terakhir
Dikaji metode KB terakhir yang dipakai bagi akseptor lama untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kesuburan ibu (Abdul Bari Saifuddin: 2010).
e. Riwayat Obstetri
Dikaji tentang riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. Ditanyakan
jumlah anak yang dimiliki ibu. Sedang menyusui atau tidak. Untuk KB jenis
MAL, suntik progestin, AKDR, Implan, dan Tubektomi tidak mempengaruhi
produksi ASI.
f. Status pasangan terhadap KB
Suami mendukung dan menyetujui penggunaan kontrasepsi (Abdul Bari
Saifuddin: 2010).
g. Status Kehamilan Saat Ini
Ibu dalam keadaan tidak hamil (Abdul Bari Saifuddin: 2010)
h. Riwayat Kesehatan Ibu
1) MAL : Ibu tidak mempunyai penyakit TBC, hepatitis, HIV/AIDS, Ca mamae
(Abdul Bari Saifuddin: 2010).
2) KB suntik 3 bulan : Ibu tidak mempunyai penyakit DM, jantung, ca mamae,
kejang, hipertensi, hepatitis, stroke (Abdul Bari Saifuddin: 2010)
3) Implan : ibu tidak mempunyai penyakit DM, jantung, kanker mamae, kejang,
TBC, hipertensi, mioma uterus, stroke, hepatitis (Abdul Bari Saifuddin: 2010)

36

4) AKDR : Ibu tidak mempunyai penyakit vaginitis, salpingitis, endometriosis,


penyakit radang panggul, miom submukosum, riwayat kehamilan ektopik,
penyakit trofoblas ganas, penyakit tuberkulosis panggul, kanker payudara, stroke,
jantung, tumor jinak atau ganas pada hati, hepatitis (Abdul Bari Saifuddin: 2010).
5) Tubektomi : ibu tidak mempunyai penyakit jantung, penyakit radang panggul,
obesitas, diabetes, perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus
dievaluasi) (Abdul Bari Saifuddin: 2010).
i) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada menderita penyakit keturunan seperti darah tinggi, kencing
manis, jantung, dan tidak ada menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis
maupun HIV/AIDS (Abdul Bari Saifuddin: 2010).
j) Data psikososial
Ibu mendapat dukungan suami dan keluarga dalam penggunaan kontrasepsi
(Abdul Bari Saifuddin: 2010).
k) Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran Umum :composmentis
3) Berat Badan : normalnya mengalami kenaikan BB 2-4 kg akibat pemakaian
KB Hormonal (Abdul Bari Saifuddin: 2010).
4) Tanda-tanda vital
Untuk penapisan calon akseptor, Menurut Abdul Bari Saifuddin (2010) adalah :
a) Tekanan darah : untuk KB hormonal 100/60 s/d 170/110 mmHg
b) Nadi : 70-90 x/menit
c) Suhu : 36-37C
d) Pernafasan : 16-24 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan tujuan untuk melakukan penapisan calon akseptor,
1) Mata, untuk mendeteksi adanya anemia dan ikterus atau penyakit hati
2) Konjungtiva, untuk mendeteksi adanya anemia
3) Leher, memastikan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan bendungan vena
jugularis yang dapat diperberat oleh kontrasepsi hormonal
4) Dada, untuk mendeteksi adanya benjolan abnormal sebagai penapisan alat
kontrasepsi hormonal

37

5) Pernapasan normal, tidak ada wheezing dan ronchi pada paru-paru, tidak ada
benjolan pada aksila
6) Abdomen, Tidak ada pembesaran uterus, tidak ada benjolan pada adneksa,
tidak ada nyeri tekan dan lepas. Untuk mendeteksi kehamilan, benjolan abnormal
sebagai kontra indikasi pemakaian alat kontrasepsi tertentu
7) Genetalia, penggunaan KB suntik hormonal kemungkinan terjadi flour albus
dimana jika kebersihannya kurang, dapat menyebabkan infeksi, tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan bartholin. Pada pemakaian jangka panjang
dapat menyebabkan kekeringan pada vagina. Pada pengguna AKDR : tidak ada
perdarahan pervaginam, tidak ada infeksi kelenjar skene dan kelenjar bartholin,
tidak ada servisitis, tidak ada gonorhea. Pada pengguna implan tidak ada
perdarahan pervaginam (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi: 2010).
Analisa Data
Merupakan hasil analisis dan kesimpulan dari data yang diperoleh baik data
subjektif maupun data objektif, tujuannya adalah untuk menentukan diagnosa
suatu masalah serta penangananan yang dibutuhkan terhadap masalah yang ada.
Penatalaksanaan
Melaksanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari datadata klien yang telah dikaji (George and Kriebs: 2010).
Kunjungan I (4-7 hari postpartum)
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan pada
ibu dan keluarga
Rasional : informasi yang adekuat dapat mengurangi ansietas klien
b. Memberikan konseling tentang macam-macam metode
pascapersalinan.

38

kontrasepsi

Rasional : informasi mendorong penerimaan tanggung jawab dan meningkatkan


keinginan untuk melakukan perawatan dini.
c. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu bila ada
keluhan.
Rasional : menilai keadaan ibu dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi (Abdul Bari Saifuddin: 2010).
Kunjungan II (8-14 hari postpartum)
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan pada
ibu dan keluarga.
Rasional : informasi yang adekuat dapat mengurangi ansietas klien.
b. Mengevaluasi Konseling tentang pelayanan KB pada ibu nifas.
Rasional : Mengevaluasi keinginan ibu untuk ber KB.
c. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu bila ada
keluhan.
Rasional : Menilai keadaan ibu dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
masalah-masalah yang terjadi (Abdul Bari Saifuddin: 2010).

39

Anda mungkin juga menyukai