Anda di halaman 1dari 6

Catatan :

Untuk acuan bisa


dikembangkan sendiri
sesuai kebutuhan pada
item yang ada di BQ dan
Gambar Perencanaan
BAB I
ADMINISTRASI TEKNIS
I.1. Administrasi Teknis
Merupakan segala sesuatu hal yang berbentuk pelaporan dalam bentuk tersurat
yang dibuat oleh kontraktor pelaksana untuk di tujukan kepada Dinas PU Cipta Karya
dan Tata Ruang Kabupaten Mojokerto atau pihak pihak yang terkait dalam pelaksanaan
pekerjaan tersebut, yang bertujuan untuk kelancaran dan bukti-bukti tertulis dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Adapun item item yang mencakup administrasi teknis adalah :
1. Memberikan Surat pemberitahuan sebelum memulai pekerjaan yang ditujukan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Direksi Lapangan dan Konsultan
pengawas.
2. Menyediakan Buku Direksi yang di dalamnya berisi saran dan teguran dari
Direksi Lapangan dan Konsultan Pengawas terhadap pekerjaan dilapangan serta
tanggapan dari Kontraktor pelaksana.
3. Membuat laporan kemajuan fisik pekerjaan dalam bentuk laporan mingguan
4. Membuat berita acara tambah kurang pekerjaan apabila ada item pekerjaan
yang tidak sesuai dengan BQ dan gambar perencanaan, atas persetujuan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan diketahui oleh Direksi Lapangan dan
Konsultan Pengawas.
5. Membuat laporan Foto dokumentasi pekerjaan mulai Fisik Pekerjaan 0%, 50%
dan 100%.
6. Membuat Gambar Terlaksana ( As Built Drawing ) sesuai Fisik yang telah
dikerjakan ( Kondisi Fisik 100%) atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dan diketahui oleh Direksi Lapangan dan Konsultan Pengawas.

BAB II
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN

II. 1. Pedoman Teknis Pelaksanaan


Adalah suatu acuan atau pegangan yang dipakai kontraktor pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan item item yang ada di dalam Bill of Quantity
( BQ ) dan Gambar Perencanaan .
Sebelum memulai pelaksanaan kontraktor pelaksana harus memeriksa seluruh
dokumen pelaksanaan yang meliputi Gambar Kerja lengkap, Rencana Anggaran Biaya,
Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan beserta lampiran lampirannya. Bila ditemui
kejanggalan kejanggalan utamanya yang menyangkut bagian yang prinsip harus segera
di koordinasikan dengan Konsultan Pengawas, Direksi lapangan dan Pejabat Pembuat
Komitmen ( PPK ) Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang hingga di dapat keputusan
yang jelas. Prosedur ini harus selalu dijalankan pada tiap kali akan memulai suatu
pekerjaan.
II.2. Uitzet dan Pasang Bouwplank
1. Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor pelaksana harus mengadakan uitzet dan
pasang bouwplank yang pengukurannya di laksanakan bersama sama Konsultan
Pengawas, Direksi lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) Dinas PU
Cipta Karya dan Tata Ruang ke lokasi untuk menentukan ukuran atau dimensi
jalan terhadap keadaan eksisting sesuai dengan yang dimaksud di dalam
gambar perencanaan pekerjaan.
2. Kontraktor pelaksana di wajibkan menjaga titik patok patok pengukuran yang
telah di pasang.
II.3. Pembersihan Lokasi
1. Pembersihan Awal
Pada seluruh luasan permukaan lokasi yang akan di kerjakan dilakukan
pembersihan, meliputi pemangkasan rumput, pemotongan pohon dan semak,
membongkar bangunan permanen atau semi permanen hingga rata atau hal
hal lain yang mengganggu dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Pembersihan Akhir
Pembersihan ini dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan selesai, atau kondisi
fisik pekerjaan telah mencapai kemajuan 100%.
II.4. Papan Nama
Kontraktor pelaksana diwajibkan membuat papan nama kegiatan proyek yang
dilaksanakan dan di pasang di lokasi yang bisa dengan mudah terbaca masyarakat
umum.

II.5. Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (LPA) Klas B


Sebelum lapisan pondasi atas hampar permukaan yang akan dilapisi harus
diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, Direksi lapangan dan Pejabat
Pembuat Komitmen ( PPK ) Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang. Dalam
penghamparan Aggregat

sebaiknya

kontraktor

pelaksana

membuat

bangunan

penunjang di samping kiri dan kanan ruas jalan ( lebar 30 cm ) misalnya dengan

material timbunan bahu jalan agar pemadatan batu pokok yang digilas tidak dapat
terdorong kepinggir. Sesudah penghamparan aggregat, basahi aggregat aggregat untuk
melumasi permukaan dari butir butir untuk mendapatkan sifat saling mengunci yang
lebih mudah dan lebih baik pada waktu penggilasan. Penggilasan harus dimulai dari
bagian bagian pinggir dan diteruskan kearah tengah menurut satu arah sejajar dengan
garis jalan. Setelah itu bahan pengisi yang halus dihamparkan tipis dan rata di atas
permukaan aggregat langsung dari truk truk atau dari tempat penimbunan, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal maka air disiramkan diatas bahan pengisi dan d
dorong terus menerus dengan sapu kedalam rongga di antara aggregat aggregat dan
setelah itu di gilas lagi dengan mesin gilas roda besi.
II.6. Pekerjaan Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA)
Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal dua lapis.
Setiap lapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran aggregat,
pelaburan ini umumnya dihampar diatas Lapisan Pondasi Atas (LPA) yang sudah diberi
lapis resap pengikat atau diatas suatu permukaan aspal lama. Dalam pelaksanaan
pekerjaan ini permukaan jalan harus dibersihkan dahulu dan dalam pelaksanaannya
lubang yang akan di beri BURDA harus dilebihkan paling sedikit 20 cm dari tiap tiap tepi
yang akan di lapisi BURDA setelah itu diberi lapis resap pengikat dan dibiarkan dahulu
sampai kering. Kemudian aggregat dihampar merata diatas permukaan yang di telah di
beri lapis resap pengikat, setelah penghamparan aggregat baru di gilas dengan mesin
gilas roda besi dan roda karet sampai seluruh permukaan telah mengalami penggilasan
sebanyak enam lintasan
II.7. Pekerjaan Aspal HRS / LATASTON
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini badan jalan yang sudah bersih dan kering
jangan

sampai

ada

genangan

air

atau

apapun

yang

dapat

menyebabkan

penghamparan lapisan HRS tidak dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal.


Sebelum HRS dihampar permukaan jalan kita beri lapis perekat (Tack Coat) setelah itu
HRS di hampar dengan alat penghampar dan dipadatkan dengan mesin gilas roda besi
dan roda karet, Penggilasan harus dimulai dari bagian bagian pinggir dan diteruskan ke
arah tengah menurut satu arah sejajar dengan garis jalan sampai seluruh permukaan
telah mengalami penggilasan sebanyak enam lintasan.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini jenis alat dan metode operasi harus sesuai dengan
daftar alat dan unit produksi yang disetujui Konsultan Pengawas, Direksi lapangan dan
Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang. Pada
umumnya alat harus dipilih untuk penhamparan dan penyelesaian harus paver (perata)
bertenaga mesin sendiri yang disetujui, mampu bekerja sampai garis ketinggian yang
diperlukan dengan persediaan pemanasan dimana alat perata tidak dapat diperoleh
dan tergantung kepada perintah Konsultan Pengawas, Direksi lapangan dan Pejabat
Pembuat Komitmen ( PPK ) Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, meletakan dan
menghampar campuran harus dilakukan dengan tenaga kerja dan menggunakan alat
bantu garukan, sekop dan kereta dorong.

BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
III.1. Spesifikasi Teknis
Merupakan syarat, model dan ukuran serta mutu dari semua item item yang
ada di dalam pekerjaan.
Pada saat pelaksanaan pekerjaan kontraktor pelaksana wajib menyerahkan
bukti tiket pembelian aspal type HRS kepada Konsultan Pengawas , Direksi
Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas PU Cipta Karya dan Tata
Ruang. Setelah pekerjaan penghamparan selesai dan sebelum pekerjaan
dinyatakan selesai 100% kontraktor di haruskan melaksanakan tes core drill

dengan di dampingi Konsultan Pengawas, Direksi lapangan dan Pejabat Pembuat


Komitmen ( PPK ) Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang serta dinyatakan dengan
berita acara tes core drill.
III.2. Papan Nama
Untuk ukuran, bahan dan bentuk tulisan untuk papan nama kontraktor pelaksana
harus sesuai dengan petunjuk Direksi Laangan dan Pejabat Pembuat Komitmen
( PPK ) Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang.
III.3. Lapis Pondasi Atas (LPA) Klas B

Panjang dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan.

Lebar dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan.


Tebal dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan.

III.4. Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA)

Panjang dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan.

Lebar dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan.

Tebal dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan

III.5. Aspal HRS / LATASTON

Panjang dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan.

Lebar dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan.

Tebal dikerjakan sesuai dengan gambar perencanaan

BAB IV
PENUTUP
1. Pada prinsipnya seluruh pekerjaan telah di jelaskan dalam Rencana Kerja
dan Syarat Syarat bagian teknis, apabila ternyata masih ada pekerjaan
yang harus di laksanakan namun tidak tercantum dalam Rencana Kerja dan
Syarat Syarat bagian teknis maka pekerjaan tersebut tetap harus di
laksanakan atas biaya kontraktor pelaksana.
2. Segala hal yang menyangkut merk serta produk tertentu bisa disubtitusi/
diganti dengan merk lain asal kualitasnya sama/setara dan harus di ketahui
Pengawas Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas PU Cipta Karya
dan Tata Ruang.

3. Kontraktor pelaksana tidak hanya melaksanakan hal-hal yang tercantum


dalam Rencana Kerja dan Syarat Syarat bagian teknis, namun juga hal
hal yang sifatnya membantu dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan untuk
mendapatkan hasil kerja yang maksimal.
4. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat
Syarat bagian teknis ini akan ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan
( Aanwijzing ) yang merupakan satu kesatuan dengan peraturan ini.
5. Apabila di temukan sesuatu yang dapat mengakibatkan pelaksanaan
pekerjaan mengalami kesulitan karena pengaruh kondisi lapangan di sekitar
lokasi pekerjaan, diharapkan kontraktor pelaksana memberikan alat bantu
yang

berfungsi

sebagai

pendukung

dalam

kelancaran

pelaksanaan

pekerjaan.

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


(PPK)

Nip. ..

KONSULTAN PERENCANA
CV. .

Direktur

Anda mungkin juga menyukai