Anda di halaman 1dari 3

Penggunaan Freon pada AC mengakibatkan

Pemanasan Global
AC atau Air Conditioning adalah alat pendingin ruang yang sering
digunakan di rumah tangga, perkantoran dan industri lainnya. Kenyamanan
didalam ruangan menjadikan AC sebagai patokannya. Ac sendiri di jaman
sekarang menjadi media yang sangat penting bagi hidup manusia

Selain kegunaan untuk menyamankan manusia di dalam ruangan, AC


juga ikut serta dalam masalah pemanasan global. Salah satu media masa
mengatakan bahwa 6% dari pemanasan global disebabkan oleh media yang
menyebabkan kenyamanan manusia di ruangan. Misalnya seperti
penyalahgunaan freon.

Penggunaan AC dapat memberikan efek negatif terhadap lingkungan,


khususnya yang dapat diakibatkan oleh komponen utama pada AC itu sendiri
yakni Freon. Freon merupakan nama dari bahan kimia klorofluorokarbon atau
CFC. Freon dan refrigeran lain yang beracun dan dapat menyebabkan
keracunan bahkan sampai kematian.
Nah, seperti yang kita tahu AC baik di rumah, perkantoran, sampai ke
AC yang disewakan untuk berbagai acara juga dilengkapi dengan Freon.
Seperti yang kita tahu, Freon atau CFC merupakan penyebab global warming
yang menjadi penyebab banyaknya perubahan di lingkungan hidup, mulai
dari meningkatnya suhu muka bumi sampai mencairnya es di kutub yang
saat ini semakin dapat dirasakan dampaknya. Sebenarnya dampak negatif
yang dihasilkan dari penggunaan Freon dari AC tidak dapat diukur secara
kuantitatif dan standar mengenai emisi yang dihasilkan oleh AC tetapi
kandungan Freon yang digunakan sebagai pendingin AC sudah terbukti
memberikan dampak negatif bagi penipisan ozon dan pemanasan global
yang terjadi di muka bumi.
Penipisan lapisan ozon tersebut mampu meningkatkan radiasi
Ultraviolet-B di muka Bumi. Dari peningkatan Ultraviolet-B tersebut mampu
memicu terjadinya gangguan kesehatan pada makhluk hidup di muka Bumi.
Pada manusia, radiasi Ultraviolet-B berlebih dapat menimbulkan penyakit
kanker kulit, katarak mata serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi. Selain itu, juga dapat memicu reaksi kimiawi di atmosfer
bagian bawah, yang mengakibatkan penambahan jumlah reaksi fotokimia

yang menghasilkan asap beracun, hujan asam serta peningkatan gangguan


saluran pernapasan.
Pada tumbuhan,radiasi Ultraviolet-B berlebih ini dapat menghambat
pertumbuhan berbagai tanaman, bahkan beberapa tanaman menjadi kerdil.
Sebagai akibatnya hasil panen menurun dan tidak jarang gagal panen. Di
perairan air laut, intensitas Ultraviolet-B yang tinggi dapat memusnahkan
organisme kecil yang hidup di permukaan air.
Phytoplankton yang menjadi sumber utama rantai makanan
organisme laut dapat musnah, sehingga menimbulkan pengaruh berantai
terhadap kehidupan organisme laut. Radiasi Ultraviolet-B juga akan
menurunkan kemampuan sejumlah organisme yang menyerap gas
karbondioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca sehingga
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer akan meningkat dan menyebabkan
global warming.
Dari beberapa paparan di atas dapat dilihat bahwa begitu banyak
sekali dampak yang diakibatkan oleh Freon yang salah satunya terdapat
pada AC. Oleh karena itu, sebaiknya AC digunakan dalam batas penggunaan
yang wajar dan tidak berlebihan, apabila ruangan tidak digunakan maka
sebaiknya AC dapat dimatikan sehingga mampu meminimalisasi
penggunaan CFC yang mampu merusak lingkungan.
Seringkali dijumpai ruangan yang ACnya tidak dimatikan setelah
digunakan. Hal ini disebabkan oleh seseorang yang lalai dalam
mematikannya. Perawatan secara rutin perlu diperhatikan dan dilakukan
menurut ketentuan yang sudah ada. Selain itu penggunaan CFC juga dapat
disubstitusikan dengan penggunaan bahan lain seperti hycool yang
merupakan hidrokarbon murni yang ramah lingkungan dan tidak merusak
ozon sekaligus mampu menghemat penggunaan listrik
Penggunaan AC dan Kulkas Secara Berlebihan, seperti yang dijelaskan
sebelumnya bahwa AC dan Kulkas yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari mengandung zak kimi yang bernama CFC (ChloroFlouroCarbons).
Senyawa CFC ini dapat melayang ke atmosfir bumi dan merusak lapisan
ozon. Tentu hal ini merupakan berita yang tidak baik karena dapat
merugikan kita. Sinar matahari yang tidak "difilter" terlebih dahulu akan
terasa lebih panas, selain itu hal ini juga bisa menyebabkan efek samping
seperti penyakit kulit.
Pemanasan global menyebabkan tumpukan es abadi di Kutub (baik
Kutub Utara maupun Kutub Selatan) mencair sehingga meningkatkan
permukaan air laut. Hal ini tentu akan menyebabkan bencana banjir

rob didaerah-daerah pesisir, seperti Kota Jakarta dan Semarang. Selain itu,
meningkatnya permukaan air laut juga bisa berdampak kepada hilangnya
pulau-pulau kecil. Ini tentu merugikan negara-negara kepulauan, seperti
Indonesia, yang akan kehilangan pulau-pulau kecilnya. Para ilmuwan
menyatakan bahwa kenaikan suhu udara 2 derajat celcius akan
menenggelamkanpulau-pulaukecil.
Pemanasan global juga bisa menyebabkan meningkatnya intensitas
badai. Para ilmuwan menyatakan bahwa memang tidak ada hubungan
antara pemanasan global dengan terjadinya badai, akan tetapi pemanasan
global bisa meningkatkan intensitas badai yang terjadi. Pemanasan global
menyebabkan naiknya temperatur udara dan lautan, hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya
badai. Para ilmuwan tersebut telah meneliti potensi badai yang semakin
destruktif selama kurun waktu 35 tahun belakangan ini.

Anda mungkin juga menyukai