Anda di halaman 1dari 8

Disusun oleh :

Muhammad Hendria
Kelas E. 52 (Jakarta)
Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc
Program Pasca Sarjana Manajemen dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sistem adalah perangkat unsur yg secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sedangkan informasi adalah penerangan; pemberitahuan; kabar
atau berita tentang sesuatu. Secara harfiah dapat kita artikan bahwa sistem informasi adalah perangkat atau
unsur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas dalam mendapatkan dan mengolah informasi
(penerangan; pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu) yang ada, baik dari dalam organisasi maupun
dari luar organisasi didalam mendukung proses pengambilan keputusan sehingga dapat memberikan nilai
tambah pada organisasi tersebut.
Sistem informasi sangat berkaitan dengan teknologi informasi, karena untuk menjalankan sistem informasi
dibutuhkan teknologi informasi. Teknologi informasi adalah media yang berupa apapun yang membantu manusia
dalam membuat, mengubah, menyimpan, menyampaikan dan atau menyebarkan informasi. Perkembangan
teknologi informasi tidak lepas dari perkembangan manusia itu sendiri dalam melakukan aktifitas komunikasi,
sebab dengan melakukan komunikasi atau dapat kita katakan bahwa melakukan pertukaran informasi melalui
komunikasi maka teknologi informasi tercipta dengan sendirinya. Misalnya pada zaman pra sejarah manusia
melakukan komunikasi melalui bahasa dan juga gambar (yang dilukiskan pada dinding-dinding gua). Bahasa dan
gambar merupakan teknologinya, bahasa dan gambar memungkinkan manusia dapat memahami informasi yang
disampaikan. Melalui bahasa juga manusia pra sejarah menyampaikan informasi bagaimana berburu secara
kelompok dan melalui gambar-gambar di dinding gua, manusia pra sejarah memberikan informasi tentang
perjalanan hidup mereka.
Seiring berkembangnya waktu dan teknologi, sistem informasi sangat luas penggunaanya dalam kegiatan bisnis,
baik perusahaan yang berkala multinasional maupun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Disebabkan keluasan
penggunaan tersebut dapat kita klasifikasikan sebagai berikut :
1.

Level organisasi
a.

Sistem Infromasi departemen;

b.

Sistem informasi perusahaan;

c.

Sistem informasi antar organisasi;

2.

Area Fungsional
a.

Sistem informasi akuntansi

b.

Sistem informasi keuangan

c.

Sistem informasi manufaktur

d.

Sistem informasi Sumber Daya Manusia (SDM)

e.

Sitem informasi pemasaran

3.

Dukungan yang tersedia


a.

Sistem informasi pemrosesan transaksi

b.

Sistem informasi manajemen

c.

Sistem informasi otomasi perkantoran

d.

Sistem informasi pendukung keputusan

e.

Sistem informasi kelompok

f.

Sistem informasi cerdas

4.

Aktifitas Manjemen
a.

Sistem informasi pengetahuan

b.

Sistem informasi operasional

c.

Sistem informasi manjerial

d.

Sistem informasi strategis

5.

Arsitekutr sistem
a.

Sistem berbasis mainframe

b.

Sistem kompuetr pribadi

c.

Sistem tersebar atau komputasi jaringan

Dalam makalah ini penulis mencoba memfokuskan pembahasan pada area fungsional yakni sistem informasi
manufaktur. Untuk itu mari kita lihat pengertian dari area fungsional itu sendiri adalah suatu sistem informasi
yang ditujukan untuk memberikan informasi bagi kelompok orang yang berada pada bagian tertentu dalam
perusahaan. Sedangkan sistem informasi manufaktur adalah manufaktur merupakan sistem yang digunakan
untuk mendukung fungsi produksi, yang mencakup seluruh kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan
pengendalian proses untuk memproduksi barang atau jasa. Pada sistem informasi manufaktur terfokus pada
bagaimana material handling yang memadai dalam perusahaan tersebut sehingga menjadi barang jadi.
Material handling dapat dilakukan dengan berbagai macam sistem informasi diantaranya :
1.

Reoder Point (ROP) adalah sistem yang mendasarkan keputusan pembelian berdasarkan titik
pemesanan kembali, sebagaimana kita ketahui bahwa ROP merupakan sistem informasi manufaktur yang
paling sederhana;

2.

Material Requirment Planning (MRP) yakni suatu sistem yang dapat dipakai untuk merencanakan
kebutuhan berbagai bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi;

3.

MRP II yakni suatu sistem yang memudahkan MRP dengan penjadwalan produksi dan operasi pada
bengkel kerja. Sistem ini tidak mengontrol mesin dalam bengkel kerja, melainkan sistem informasi ini hanya
mencoba memperkecil persediaan dan memperkerjakan mesin secara efektif

4.

JIT (just-in-time) yakni pendekatan yang menjaga arus bahan baku melalui pabrik agar selalu dalam
keadaan minimum dengan mengatur bahan baku tiba di bengkel kerja pada saat diperlukan

5.

CIM (computer integrated manufacturing) merupakan suatu sistem yang menggabungkan berbagai
teknik untuk menciptakan proses manufaktur yang luwes, cepat dan menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi secara efisien. CIM merupakan suatu cara yang memandang sumber daya produksi sebagai suatu
sistem yang utuh.

Melihat begitu banyaknya sistem informasi dan agar pembahasan lebih fokus maka penulis mencoba untuk
membahas Just In Time (JIT)
1.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini adalaha sebagai berikut :
1.

Mengkaji teori tentang Sistem Just in Time (JIT) sebagai bahan analisis pada Toyota Motor Corporation;

2.

Mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem Just In Time pada Toyota Motor Corporation.

BAB II
LANDASAN TEORI

Pengertian Just In Time (JIT)

Just In Time (JIT) adalah strategi produksi yang berusaha untuk meningkatkan Return On Investment (ROI)
dengan mengurangi biaya pada persediaan dan biaya dalam hal transportasi, baik biaya transportasi dari dan ke
industri tersebut maupun biaya yang akan timbul dalam material handling di dalam industri tesebut. JIT
merupakan adopsi dari sistem produksi yang telah diterapkan dalam Industri Otomotif Jepang terutama pada
Toyota (The Toyota Way) kemudian di implementasikan diseluruh industri manufaktur Jepang.
JIT terfokus pada menyerang pada kesia-siaan dan variabilitas yang menyebabkan kesia-siaan tersebut.
Berbicara tentang kesia-sian dalam proses produksi barang adalah membicarakan waktu yang hilang yang
disebabkan oleh distribusi bahan baku kedalam in line production. Dengan adanya pengurangan waktu dalam
distribusi bahan baku tersebut maka pengurangan terhadap biaya simpan dan juga barang hasil produksi cepet
keluar dari pabrik sehingga dapat mempercepat delivery ke konsumen. Semakin cepat delivery ke konsumen
maka semakin cepat juga pengembalian modal yang ditimbulkan akibat penjualan barang tersebut ke konsumen
sehingga ROI dapat meningkat. Disamping menyerang kesia-sian pada proses produksi maka perlu kita
perhatikan variabilitasnya.
Variabilitas adalah setiap penyimpangan dari proses optimel yang mengantarkan produk sempurna tepat waktu
setiap waktu. Persediaan menyembunyikan variabilitas. Semakin kecil variabilitas dalam sistem maka semakin
kecil pula kesia-sian yang terjadi. Variabilitas terjadi karena :
1.

Karyawan, mesin dan pemasok memproduksi unit-unit produk yang tidak sesuai dengan standar,
terlambat diproduksi atau jumlahnya tidak sesuai;

2.

Spesifikasi tidak akurat;

3.

Karyawan memproduksi dengan tidak memperhatikan spesifikasi atau mendahului produksi sebelum
spesifikasi barang tersebut final;

4.

Permintaan konsumen tidak diketahui.

Konsep dibelakang JIT adalah sistem tarik. JIT merupakan sistem tarik yang memproduksi satu unit lalu ditarik
ke tempat yang memerlukannya. Sistem tarik menggunakan sinyal untuk meminta pengiriman dari fasilitas
produksi hulu ke fasilitar produksi hilir. Dengan menarik bahan baku melalui sistem tersebut dalam ukuran lot
yang sangat kecil sejumlah yang diperlukan, terhapusnya gundukan persediaan, investasi dalam persediaan dan
waktu siklut manufaktur berkurang. Waktu siklus manufaktur adalah waktu antara saat bahan baku diterima dan
saat barang jadi keluar dari fasilitas produksi.
Elemen-elemen Kunci Dalam JIT
Elemen-elemen kuci pada JIT dilakukan secara luas baik dari luar perusahaan maupun yang dari dalam
perusahaan, yakni :
1.

Pemasok

Di banyak proses produksi, bahan baku yang masuk ditunda pada titik pengangkutan , pemeliharaan dan pada
bagian penerimaan. Demikian pula, barang disimpan atau ditahan di gudang-gudang sebelum dilakukannya
pengangkutan ke distributor atau konsumen. Persediaan yang ditahan dengan cara ini dangat sia-sai dan JIT
diarahkan untuk mengurangi kesia-sian ini. Hal ini mencakup kesia-sian yang ada di sistem pasokan,
penerimaan dan inspeksi atas bahan baku yang diterima. Kesia-siaan ini sering kali berbentuk kelebihan
persediaan, mutu yang buruk dan keterlambatan. Kemitraan antara pemasok dan pembeli adalah solusinya yang
bertujuan bersama untuk menghilangkan kesia-siaan dan menurunkan biaya-biaya dimasing-masingnya.

2.

Tata letak

Tata letak pada JIT memungkin kita untuk mengurangi kesia-siaan yang lain yaitu pergerakan. Pergerakan
bahan baku tidak menyebabkan penambahan nilai contohnya lini perakitan harus dirancang dengan titik-titik
pengiriman di samping lini agar bahan baku tidak perlu dikirimkan ke bagian penerima yang letaknya jauh dari
lini perakitan, untuk kemudian dipindahkan lagi. Ketika tata letak mengurangi jarak, kita juga akan menghemat
ruang dan menghapus kemungkinan adanya tempat untuk persediaan yang tidak kita inginkan.
3.

Persediaan

Persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering kali diadakan agar untuk menjaga jika terjadi sesuatu.
Namun berbeda dengan penerapan persediaan yang dilakukan melalui JIT, yakni dengan perediaan diatur
melalui perhitungan persediaan minimal dengan memperhitungkan besaran yang dibutuhkan unutk
memepertahankan proses produksi secara sempurna. Dengan persediaan JIT, barang-barang dengan jumlah
yang tepat tiba pada saat dibutuhkan.
Taktik-taktik persediaan jit adalah sebagai berikut :
1.

Sistem tarik dalam memindahkan persediaan.

2.

Lot-lot yang lebih kecil.

3.

Pengiriman tepat waktu oleh pemasok.

4.

Pengiriman langsung ke titik pemakaian.

5.

Tepat jadwal.

6.

Pengurangan waktu pemasangan mesin.

7.

Teknologi kelompok.

Gambar. Tahap-tahap Pengurangan Waktu Pasang


4.

Penjadwalan

Penjadwalan adalah pemegang peran penting dalam sistem JIT. Bila jadwal yang efektif, dikomunikasikan di
dalam organisasi dan kepada pemasok, maka menjadi pendukung utama dalam sistem JIT. Penjadwalan yang
baik juga meningkatkan kemampuan unutk memenuhi pesanan konsumen, menurunkan persediaan dengan
memproduksi dalam ukuran lot yang lebih kecil, dan mengurangi barang dalam proses. Pada penjadwalan ini
terdapat 2 teknik yakni :
1.

Jadwal menggunakan bahan baku moderat

Jadwal menggunakan bahan baku moderat memproses lot kecil secara rutin. Karena teknik ini menjadwalkan
banyak lot berukuran kecil yang selalu berubah-ubah, teknik ini menjadwalkan banyak lot berukuran kecil.
1.

Kanban

Kata kanban berasal dari kata Jepang untuk kartu. Dalam usaha mengurangi persediaan, bangsa Jepang
menggunakan sistem yang menarik persediaan dari pusat kerja. Sering kali mereka menggunakan kartu untuk
mengisyaratkan kebutuhan bahan baku lebih, kartu itu bernama kanban. Kartu ini merupakan pengesahan agar
batch bahan baku berikutnya diproduksi.
Pada perkembangannya sistem kanban tidak lagi menggunakan kartu, sistem ini dimodifikasi agar kartu yang
tertera secara fisik tersebut digantikan dengan sistem yang lebih baik, misalnya seperti lampu tanda yang jika

kosong akan menyala atau dengan sistem penandaan menggunakan media lemari yang dimodifikasi sehingga
penandaan dapat dilakukan pada box tersebut.
Gambar Diagram Titik Penyimpanan Outbound dengan Sinyal Penanda Peringatan
Ukuran produksi biasanya kecil sehingga waktu prosesp roduksi tidak terlalu lama. Sistem ini mengharuskan
jadwal yang ketat. Jumlah kecil harus diproduksi beberapa kali per hari. Proses ini harus berjalan dengan mulus
karena kekurangan yang terjadi akan mempengaruh langsung kepada keseluruhan sistem.
5.

Pemeliharaan

Pemeliharaan terkait dengan rutinitas harian dimana rutinitas harian dalam melakukan perbaikan mutu,
perbaikan tempat kerja dan masukan yang dilakukan oleh semua pihak akan meningkatkan efisiensi sehingga
waktu yang hilang dalam proses produksi akan semakin sedikit. Disamping rutinitas harian dalam pemeliharaan
tidak kalah pentingnya diperhatikan adalah keterlibatan operator dalam melaksanakan rutinitas tersebut.
6.

Produksi yang bermutu

Dengan adanya JIT maka mutu yang dihasilkan akan berpengaruh langsung. Pengaruh tersebut dapat kita
kelompokkan dalam 3 (tiga) hal :
1.

JIT mengurangi biaya pemerolehan mutu yang baik, hal ini terjadi karena biaya produksi sisa, produk
yang memerlukan pengerjaan ulang, investasi persediaan dan biaya kerusakan terkandung dalam
persediaan. JIT menurunkan persediaan, sehingga lebih sedikit cacat yang diproduksi dan lebih sedikit unit
yang perlu dikerjakan ulang. Persediaan menyembunyikan mutu yang buruk, sementara JIT segera
menunjukkan mutu yang buruk.

2.

Dengan sistem JIT yang segera menunjukkan mutu yang buruk, maka mutu yang buruk itu akan
dijadikan sebagai bukti kesalahan yang akan diingat lebih lama sehingga akan mengurangi kesalahan yang
sama dikemudian hari. Dengan adanya peringatan bahwa mutu bahan baku yang buruk maka adanya
sistem yang akan dibentuk untuk melakukan peringatan dini sehingga mutu yang buruk dapat dilakukan
pemisahan langsung. Dan yang paling utama adalah adanya umpan balik untuk perbaikan mutu dengan
cepat kepada pemasok.

3.

Dengan adanya perbaikan dari pemasok dan waktu tunggu produksi makin sedikit maka dengan
sendirinya cadangan akan semakin sedikit mengakibatkan biaya simpan menjadi kecil.
7.

Pemberdayaan karyawan

Karyawan merupakan salah satu elemen kunci yang sangat menentukan dalam JIT. Karena karyawanlah yang
mempunyai peran yang sangat besar dalam menjalankan sistem JIT. Pemberdayaan karyawan mengikuti
pepatah manajemen bahwa tidak ada orang yang lebih tahu mengenai satu pekerjaan selain pegawai pelaksana
pekerjaan itu sendiri. Perusahaan tidak hanya melatih dan melatih silang, tetapi juga perlu mengambil
keuntungan investasi yang dilakukan dalam memperkaya pekerjaan (job enrichment) (Richard J. Schanberger
1994).
Falsafah JIT mengenai peningkatan mutu yang berkelanjutan memberikan pada pekerja kesempatan unutk
memperkaya pekerjaan dan kehidupan mereka. Bila pemberdayaan berhasil, akan ada saling keterikatan dan
saling menghargai di pihak karyawan dan manjemen sehingga semua bekerja sama untuk menciptakan
perusahaan yang lebih produktif dan lebih dapat memenangkan order.

8.

Komitmen

Komitmen semua pihak-pihak dari elemn-elemn kunci diatas akan memberikan hasil-hasil yang diharapkan yang
secara umum dapat kita uraikan hasilnya sebagai berikut :
1.

Pengurangan antrean dan keterlambatan, sehingga proses produksi semakin cepat, aset bisa
digunakan unutk kegiatan yang lebih produktif, dan perusahaan dapat memenangkan pesanan.

2.

Peningkatan mutu sehingga kesia-sian berkurang dan perusahaan dapat memenangkan pesanan.

3.

Penurunan biaya sehingga meningkatkan margin laba atau menurunkan harga jual.

4.

Pengurangan variabilitas ditempat kerja, sehingga kesia-siaan berkurang dan perusahaan dapat
memenangkan pesanan.

5.

Pengurangan kegiatan pengerjaan ulang sehingga kesia-siaan berkurang dan perusahaan dapat
memenangkan pesanan.

BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Toyota Motor Corporation
Pada tahun 1924, Sakichi Toyoda menemukan Toyoda Model G Automatic Loom. Prinsip jidoka, yang berarti
mesin berhenti sendiri bila masalah terjadi, kemudian menjadi bagian dari Toyota Production System. Alat tenun
dibangun pada lini produksi kecil. Pada tahun 1929, paten untuk otomatis alat tenun dijual kepada sebuah
perusahaan Inggris, menghasilkan modal awal untuk pengembangan mobil Toyoda Standard Sedan AA. Pada
tahun 1933 sebagai sebuah divisi dari Toyoda Automatic Loom Works dikhususkan untuk produksi mobil di
bawah arahan putra pendiri, Kiichiro Toyoda. Kendaraan pertama adalah mobil penumpang A1 dan G1 tahun
1935. Kendaraan yang awalnya dijual dengan nama Toyoda, dari nama keluarga pendiri perusahaan, Kiichiro
Toyoda. Pada bulan April 1936, mobil penumpang pertama Toyoda, AA Model, selesai. Harga jual adalah
3.350, 400 lebih murah daripada Ford atau GM mobil. Pada tahun 1936 perusahaan melakukan perlombaan
untuk mengubah logo dikarenakan keturunan Toyoda tidak dapat mewarisi nama Toyoda lagi.Pada tahun 1937
Toyoda merubah nama menjadi Toyota sebagai merek dagang dan mendirikan perusahaan dengan nama Toyota
Motor Company.
Pada September 1947, kendaraan berukuran kecil Toyota yang dijual dengan nama Toyopet kendaraan
pertama yang dijual di bawah nama ini adalah Toyopet SA, namun demikian Toyota juga memproduksi truk dan
berbagai macam jenis mobil dengan nama yang sama yakni Toyopet SB truk, Toyopet Stout truk ringan, Toyopet
Crown, Toyopet Guru, dan Toyopet Corona. Kata Toyopet sebenarnya disematkan kepada Toyota SA karena
ukurannya yang kecil, sebagai hasil dari kontes penamaan Toyota Perusahaan yang diselenggarakan pada
tahun 1947.
Namun, ketika Toyota akhirnya memasuki pasar Amerika pada tahun 1957 dengan nama Toyoped Crown, nama
itu tidak diterima dengan baik karena konotasi mainan dan hewan peliharaan. nama itu segera dirubah khusus
untuk pasar Amerika, namun dalam perkembangannya nama Toyoped akhirnya dihilangkan juga pada negara
lain pada pertengahan 1960-an.

Pada awal 1960-an, AS mulai menempatkan tarif impor baku pada kendaraan tertentu. Yang disebut pajak
ayam yang berlaku pada 1964 dengan besaran bea masuk 25%. Menanggapi tarif, Toyota, Nissan Motor Co
dan Honda Motor Co mulai membangun pabrik di AS sekitar tahun 1980-an.
Pada tahun 1982, Toyota Motor Company dan Toyota Motor Sales bergabung menjadi satu perusahaan, Toyota
Motor Corporation. Dua tahun kemudian, Toyota menandatangani joint venture dengan General Motors yang
disebut New United Motor Manufacturing, Inc, NUMMI, operasi pabrik mobil-manufaktur di Fremont, California.
Pabrik adalah pabrik General Motors lama yang telah ditutup selama dua tahun. Toyota kemudian mulai
membangun merek baru pada akhir tahun 1980-an, dengan peluncuran divisi mewah Lexus pada tahun 1989.
Pada 1990-an, Toyota mulai memproduksi mobil jenis yang lebih banyak mulai dari seri yang mewah sampai
pada mobil yang berukuran besar seperti Truk T100, beberapa jenis SUV, versi sport dari Camry, yang dikenal
sebagai Camry Solara, dan merek Scion, beberapa jenis mobil yang terjangkau dengan penampilansporty, mobil
yang ditargetkan khusus untuk orang dewasa muda. Toyota juga mulai produksi mobil yang kemudian hari
menjadi yang terlaris jenis hybrid di dunia, Prius, pada tahun 1997.
Seiring keberhasilan mereka di Amerika maka toyota mulai merambah Eropa dengan Toyota Team Eropa,
TMME, untuk membantu pemasaran di benua tersebut. Tepatnya pada tahun 1999, Toyota mendirikan pabrik
yang berbasis di Inggris
Pada tahun 2002, Toyota berhasil masuk dalam kompetisi mobil dimana kmpetisis tersebut adalah kompetisi
terbaik di dunia yang bernama Formula One. Toyota peringkat kedelapan di Forbes 2000 daftar perusahaan
terkemuka di dunia untuk tahun 2005 tetapi meluncur ke 55 untuk tahun 2011. Perusahaan ini adalah nomor satu
dalam penjualan mobil global untuk kuartal pertama 2008. Pada tahun 2007, Toyota merilis update truk
berukuran penuh, yaitu Tundra, diproduksi di dua pabrik Amerika, satu di Texas dan satu di Indiana. Motor Trend
bernama Tundra Truck of the Year, dan 2007 Toyota Camry Car of the Year untuk tahun 2007. Pada tahun itu
juga pembangunan dua pabrik baru, satu untuk membangun RAV4 di Woodstock, Ontario, Kanada, dan lain
untuk membangun Toyota Prius di Blue Springs, Mississippi, Amerika Serikat. Pabrik ini awalnya ditujukan untuk
membangun Toyota Highlander, tapi Toyota memutuskan untuk menggunakan pabrik di Princeton, Indiana,
Amerika Serikat, sebagai gantinya.
Pada tahun 2011, Toyota, bersama dengan sebagian besar industri otomotif Jepang, menderita akibat bencana
alam. Gempa Tohoku 2011 dan tsunami menyebabkan gangguan parah dari basis pemasok dan penurunan
produksi dan ekspor. Banjir parah selama musim hujan 2011 di Thailand yang terkena mobil Jepang yang telah
memilih Thailand sebagai basis produksi. Toyota diperkirakan telah kehilangan produksi 150.000 unit akibat dari
tsunami dan produksi 240.000 unit akibat dari banjir.

Penerapan Sistem Just In Time di Pabrik-pabrik Toyota

Penerapan JIT di Pabrik-pabrik Toyota memiliki prinsip bahwa Just-in-Time berarti membuat hanya apa yang
dibutuhkan, ketika dibutuhkan, dan dalam jumlah yang dibutuhkan. Misalnya, secara efisien menghasilkan
sejumlah besar mobil, yang dapat terdiri dari sekitar 30.000 komponen, perlu untuk membuat rencana produksi
rinci yang meliputi bagian pengadaan. Menyediakan apa yang dibutuhkan, ketika dibutuhkan, dan dalam jumlah
yang dibutuhkan sesuai dengan rencana produksi ini dapat menghilangkan pemborosan atau kesia-siaan,
inkonsistensi, dan persyaratan yang tidak masuk akal, sehingga meningkatkan produktivitas.
JIT pada pabrik-pabrik Toyota memeiliki nama sendiri yakni dengan nama Toyota Production System (TPS). TPS
ini mengendalikan produksi dengan sistem kanban yang memainkan persan secara integral. Sistem kanban juga
telah disebut metode Supermarket karena ide di balik itu dipinjam dari supermarket. Supermarket
menggunakan kartu kontrol produk di mana informasi yang terkait dengan produk, seperti produk nama, kode

dan lokasi penyimpanan, dimasukkan. Karena Toyota memiliki tanda kanban untuk digunakan dalam proses
produksi mereka, metode yang kemudian disebut sistem kanban. Di Toyota, ketika proses mengacu pada
proses sebelumnya untuk mengambil bagian, menggunakan kanban untuk berkomunikasi bagian mana telah
digunakan. Supermarket hanya menyediakan persediaan yang dibutuhkan oleh pelanggan hanya sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan, dan memiliki semua item yang tersedia untuk dijual pada pelanggan pada waktu
tertentu juga.
Gambar Conceptual Diagram of the Kanban System
Pada Toyota Production System (TPS) penghapusan kesia-siaan dinamakan dengan penghapusan limbah.
Pada awalnya filososfi tersebut dinamakan dengan penghapusan lengkap semua limbah dari semua aspek
produksi dalam mengejar metode yang paling efisien, seperti mesin yang diciptakan pada awal-awal produksi
Toyota yakni mesin tenun otomatis Sakichi Toyoda. TPS diuji dan dicoba selama bertahun-tahun untuk
meningkatkan efisiensi didasarkan pada konsep Just-in-Time dikembangkan oleh Kiichiro Toyoda, pendiri (dan
presiden kedua) dari Toyota Motor Corporation. Limbah dapat bermanifestasi sebagai kelebihan persediaan,
penambahan proses, dan produk-produk yang cacat. Jika sampah tersebut dibiarkan dan dijumlahkan masingmasing dimana terbentuk sampah tersebut maka pada akhirnya berdampak pada pengelolaan korporasi itu
sendiri.
Kiichiro Toyoda, yang mewarisi filosofi ini, berangkat untuk mewujudkan keyakinannya bahwa kondisi ideal
untuk membuat hal-hal yang dibuat ketika mesin, fasilitas, dan orang-orang bekerja sama untuk menambah nilai
tanpa menghasilkan limbah apapun. Dengan metodologi dan teknik ini sehingga dapat menghilangkan limbah
antar proses, hasilnya adalah Just In Time (JIT).
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat kita simpulkan bahwa :
1.

Toyota Motor Carporation sebagai induk yang membawahi semua pabrik pembuatan mobil dengan
merek Toyota adalah sebagai pelopor Just In Time dengan Sistem Kanban. Dimana Sistem Kanban tersebut
diterapkan disemua lini perakitan pada pabrik-pabrik Toyota. Dengan sistem kanban tersebut dapat
mengeliminasi kesia-siaan (toyota memberikan nama kesia-siaan tersebut dengan limbah) yang terjadi
disemua lini baik dlini produksi maupun di lini manajemen di Toyota;

2.

Kelebihan sistem JIT ini adalah dapat mengurangi biaya tenaga kerja, persediaan, risiko kerusakan, dan
peningkatan kualitas produk. Keunggulan tersebut seiring dengan adanya Total Production System dan
pengecekan kualitas baik ditingkat pemasok, maupun di internal Toyota sendiri sebagai dalam penerapan
sistem JIT sehingga risiko limbah yang akan terbentuk dapat ditekan. Selain itu, biaya tenaga kerja dan
biaya penyimpanan dapat ditekan sampai seminimal mungkin;

3.

Kekurangan sistem JIT ini adalah sulit mencari pemasok yang terintegrasi dengan proses produksi pada
perusahaan Toyota, biaya pengiriman tinggi, kesulitan menghadapi perubahan permintaan, tuntutan sumber
daya manusia yang multifungsi, dan perlengkapan teknologi yang membutuhkan biaya besar.

Sumber : http://blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/01/17/kelebihan-dan-kekurangan-sistem-informasi-just-in-timepada-toyota-motor-corporation/

Anda mungkin juga menyukai