Pengertian
Fraktur adalah kerusakan atau pemecahan (patahnya) suatu bagian, terutama pada tulang.
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tulang tibia sebelah kanan maupun kiri akibat
pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan
wanita lanjut usia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat
jatuh atau benturan benda keras.1
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur dengan dunia luar,
baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari dalam hingga ke permukaan kulit atau kulit
dipermukaan yang mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam. Fraktur
terbuka sering timbul komplikasi berupa infeksi. Infeksi bisa berasal dari flora normal di kulit ataupun
bakteri pathogen khususnya bakteri gram (-). Golongan flora normal kulit, seperti Staphylococus,
Propionibacterium acne , Micrococus dan dapat juga Corynebacterium. Selain dari flora normal kulit,
hasil juga menunjukan gambaran bakteri yang bersifat pathogen, tergantung dari paparan (kontaminasi)
lingkungan pada saat terjadinya fraktur.2
Karena energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan jenis patah tulang, pasien sering memiliki
luka tambahan, beberapa berpotensi mengancam nyawa, yang memerlukan pengobatan. Terdapat 4070% dari trauma berada di tempat lain dalam tubuh bila ada fraktur terbuka. Fraktur terbuka mewakili
spektrum cedera: Pertama, masalah mendasar dasar patah tulang; kedua, pemaparan dari patah tulang
terhadap lingkungan; dan kontaminasi dari situs fraktur.2
Klasifikasi 3
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Ada beberapa istilah yang
dipakai untuk menjelaskan fraktur.
Sudut patah
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali
ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan
gibs. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini
tidak stabil dan sulit dipebaiki. Fraktur spiral timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah
bahwa jenis fraktur rendah energy ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan fraktur
semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
Fraktur Multipel pada Satu Tulang
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu
ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh dan keadaan ini mungkin
memerlukan pengobatan secara bedah. Fraktur kominuta adalah serpihan-serpihan atau terputusnya
keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
Fraktur Impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ke tiga yang
berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Pada orang muda fraktur
kompresi dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat.
Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena
tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang
paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor primer atau tumor metastasis. Sebagai
contoh terjadi fraktur pada saat memegang gayung ketika mandi.
Yang terbanyak mengenai usia 15 sampai 19 tahun dengan catatan 109 kasus per 100.000 populasi per
tahun.
Etiologi 2
1. Trauma langsung ( direct ). Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada
jaringan tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan benda
keras oleh kekuatan langsung.
2.
Trauma tidak langsung ( indirect ). Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung,
tapi lebih disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot ,
contohnya seperti pada olahragawan atau pesenam yang menggunakan hanya satu tangannya
untuk menumpu beban badannya.
3.
Trauma pathologis. Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis,
osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison / ACTH, osteogenesis
imperfecta (gangguan congenital yang mempengaruhi pembentukan osteoblast).
2.
Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang disebabkan oleh bakteri
piogen dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
3.
Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan sendi dan tulang rawan.
Fraktur terbuka disebabkan oleh energi tinggi trauma, paling sering dari pukulan
langsung, seperti dari jatuh atau tabrakan kendaraan bermotor. Dapat juga disebabkan oleh luka
tembak, maupun kecelakaan kerja. Tingkat keparahan cidera fraktur terbuka berhubungan
langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang mengenai tubuh. Ukuran luka bisa hanya beberapa
milimeter hingga terhitung diameter. Tulang mungkin terlihat atau tidak terlihat pada luka. Fraktur
terbuka lainnya dapat mengekspos banyak tulang dan otot, dan dapat merusak saraf dan pembuluh
darah sekitarnya. Fraktur terbuka ini juga bisa terjadi secara tidak langsung, seperti cidera tipe
energi tinggi yang memutar.
Diagnosis 2
1. Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah
trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
a. Syok, anemia atau perdarahan.
b. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organorgan dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.
c. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.
3. Pemeriksaan lokal
a. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat.
Perhatikan posisi anggota gerak.
Keadaan umum penderita secara keseluruhan.
Ekspresi wajah karena nyeri.
Lidah kering atau basah.
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan.
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup
atau fraktur terbuka.
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan.
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain.
Perhatikan kondisi mental penderita.
Keadaan vaskularisasi.
b. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri.
Temperatur setempat yang meningkat.
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan
jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati.
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena.
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma ,
temperatur kulit.
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan
panjang tungkai.
c. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur,
setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
4. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi
kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelaianan saraf
yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan
tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.
5. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.
Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita
mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum
dilakukan pemeriksaan radiologis.
Patofisiologi 2
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan
perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi odem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan
lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka
atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien
fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan
fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
Proses pemulihan fraktur meliputi:
1.
Fase inflamasi. Fase inflamasi terjadi segera setalah luka dan berakhir 3-4 hari, dua proses
utama yang terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian
perdarahan) terjadi akibat fase kontriksi pembuluh darah besar didaerah luka. Bekuan darah
dibentuk oleh trombosit yang menyiapkan matriksfibrin yang menjadi kerangka bagi
pengambilan sel. Fagositosis merupakan perpindahan sel, leokosit ke daerah interestisial.
Tempat ini di tempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama kurang lebih 24 jam
setelah cedera. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah akan mempercepat proses penyembuhan.
Fase inflamasi juga memerlukan pembuluh darah dan respons seluler yang digunakan untuk
mengangkat benda- benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan
membawa bahan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan hingga pada akhirnya
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
2.
Fase polifrasi sel. Fase polifrasi yaitu sel-sel berpolifrasi dari lapisan dalam periosteum sekitar
lokasi fraktur sel-sel ini menjadi osteoblast, sel ini aktif tumbuh kearah frakmen tulang dan
juga terjadi di jaringan sumsum tulang. Fase ini terjadi setelah hari ke-2 paska fraktur.
3.
Fase pembentukan kallus. Pada fase ini osteoblas membentuk tulang lunak (kallus), Tempat
osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garamgaram kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Jika terlihat massa kallus pada X-ray
maka fraktur telah menyatu. Pada fase ini terjadi setelah 6-10 hari setelah fraktur.
4.
Fase konsolidasi. Pada fase ini kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba
telah menyatu secara bertahap menjadi tulang mature. Fase ini terjadi pada minggu ke-3-10
setelah fraktur.
5.
Fase remodeling. Pada fase remodeling ini perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik
dan osteoblastik pada tulang serta kallus eksterna secara perlahan-lanan menghilang. Kallus
inter mediet berubah menjadi tulang yang kompak dan kallus bagian bagian dalam akan
mengalami peronggaan untuk membentuk sumsum. Pada fase remodeling ini dimulai dari
minggu ke 8-12 dan berahir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
Gejala Klinis 2
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi deformitas, pemendekan ekstermitas,
krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
1.
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme
otot yang menyartai fraktur merupakan bentuk bidai alami yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar frekmen tulang.
2.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara
tidak alami ( gerakan luar biasa ) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Ekstermitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melengketnya otot.
3.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain.
4.
Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang
teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. ( uji krepitus dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat ).
5.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala terdapat pada setiap fraktur, pada fraktur linear atau frakturimpaksi
(perrmukaan patahan saling berdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda
fisik, pemeriksaan sinar-x pasien.
Penanganan 4
Prinsip penanganan fraktur terbuka :
a. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
b. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa.
c. Pemberian antibiotik.
d. Lakukan debridement dan irigasi luka.
e. Lakukan stabilisasi fraktur.
f. Lakukan penjahitan berdasarkan hasil diagnosis.
g. Pencegahan tetanus.
h. Lakukan rehabilitasi ektremitas yang mengalami fraktur.
Debridement adalah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati sehingga luka
menjadi bersih. Untuk melakukan debridement yang adekuat, luka lama dapat diperluas, jika
diperlukan dapat membentuk irisan yang berbentuk elips untuk mengangkat kulit, fasia serta
tendon ataupun jaringan yang sudah mati. Debridement yang adekuat merupakan tahapan
yang penting untuk pengelolaan. Debridement harus dilakukan sistematis, komplit serta
berulang. Diperlukan cairan yang cukup untuk fraktur terbuka. Grade I diperlukan cairan yang
bejumlah 1-2 liter, sedangkan grade II dan grade III diperlukan cairan sebanyak 5-10 liter,
menggunakan cairan normal saline.
Pemberian antibiotika adalah efektif mencegah terjadinya infeksi pada pada fraktur
terbuka. Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar. Untuk fraktur terbuka
antibiotika yang dianjurkan adalah golongan cephalosporin dan dikombinasi dengan golongan
aminoglikosida.
Perawatan lanjutan dan rehabilitasi fraktur terbuka :
1. Hilangkan nyeri.
2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dan flagmen patah tulang.
3. Mengusahakan terjadinya union.
4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan mempertahankan fungsi otot dan sendi
dan pencegahan komplikasi.
5. Mengembalikan fungsi secara maksimal dengan fisioterapi.
Tindakan Pembedahan
Hal ini penting untuk menstabilkan patah tulang sesegera mungkin untuk
mencegah kerusakan jaringan yang lebih lunak. Tulang patah dalam fraktur terbuka biasanya
digunakan metode fiksasi eksternal atau internal. Metode ini memerlukan operasi.
a. Fiksasi Internal
Selama operasi, fragmen tulang yang pertama direposisi (dikurangi) ke posisi normal
kemudian diikat dengan sekrup khusus atau dengan melampirkan pelat logam ke
permukaan luar tulang. Fragmen juga dapat diselenggarakan bersama-sama dengan
memasukkan batang bawah melalui ruang sumsum di tengah tulang. Karena fraktur
terbuka mungkin termasuk kerusakan jaringan dan disertai dengan cedera tambahan,
mungkin diperlukan waktu sebelum operasi fiksasi internal dapat dilakukan dengan
aman.
b. Fiksasi Eksternal
Fiksasi eksternal tergantung pada cedera yang terjadi. Fiksasi ini digunakan untuk
menahan tulang tetap dalam garis lurus. Dalam fiksasi eksternal, pin atau sekrup
ditempatkan ke dalam tulang yang patah di atas dan di bawah tempat fraktur.
Kemudian fragmen tulang direposisi. Pin atau sekrup dihubungkan ke sebuah
lempengan logam di luar kulit. Perangkat ini merupakan suatu kerangka stabilisasi
yang menyangga tulang dalam posisi yang tepat.
Luka Kompleks (Complex Wounds)
Berdasarkan jumlah jaringan lunak yang hilang, luka-luka kompleks dapat ditutupi
dengan menggunakan metode yang berbeda, yakni :
a. Lokal Flap
b.
Jaringan otot dari ekstremitas yang terlibat diputar untuk menutupi fraktur. Kemudian
diambil sebagian kulit dari daerah lain dari tubuh (graft) dan ditempatkan di atas luka.
Free Flap
Beberapa luka mungkin memerlukan transfer lengkap jaringan. Jaringan ini sering
diambil dari bagian punggung atau perut. Prosedur free flap membutuhkan bantuan dari
seorang ahli bedah mikrovaskuler untuk memastikan pembuluh darah terhubung dan
sirkulasi tetap berjalan.
Komplikasi 4
1. perdarahan, syok septik kematian
2. septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik
3. tetanus
4. gangren
5. kekakuan sendi
6. perdarahan sekunder
7. osteomielitis kronik
8. delayed union
9. Compartmen syndrome
10. Cedera Neurovaskular
Pemeriksaan Penunjang 5
1. Pemeriksaan Rongent, menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2.
CT Scan tulang, tomogram MRI, untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami
kerusakan.
3.
4.
Hitung darah kapiler, HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat, kadar Ca kalsium, Hb.
Prognosis
Pasien yang mengalami fraktur terbuka pada os tibia akan mendapatkan prognosis yang baik
asalkan ditangani dengan baik dalam 6 jam pertama. Karena jika lebih daripada 6 jam, kita harus
menunggu jaringan lunak yang membengkak sampai 6 hari, baru setelah itu dilakukan tindakan
operatif, dan prognosisnya tetap baik. Pasien akan mengalami kekakuan tungkai bawah selama masa
penyembuhan. Pasien dengan berat badan yang berlebih akan lebih lama proses penyembuhannya. 3,5
Edukasi
Perlu istirahat dan tidak melakukan aktivitas fisik setelah tindakan operasi untuk beberapa
waktu sampai memar hilang dan tulang menyambung. Selain itu juga untuk membantu mempercepat
proses penyembuhan, diperlukan asupan nutrisi yang memadai. Nutrisi yang dimaksud yaitu vitamin A,
vitamin C, vitamin D, kalsium, magnesium, dan fosfor.6
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dorland WAN. Kamus kedokteran dorland. Ed. 31. Jakarta: EGC; 2010. Hal. 866.
Pengertian fraktur. Artikel kesehatan. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id, 27 Maret 2015.
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Ed. 6. Vol. 2. Jakarta: EGC; 2005. Hal. 1365-8.
Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of fracture. Ed. 5. China: Ebook; 2015.
Bond MC, Perron AD, Abraham MK. Orthopedic emergencies. Amerika: Cambrige University
Press; 2013
Situmorang EK, Tarigan R. Kecukupan asuhan nutrisi untuk penyembuhan tulang pada pasien
fraktur di rsup adam malik medan. Artikel kesehatan. Diunduh dari http://jurnal.usu.ac.id, 27
Maret 2015.