Minicex Obgyn
Minicex Obgyn
Disusun oleh :
Muhammad nur Anas, S.Ked
J500090011
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
2014
Ilmu Penyakit
(..................................)
Dipresentasikan dihadapan:
Dr. dr. Jaya Massa, Sp.OG (K) FM
(..................................)
(.................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus iminen adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu dari tanggal hari pertama haid terakhir atau berat janin
kurang dari 500 gram dengan kondisi embrio masih di dalam uterus dan servik
masih tertutup. Abortus iminen ialah peristiwa ibu terancam kehilangan bayinya
pada setengah awal kehamilan, merupakan komplikasi tersering pada kehamilan
dan merupakan beban emosional yang serius, meningkatkan risiko keguguran,
kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, kematian perinatal,
perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini, namun tidak ditemukan kenaikan
risiko bayi lahir cacat. Abortus iminen menyebabkan 70.000 wanita meninggal
tiap tahunnya. Asia Tenggara kejadian abortus iminen 4,2 juta pertahun termasuk
Indonesia. Abortus iminen di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan
setiap tahunnya atau 600-900 ribu, dan 2500 orang di antaranya berakhir dengan
kematian (Sotiriadis, 2013).
Abortus iminen memiliki faktor-faktor yang diketahui berperan dalam
terjadinya abortus iminen antara lain kelainan kromosom, kelainan imunologi,
kelainan hormonal, atau infeksi maternal. Abortus iminen dapat meningkat apabila
ibu memiliki pada kelainan uterus, diabetes mellitus, hipotiroidisme, kelainan
jantung, penyakit paru kronik, peningkatan indeks massa tubuh, perempuan yang
merokok, minum alkohol, dan lain-lain (Norwitz, 2010). Sofia Doria dkk (2010)
melaporkan dari 232 pasien yang didiagnosa dengan abortus iminen, 147 (63,4%)
kasus dengan kromosom yang normal, 85 (36,6%) dengan kromosom abnormal.
Anomali kromosom pada abortus iminen sebanyak 85 kasus dimana 81 (95,3%)
kasus berasal dari trimester pertama.
Gracia-Enguidanos (2008) menemukan risiko abortus iminen meningkat
dengan bertambahnya usia ibu dan meningkat tajam setelah usia 35 tahun atau
lebih. Andersen (2013) menjumpai risiko abortus iminen 11,1%-15,0% pada usia
dibawah 35 tahun dan bertambah menjadi 24,6% diatas usia 35 tahun. Hefner
(2004) juga menjumpai hasil yang sama, dari 10%-14% risiko abortus iminen
pada usia 20-34 tahun, dan bertambah menjadi 24% setelah usia 35 tahun, dan
50% setelah usia 40 tahun.
Patogenesis abortus iminen berawal dari terjadi perdarahan desidua
basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Efektivitas penatalaksanaan aktif masih
dipertanyakan, karena umumnya penyebab abortus iminen adalah kromosom
abnormal pada janin. Meskipun banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi
yang efektif untuk abortus iminen, Penatalaksanaan abortus iminen pada
umumnya adalah secara empiris (Lede, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Abortus Iminen
Abortus iminen adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari
intra uteri yang timbul sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu,
dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa hasil pengeluaran hasil konsepsi dan
tanpa dilatasi servik (Wahabi, 2011).
B. Penyebab Abortus iminen
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan seperti kelainan kromosom, lingkungan sekitar tempat
hasil
tersebut.
Untuk
meningkatkan
kemungkinan
masih
diduga
menjadi
penyebab
keguguran
berulang, uji coba secara acak dari leukosit imun ayah tidak
menunjukkan perbaikan dalam tingkat kelahiran hidup, dan Food and
Drug Administration sekarang memerlukan persetujuan untuk meneliti
obat produk biologis ini. Imunoglobulin intravena tidak mempunyai
manfaat yang signifikan berkaitan dengan tingkat hidup-lahir antara
pasangan dengan abortus iminen.
(Devaseelan, 2012)
G. Prognosis Abortus Iminen
Abortus iminen merupakan salah satu faktor risiko abortus iminen,
kelahiran prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian
perinatal, namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Tipe
perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang
baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai
pendataran serta pembukaan servik (William, 2010).
H. Pencegahan Abortus Iminen
1. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan
intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah
atau mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang mengancam
kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita
BAB III
STATUS PENDERITA
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Register
: 3209xx
Usia
: 27 tahun
Alamat
: Jumantono
Pekerjaan
Menikah
: 1 kali
Lama Menikah
: 6 tahun
B. Subyektif
Tanggal 9
September 2014
jam 20.30 WIB
dilakukan autoanamnesis
- Keluhan Utama
Keluar darah (flek-flek) dari alat kelaminnya sejak satu hari yang
lalu
Tanggal 8
September 2014
jam 17.00 WIB
mengalami
pendarahan
Tanggal 15
Agustus 2014
jam 12.15 WIB
KU
TD
: 110/70 mmHg
: 88 x/m
RR
: 20 x/m
TB/BB skrg
: 156 cm/ 45 kg
Kepala/leher
Toraks
: Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
: Oedem (-/-)
Genitalia
Inspekulo
VT
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15 Agustus 2014 dilakukan plano test dan hasilnya (+) hamil
Tanggal 9 September 2014 dilakukan pemeriksaan Lab
Hematokrit
juta/mm3
32 vol%
juta/mm3
37-43 vol %
MCV
85 mm3
82-92 mm3
MCH
28 pikogram
27-31 pikogram
MCHC
34 %
32-37 %
3.
4.
5.
Hemoglobin
Platelet
GDS
13,1 g/dl
259.000 mm3
111 mg/dl
12 18 g/dl
150.000-400.000 mm3
<160 mg/dl
HbsAg
: Negatif
Gol. Darah : O
E. Diagnosis
Abortus iminen
F. Planning
Bed rest total
Asam mefenamat 3x1 tab
Amoksisilin 3x500 mg
Asam traneksamat 3x500 mg
BAB IV
RINGKASAN KASUS
Pasien ini mengalami abortus iminen yaitu peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada usia kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, hidup, tanpa adanya dilatasi servik dan kehamilan
masih dapat dipertahankan. Abortus iminen pada pasien ini disebabkan oleh
banyak faktor, dan pada pasien ini kemungkinan diakibatkan karena faktor usia
kehamilan, jumlah paritas, pendidikan dan pengetahuan pasien, infeksi maternal,
aktivitas yang berat, dan hubungan seksual.
Pasien ini mengalami perdarahan atau abortus iminen pada usia kehamilan
8 minggu. Usia kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua
lebih dalam, sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak perdarahan. Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri dan hal ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
Abortus iminen merupakan risiko yang dapat terjadi pada setiap ibu hamil
bila tidak ditangani dan dicegah dengan baik. Seorang ibu semakin banyaknya
jumlah kelahiran yang dialami, semakin tinggi risikonya untuk mengalami
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Abortus iminen juga berpengaruh
terhadap pendidikan dan pengetahuan pasien ini, dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu semakin rendah kejadian abortus iminen.
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Abortus iminen merupakan risiko yang
dapat terjadi pada setiap ibu hamil bila tidak ditangani dan dicegah dengan baik.
Abortus iminen diberi penatalaksanaan awal yaitu menganjurkan ibu bed rest total
atau istirahat total baik di tempat pelayanan maupun di rumah selama 48 jam,
apabila kehamilan masih dapat dipertahankan perdarahan dalam waktu 48 jam
akan berhenti. Bed rest total atau tirah baring merupakan unsur penting dalam
pengobatan abortus iminen karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Pasien ini dapat diberi analgetik sebagai anti nyeri dan penghilang rasa
sakit yang dialami pasien. Antibiotik juga perlu diberikan pada pasien ini untuk
mencegah infeksi lebih lanjut. Anti perdarahan juga diberikan pada pasien ini
untuk menghentikan perdarahan yang sedang terjadi pada pasien abortus iminen.
Progesteron juga dapat diberikan untuk terapi subsitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum
dan berperan penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan
serta memelihara kehamilan.
Dokter juga dapat memberi edukasi pada pasien ini dan menjelaskan bahwa ibu
bisa melewati masalah ini dengan baik, memberikan support kepada ibu, dan
mendampingi ibu selama ibu dalam pemantauan, serta menghadirkan keluarga
yang paling dekat dengan ibu. Abstinensia sering kali dianjurkan dalam
penanganan abortus iminen, karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin
disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E
dalam semen dapat mempercepat pematangan servik dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sotiriadis A, Papatheodorou S, Makrydimas G. Threatened Miscarriage:
Evaluation and management. BMJ. 2013;329(7458):152-5.
2. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY, editors. 23rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2010.
3. Wahabi HA, Fayed AA, Esmaeil SA, Al Zeidan RA. Progestogen for
treating threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2011 [cited 2014 Dec 10]; 12:CD005943. Available from:
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD005943.pu
b4.
4. Ilmu kebidanan. In: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
editors. 3rd ed. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2007.
5. Norwitz ER, Arulkumaran S, Symonds IM, Fowlie A, editors. Oxford
American handbook of obstetrics and gynecology. 1st ed. New York:
Oxford University Press; 2010
6. Case Files. In: Toy EC, III BB, Ross PJ, Jennings JC, editors. Obstetics &
Gynecology. 3rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2010.
7. Devaseelan P, Fogarty PP, Regan L. Human chorionic gonadotrophin for
threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2012 [cited 2014 Dec 10]; 5:CD007422. Available from:
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD007422.pu
b2.
8. Current medical diagnosis & treatment. In: McPhee SJ, Papadakis MA,
editors. 2010. USA: McGraw-Hill; 2010.
Available
from:http://www.thecochranelibrary.com/.
11. Ben-Haroush A, Yogev Y, Mashiach R, Meizner I. Pregnancy Outcome of
Threatened Abortion with Subchorionic Hematoma:Possible Bene_ t of
Bed-Rest?.Isr Med Assoc J. [serial on the Internet]. 2012 [cited 2014 Dec
24];5(6):422-4.
Available
from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
12841015.
12. Kontoyannis M, Katsetos C, Panagopoulos P. Sexual intercourse during
pregnancy. Health Science Journal. 2012;6(1):82-8.
13. Kamus Kedokteran Dorland. In: Harjono RM, Hartono A, Japaries W,
Kuswadji S, Maulany RF, Setio M, Sugani S, Suyono J, Tambajong J,
Winata I, editors. Jakarta: EGC; 2002.
14. Omar MH, Mashita MK, Lim PS, Jamil MA. Dydrogesterone in
threatened abortion: Pregnancy outcome. J Steroid Biochem Mol Biol.
2013;97(5):421-5.
15. Ou MC, Pang CC, Chen FM, Su CH, Ou D. Antibiotic treatment for
threatened abortion during the early _ rst trimester in women with
previous
imineneous
abortion.
Acta
Obstet
Gynecol
Scand.
2001;80(8):753-6.
16. Lede RL, Dulley L. Uterine muscle relaxant drugs for threatened
miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 2014
[cited 2014 Dec 29]; 1: CD002857. Available from:
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD002857.pu
b2.
17. Branc, W et al. Recurrent Miscarriage. N Engl J Med. 2013; 363:17401747