Anda di halaman 1dari 16

MINI-CLINICAL EXAMINATION EXERCISE (CEX)

Perempuan 27th G2P1A0 dengan Abortus Iminen


Pembimbing :
Dr. dr. Jaya Massa, Sp.OG (K) FM

Disusun oleh :
Muhammad nur Anas, S.Ked
J500090011

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
2014

MINI-CLINICAL EXAMINATION EXERCISE (CEX)


Secundigravida hamil 7+2mnggu dengan Abortus Iminen
Yang Diajukan Oleh :
Muhammad nur Anas, S.Ked
J500090011
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase

Ilmu Penyakit

Kandungan dan Kebidanan Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing:
Dr. dr. Jaya Massa, Sp.OG (K) FM

(..................................)

Dipresentasikan dihadapan:
Dr. dr. Jaya Massa, Sp.OG (K) FM

(..................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Dhona Dewi Nirlawati

(.................................)

BAB I
PENDAHULUAN
Abortus iminen adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu dari tanggal hari pertama haid terakhir atau berat janin
kurang dari 500 gram dengan kondisi embrio masih di dalam uterus dan servik
masih tertutup. Abortus iminen ialah peristiwa ibu terancam kehilangan bayinya
pada setengah awal kehamilan, merupakan komplikasi tersering pada kehamilan
dan merupakan beban emosional yang serius, meningkatkan risiko keguguran,
kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, kematian perinatal,
perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini, namun tidak ditemukan kenaikan
risiko bayi lahir cacat. Abortus iminen menyebabkan 70.000 wanita meninggal
tiap tahunnya. Asia Tenggara kejadian abortus iminen 4,2 juta pertahun termasuk
Indonesia. Abortus iminen di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan
setiap tahunnya atau 600-900 ribu, dan 2500 orang di antaranya berakhir dengan
kematian (Sotiriadis, 2013).
Abortus iminen memiliki faktor-faktor yang diketahui berperan dalam
terjadinya abortus iminen antara lain kelainan kromosom, kelainan imunologi,
kelainan hormonal, atau infeksi maternal. Abortus iminen dapat meningkat apabila
ibu memiliki pada kelainan uterus, diabetes mellitus, hipotiroidisme, kelainan
jantung, penyakit paru kronik, peningkatan indeks massa tubuh, perempuan yang
merokok, minum alkohol, dan lain-lain (Norwitz, 2010). Sofia Doria dkk (2010)
melaporkan dari 232 pasien yang didiagnosa dengan abortus iminen, 147 (63,4%)
kasus dengan kromosom yang normal, 85 (36,6%) dengan kromosom abnormal.
Anomali kromosom pada abortus iminen sebanyak 85 kasus dimana 81 (95,3%)
kasus berasal dari trimester pertama.
Gracia-Enguidanos (2008) menemukan risiko abortus iminen meningkat
dengan bertambahnya usia ibu dan meningkat tajam setelah usia 35 tahun atau
lebih. Andersen (2013) menjumpai risiko abortus iminen 11,1%-15,0% pada usia
dibawah 35 tahun dan bertambah menjadi 24,6% diatas usia 35 tahun. Hefner
(2004) juga menjumpai hasil yang sama, dari 10%-14% risiko abortus iminen

pada usia 20-34 tahun, dan bertambah menjadi 24% setelah usia 35 tahun, dan
50% setelah usia 40 tahun.
Patogenesis abortus iminen berawal dari terjadi perdarahan desidua
basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Efektivitas penatalaksanaan aktif masih
dipertanyakan, karena umumnya penyebab abortus iminen adalah kromosom
abnormal pada janin. Meskipun banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi
yang efektif untuk abortus iminen, Penatalaksanaan abortus iminen pada
umumnya adalah secara empiris (Lede, 2014).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Abortus Iminen
Abortus iminen adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari
intra uteri yang timbul sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu,
dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa hasil pengeluaran hasil konsepsi dan
tanpa dilatasi servik (Wahabi, 2011).
B. Penyebab Abortus iminen
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan seperti kelainan kromosom, lingkungan sekitar tempat

implantasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat radiasi, virus


obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2. Kondisi rahim yang tidak optimal adalah gangguan kontrol hormonal
dan faktor- faktor endokrin lainnya yang berhubungan dengan
persiapan uterus dalam menghadapi inplantasi dan penyediaan nutrisi
janin.
3. Kelainan pada khorion.
4. Penyakit ibu.
5. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi servik, retroversi
uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
(Devaseelan, 2012)
C. Tanda dan Gejala Abortus Iminen
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20minggu.
2. Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi
masih berada dalam uterus, tanpa adanya dilatasi servik.
3. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum.
4. Nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah
buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia
kehamilan.
(Omar, 2013)
D. Diagnosa abortus iminen
1. Pemeriksaan dalam: Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan,
servik belum membuka.
2. Perdarahan pada kehamilan muda, namun pada tes kehamilan masih
menunjukan hasil yang positif.
(McPhee, 2010)
E. Patofisiologi Abortus Iminen
Dalam 2 minggu perkembangan konsepsi, trofoblas invasif telah
melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium, kemudian

terbentuk sinus intertrofoblastik yang merupakan ruangan yang berisi


darah maternal. Sirkulasi darah janin ini berakhir dilengkung kapiler
(capillary loops) didalam vili korialisyang ruang intervilinya dipenuhi
dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan
melalui vena uterina. Vili korialis akan tumbuh menjadi suatu massa
jaringan yaitu plasenta. Hasil konsepsi diselubungi oleh jonjot-jonjot yang
dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Korion ini terbentuk
oleh karena adanya chorionic membrane. Vili korialis yang berhubungan
dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, korion
tersebut dinamakan korion frondosum. Darah ibu dan darah janin
dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, Villi korialis belum menembus desidua
secara dalam. Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Perubahan patologi dimulai dari trombosis dari pembuluh darah
uteroplasenta akan menyebabkan perfusi ke embrio terganggu. Kegagalan
pada endovaskular dan interstisial dari diferensiasi extravillus trofoblas
akan menyebabkan perdarahan pada desidua basalis yang menyebabkan
nekrosis dari jaringan di sekitarnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh
janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda
asing bagi rahim sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
ekspulsi. Bila ketuban pecah terlihat janin maserasi bercampur air ketuban.
Sering kali fetus tak tampak dan ini disebut bligted ovum (Ben-Haroush,
2012).
F. Terapi Abortus Iminen
1. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanis.

2. Manajemen Kelainan Genetik


Secara keseluruhan, ada sampai kesempatan 70% dari kelahiran
hidup tanpa campur tangan. Risiko bayi lahir hidup dengan trisomi
translokasi masih rendah, umumnya kurang dari 1%. IVF dengan
diagnosis praimplantasi genetik telah digunakan dalam upaya untuk
mencegah

hasil

tersebut.

Untuk

meningkatkan

kemungkinan

keberhasilan kehamilan, praimplantasi skrining genetik blastomer


dibiopsi selama IVF telah direkomendasikan untuk mencegah transfer
embrio kariotip abnormal pada pasangan dengan kariotipe normal.
3. Intervensi imunologi
Autoimun

masih

diduga

menjadi

penyebab

keguguran

berulang, uji coba secara acak dari leukosit imun ayah tidak
menunjukkan perbaikan dalam tingkat kelahiran hidup, dan Food and
Drug Administration sekarang memerlukan persetujuan untuk meneliti
obat produk biologis ini. Imunoglobulin intravena tidak mempunyai
manfaat yang signifikan berkaitan dengan tingkat hidup-lahir antara
pasangan dengan abortus iminen.
(Devaseelan, 2012)
G. Prognosis Abortus Iminen
Abortus iminen merupakan salah satu faktor risiko abortus iminen,
kelahiran prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian
perinatal, namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Tipe
perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang
baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai
pendataran serta pembukaan servik (William, 2010).
H. Pencegahan Abortus Iminen
1. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan
intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah
atau mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang mengancam
kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita

dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang


menyenangkan. ANC diteliti secara observasional menunjukkan bahwa
dapat mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Perdarahan
pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat didentifi
kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan
anamnesis. Ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua
kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur (Herbst, 2013).

BAB III
STATUS PENDERITA
A. Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Register

: 3209xx

Usia

: 27 tahun

Alamat

: Jumantono

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Menikah

: 1 kali

Lama Menikah

: 6 tahun

B. Subyektif
Tanggal 9
September 2014
jam 20.30 WIB

dilakukan autoanamnesis
- Keluhan Utama

Keluar darah (flek-flek) dari alat kelaminnya sejak satu hari yang
lalu

- Riwayat Penyakit Sekarang


Wanita/ 27 tahun/ menikah 1x, 6 tahun/ G2 P1 A0 uk: 7 minggu/ HPL:

25 April 2015/ HPHT: 18 Juli 2014


Pasien juga mengeluhkan adanya rasa mules-mules
pasien

Tanggal 8
September 2014
jam 17.00 WIB

mengalami

pendarahan

sejak berupa flek-flek, berwarna


coklat kehitaman, ganti pembalut

3x/hari, pasien juga mengaku dua minggu yang lalu mengalami


keputihan.

Tanggal 15
Agustus 2014
jam 12.15 WIB

pasien merasakan mual- mual dan terlambat


haid kemudian pasien pergi ke bidan dan

dilakukan tes kencing: hasil positif hamil


ANC satu kali di bidan
- Riwayat kehamilan dan kelahiran sebelumnya
Kehamilan : G2 P1 A0
1. Th 2009, laki-laki, BB 2900 gr, iminen, bidan.
2. Kehamilan ini.
- Riwayat menstruasi
Menarche 13 th, siklus haid 28 hari lamanya 7 hari, banyaknya tiga
pembalut/hari, nyeri haid tidak ada
- Riwayat penyakit dahulu
Belum pernah sakit seperti ini
- Riwayat operasi
Tidak didapatkan riwayat operasi
- Riwayat penyakit keluarga
Tidak didapatkan riwayat penyakit yang serupa pada keluarga
- Riwayat kebiasaan diri pribadi
Merokok (-), minum alkohol (-), jamu-jamuan (-), obat-obatan (-)
C. Pemeriksaan Fisik

KU

: baik, compos mentis

TD

: 110/70 mmHg

: 88 x/m

RR

: 20 x/m

TB/BB skrg

: 156 cm/ 45 kg

Kepala/leher

: anemis -/-, ikterik -/-

Toraks

: Cor
Pulmo

Abdomen

: S1-S2 reguler, murmur (-)


: Rh (-), Wh (-)

: I: Dinding perut // dinding dada.


P: supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba
P: undulasi (-), shifting dullness (-)
A: Peristaltik (+) normal.

Ekstremitas

: Oedem (-/-)

Genitalia

: fluksus (-), flek (+), flour (-)

Inspekulo

: flek (+), flour (-), servik utuh, pembukaan (-)

VT

: fluksus (-), flek (+), flour (-), dinding vagina licin,


servik utuh dan tidak ada pembukaan

D. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 15 Agustus 2014 dilakukan plano test dan hasilnya (+) hamil
Tanggal 9 September 2014 dilakukan pemeriksaan Lab

No. Pemeriksaan Hasil


1.
Leukosit
14,00 x 103 mm3
2.
Eritrosit
4.500.000

Nilai Rujukan Normal


5000-11.000 mm3
4.000.000-5.000.000

Hematokrit

juta/mm3
32 vol%

juta/mm3
37-43 vol %

MCV

85 mm3

82-92 mm3

MCH

28 pikogram

27-31 pikogram

MCHC

34 %

32-37 %

3.
4.
5.

Hemoglobin
Platelet
GDS

13,1 g/dl
259.000 mm3
111 mg/dl

12 18 g/dl
150.000-400.000 mm3
<160 mg/dl

HbsAg

: Negatif

Gol. Darah : O

9 September 2014 dilakukan pemeriksaan USG


Tampak VU terisi minimal, tampak janin tunggal intrauterin (7w2d),
BJA (+),

E. Diagnosis
Abortus iminen
F. Planning
Bed rest total
Asam mefenamat 3x1 tab
Amoksisilin 3x500 mg
Asam traneksamat 3x500 mg

BAB IV
RINGKASAN KASUS
Pasien ini mengalami abortus iminen yaitu peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada usia kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, hidup, tanpa adanya dilatasi servik dan kehamilan
masih dapat dipertahankan. Abortus iminen pada pasien ini disebabkan oleh
banyak faktor, dan pada pasien ini kemungkinan diakibatkan karena faktor usia
kehamilan, jumlah paritas, pendidikan dan pengetahuan pasien, infeksi maternal,
aktivitas yang berat, dan hubungan seksual.
Pasien ini mengalami perdarahan atau abortus iminen pada usia kehamilan
8 minggu. Usia kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua
lebih dalam, sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak perdarahan. Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri dan hal ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
Abortus iminen merupakan risiko yang dapat terjadi pada setiap ibu hamil
bila tidak ditangani dan dicegah dengan baik. Seorang ibu semakin banyaknya
jumlah kelahiran yang dialami, semakin tinggi risikonya untuk mengalami
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Abortus iminen juga berpengaruh
terhadap pendidikan dan pengetahuan pasien ini, dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu semakin rendah kejadian abortus iminen.

Pasien ini kemungkinan melakukan aktivitas yang berat sehingga dapat


mempengaruhi kehamilan. Aktivitas berat pada saat kehamilan terutama pada
trimester awal akan berpengaruh terjadinya abortus iminen. Abortus iminen juga
dapat disebabkan oleh hubungan seksual pasien dengan suami pasien, karena
prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya
kontraksi.
Abortus iminen pada pasien ini juga mungkin saja disebabkan oleh
abnormalitas dalam perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadangkadang plasenta. Janin yang berkembang secara abnormal, khususnya dalam
trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan janin
dengan kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau perkembangan
janin dengan komponen kromosom yang normal (euploidi). Abnormalitas
kromosom sering terjadi di antara embrio dan janin fase awal yang mengalami
abortus iminen serta menjadi sejumlah besar atau sebagian besar kehamilan awal
yang sia-sia. Penelitian menyebutkan bahwa 50 60 % dari abortus iminen
berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi.
Abortus iminen pasien ini juga bisa juga disebabkan oleh faktor
imunologis. Abnormalitas imunologis yang berhubungan dengan abortus iminen
memiliki 2 mekanisme, yaitu mekanisme alloimun dan mekanisme autoimun.
Mekanisme autoimun yaitu mekanisme timbulnya reaksi seluler atau humoral
yang ditujukan kepada suatu lokasi spesifik dalam tubuh hospes. Mekanisme
imunologi dilaporkan beberapa prosis bekerja untuk mencegah penolakan janin.
Mekanisme imunologi tersebut mencakup faktor histokompatibilitas, faktor
penghambat sirkulasi, faktor supressor lokal dan antibodi antileukositotoksik
maternal atau anti paternal. Ibu yang tidak memiliki salah satu faktor diatas
menyebabkan terjadinya reaksi imun maternal abnormal yang berbalik melawan
antigen dalam plasenta atau dalam jaringan janin lainnya dan mengakibatkan
abortus.
Pasien ini mengeluh nyeri atau kram pada perutnya. plasenta masih
tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu

banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Abortus iminen merupakan risiko yang
dapat terjadi pada setiap ibu hamil bila tidak ditangani dan dicegah dengan baik.
Abortus iminen diberi penatalaksanaan awal yaitu menganjurkan ibu bed rest total
atau istirahat total baik di tempat pelayanan maupun di rumah selama 48 jam,
apabila kehamilan masih dapat dipertahankan perdarahan dalam waktu 48 jam
akan berhenti. Bed rest total atau tirah baring merupakan unsur penting dalam
pengobatan abortus iminen karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Pasien ini dapat diberi analgetik sebagai anti nyeri dan penghilang rasa
sakit yang dialami pasien. Antibiotik juga perlu diberikan pada pasien ini untuk
mencegah infeksi lebih lanjut. Anti perdarahan juga diberikan pada pasien ini
untuk menghentikan perdarahan yang sedang terjadi pada pasien abortus iminen.
Progesteron juga dapat diberikan untuk terapi subsitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum
dan berperan penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan
serta memelihara kehamilan.
Dokter juga dapat memberi edukasi pada pasien ini dan menjelaskan bahwa ibu
bisa melewati masalah ini dengan baik, memberikan support kepada ibu, dan
mendampingi ibu selama ibu dalam pemantauan, serta menghadirkan keluarga
yang paling dekat dengan ibu. Abstinensia sering kali dianjurkan dalam
penanganan abortus iminen, karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin
disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E
dalam semen dapat mempercepat pematangan servik dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sotiriadis A, Papatheodorou S, Makrydimas G. Threatened Miscarriage:
Evaluation and management. BMJ. 2013;329(7458):152-5.
2. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY, editors. 23rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2010.
3. Wahabi HA, Fayed AA, Esmaeil SA, Al Zeidan RA. Progestogen for
treating threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2011 [cited 2014 Dec 10]; 12:CD005943. Available from:
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD005943.pu
b4.
4. Ilmu kebidanan. In: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
editors. 3rd ed. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2007.
5. Norwitz ER, Arulkumaran S, Symonds IM, Fowlie A, editors. Oxford
American handbook of obstetrics and gynecology. 1st ed. New York:
Oxford University Press; 2010
6. Case Files. In: Toy EC, III BB, Ross PJ, Jennings JC, editors. Obstetics &
Gynecology. 3rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2010.
7. Devaseelan P, Fogarty PP, Regan L. Human chorionic gonadotrophin for
threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2012 [cited 2014 Dec 10]; 5:CD007422. Available from:
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD007422.pu
b2.
8. Current medical diagnosis & treatment. In: McPhee SJ, Papadakis MA,
editors. 2010. USA: McGraw-Hill; 2010.

9. Ultrasonografi . In: Gondo HK, Suwardewa TGA, editors. Buku ajar


obstetri ginekologi. Jakarta: EGC; 2012.
10. Rumbold A, Middleton P, Pan N, Crowther CA. Vitamin supplementation
for preventing miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
2011 [cited 2014 Dec 10], Issue 1. Art.
No:CD004073.DOI:10.1002/14651858.CD004073.pub3.

Available

from:http://www.thecochranelibrary.com/.
11. Ben-Haroush A, Yogev Y, Mashiach R, Meizner I. Pregnancy Outcome of
Threatened Abortion with Subchorionic Hematoma:Possible Bene_ t of
Bed-Rest?.Isr Med Assoc J. [serial on the Internet]. 2012 [cited 2014 Dec
24];5(6):422-4.

Available

from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

12841015.
12. Kontoyannis M, Katsetos C, Panagopoulos P. Sexual intercourse during
pregnancy. Health Science Journal. 2012;6(1):82-8.
13. Kamus Kedokteran Dorland. In: Harjono RM, Hartono A, Japaries W,
Kuswadji S, Maulany RF, Setio M, Sugani S, Suyono J, Tambajong J,
Winata I, editors. Jakarta: EGC; 2002.
14. Omar MH, Mashita MK, Lim PS, Jamil MA. Dydrogesterone in
threatened abortion: Pregnancy outcome. J Steroid Biochem Mol Biol.
2013;97(5):421-5.
15. Ou MC, Pang CC, Chen FM, Su CH, Ou D. Antibiotic treatment for
threatened abortion during the early _ rst trimester in women with
previous

imineneous

abortion.

Acta

Obstet

Gynecol

Scand.

2001;80(8):753-6.
16. Lede RL, Dulley L. Uterine muscle relaxant drugs for threatened
miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 2014
[cited 2014 Dec 29]; 1: CD002857. Available from:
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD002857.pu
b2.
17. Branc, W et al. Recurrent Miscarriage. N Engl J Med. 2013; 363:17401747

Anda mungkin juga menyukai