Anda di halaman 1dari 25

KARYA ILMIAH

SENYAWA FLAVONOIDA, FENILPROPANOIDA


DAN ALKALOIDA

SOVIA LENNY, SSi, MSi


NIP : 132 258 139

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2006
Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006
USU Repository2006

KARYA ILMIAH

1. Judul Tulisan

Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan


Alkaloida

2. Identitas Penulis
a. Nama

: Sovia Lenny, SSi, MSi

b. NIP

: 132 258 139

c. Pangkat / Gol

: Penata Muda Tk I / IIIb

d. Jabatan

: Asisten Ahli

e. Departemen/Fak : Kimia / MIPA

3. Bidan Ilmu

: Kimia Organik Bahan Alam

Medan,
Diketahui Oleh :

Mei 2006

Penulis

Ketua Departeman Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS

Sovia Lenny, Msi

NIP. 131 459 466

NIP. 132 258 139

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

KATA PENGANTAR

Tulisan dengan judul Senyawa Fenilpropanoida Flavonoida dan


Alakloida ditulis dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang
betapa luasnya ruang lingkup senyawa-senyawa metabolit sekunder
terutama senyawa terpenoida dan steroida yang baik yang berasal dari
tumbuhan maupun dari hewan yang dapat berguna bagi kehidupan
manusia. Kegunaan bahan alam mencakup sebagai bahan makanan,
bahan obat-obatan, vitamin, zat warna dan lain-lain.
Dalam tulisan ini akan disajikan suatu pengantar mengenaii
klalsifikasi, nama, sifat-sifat dan sumber alam sekaligus cara untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa tersebut.
Semoga tulisan ini dapat memberi informasi dan bermanfaat bagii
para peneliti dan pembaca.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ...........................................................................

Daftar Isi ......................................................................................

ii

Senyawa Fenilpropanoida, Flavonoida dan Alkaloida


1. Pendahuluan ...........................................................................

2. Senyawa Fenilpropanoida ......................................................

A.KlasifikasiSenyawa Fenilpropanoida....................................

B. Jalur Biosintesa Shikimat ...................................................

C. Jalu Biosintesa Kumarin ...................................................

D.Jalur Biosintesa alilfenol dan propenilfenol ......................

3. Senyawa Flavonoida .............................................................

10

A. Klasifikasi senyawa Flavonoida .......................................

10

B. Biosintesa Flavonoida ....................................................

12

C. Identifikaksi Flavonoida .................................................

13

4.Senyawa Alkaloida ...............................................................

14

A. Klasifikasi alkaloida ..........................................................

14

B. Biosintesa Alkaloida .........................................................

18

Daftar Pustaka ...........................................................................

20

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

SENYAWA FENI PROPANOIDA, FLAVONOIDA


DAN ALKALOIDA

1. PENDAHULUAN
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawasenyawa aromatik. senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna
alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis,
bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat warna alizarin.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu
cincin aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzen,
naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh
satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau
dari segi biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam aromatik ini
sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian
diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam
keadaan bebas.
Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan dialam
mengalami

kemajuanyang

sangat

pesat

setelah

Kekule

berhasil

menetapkan struktur dari cincin aromatik, Bahkan, struktur dari beberapa


senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19. Oleh karena itu,
ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah
usang.Akan tetapi topik-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa
itu terus menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan baru.
Dengan demikian, senyawa senyawa fenol dapat dianggap sebagai

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus berklembang, seperti
halnya terpenoida dan steroida.
Sifat-sifat kimia dari semua senyawa fenol adalah sama, akan
tetapi dari segi biogenetik senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua
jenis utama, yaitu :
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara
kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flavonoida.
Senyawa-senyawa fenol ditemukan dalam berbagai organisme,
mulai dari mikroorganisme sampai pada tumbuhan tinggi dan hewan.
Walaupun kapang ,merupakan sumber yang kaya akan senyawa fenol
yang berasal dari jalur asetat-malonat, tetapi senyawa fenol yang berasal
dari jalur ini ditemukan pula pada tumbuhan tinggi.
Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang
memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan
buah-buahan dialam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga,
antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna
yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis
flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan
tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit
sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.
Selain senyawa-senyawa tersebut ada juga senyawa alkaloid yang
berperan penting dalam kehidupan manusia. Sejarah alkaloid hampir

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang


mengandung alkaloida dalam minuman, kedokteran, teh, tapal dan racun.
Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obatobatan hingga permulaan abad ke-19.
Obat-obatan pertama yang ditemukan secara kimia adalah opium,
getah kering opium Papaver sammiferum . Opium telah diogunakan
sebagai obat-obatan selama bverabad-abad dan sifatnya sebagai
analgesik maupun narkotik telah diketahui.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang keragaman struktur
sebagai akibat dari asal-usul biogenetik, penamaan dan sifat-sifat serta
reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada senyawa-senyawa tersebut diatas.

1. SENYAWA FENILPROPANOID
A. Kalsifikasi Senyawa Fenilpropanoida
Senyawa fenilpropanoid merupakan salah satu kelompok senyawa
fenol utama yang berasal dari jalur shikimat. Senyawa senyawa fenol ini
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzen (C6)
yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C3).

Kerangka dasar Fenilpropanoid

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoida ialah:


1. Turunan Sinamat
Contohnya :
COOH

Asam Sinamat

COOH

Asam p-kumarat
HO

2. Turunan Kumarin
Contohnya :
O

Kumarin

HO

Umbeliferon

3. Turunan Alilfenol
Contohnya :

Cavicol
HO

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

Eugenol
HO
OCH3

4. Turunan Propenil fenol


Contohnya :

Anatol

H3CO

Isoeugenol
HO
OCH3

Struktur beberapa jenis senyawa fenilpropanoida tersebut diatas


menunjukkan kerangka dasar fenilpropanoida yang nyata dan kerangka
karbon ini mempunyai oksidasi maksimal trihidroksida. Kemungkinan lain
dari pola oksidasi adalah 3,4-dihidroksi atau 4-hidroksi atau tidak
teroksidasi sama sekali

B. Jalur Biosintesa Shikimat


Biosintesa senyawa fenilpropanoida yang berasal dari jalur shikimat
pertama kali ditemukan dalam mikroorganisme seperti bakteri, kapang
dan ragi. Sedangkan asam shikimat pertama kali ditemukan pada tahun

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

10

1885 dari tumbuhan Illicium religiosum dan kemudian ditemukan dalam


banyak tumbuhan. Pokok-pokok reaksi biosintesa dari jalur shikimat
adalah sebagai berikut :
Pembentukan asam shikimat dimulai dengan kondensasi aldol
antara suatu tetrosa yaitu eritrosa dan asam fosfoenolpiruvat. Pada
kondensasi ini, gugus metilen C=CH2 dari asam fosfoenolpiruvat berlaku
sebagai nukleofil dan beradisi dengan gugus karbonil C=O dari eritrosa
menghasilkan suatu gula yang terdiri dari 7 atom karbon. Selanjutnya
reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat
yang mempunyai lingkar sikloheksana yang kemudian diubah menjadi
asam shikimat. Asam prefenat terbentuk oleh adisi asam fosfoenolpiruvat
kepada asam shikimat. Berikutnya aromatisasi dari asam prefenat
menghasilkan fenilpiruvat yang menghasilkan fenilalanin melalui reaksi
reduktif aminasi. Akhirnya, deaminasi dari fenilalanin menghasilkan asam
sinamat. Reaksi paralel yang sejenis terhadap tirosin yang mempunyai
tingkat oksidasi yang lebih tinggi menghasilkan asam perusahaan-kumarat
dan selanjutnya asam-asam kafeat, ferulat dan sinapat.
Mekanisme reaksi biosintesa fenilpropanoida adalah sebagai berikut :

COOH

HOCH

H COH

HOCH

O-PO3H2

H2CCCOOH

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

11

COOH

COOH

COOH

HO

HO

OH
OH

OH

OH

OH
COOH

COOH

OH
COOH

CH2
O

OH HO

HO
OH

CH2
O

COOH
OH

HO

COOH

COOH
NH2

HOOC

COOH

CH2COCOOH

OH
COOH

COOH

COOH

NH2

R2

R1
OH

OH

OH

Keterangan :
R1 = H , R2 = OH

: Senyawa asam kafeat

R1 = H , R2 = OCH3

: Senyawa asam ferulat

R1 = OCH3 , R2 = OCH3

: Senyawa asam sinapat

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

12

C. Jalur Biosintesa Kumarin


Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari
tumbuhan tinggi dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Dari
segi biogenetik, kerangka benzopiran-2-on dari kumarin berasal dari
asam-asam sinamat, melalui orto-hidroksilasi. Asam orto-kumarat yang
dihasilkan setelah menjalani isomerisasi cis-trans, menjalani kondensasi.
Penelitian mengenai biosintesa kumarin pada beberapa jenis
tumbuhan ternyata mendukung biosintesa ini. Walaupun demikian,
mekanisme dari sebagian besar tahap-tahap reaksi tersebut masih belum
jelas.

Misalnya

reaksi

isomerisasi

cis-trans

dari

asam

orto

hodroksikumarat mungkin berlangsung dengan katalis enzim atau melalui


proses fotokimia atau suatu proses reduksi-dehidrogenasi yang beruntun.
Tahap-tahap reaksi biosintesis kumarin yang dimulai dari asam sinamat
hingga terbentuknya kumarin adalah sebagai berikut :

OH

OH

COOH

COOH

COOH
H

HO
O

HO

HO

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

13

D. Jalur Biosintesa Alilfenol dan Propenil fenol


Senyawa-senyawa alilfenol dan propenil fenol adalah dua jenis
senyawa fenilpropanoida yang berkaitan satu sam lainnya. Senyawasenyawa ini umumnya ditemukan bersama-sama dalam minyak atsiri dari
tumbuhan Umbeliferae atau tumbuhan lain yang digunakan sebagai
rempah-rempah. Misalnya eugenol adalah komponen utama dari minyak
cengkeh dan miristin terdapat dalam minyak pala. Semua senyawa ini
mempunyai gugus hidroksil atau gugus ester pada C4, kadang-kadang
diikuti oleh gugus metoksil atau metilendioksida yang lain.
Hipotesis reaksi biosintesa dari turunan alilfenol dan propenil fenol
adalah sebagai berikut :

CH2

CH2X

COOH

Pembentukan turunan alilfenol dan propenil fenol pada prinsipnya


adalah suatu reaksi substitusi nukleofilik, dimana ion hidrida berlaku
sebagai nukleofil. Hipotesis ini telah didukung oleh percobaan mengenai
biosintesa anetol dalam tumbuhan Pimpinella anisum .

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

14

2. SENYAWA FLAVONOIDA
A. Kalsifikasi Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang
terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang
ditemuykan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu
rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
Susunann ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida
yaitu :
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

B
3

A
2
1

2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

A
2
1

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

15

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana.

A
2
1

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang


berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonoida yang
terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini
mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan
atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan
oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru
(Cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung
pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana.
Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan
dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya
senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilalsi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa

isoflavonoida

dan

neoflavonoida

hanya

ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

16

Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar


tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa ciri struktur yaitu : Cincin A dari
struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling
yaitu pada posisi 2, 4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus
fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau
tiga pada posisi satu di para dan dua di meta.
Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya
sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk
cincin heterosiklis dalam senyawa trisiklis.
Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :
Cincin A COCH2CH2 Cincin B

Hidrokalkon

Cincin A COCH2CHOH Cincin B

Flavanon, kalkon

Cincin A COCH2CO Cincin B

Flavon

Cincin A CH2COCO Cincin B

Antosianin

Cincin A COCOCH2 Cincin B

Auron

B. Biosentesa Flavonoida
Pola biosintesa pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu : pada
tahap-tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi
dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15
yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi
oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan.
Cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yaitu
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

17

atom karbon dari rantai propana berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur
shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari
kombinasi antara dua jenis biosintesa utama untuk cincin aromatik yaitu
jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai
perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai
propana dapat menghasilkan berbegai gugus fungsi seperti ikatan
rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil dan sebagainya.

C. Identifikasi Flavonoida
Sebagian besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk
glikosida, dimana unit flavonoida terikat pada suatu gula. Glikosida adalah
kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan
melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk
apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari
gula, sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh
asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas
komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding
dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida
flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa
sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida,
galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida
dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

18

oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut
organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton.

3. SENYAWA ALKALOIDA
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang
biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini
merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai
keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang
sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin
adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan
psikologis. Alakaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan
seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alakloida umumnya ditemukan
dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa
yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

A. KLASIFIKASI SENYAWA ALKALOIDA


Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu,
suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin
dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan
alkaloida.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

19

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara


yaitu :
1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian
dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat
dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida
piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan alkaloida indol.
Struktur masing-masing alkaloida tersebut adalah sebagai berikut :

NH

N
H

Pirolidin

Piperidin

N
H

Kuinolin

Isokuinolin

Indol

2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini


digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida
dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau,
alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya.
Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang
berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang
berbeda-beda.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

20

3. Berdasarkan asal-usul biogenetik.

Cara ini sangat berguna untuk

menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan


berdasarkan berbegai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa
alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya beberapa
asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida
dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan
lisin
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alanin,
tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin
c. alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik


termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang
tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berada
dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak
pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang
substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH),
metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Substituensubstituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar
alkaloida.
Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu.
Pada senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi
para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

21

Sistem klasifikasi yang paling banyak

diterima adalah menurut

Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :


1. Alkaloida Sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa,
umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari
asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin
dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin
heterosiklik dan alkaloida quarterner yang bersifat agak asam daripada
bersifat basa.
2. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana
nitrogen

asam

amino

tidak

terdapat

dalam

cincin

heterosiklik.

Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang


bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok
ini.
3. Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino.
Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting
dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

22

B. Biosintesa Alkaloida
Biosintesa alkaloida mula-mula didasarkan pada hasil analisa
terhadap ciri struktur tertentu yang sama-sama terdapat dalam berbagai
molekul alkaloida. Alakloida aromatik mempunyai suatu unit struktur yaitu
-ariletilamina. Alkloida-alkaloida tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin
seperti laudonosin mengandung dua unit -ariletilamina yang saling
berkondensasi.
reaksi

Kondensasi

kondensasi

Mannich.

antara dua unit -ariletilamina tidak lain


Menurut

reaksi ini, suatu aldehid

berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu ikatan karbonnitrogen dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh serangan
suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau suatu fenol.
Dari percobaan menunjukkan bahwa -ariletilamina berasal dari
asam-asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami
dekarboksilasi

menghasilkan

amina.

Asam-asam

amino

ini

perusahaan[ada oksidasi dapat menyingkirkan gugus-gugus amino


(deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid.
Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan
kondensasi Mannich.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan
reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis
struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting
adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus
fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

23

Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen


menghasilkan gugus metoksil dan metilalsi nitrogen menghasilkan gugus
N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloida
disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari
jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus
amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon,
selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.

C. Sifat Fisikia dan Kimia Alkaloida


Kebanyakan alkaloida berupa padatan kristal dengan titik lebur
yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Dapat juga berbentuk
amorf dan beberapa seperti nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks
spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya
larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloida dan
protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner
sangat larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan elektron
pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen
bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan eelektron pada nitrogen
naik dan senyawa lebih bersifat basa. Jika gugus fungsional yang
berdekatan bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

24

elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat


bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam.
Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersbut sangat mudah
mengalmi dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alakloida
selama atau setelah is0olasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam
dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

25

DAFTAR PUSTAKA

1.

Markham. K.R, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan


Kosasih Padmawinata, ITB Bandung

2. Sastrohamidjojo. H, 1996, Sintesis Bahan alam, Cetakan ke-1, Liberty,


Yogyakarta
3. Herbert. R.B, 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder, Edisi ke-2, cetakan
ke-1,

terjemahan

Bambang

Srigandono,

IKIP

Press

semarang
4. Duke.J, 2005, Phytochemical and Etnobotanical Databases, Maryland,
Beltsuille Agricultural Researah Center
5. Darwis.D, 2001, Teknik Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Metabolit
Sekunder, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia
Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati dan
Rekayasa Bioteknologi, FMIPA Universitas Andalas padang
6. Achmad. S.A, 1986, Kimia Organik Bahan Alam, Universitas Terbuka,
Jakarta
7. Harborne.J.B, 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Modern Menganalisa
Tumbuhan, terbitan ke-2, Terjemahan Kosasih Padmawinata
dan iwang Soediro, ITB Bandung
8. Mannito.P, 1981, Biosynthesis of Natural Products, Terjemahan PG
Sammes, Chicster Ellis Horwood Ltd
9. Robinson.T. 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB Bandung

Sovia Lenny: Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida, 2006


USU Repository2006

Anda mungkin juga menyukai