Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya industri dan teknologi membuat plastik sebagai bahan
pilihan untuk packaging industri pangan dan kebutuhan kegiatan sehari-sehari
rumah tangga. Bagaimana tidak plastik merupakan bahan yang elastis ringan dan
mudah dibawa. Namun dibalik itu semua secara konvesional plastik dibuat dari
sumber daya fosil

[1].

Plastik yang beredar dipasaran saat

ini

merupakan

polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang sulituntukteruraidi alam,
akibatnya semakin banyak yang menggunakan plastik, akan semakin meningkat
pula pencemaran lingkungan seperti penurunan kualitas air dan tanah menjadi
tidak subur. Sumber minyak yang digunakan sebagai bahan dasar polimer
semakin lama semakin berkurang.
Seiring perkembangan zaman telah diketahui bahwa plastik berbahan
dasar minyak bumi tidak ramah lingkungan, maka banyak study yang mempelajari
pembuatan biodegradable polymer

[2]

.Polyilactic acid (PLA) merupakan

polyester yang dapat diproduksi menggunakan bahan baku sumber daya alam
terbarukan seperti pati dan selulosa melalui fermentasi asam laktat. Polilactic
acid (PLA) merupakan biopolimer yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan sebagai pengganti plastik konvensional berbahan dasar minyak
bumi .
Polimerisasi asam laktat dapat diproduksi dengan tiga metode, yaitu:(1)
Polikondensasi langsung (directcondensation-polymerization) asam laktat yang
menghasilkan PLA dengan berat molekul rendah dan rapuh (2) Kondensasi
dehidrasi azeotropik (Azeotropicdehydration condensation) asam laktat dengan
menggunakan pelarut azeotropik, yang dapat menghasilkan PLA dengan massa
molekul mencapai 15.400g/mol dan rendemen sebesar 89% dan (3) Polimerisasi
pembukaan cincin (Ring Opening Polymerization, ROP). Proses polimerisasi
dengan metode ROP dilakukan melalui tiga tahapan yaitu polikondensasi asam
1

laktat,

depolimerisasi

sehingga

membentuk dimer siklik dan dilanjutkan

dengan polimerisasi pembukaan cincin, sehingga diperoleh PLA dengan massa


molekul tinggi [3].
Pada polimerisasi pembukaan cincin, monomer asam laktat polikondensasi
menjadi oligomer PLA, didepolimerisasi menjadi laktida dan polimerisasi
kembali untuk mendapatkan PLA. Ketiga proses ini sangat menentukan berat
molekul polilactic acid yang dihasilkan. Untuk memproduksi polilactic acid
dengan berat molekul yang tinggi diperlukan yield monomer laktida yang tinggi,
suhu tinggi, dan tekanan vakum. Laktida (3,6-dimetil-1,4-dioksan-2,5-dion)
merupakan dimer siklik dari asam laktat . Laktida umumnya didapatkan dengan
cara dehidrasi asam laktat. Laktida dengan kemurnia optik tinggi (L-laktida atau
D-laktida) menghasilkan PLA berbentuk kristalin, sedangkan yang mengandung
campuran resemic (L,D-laktida) akan menghasilkan laktida yang amorf.
Kemurnian optik laktida sangan dipengaruhi oleh katalis. Doo Keun Yoo

[4]

telah

melakukan studi pembuatan laktida menggunakan katalis SnO dengan reaksi


depolimerisasi pembentukan laktida dan menghasilkan laktida yang dalam bentuk
resemic. Takayuki dkk

[5]

mengamati tentang pengaruh katalis MgO terhadap

depolimerisasi laktida dengan menghasilkan meso laktida. Masutani

[6]

melakukan

studi tentang sintetis PLA dari monomer menjadi polimer dengan menggunakan
cationic dan organic katalis. Pada penelitian ini akan dilakukan tahapan
pembentukan laktida dengan menggunakan katalis SnCl2.
1.2 Rumusan Masalah
Dari beberapa paparan hasil studi dan masalah yang ada mengenai produk
polimer dari minyak bumi, pembuatan monomer laktida merupakan salah satu
proses yang sangat penting dalam menghasilkan PLA. PLA dengan berat molekul
yang tinggi dipengaruhi oleh kemurnian optik laktida. Dari beberapa penelitian
sebelumnya dengan penggunaan katalis Sno, MgO, Zn menghasilkan laktida
resemic, dimana laktida resemic memiliki sifat PLA yang rapuh. Maka penelitian
ini menggunakan katalis NaOH agar bisa menghasilkan laktida yang lebih baik.
2

Selain itu penelitian ini juga mencari kondisi operasi optimum untuk mendapatkan
yield laktida yang tinggi dari parameter suhu dan konsentrasi katalis.
Pada penelitian ini juga akan dicari sejauh mana kondisi operasi
maksimum dan minimum untuk dapat menghasilkan monomer laktida untuk
referensi pembuatan PLA dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Melakukan studi pembuatan laktida dari asam laktat menggunakan katalis
NaOH.
2. Mendapatkan

pengaruh temperatur dan konsentrasi katalis NaOH pada

reaksi depolimerisasi.
3. Mendapatkan kondisi operasi optimum pembuatan untuk mendapatkan yield
laktida yang tinggi
1.4 Ruang Lingkup
Pada penelitian ini ruang lingkupnya hanya mencakup pada pemilihan
konsentrasi katalis yang tepat serta temperatur optimum yang diperlukan untuk
menghasilkan monomer laktida dengan yield tinggi. Dengan didapatkannya
temperatur dan konsentrasi katalis yang optimum dalam menghasilkan monomer
laktida

maka akan minimalisasi biaya, waktu dan penggunaan katalis untuk

memaksimalkan hasil atau efisiensi proses pembuatan polilactic acid.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polilactic acid
Polylactic acid (PLA) atau poli asam laktat merupakan salah satu jenis
poliester alifatik, yang diperoleh dari asam laktat dari sumber yang terbarukan
seperti gula, pati-patian, selulosa dan gliserin sisa biodiesel. Jenis polimer ini
mempunyai potensi untuk dapat berkembang pada saat ini. Sifat mekanik, barier,
fisik, dan kimia mempunyai kombinasi cocok untuk digunakan sebagai bahan
sekali pakai atau sebagai pengemas makanan. PLA diharapkan dapat
menggantikan plastik konvensional karena mempunyai emisi gas CO 2 lebih
rendah sehingga mengurangi pemanasan global. PLA sering dicampur dengan
pati-patian untuk menambah sifat biodegradable dan menurunkan harga. Namun
campuran ini menjadi mudah pecah, untuk itu ditambahkan plastisiser seperti
gliserin, atau sorbitol agar lebih lentur. Selain itu dapat pula dilakukan
pencampuran dengan poliester degradable untuk menggantikan plastisiser.
Poli asam laktat merupakan suatu polimer dari asam laktat. Asam laktat
atau asam 2-hydroksipropanoat, juga dikenal dengan asam susu, merupakan bahan
kimia yang diperoleh dari proses kimia. Bahan ini ditemukan oleh Carl Wilhem
Scheele, tahun 1780, merupakan asam karboksilat dengan formula kimia C3H6O3,
mempunyai hidroksil dekat dengan gugus karboksil membentuk Alfa Asam
Hidroksi. Jika asam laktat ini dilarutkan dalam larutan air, material ini dapat
kehilangan proton dari gugus asam menjadi ion laktat CH 3CH(OH)COO-, larut
dalam air atau etanol dan bersifat higroskopis.

StrukturAsamLaktat

StrukturAsamLaktat 3-D

Gambar 1 Rumus struktur asam laktat


Dalam skala industri, fermentasi asam laktat diperoleh diantaranya dengan
bantuan bakteri lactobacillus sp. Bakteri ini ada dalam mulut manusia, dimana
asam yang terbentuk menyebabkan gigi rusak atau dikenal dengan karies. Asam
laktat dapat diperoleh dari laktosa atau gula susu dengan bantuan Bacillus
acidilact. Karbohidrat non susu seperti jagung, kentang dan molasses dapat
dirubah menjadi asam laktat dengan fermentasi mempergunakan Lactobacillus
delbueckii atau Lactobacillus bulgaricus. Dua molekul asam laktat dapat didehidrasi menjadi laktida merupakan siklis lakton.
Selain dengan menggunakan asam laktat, Poli asam laktat ini juga dapat
dibentuk melalui pembentukan laktida (dimer asam laktat) terlebih dahulu, dan
diikuti dengan polimerisasi menjadi PLA. Pada polimerisasi PLA dengan asam
laktat (secara langsung), asam laktat mengalami polikondensasi menjadi laktida
dan selanjutnya dengan katalis terjadi dimerisasi untuk membentuk monomer
laktida siklis. Air yang terbentuk harus dipisahkan sebelum dilakukan
polomerisasi. PLA dengan berat molekul tinggi dilakukan dengan pembukaan
cincin dari laktida menggunakan katalis umumnya Sn-oktoat. Untuk skala
laboratorium dipergunakan katalis Sn-Cl2, dengan kelebihan tidak memproduksi
tambahan air dan diperoleh berbagai berat molekul yang mempermudah
penelitian. Reaksi langsung polimerisas kondensasi poli asam laktat adalah
sebagai berikut :

Gambar 2 Reaksi Polimerisasi Langsung

Gambar 3 Reaksi Polimerisasi pembukaan cincin

Sedangkan polimerisasi PLA melalui pembentukan laktida secara umum


dibagi dalam beberapa tahap, yaitu fermentasi bahan baku membentuk asam
laktat, dimerisasi asam laktat membentuk laktida dan langkah terakhir berupa
polimerisasi laktida membentuk PLA. Dalam proses tersebut ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan yaitu preparasi media fermentasi menggunakan materi
organik, fermentasi asam laktat dan pemisahan asam laktat
Media fermentasi dipreparasi menggunakan biomassa yang mengandung
sekitar 40-50 %, Media fermentasi diinokulasi dengan bakteri asam laktat pada
kondisi anaerobik. Bakteri yang digunakan biasanya berasal di genus
laktobacillus. Bakteri yang digunakan biasanya Laktobacillus delbruechi. pH dari
media fermentasi di jaga. pH nya 5.0-6,0 menggunakan larutan karbamat atau
amonia dan temperaturnya pada 370 K hingga 450 K. Fermentasi dilakukan
6

selama 24-48 jam. Hasil fermentasi selanjutnya diekstraksi menggunakan pelarut


organik seperti isoamil alkohol, butanol, sikloheksanon dan metil asetat pada rasio
1:1 hingga 1:5. Ekstrak diambil untuk proses lebih lanjut. Asam laktat yang
terkandung dalam ekstra dikontakkan dengan larutan basa seperti amonia atau
kaustik soda pada rasio 1:3 hingga 1:10. Penambahan basa ini bertujuan untuk
membentuk garam laktat. Garam laktat bersifat polar sehingga mudah dipisahkan
dari pengotor yang terdapat pada pelarut organik yang bersifat nonpolar.
Fase aquos mengandung garam asam laktat kemudian direaksikan dengan
asam mineral encer. Garam laktat akan terprotonasi kembali dengan adanya asam
encer. Proses tersebut menghasilkan asam laktat kembali. Asam laktat bersifat
nonpolar dan segera terpisah dari larutan air. Pemisahan kedua fase yang berbeda
dapat dilakukan dengan corong pisah. Asam laktat tersebut dilewatkan pada resin
kationik untuk menghilangkan ion metal yang mungkin masih ada. Asam laktat
yang kemudian dikonversi menjadi laktida pada reaktor dengan penyaluran
tekanan dan suhu. Reaksi yang terjadi sebenarnya adalah reaksi esterifikasi. Asam
laktat memiliki gugus hidroksil dan karboksil. Kedua gugus ini yang
dimanfaatkan dalam pembentukan laktida, Proses selanjutnya adalah polimerisasi
laktida membentuk PLA. Polimerisasi dilakukan secara kondensasi dengan
pembukaan cincin laktida.
Kelebihan dari PLA ini adalah PLA dapat terdegradasi dengan cara
terkompos pada kondisi pembuangan sampah (sanitary land fill) pada suhu 60 - 70
C atau lebih. Pada tahap pertama PLA terdegradasi melalui proses hidrolisis
selama 2 minggu sehingga menjadi komponen terlarut dalam air. Pada tahap
kedua dengan bantuan mikroba, terjadi metabolism secara cepat atau
pengomposan, menjadi gas CO2, air dan biomassa. Proses biodegradasi akan lebih
cepat terjadi diatas suhu gelas transisi PLA 60 - 70 C, dimana pada suhu tersebut
plastik melunak dan memudahkan berinteraksi dengan sekelilingnya. Proses
pengomposan sampah organic dengan bantuan mikroba termifilik, biasanya
berlangsung pada suhu 70 C.

Pada umumnya PLA dipergunakan untuk menggantikan bahan yang


transparan dengan densitas dan harga tinggi. Bahan plastik yang digantikan dari
jenis PET (1.4 g/cc), PVC lentur (1.3 g/cc) dan selofan film. Dibanding PP (0.9
g/cc,) dan HIPS (1.05 g/cc), PLA dapat dikatakan kurang menguntungkan, namun
mempunyai kelebihan lain yaitu ramah lingkungan. PP dan HIPS berasal dari
minyak bumi dan jika dibakar akan menimbulkan efek pemanasan global.
Kekurangan dari PLA adalah densitas lebih tinggi (1.25 g/cc) disbanding
PP dan PS dan mempunyai polaritas yang lebih tinggi sehingga sulit direkatkan
dengan PE dan PP yang non polar dalam system film multi lapis. PP mempunyai
densitas 0.9 g/cc dan HIPS mempunyai densitas 1.05 g/cc. PLA jugamempunyai
ketahanan panas, moisture dan gas barier kurang bagus disbanding PET.
Metode pembuatan PLA dapat dilakukan dengan beberapa proses yaitu
polikondensasi, polimerisasi pembukaan cincin, dan metode langsung seperti
dehidrasi azeotrop dan polimerisasi enzim. Saat ini, metode yang banyak
digunakan untuk memproduksi PLA adalah polikondensasi langsung dan
polimerisasi

pembukaan

cincin.

Polimerisasi

kondensasi

asam

laktat

menghasilkan PLA dengan berat molekul rendah. Metode yang digunakan untuk
mendapatkan PLA dengan berat molekul tinggi adalah polimerisasi pembukaan
cincin laktida.
2.2 Asam Laktat
Asam laktat (2-hydroxypropanoic acid) CH3CHOHCOOH. Senyawa ini
termasuk asam lemah dengan kemampuan penguapan yang rendah. Asam ini
memiliki sebuah atom asimetri, dimana di alam terdapat dalam bentuk D-, L-, dan
DL-. Asam Laktat berbentuk cairan yang berwarna kekuning-kuningan dengan
berat molekul 90,08 gr/mol, titik leleh 17C, titik didih 122 C pada 12 mmHg,
Titik flash 112 C, larut dalam air dan stabil dalam kondisi umum [6]
Asam laktat dapat dihasilkan melalui proses fermentasi dan kimiawi.
Fermentasi merupakan metoda yang paling banyak digunakan oleh industri untuk
8

menghasilkan asam laktat. Sekitar 90 % total produksi asam laktat di seluruh


dunia dibuat melalui fermentasi oleh bakteri dan sisanya diproduksi melalui
hidrolisis lactonitrile. Sumber karbon mikroba dalam memproduksi asam laktat
dapat berupa gula dalam bentuk murni seperti glukosa, sukrosa,laktosa atau gula
yang berasal dari molases, whey, ampas tebu, singkong, dan bahan tepung dari
ubi, gandum dan barley. Sumber utama mikroba asam laktat adalah bakteri Asam
laktat (LAB) dan beberapa jamur berfilamen. Akan tetapi asam laktat yang
dihasilkan masih harus di isolasi dan dipurifikasi agar menghasilkan kemurnian
yang tinggi untuk menghasilkan polimer sintetis.
2.3 Laktida
Laktida (C6H8O4) merupakan siklik dimer dari asam laktat. Laktida
mempunyai berat molekul 144 gr/mol dan titik leleh (Tm) 9397C dan titik
didih (Tb) 142oC pada 8mmHg. Laktida secara umum memiliki titik leleh dengan
rentang 9598C untuk D-laktida dan L-laktida (Masutani 2014). didapatkan
dengan cara dehidrasi asam laktat melalui polikondensasi dan depolimerisasi.
Asam laktat dengan kemurnian 85-90%wt dipanaskan pada temperatur 150 oC
selama 2 jam pada tekanan atmosfir. Setelah itu dipanaskan pada temperatur yang
sama selama 4 jam pada tekanan mendekati 10 mmHg. Padatan transparan yang
lembab akan didapatkan (Yoda, Bratton, & Howdle, 2004). L-laktida dihasilkan
dari L-asam laktat, D-laktid a dihasilkan dari D-asam laktat dan recemic (rec)laktida dihasilkan dari campuran 50:50 L- dan D- laktida yang memiliki titik leleh
(tm) 126 oC. Pencampuran D-laktida dan L-laktida dapat menghasilkan PLA
dengan berat molekul menengah [7].

Gambar.4 Stereofor ms dari laktida


2.3.1 Polikondensasi Asam Laktat
9

Polikondensasi asam laktat merupakan proses sederhana untuk produksi


oligomer PLA. Monomer asam laktat mengalami proses esterifikasi melalui
mekanisme reversibel dimana asam laktat bereaksi membentuk rantai yang lebih
panjang dan membentuk air. Keberadaan gugus hidroksil dan karboksil pada asam
laktat membuat asam laktat menjadi poliester melalui raksi polikondensasi
konvensional. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi keseimbangan sehingga
molekul air yang terbentuk harus dihilangkan agar reaksi polikondensasi dapat
terus berjalan ke kanan. Ketidaksempurnaan penyingkiran molekul air akan
menyebabkan PLA yang terbentuk akan terhidrolisis.
Reaksi polikondensasi telah banyak dilakukan penelitian dengan berbagai
nilai parameter seperti temperatur, tekanan, konsentrasi penambahan katalis.
Beberapa senyawa logam yang digunakan sebagai katalis dalam reaksi
polikondensasi asam laktat yaitu Ti dan Sn.

Polimerisasi PLA dengan metode Polikondensasi Langsung


Polimerisasi kondensasi adalah metoda paling murah untuk menghasilkan
PLA, namun sangat sulit untuk mendapatkan PLA dengan berat molekul
yang tinggi

[8].

Polikondensasi langsung (konvensional) ini dimungkinkan,

menurut Hasibuan , karena adanya gugus hidroksil dan karboksil pada


asam laktat. Namun, reaksi polikondensasi konvensional asam laktat ini
tidak cukup dapat meningkatkan bobot molekulnya dan pada metode ini
dibutuhkan waktu yang sangat lama karena sulitnya untuk mengeluarkan
air dari produk yang memadat, sehingga produk air yang dihasilkan justru
akan menghidrolisis polimer yang terbentuk. Reaksi polikondensasi
konvensional hanya mampu menghasilkan PLA denggan berat molekul
intermediet yang cirinya seperti kaca yang getas (britle). Pada
perkembangannya,

polikondensasi

langsung

ini

selalu

melibatkan

pengurangan kadar air hasil kondensasi dengan menggunakan pelarut pada


tekanan vakum dan temperatur tinggi.

Polimerisasi PLA dengan metode Polikondensasi Azeotropik


10

Reaksi polikondensasi azeotropik merupakan modifikasi dari reaksi


polikondensasi konvensional yang dapat menghasilkan bobot molekul
yang

lebih

tinggi,

dan

tidak

menggunakan chain-

extenders atauadjuvents dan beberapa kelemahannya. Mitsui Chemical


(Jepang) telah mengkomersialkan proses ini dimana asam laktat dan
katalis didehidrasi secara azeotropik dalam sebuah refluxing, pemanasan
dengan temperatur tinggi, pelarut aprotic pada tekanan rendah untuk
menghasilkan PLA dengan berat molekul mencapai 300.000

[6].

Polimerisasi PLA dengan metode Ring Opening Polymerization


Ring opening polymerization (ROP, reaksi polimerisasi pembukaan cincin)
merupakan metoda yang lebih baik untuk menghasilkan PLA dengan
bobot molekul yang tinggi, dan sekarang telah diadaptasi untuk proses
komersial seiring dengan kemajuan teknologi fermentasi dekstrosa jagung.
Metoda ini pertama kali diperkenalkan oleh Carothers pada tahun 1932,
namun belum bisa menghasilkan PLA dengan bobot molekul yang tinggi
sampai

teknik

pemurnian

asam

laktat

membaik,

seperti

yang

dikembangkan oleh DuPont pada tahun 1954. Mekanisme-mekanisme


ROP bisa berupa reaksi ionik (anionik atau kationik) atau coordination
insertion, bergantung kepada sistem katalisnya. Secara umum, proses ROP
pada produksi PLA dimulai dari polimerisasi kondensasi asam laktat untuk
menghasilkan PLA dengan bobot molekul rendah (prepolimer), dilanjutkan
dengan depolimerisasi untuk menghasilkan dimer laktida yang berbentuk
molekul siklik. Laktida kemudian dengan bantuan katalis dipolimerisasi
ROP untuk menghasilkan PLA dengan bobot molekul yang tinggi [9].

2.3.2 Depolimerisasi
Depolimerisasi asam laktat merupakan pembentukan laktida yang berasal
dari poli asam laktat. Pembentukan laktida ini melibatkan reaksi back-biting dan
11

end-biting. Reaksi back-biting mengacu peda pembentukan senyawa siklik


melalui reaksi intra-molekul antara gugus karboksilat pada rantai akhir dan ikatan
ester pada rantai grup pertama dalam PLA yang terbentuk dari hasil
polikondensasi

[4].

Reaksi end-biting merupakan reaksi penutupan cincin dari

lantai linear. Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan yang bergantung pada
temperatur. Perbedaan utama antara reaksi back-biting dan end-biting adalah
reaksi back-biting menghasilkan senyawa siklik dan air, sedangkan end-biting
menghasilkan siklik dan senyawa linear.

Gambar 5 mekanisme reaksi back-biting

12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
Berikut ini adalah diagram alir penelitian pembentukan monomer laktida
dari asam laktat di Laboraturium Operasi Teknik Kimia FT. UNTIRTA.
Asam Laktat
Pengaduka
Pretreatment asam laktat
temperatur 120 o C selama 1

Nitroge

Polikondensasi asam laktat


temperatur 150 o C selama 2

Nitroge

Polikondensasi asam laktat


temperatur 180 o C selama 2

Oligomer PLA

Vaku

Depolimerisasi dengan variasi


temperatur dan konsentrasi katalis

Monomer laktida

Pengolahan data
dan analisis

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembentukan monomer laktida

13

3.2 Variable Penelitian


Berikut adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

Variabel tetap
Variabel tetap dalam penelitian ini adalah massa asam laktat (50 ml),
temperatur

pretreatmen

(120oC

jam

pertama)

temperatur

polikondensasi (150oC dan 180oC dengan durasi 2 jam masing-masing)

Variabel bebas
Variabel bebas penelitian ini adalahkonsentrasi katalis (0.05-0.2%),
temperature depolimerisasi (190-220oC).

3.3 Prosedur Penelitian


Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap utama:

Pretreatment
Asam laktat sebanyak 50 ml disiapkan dengan menggunakan gelas
ukur. Larutan asam laktat dimasukkan ke dalam labu leher 4 dengan
kapasitas 500 ml dan dipanaskan di hotplate stirrer pada temperature
awal 120oC, tekanan 1 atm selama 1 jam dan dialirkan N 2 secara
kontinyu selanjutnya

Polikondensasi/oligomerisasi
Dari proses pretreatment temperatur dinaikan pada suhu 150oC
selama 2 dengan jamdengan N2 tetap dialirkan, setelah 2 jam temperatur
kembali dinaikan pada suhu 180oC dan sulpai nitrogen mulai di
hentikan pada 1 jam terakhir. Air hasil kondensasi dipisahkan ke dalam
tabung reaksi tertentu. Setelah proses polikondensasi selesai, larutan
didinginkan dan produk oligomer PLA didapatkan.

Depolimerisasi
Oligomer PLA produk polikondensasi ditambahkan katalis dengan
jumlah tertentu. Larutan didestilasipada temperature 190, 200, 210 dan
220oC pada tekanan vakum 0.2 barsampai tidak terbentuk uap. Setelah
14

proses depolimerisasi

selesai, valve penghubung vakum ditutup

perlahan.Produk destilat yang merupakan crude laktida yang kemudian


dianalisa titik leleh dan yield laktida.
3.4. Bahan dan Alat Penelitian
3.4.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Methanol
Asam laktat
Chloroform
NaOH
Minyak untuk pemanas
Kertas saring

3.4.2 Alat
Peralatan yang diperguakan antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

Hot plate dengan stirrer


Thermometer
Beaker glass 250 ml
Gelas ukur 50 ml
Gelas ukur 25 ml
Labu erlenmeyer 250 ml
Labu leher 4 500 ml
Kondensor spiral
Leher penghubung
Pompa vakum
Corong
Pipet
Corong pisah
Water trap
Pompa air
Pemanas air
Desikator

15

Gambar 3. 2 Skema alat polikondensasi asam laktat

16

3.5

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menganalisa sampel meliputi
analisa temperatur leleh (Tm), kandungan logam, gugus fungsi dan struktur kimia
produk. Data yang didapatkan akan dianalisis dalam bentuk grafik dan tabel.

Analisa gugus fungsi menggunakan fourier transform infrared (FTIR)

Analisa Tm menggunakan differential scanning calorimetry (DSC)

Analisa kandungan logam dengan menggunakan analisa XRD

Yield laktida dihitung dengan rumus :


Yield laktida ( )=

Jumlahlaktida yang dihasilkan(gr )


x 100
Jumlah crude laktida yang dihasilkan(gr)

17

3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan selama enam bulan, adapun
kegiatan dapat dilihat pada table 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
No

Kegiatan
1

Persiapan
Alat
&
Bahan

Running
Penelitian &
Pengambilan
Data

Analisa &
Pengolahan
Data

Penyusunan
Laporan

Seminar
Hasil

Bulan ke3
4

18

Anda mungkin juga menyukai