TINGGI)
Dr. Suparyanto, M.Kes
PENYAKIT HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)
2.1
Informasi ini diproses diotak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organorgan tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis
atau mengembangnya pembuluh darah. Proses tersebut bersifat otomatis (Santoso,
2010).
Organ ginjal mampu menjaga jumlah garam dan air yang dibutuhkan, juga
mampu menyingkirkan kelebihan cairan dan zat buangan tubuh. Kemampuan
fungsinya dalam mengatur jumlah natrium yang disimpan tubuh juga kemampuan
mengatur volume air dalam tubuh yang didukung oleh natrium yang bersifat
menahan air sehingga ginjal mempunyai peranan mengatur tekanan darah karena
bila kondisi semakin banyak natrium didalam tubuh semakin banyak banyak juga
air dalam darah. Kelebihan air didalam darah akan meningkatkan tekanan darah.
Ginjal juga memproduksi hormon renin. Renin merangsang pembentukan
hormon angiotensin suatu hormon yang menyebabkan pembuluh darah
menyempit dengan hasil berupa naiknya tekananan darah. Sedangkan hormon dari
beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal
pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan aldosteron
yang mensekresikan esterogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kelenjar
tiroid yang menghasilkan hormon tiroksin berperan dalam pengontol tekanan
darah. Hormon ANP (Antinatriuretik Peptid) hormon yang dibuat jantung. Ketika
hormon ANP dikeluarkan berlebihan, ginjal gagal menyingkirkan kelebihan
garam dari darah ke urin sehingga akan terjadi peningkatan tekanan darah
(Santoso, 2010).
2.2
kardiovaskuler yang ada pada pasien (Aru, 2010). Hipertensi sistolik terisolasi
bentuk hipertensi yang paling menonjol pada lansia, definisinya jika tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih dengan tekanan diastolik kurang dari 90
mmHg. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah (Potter dan Perry, 2005).
2.2.2 Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut Dr.Iskandar
Junaidi, 2010 yaitu :
1.
Hipertensi Primer/esensial
Hipertensi
esensial
merupakan
hipertensi
yang
memiliki
beberapa
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena gangguan
pembuluh darah atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenalin, dan
aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5-10% berasal dari penyakit ginjal,
dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB). Penyebab lain yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinerin (adrenalin) atau
norepinerin (noradrenalin).
1.
Renin
Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume
darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan
tingginya kadar tekanan darah.
2.
3.
4. Perubahan ateromatous
Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut
pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian
menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis
pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan
darah.
2.2.5 Faktor Terjadinya Hipertensi
Menurut Rusdi (2009) faktor dan penyebab terjadinya hipertensi antara
lain :
Faktor yang tidak dapat diubah :
1.
Faktor Keluarga
Keluarga yang anggotanya mempunyai sejarah tekanan darah tinggi, penyakit
kardiovaskuler atau diabetes, maka biasanya penyakit itu juga akan menurun
kepada anak-anaknya.
2.
Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki memiliki kemungkinan lebih besar untuk terserang
hipertensi daripada perempuan. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada perempuan sering kali dipicu oleh
perilaku tidak sehat, seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi, dan
rendahnya status pekerjaan. Akan tetapi, pada laki-laki lebih berhubungan dengan
pekerjaan dan pengangguran.
3.
Faktor usia
Faktor usia juga pemicu terjadinya hipertensi. Seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dari itu, juga sangat berpotensi terkena hipertensi. Tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus naik
sampai usia 55-60 tahun.
Faktor yang dapat diubah :
1.
Obesitas
Beberapa penyeledikan telah membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. garam
(natrium) bersifat mengikat air pada saat garam dikonsumsi, maka garam tersebut
mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang
menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila volume darah meningkat,
kerja jantung akan meningkat dan akibatnya tekanan darah juga meningkat. Dunia
kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam (natrium)
oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
3.
Merokok
Merokok dapat merangsang system adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah. Dan juga dapat menyebabkan terjadinya penyempitan dalam saluran paruparu dapat memicu kerja ginjal dan jantung menjadi lebih cepat, sehingga naiknya
tensi darah tidak bisa dihindari (Rusdi, 2009). Zat nikotin yang terdapat dalam
rokok dapat menigkatkan pelepasan epineprin, yang dapat mengakibatkan
terjadinya penyempitan dinding arteri karena kontraksi yang kuat (Iskandar,
2010).
4.
Stres
Hubungan antara stres dan hipertensi terjadi akibat aktivasi saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat beraktivitas). Aktivitas saraf simpatis yang bekerja
secara aktif dan meningkat juga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah
secara tidak menentu.
6.
Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh
2.
3.
Seorang pria yang berusia < 45 tahun dapat dikatakan menderita hipertensi
apabila tekanan darahnya pada waktu istirahat > 130/90 mmHg.
2.
Seorang pria berusia > 45 tahun juga dapat dikatakan menderita hipertensi
apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg.
3.
Bagi seorang wanita yang tekanan darahnya > 160/95 mmHg, maka dinyatakan
hipertensi. (Santoso, 2010).
Menurut Nugroho (2008) hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
1.
Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2.
Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
2.
Gagal jantung
3.
4.
5.
Gangguan penglihatan
6.
Gangguan neurology
7.
Gagal jantung
8.
9.
10.
Gangguan serebral
Tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
2.
3.
4.
5.
6.
Berhenti merokok
Diuretic
Kerja utama :
Inhibitor Adrenergik
Kerja utama :
a. Memperlambat denyut
b.
Vasodilator
Kerja utama : Menurunkan tekanan perifer namun secara berlawanan
meningkatkan curah jantung dan menurunkan tekanan sistolik dan diastolik
4.
5.
Antagonis Kalsium
Kerja utama :
DAFTAR PUSTAKA
1.
Chandra, Budiman (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
EGC
2.
Darmojo, Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
3.
Gunawan (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: penerbit
kansius
4.
Indriyani, Widian (2009). Deteksi dini kolestrol, hipertensi, dan stroke.
Jakarta : milistone
5.
Junaidi, Iskandar (2010). Hipertensi ( Pengenalan, pencegahan, dan
pengobatan). Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
6.
Lapau, Buchari (2009). Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
7.
Machfoedz, Ircham (2005). Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan. Jakarta : Tramaya
8.
Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
9.
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka
Cipta
10.
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
11.
Nugroho, wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta :
EGC
12.
Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
13.
Rusdi (2009). Awas! Bisa mati cepat akibat Hipertensi dan
Diabetes. Jogjakarta : Power Books (IHDINA)
14.
Santoso, Djoko (2010) . Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring pena
15.
Setiadi (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Edisi pertama.
Yogyakarta : Graha ilmu
16.
Stanly, Micke (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
17.
Sudarth dan Brunner (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
18.
Sudoyo, Aru (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam jilid 1. Edisi V. 2010.
Jakarta : Internal publishing
19.
Sunaryo (2004). Psikologi Keperwatan. Jakarta : EGC