Anda di halaman 1dari 14

Minyak tanah atau kerosin merupakan cairan hidrokarbon yang tak

berwarna dan
mudah terbakar dan memiliki titik didih antara 200 C dan 300 C. Minyak
tanah atau disebut
juga parafin. Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak dan
kompor, sekarang
banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4
atau JP-8).
Kerosen dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan bakar roket.
Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan
dalam minyak
tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin, naften, aromatik,
dan senyawa
belerang. Jumlah kandungan komponen senyawa dalam minyak tanah
akan mempengaruhi
sifat-sifat minyak tanah. Sifat-sifat yang harus dimiliki minyak tanah
adalah : titik nyala, titik
asap, kekentalan, kadar belerang, sifat pembakaran serta bau dan warna
yang khas. Proses
pengolahan minyak tanah :
a. Pencucian dengan asam sulfat
Pada pengolahan minyak tanah dilakukan pencucian dengan asam sulfat,
untuk
mengetahui kadar belerang dan kandungan senyawa yang membentuk
kerak pada sumbu
serta warna. Proses ini dilakukan dengan cara penambahan asam sulfat
sampai 5 X, setelah
dipisahkan kemudian dicuci dengan soda dan air.
b. Proses Adeleanu
Proses ini pada prinsipnya hanya ekstraksi senyawa aromatik
menggunakan belerang
dioksida.

Pada prosesnya minyak bumi diangkut ke pabrik pengolahan minyak bumi

(kilang), disana
minyak akan dipisahkan dengan penyulingan I (Distilasi), yang akan
menghasilkan 3 produk
yaitu Fraksi LPG I, Fraksi Sedang I, dan Fraksi Berat I.
Fraksi LPG dari penyulingan I sebagian masuk reaktor Isomerisasi
menjadi Bensin,
sebagian lagi masuk ke reaktor Reforming menjadi bensin dan kondensat.
Fraksi sedang I masuk reaktor hydroteating menjadi minyak tanah,
avtur dan minyak
diesel/solar.
Lalu Fraksi berat I masuk Alat Penyulingan/Distilasi II menghasilkan
Fraksi LPG II,
Fraksi Sedang II, dan Fraksi Berat II. Fraksi LPG II inilah yang banyak kita
pakai
untuk masak di dapur sekarang ini.
Fraksi sedang II sebagian masuk reaktor Hidrocracking kemudian
menghasilkan
minyak tanah, avtur dan minyak diesel/solar.
Fraksi Berat II kemudian masuk proses Coking yang menghasilkan dua
produk yaitu
aspal dan petroleum Coke (petcoke/kokas). Kokas ini juga bisa sebagai
bahan bakar
padat seperti batu bara.

Bahan bakar fosil adalah sumber daya alam yang mengandung


hidrokarbon seperti
batu bara, petroleum, dan gas alam. Senyawa hidrokarbon terbentuk
sebagai hasil proses
kimiawi alam (pemanasan, tekanan, dan waktu yang lama) dari organikorganik sisa-sisa
kehidupan (material organik) yang berupa algae/ganggang yang semula
hidup di kedalaman
laut/danau dan selanjutnya terendapkan dalam lapisan kulit bumi berupa
batuan yang
berukuran halus (batuan lempung atau serpih halus clay/shale). Setelah
terendapkan,
material organik tersebut berubah secara alamiah di alam menjadi
mineral hidrokarbon
karena adanya tiga faktor yaitu tekanan, temperature yang tinggi (suhu
minimal 200 derajat
Fahrenheit), dan dalam waktu yang lama (minimal 6 juta tahun).
Hidrokabon inilah yang merupakan umpan dari proses pembutan kerosin,
bensin dan
solar. Jenis hidrokarbon yang dapat menghasilkan produk berupa kerosin
adalah hidrokarbon
rantai pendek (lebih panjang dari naphta). Untuk produk bensin,
diperlukan hidrokarbon
rantai pendek yaitu naphta. Dan untuk produk solar, diperlukan minyak
berat atau rantai
karbon panjang yang memiliki viskositas rendah.
Proses proses pengolahan minyak bumi menjadi fraksi fraksinya
dapat dikategorikan sebagai berikut.
- Proses pengolahan pertama ( primary process)
- Proses pengolahan lanjut (secondary process)
- Proses treating
- Proses pencampuran (blending)
Primary Process
Primary process merupakan proses pemisahan minyak mentah
berdasarkan perbedaan
sifat fisik komponen komponen yang terkandung dalamminyak mentah.
Sifat sifat fisik tersebut dapat berupa titik didih, titik beku,kelarutan
dalam suatu pelarut, perbedaan
ukuran molekul dan sebagainya. Oleh karena itu permisahan minyak bumi
dengan pada
proses primer memanfaatkan proses proses pemisahan secara fisika.
1. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan minyak mentah berdasarkan
perbedaantitik didih. Distilasi merupakan proses utama dalam pengolahan
minyak bumimenjadi produk produknya. Distilasi terbagi menjadi dua,
yaitu distilasi atmosferik dan distilasi vakum. Distilasi atmosferik
dilakukan

pada tekananatmosfer. Produk yang dihasilkan oleh kolom distilasi


atmosferik
adalah gas,LPG, nafta, kerosin, gas oil dan residu. Fraksi yang belum
dapat
dikonsumsisebagai bahan bakar, seperti residu atau fraksi minyak berat,
diproses lebih lanjut dengan distilasi vakum. Distilasi vakum dilakukan
pada
kondisi tekanan vakum. Hal ini disebabkan karena fraksi minyak berat
hanya
dapat dipisahkan padatemperatur tinggi, namun pada temperatur yang
tinggi
minyak mentah akanmengalami perengkahan (cracking). Oleh sebab itu,
tekanan pada kolom dibuat vakum agar titik didih fraksi minyak berat
tersebut
dapat dicapai pada temperature di bawah temperatur cracking. Produk
yang
dihasilkan pada distilasi ini adalah Light Vacuum Gas Oil
(LVGO), Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), HeavyVacuum Gas Oil (HVGO),
dan Vacuum Residue.
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan minyak mentah dengan
memanfaatkan sifat kelarutan suatu zat dengan pelarut tertentu.
Merupakan
proses tertua dalampengilangan minyak bumi. Awalnya proses ini
dilakukan
untuk meningkatkan kualitas kerosin. Contoh pemisahan secara ekstraksi
adalah pada pengolahan minyak pelumas, aspal propane deasphalting),
dan
pengolahan BTX.
3. Absorpsi dan Stripping
Proses absorpsi adalah proses penyerapan gas dalam suatu campuran
gasdan cairan dengan menggunakan pelarut. Proses ini dilakukan
untuk menghilangkan fraksi gas yang bercampur dengan produk
hidrokarbon
hasil distilasi atau hasil perengkahan. Stripping adalah proses pemisahan
gas
terlarut dalam suatu campuran gas-cair. Stripping menggunakan larutan
Benfield , MEA(monoethyl alkohol) atau DEA (Diethyl alkohol) bertujuan
menghilangkan gas CO2 atau H2S dalam minyak bumi atau produk hasil
pengolahan.
4. Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik leleh.
Kristalisasi umumnya digunakan pada proses dewaxing , yaitu
memisahkan
lilin(wax) dari minyak mentah. Lilin terlarut dalam minyak dan mendidih
pada
selangtitik didih minyak pelumas sehingga lilin tidak dapat dipisahkan
dengan
distilasi.Pada proses dewaxing, minyak didinginkan untuk mengkristalkan

lilin, kemudiandisaring dan diendapkan untuk mendapatkan kristal lilin.


Secondary Process
Secondary process merupakan proses pengolahan lanjut setelah primary
process. Produk
dari tahap sebelumnya yang tidak lagi dapat dipisahkan dengan
pemisahan fisik diproses
di tahap ini. Tahap pengolahan ini melibatkan proses-proses konversi
(secara kimiawi).
Proses-proses tersebut adalah dekomposisi molekul, kombinasi molekul,
dan perubahan
struktur molekul.
1. Dekomposisi Molekul
Dekomposisi molekul adalah proses perubahan hidrokarbon dari
fraksiberat
menjadi fraksi yang lebih ringan. Proses dekomposisi molekul biasa
disebutdengan
proses perengkahan atau cracking . Proses perengkahan minyak
bumibertujuan untuk
bertujuan untuk mengkonversi minyak berat (Vacuum Gas Oil dan Long
Residue)
menjadi produk minyak ringan bernilai jual tinggi sepertipropana dan
butana sebagai
komponen LPG dan nafta sebagai HOMC. Proses perengkahan minyak
mentah dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu thermal cracking, catalytic cracking, dan
hydrocracking.
Thermal cracking merupakan proses perengkahan minyak berat (biasanya
fuel oil atau
residu) menjadi produk yang lebih ringan seperti nafta dan kerosin.Proses
ini
menggunakan temperatur yang tinggi untuk memutus rantaihidrokarbon.
Berdasarkan
sifat produk yang dihasilkan, proses ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
thermal
cracking, visbreaking, dan coking. Ketiga proses inimempunyai konfigurasi
dasar
yang sama, terdiri dari tungku pembakaran tempatperengkahan, kolom
soaking, dan
kolom fraksionasi.Pada proses catalytic cracking, pemutusan rantai
hidrokarbon
dibantudengan menggunakan katalis. Proses ini meningkatkan kualitas
perolehan dan
sifat-sifat produk yang dihasilkan dari unit fraksionasi. Katalis
perengkahan adalah bahan padat dengan sifat asam. Katalis yang
digunakan untuk proses ini dapat
diregenerasikan kembali untuk proses selanjutnya.Proses hydrocracking
merupakan
proses perengkahan dengan bantuan gashidrogen, beroperasi pada
temperatur 300

45oC dan tekanan tinggi sekitar 80 140 bar. Proses perengkahan katalitik
yang sangat
fleksibel tetapi mahal inidiselenggarakan pada dua atau tiga reaktor
unggun diam
tergantung pada produk yang diinginkan. Proses ini digunakan pada
umpan yang
mengandung logam,nitrogen dan belerang yang tinggi. Dari bahan dasar
yang
berkualitas rendah inidapat dihasilkan produk produk seperti gasoline,
kerosin,
pelumas, bahan bakupetrokimia, LPG, dll.Saat ini, industri pengilangan
minyak lebih
cenderung memilih proses catalytic cracking dibandingan dua jenis
perengkahan
lainnya. Hal ini didasarialasan ekonomis karena proses perengkahan
katalitik dapat
menghasilkanperolehan produk yang lebih besar dengan kebutuhan
energi yang sama.
Selainitu, katalis yang digunakan pada proses ini dapat diregenerasi
dengan lebih
mudah.
2. Kombinasi Molekul
Proses pengolahan ini adalah kebalikan dari proses dekomposisi, dimana
proses ini menggabungkan dua produk fraksi ringan menjadi fraksi yang
lebih besar.
Proses ini dapat digunakan untuk mengolah gas-gas ringan hasil
perengkahan. Dua
contoh utama kombinasi molekul adalah polimerisasi danalkilasi. Kedua
proses ini
merupakan proses yang saling berkompetisi.Polimerisasi adalah
penggabungan dua
molekul atau lebih menjadimolekul yang lebih besar. Pada industri
pengilangan,
polimerisasi dilakukan untuk penggabungan olefin menjadi gasolin.

DESALTING

Proses desalting merupakan proses penghilangan garam yang dilakukan dengan cara
mencampurkan minyak mentah dengan air, tujuannya adalah untuk melarutkan zat-zat
mineral yang larut dalam air. Pada proses ini juga ditambahkan asam dan basa dengan tujuan
untuk menghilangkan senyawa-senyawa selain hidrokarbon. Setelah melalui proses desalting,
maka selanjutnya minyak akan menjalani proses distilasi.

Minyak mentah (crude oil), selain mengandung kotoran juga mengandung zat-zat mineral
yang larut dalam air. Proses penghilangan kotoran disebut desalting atau penghilangan garam.
Desalting dilakukan dengan cara mencampur minyak mentah dengan air sehingga mineralmineral akan terlarut dalam air. Untuk meghilangkan senyawa-senyawa nonhidrokarbon, ke
dalam minyak mentah ditambah dengan asam dan basa.
Proses desalting dilakukan untuk mencegah korosi pipa-pipa minyak dan mencegah
tersumbatnya lubang-lubang di menara fraksinasi. Setelah minyak mentah mengalami proses
desalting, selanjutnya minyak mentah dialirkan ke tangki pemanas untuk menguapkan
minyak mentah dan kemudian uap minyak mentah dialirkan dalam menara fraksinasi (menara
distilasi).

Sumber : http://www.prosesindustri.com/2014/12/proses-desalting-crude-oil.html

memiliki berbagai macam varian jenis, dan teknologi yang paling mutakhir saat ini disebut
dengan Electrostatic Desalter, metode dari Desalter jenis ini yaitu dengan cara ekstraksi, yaitu
proses pemisahan suatu zat bersarkan perbedaan kelarutannya. Setelah di ekstraksi selanjutnya
dipisahkan dengan tegangan listrik AC.
Cara kerjanya adalah minyak dari crude oil diemulsikan dengan air dan selanjutnya dikontakkan
dengan plat yang dialiri tegangan listrik AC, maka secara otomatis, ion-ion yang terkandung
dalam minyak dan air akan tertarik ke kutup-kutup plat. Partikel-partikel air yang mengandung

mineral akan membesar dan jatuh ke bawah dasar tanki desalter, pada level tertentu secara
otomatis

valve

akan

terbuka

dan

mengalirkan

air

keluar

dari

tanki.

Jenis Electrostatic Desalter digolongkan dalam dua jenis yaitu tipe single stage dan multistage,
dasar pemilihannya disesuaikan dengan kondisi kandungan garam dalam crude, jika salt dalam
crude oil dikategorikan tinggi maka sebaiknya sistem multistage yang diterapkan, begitupun
sebaliknya, jika kandungan salt hanya sedikit maka jenis singel stage yang digunakan
CRUDE DISTILLATION UNIT

Crude Distillation Unit (CDU) beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan


berdasarkan titik didih komponen penyusunnya. Kolom CDU memproduksi
produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume feed,
sedangkan produk lainnya sebesar 40-50% volume feed berupa atmospheric
residue. Distilasi Atmosferik berfungsi memisahkan minyak mentah (crude oil)
atas fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing pada
keadaan Atmosferik. Atmospheric residue pada kilang lama, yang tidak memiliki
Vacum Distillation Unit/VDU, biasanya hanya dijadikan fuel oil yang value-nya
sangat rendah atau dijual ke kilang lain untuk dioleh lebih lanjut di VDU.
Sedangkan pada kilang modern, atmospheric residue dikirim sebagai feed
Vacuum Distillation Unit atau sebagai feed Residuel Catalytic Cracking (setelah
sebagiannya di-treating di Atmospheric Residue Hydro Demetalization unit untuk
menghilangkan kandungan metal atmospheric residue).

Tabel 1. Karakteristik Produk Distilasi Atmosferik Minyak Bumi Mentah


Sumber : http://dynamic-expansion.blogspot.co.id/2013/07/crude-distillationunit.html

Gambar 5.Diagram Alir Proses Distilasi Atmosferik

Variabel Proses Crude Distillation Unit


1. Flash Zone Temperature
Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak yield produk yang
dihasilkan, dan sebaliknya semakin sedikit yield bottom CDU. Namun flash zone temperatue
tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan terjadinya thermal
decomposition/cracking umpan. Temperature thermal decomposition/cracking tergantung
jenis umpan. Pada umumnya temperature thermal decomposition/cracking crude adalah
sekitar 370oC (UOP menyebutkan 385oC). Flash zone temperature diatur secara tidak
langsung, yaitu dengan mengatur Combined Outlet Temperatur/COT fired heater.
2. Temperature Top Kolom CDU
Temperature top kolom CDU diatur dengan mengembalikan sebagian naphtha yang
telah dikondensasi sebagai reflux kembali ke top kolom CDU. Jika temperature flash zone
dinaikkan, maka reflux rate harus dinaikkan untuk menjaga temperature top tetap.
Temperature top kolom merupakan salah satu petunjuk endpoint naphtha. Untuk memperoleh
endpoint overhead produk yang lebih rendah maka top temperature harus diturunkan dengan
cara menambah jumlah top reflux.
3. Tekanan Top Kolom CDU
Meskipun tekanan top kolom tidak pernah divariasikan, namun perubahan kecil pada
tekanan top kolom akan menghasilkan perubahan besar pada temperature pada komposisi
umpan yang tetap. Jika tekanan top kolom tidak dapat dijaga tetap dan operasi CDU hanya
mengandalkan quality control produk hanya berdasarkan pengaturan temperature
tray/temperature draw off, maka komposisi produk akan berubah cukup signifikan. Pressure
swing yang sangat sering akan membuat operasi CDU menjadi tidak stabil. Untuk menjaga
stabilitas tekanan top kolom maka dipasang temperature controller yang di-cascade dengan
flow top reflux.

4. Stripping Steam
Jumlah stripping steam (superheated) yang dimasukkan ke bottom tiap side cut product
stripper digunakan untuk menghilangkan uap ringan yang terlarut dalam produk, yang akan
menentukan flash point produk. Stripping steam dapat juga dimasukkan ke bagian
bawah/bottom kolom CDU sebagai pengganti reboiler dengan fungsi sama, yaitu
menghilangkan fraksi ringan yang ada dalam produk bottom kolom CDU.
raksi-fraksi yang diperoleh dengan distilasi minyak mentah umumnya memiliki dua
kelemahan yaitu :
a. Distribusi kuantitas fraksi-fraksi yang diinginkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Contohnya volume total fraksi-fraksi ringan (bensin, nafta, kerosin dan minyak gas ringan)
biasanya lebih kecil daripada volume total campuran minyak gas atmosferik dan residu,
padahal kebutuhan pasar akan bensin dan BBM distilat jauh lebih besar daripada BBM
residu.
b. Kualitas fraksi-fraksi tersebut sangat rendah dibandingkan dengan kualitas yang disyaratkan
oleh pasar. Contohnya bilangan oktan straight run gasoline yang diperoleh langsung dari
proses distilasi berkisar 67-70, sedangkan bilangan oktan yang disyaratkan pasar minimal 87
(premium).

Proses Treating
Proses pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi hasil penambangan dilakukan
pada stasiun pengumpul (gathering station). Tahapan ini merupakan salah satu proses penting
dalam menghasilkan minyak dan gas bumi yang berkualitas. Pada tahapan ini dilakukan
pemisahan antara minyak, gas, air dan pengotor-pengotor lainnya, dengan menggunakan
serangkaian peralatan yang dirancang khusus sesuai dengan karakteristik fluida yang dipisahkan.
Selanjutnya minyak dan bumi akan dimurnikan melalui proses oil treating dan gas treating.
Proses produksi minyak bumi masih mengalami kendala pada tingginya kadar pengotor di
dalam minyak yang keluar dari sumur-sumur produksi. Pengotor-pengotor seperti emulsi, air
formasi dan basic sediment sangat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.
Secara garis besar terdapat dua proses utama yang dilakukan untuk memurnikan minyak,
yaitu physical treating dan chemical treating. Physical treating adalah proses pengolahan dengan
bantuan peralatan seperti separator, heater treater, FWKO (free water knock out) dan desalter.
Sedangkan chemical treating adalah proses pengolahan dengan bantuan senyawa-senyawa kimia
seperti demulsifier, biocide, H2S scavenger, scale inhibitordan corrosion inhibitor.

Proses pemurnian minyak bumi dilakukan untuk meningkatkan kualitas minyakyang


diproduksi. Beberapa proses yang umum dilakukan adalah pemurnian denganchemical
injection, separator, heater treater(dehydrator), dan de-gassing boot.
Efektifitas proses ini sangat erat kaitannya dengan kandungan air yang masih terdapat
dalam minyak hasil produksi, yang merupakan salah satu spesifikasi kualitasminyak. Oleh karena
itu peninjauan efektifitas proses pemisahan di separator perlu dilakukan untuk menjaga

kualitas minyak hasil produksi.


Stasium Pengumpul Minyak
Stasiun pengumpul minyak sering juga disebut sebagai Gathering Station. Stasiun
pengumpul adalah stasiun atau unit kerja yang memiliki fungsi utama sebagai berikut:

Menampung fluida produksi dari berbagai sumur

Tempat menguji fluida yang dihasilkan dalam suatu sumur

Mengelola fluida reservoir, sehingga mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Pengolahan di
sini adalah pemisahan minyak dari gas, air, maupun padatan

Tempat pengukuran produksi dan pengiriman ke stasiun lain.


Peralatan produksi berdasarkan sistem gathering dan block station adalah merupakan pola
atau sistem jaringan alat transportasi, fasilitas peralatan pemisah fluida produksi dan fasilitas
peralatan penampung fluida hasil pemisahan.
Berdasarkan pada jumlah, tata letak sumur, dan letak tanki pengumpul serta kondisi laju
produksi sumur-sumurnya, gathering system dapat dibedakan menjadi dua, yaitu radial gathering
system dan axial gathering system.
Pada radial

gathering

system,

semua flow

line menuju

ke header dan

langsung

berhubungan dengan fasilitas pemisah, sedangkan pada axial gathering system beberapa
kelompok sumur memiliki satu header yang kemudian dari tiap-tiap header akan dialirkan ke
trunk line (jenis flow line yang mempunyai diameter lebih besar dari flow line biasa, yang
berfungsi untuk menyatukan aliran dengan volume yang besar) untuk kemudian dialirkan ke
fasilitas pemisah.
Produksi dari suatu sumur pada umumnya masih terdiri dari campuran antara minyak, air
dan gas. Disamping itu, terdapat juga partikel-partikel solid yang ikut terbawa jalur produksi.

Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak, air dan gas.
Instalasi produksi ini disebut dengan stasiun pengumpul minyak.
Keberadaan sulfur yang sangat sulit untuk dihilangkan pada bahan bakar cair
seperti kerosene, gasoline, diesel fuel dan residu oil, sehingga menjadi perhatian
yang penting untuk mencari metode yang tepat untuk menghilangkan
kandungan sulfur dalam bahan bakar cair tersebut. Metode yang berkembang
pada penghilangan sulfur pada bahan bakar cair seperti gasoline, diesel fuel,
kerosene dan residu oil adalah metode hydrodesulfurization, oxidative
desulfurization dan biodesulfurization. hydrodesulfurization (HDS) adalah standar
proses katalitik untuk menghilangkan sulfur dari produk minyak bumi. Dalam
proses ini, sulfur dari minyak mentah dicampur dengan hidrogen dan katalis
untuk bereaksi menjadi hidrogen sulfida. Metode hydrodesulfurization
membutuhkan permintaan energy yang besar karena beroperasi pada tekanan
dan temperature yang tinggi, sehingga diperlukan biaya yang besar
Sebagai alternative lain pada proses desulfurization adalah metode oxidative
desulfurization (ODS), diantara alternative metode ini, metode oxidative
desulfurization (ODS) memberikan banyak perhatian sebagai alternative metode
untuk penghilngan sulfur karena mempunyai keuntungan utama dibandingkan
dengan metode hydrodesulfurization (HDS). Keuntungan terbesar dari metode
oxidative desulfurization (ODS) adalah menghilangkan sulfur pada fase liquid
pada temperature dan tekanan sedang. Keuntungan lain dari metode oxidative
desulfurization (ODS) adalah menggunakan 2 tahap 3 proses yaitu oxidation dan
extraction sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Selain alternative metode
hydrodesulfurization (HDS) dan oxidative desulfurization (ODS) terdapat pula
metode lainya dalam penghilangan sulfur yaitu metode biodesulfurization.
Metode biodesulfurization adalah penghilangan sulfur dengan menggunakan
metode biologi, pada metode ini mebutuhkan mikroorganisme dan media untuk
mikroorganisme yang sangat banyak untuk kelangsungan hidup dari
mikroorganisme tersebut (Soleimani et al, 2007). Zannikos et al (1995),
desulfurisasi gas oil dengan system H2O2-acetic acid dengan pemanasan pada
temperature 90 0C dan pengadukan selama 30 menit. Kemudian hasil reaksi
oksidasi dipisahkan dengan ekstraksi menggunakan methanol, N-methyl
pyrrolidone (NMP) dan N,N-dimethylformamide (DMF). Hasil penelitian
menunjukkan dengan ketiga solvent tersebut dapat merecovery sulfur rata-rata
90%. Zhifeng et al (2001), Menggunakan system H2O2- HCOOH untuk
mengoksidasi diesel. Senyawa organic sulfur yang telah teroksidasi, yang
merupakan hasil dari reaksi oksidasi dipisahkan dengan solvent extraction.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan solvent yang memberikan %
recovery sulfur yang tinggi. Hasil penelitian diperoleh jenis-jenis solvent yang
tepat untuk pemisahan sulfur dari senyawa yang telah teroksidasi adalah N,Ndimethyl formamide (DMF) dan dimethyl sulfoxide (DMSO), sehingga konsentrasi
sulfur berkurang daro 0.8% menjadi 0.3%.
1. FRAKSINASI
Tahap pertama yang harus dilalui dalam proses pengolahan minyak bumi mentah adalah
destilasi. Destilasi (sering pula disebut fraksinasi) adalah proses pemisahan fraksi-fraksi
dalam minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didih. Proses destilasi biasanya dilakukan

pada sebuah tanur tinggi yang kedap udara. Minyak bumi mentah dialirkan ke dalamnya
untuk dipanaskan dalam tekanan 1 atmosfer pada suhu 370C.
Pemanasan minyak mentah ini kemudian membuat fraksi-fraksi dalam minyak bumi
terpisah. Fraksi yang memiliki titik didih terendah akan berada di bagian atas tanur,
sedangkan fraksi yang memiliki titik didih tinggi akan berada di dasar tanur. Beberapa fraksi
dari proses destilasi minyak bumi ini sudah dijelaskan pada artikel terdahulu tentang fraksifraksi minyak bumi.
2. Cracking Fraksi-fraksi yang dihasilkan dari proses destilasi kemudian dimurnikan
(refinery) melalui proses cracking. Cracking adalah tahapan pengolahan minyak bumi yang
dilakukan untuk menguraikan molekul-molekul besar senyawa hidrokarbon menjadi molekulmolekul hidrokarbon yang lebih kecil, misalnya pengolahan fraksi minyak solar atau minyak
tanah menjadi bensin. Proses cracking dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu cara panas
(thermal cracking), cara katalis (catalytic cracking), dan hidrocracking.
3. Setelah dilakukan pemurnian melalui cracking, tahap pengolahan minyak bumi dilanjut
dengan proses reforming. Reforming adalah proses merubah struktur molekul fraksi yang
mutunya buruk (rantai karbon lurus) menjadi fraksi yang mutunya lebih baik (rantai karbon
bercabang) yang dilakukan dengan penggunaan katalis atau proses pemanasan. Karena
dilakukan untuk merubah struktur molekul, maka proses ini juga bisa disebut sebagai proses
isomerisasi
4. Alkilasi dan Polimerisasi Setelah diperbaiki struktur molekulnya, fraksi-fraksi yang
dihasilkan dari pengolahan minyak bumi mentah kemudian melalui proses alkilasi dan
polimerisasi. Alkilasi adalah tahap penambahan jumlah atom pada fraksi sehingga molekul
fraksi menjadi yang lebih panjang dan bercabang. Proses alkilasi menggunakan
penambahan katalis asam kuat seperti HCl, H2SO4, atau AlCl3 (suatu asam kuat Lewis).
Sedangkan polimerisasi adalah tahap penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul
yang lebih besar dalam fraksi sehingga mutu dari produk akhir akan lebih meningkat.

5. Treating Treating adalah proses pemurnian fraksi minyak bumi melalui eliminasi bahanbahan pengotor yang terikut dalam proses pengolahan atau yang berasal dari bahan baku
minyak mentah. Bahan-bahan pengotor yang dihilangkan dalam proses treating tersebut
antara lain bau tidak sedap melalui copper sweetening dan doctor treating, lumpur dan
warna melalui acid treatment, parafin melalui dewaxing, aspal melalui deasphalting, dan
belerang melalui desulfurizing.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/6-tahapan-pengolahan-minyakbumi.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
6. Blending Tahap terakhir yang dilalui dalam proses pengolahan minyak bumi sehingga
menghasilkan bahan siap guna adalah proses blending. Blending adalah tahapan yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk melalui penambahan bahan-bahan aditif ke
dalam fraksi minyak bumi. Bahan-bahan aditif yang digunakan tersebut salah satunya
adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL adalah bahan aditif yang digunakan menaikkan bilangan
oktan bensin.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/6-tahapan-pengolahan-minyak-

bumi.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.

Anda mungkin juga menyukai

  • Blank 2
    Blank 2
    Dokumen1 halaman
    Blank 2
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Blank 1
    Blank 1
    Dokumen1 halaman
    Blank 1
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Anvdsdfcw
    Anvdsdfcw
    Dokumen6 halaman
    Anvdsdfcw
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Blank 1 PDF
    Blank 1 PDF
    Dokumen1 halaman
    Blank 1 PDF
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Analisis
    Analisis
    Dokumen1 halaman
    Analisis
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Tugas Evaporator
    Tugas Evaporator
    Dokumen15 halaman
    Tugas Evaporator
    Dwi Meyzzie
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen26 halaman
    6
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen26 halaman
    6
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • JJKNL
    JJKNL
    Dokumen3 halaman
    JJKNL
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • 1 Deheedh
    1 Deheedh
    Dokumen27 halaman
    1 Deheedh
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • JJKNL
    JJKNL
    Dokumen3 halaman
    JJKNL
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Cheat Sheet Tugas 2
    Cheat Sheet Tugas 2
    Dokumen9 halaman
    Cheat Sheet Tugas 2
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Penulisan
    Penulisan
    Dokumen3 halaman
    Penulisan
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • SDCSDC
    SDCSDC
    Dokumen24 halaman
    SDCSDC
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Hjgjgju
    Hjgjgju
    Dokumen5 halaman
    Hjgjgju
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • 1 Deheedh
    1 Deheedh
    Dokumen27 halaman
    1 Deheedh
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • WSCDSC
    WSCDSC
    Dokumen14 halaman
    WSCDSC
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Hjgjgju
    Hjgjgju
    Dokumen5 halaman
    Hjgjgju
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Anvdsdfcw
    Anvdsdfcw
    Dokumen6 halaman
    Anvdsdfcw
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Eeve
    Eeve
    Dokumen3 halaman
    Eeve
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Sadsc
    Sadsc
    Dokumen10 halaman
    Sadsc
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • DSD
    DSD
    Dokumen1 halaman
    DSD
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • HJGVK
    HJGVK
    Dokumen2 halaman
    HJGVK
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • MHVJVJM
    MHVJVJM
    Dokumen34 halaman
    MHVJVJM
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat
  • Ulooodvdv
    Ulooodvdv
    Dokumen29 halaman
    Ulooodvdv
    Yuni Dwi Lestari
    Belum ada peringkat