Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

KATARAK

PEMBIMBING:
dr.Sri Harto, Sp.M

DISUSUN OLEH:
Viona Aprilia Sucipto (030.11.301)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.ESNAWAN ANTARIKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 23 NOVEMBER 2015 26 DESEMBER 2015

PENDAHULUAN
Katarak berasal dari Yunani ( Katarrhakies ) , Inggris ( Cataract ), dan Latin ( Cataracta ) yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan
cairan ) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
Penelitian-penelitian mengidentifikasikan adanya katarak pada sekitar 10% orang
Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia
antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masingmasing mata jarang sama. Katarak traumatik, katarak kongenital, dan jenis-jenis lain lebih jarang
dijumpai.
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan. Disebutkan,
saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara miskin
atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan terdapat angka
kebutaan sebesar 1,47%.Di dunia ini 48% kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak. Untuk
Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan
0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis.
Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam
timbulnya katarak, antara lain seperti pajanan terhadap sinar matahari dan merokok. Katarak
dapat terjadi juga setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Satu-satunya penanganan
katarak yang memberikan hasil signifikan adalah dengan operasi, walaupun operasi ini juga tidak
bisa dilakukan pada setiap penderita katarak dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi
kompllikasi.

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1
DAFTAR ISI 2
BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. Anatomi Mata..... 3
B. Anatomi Lensa.4
C. Fisiologi Lensa ... 5
BAB II KATARAK
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Definisi ... 8
Epidemiologi .. 8
Etiologi ... 9
Klasifikasi ,,.. 10
Patofisiologi . 18
Diagnosis .. 20
Penatalaksanaan ... 20
Komplikasi 24
Prognosis .. 25

BAB III KESIMPULAN ... 26


DAFTAR PUSTAKA . 27

BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara konstan mata menyesuaikan
jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan
gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
Mata memiliki struktur sebagai berikut :

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna putih dan relatif kuat.
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian sclera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan

bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.


Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa,

berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan vitreus, berfungsi

membantu memfokuskan cahaya ke retina.


Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata, berfungsi

mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.


Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke otak.
Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen
anterior bola mata) serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea, dihasilkan oleh

processus ciliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen
posterior mata)

Gambar 1. (http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/eye.jpg&imgrefurl)

B. ANATOMI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa
terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut
menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul
lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel
lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara
jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain.1

1. Kapsul
4

Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari
kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa
serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul
berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis
berada di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula
tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari
kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel
epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti
sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP
untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan
menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang
baru akan membentuk korteks dari lensa.
C. FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini
dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang
sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat
dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.

Gambar 2. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat melihat dekat

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,
otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya.
Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.
Akomodasi

Tanpa akomodasi

M. Silliaris

Kontraksi

Relaksasi

Ketegangan serat zonular

Menurun

Meningkat

Lebih cembung

Lebih pipih

Tebal axial lensa

Meningkat

Menurun

Dioptri lensa

Meningkat

Menurun

Bentuk lensa

Tabel 1.

Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau
transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa
dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada
bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous
humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia.
Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya
lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa,
dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai
dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan
korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna
kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai grey reflex atau senile reflex,
6

yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi
kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia,
pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.1

BAB II
KATARAK
A. DEFINISI
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan
merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang
mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok,
dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi,
denaturasi protein, dan proses penuaan.sehingga memberikan gambaran area berawan
atau putih.

Gambar 3.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
B. EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan
pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital
pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan
perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat
katarak.
C. ETIOLOGI
8

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan


lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko
seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun
dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.2
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma
kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.3
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak kongenital.
Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab
lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik
lainnya seperti diabetes mellitus.3
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi intrauterin,
gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan. Sepertiga dari katarak
pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan dengan penyakit sistemik atau mata.
Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan dapat menyebabkan pembentukan katarak
pada keturunannya pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara
transmisi yang paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap.
Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak polar, katarak lamelar, atau
opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab
katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air, cytomegalovirus,
herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus EpsteinBarr, sifilis, dan
toksoplasmosis.2
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Patofisiologi
di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti.
Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata yang membuat
berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun.3

D. KLASIFIKASI
i. Katarak Perkembangan/pertumbuhan
Katarak Kongenital dan juvenil disebut juga katarak perkembangan dan
pertumbuhan

karena

secara

biologik

serat

lensa

masih

dalam

perkembangannya. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan


pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan
9

keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi
gangguan pada kehidupan janin.
Katarak kongenital tersbut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular,
katrak polaris posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris
anterior (piramidalis anterior, kutub anterior), katrak inti (katarak nuklearis),
dan katrak sutural.
Katarak Lamelar atau Zonular
Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat perkembangan
serat lensa maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih.
Kemudian terdapat serat lensa keruh dalam kapsul lensa. Kekeruhan
berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening. Katarak lamelar ini
mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan, katarak
biasanya bilateral.
Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat
menutupi seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering
dapat mengganggu penglihatan.
Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat
kekeruhan lensa. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat
terlihat pada pemeriksaan oftalmoskopi maka perlu dilakukan aspirasi dan

irigasi lensa.
Katarak Polaris Posterior
Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa.
Kadang-kadang

terdapat

arteri

hialoid

yang

menetap

sehingga

mengakibatkan kekeruhan pada lensa bagian belakang. Pengobatannya

dengan melakukan pembedahan lensa.


Katarak Polaris Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa
dalam perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya
pembentukan bilik mata depan pada perkembangan embrional. Pada
kelainan yang terdapat di dalam bilik mata depan yang menuju kornea
sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti piramid. Katarak
polaris anterior berjalan tidak progresif.

10

Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat mengganggu


tajam penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan

oftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.


Katarak Nuklear
Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang.
Kekeruhan terletak di daerah nukleus lensa. Sering hanya merupakan
kekeruhan berbentuk titik-titik.
Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya
bilateral dan berjalan tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat
dominan. Tidak mengganggu tajam penglihatan.
Pengobatan, bila tidak mengganggu tajam penglihatan maka tidak

memerlukan tindakan.
Katarak Sutural
Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal,
bersifat statis, terjadi bilateral dan familial.
Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan maka

ii.

ia tidak akan mengganggu penglihatan. Biasanya tidak dilakukan tindakan.


Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir
yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan
serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan
disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari
suatu gejala penyakit keturunan lain.
Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan
ambliopia.
Tindakan untuk

memperbaiki

tajam

penglihatan

ialah

pembedahan.

Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan


sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat bergantung pada usia
penderita, bentuk katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa
apakah disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa
iii.

menutupi media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.


Katarak Senil
Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan
berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa
sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat
11

mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam benuk
keluhan presbiopia.
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan
kupuliform.
Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik.
Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan
menjadi cokelat dan kemudian menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut

katarak brunesen atau nigra.


Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa.
Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk

melihat dekat pada usia yang bertambah.


Katarak Kupuliform
Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau
nuklear. Kekeruhan dapat terlihat di lapis korteks posterior dan dapat
memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul
makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar dibedakan
dengan katarak komplikata.
Katarak Senil dapat dibagai atas 4 Stadium
1) Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk
gerigi dasar di perifer dan daerah jernih membentuk
gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks
anterior

atau

posterior. Kekeruhan

ini

pada

umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.


Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila
dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2) Katarak Imatur

12

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga
masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan

lensa

menjadi

bertambah

cembung.

Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan


indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini
akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata
depan akan lebih sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma.
Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.

3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul.
Di dalam stadium ini lensa akan berukuran
normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik
mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
4) Katarak Hipermatur
Marupakan proses degenerasi lanjut lensa
sehingga korteks mengkerut dan berwarna
kuning. Akibat pengeriputan lensa dan
mencairnya
tenggelam

korteks,
ke

arah

nukleus

lensa

bawah

(katarak

morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata


menjadi

dalam.

Uji

pseudopositif.
13

bayangan

iris

memberikan

gambaran

Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat


menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom
fakolitik.

Perbedaan Stadium Katarak Senilis

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan Lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik Mata Depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut Bilik Mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow Test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Penyulit

Glaukoma

Uveitis + Glaukoma

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak

iv.

Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat
menimbulkan

katarak

komplikata.

Penyakit

intraokular

yang

sering

menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina,


miopia tinggi dan lain-lain. Biasanya kelainan terdapat pada satu mata.
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan
metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat
iris melekat dengan lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang
mengenai seluruh lensa.
14

Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan


keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa
titik-titik yang tersebar sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular
diseminata anterior atau dapat disebut menurut penemunya katarak Vogt.
Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila tekanan bola mata sudah
terkontrol.
Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata. Pada
katarak komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila
kekeruhannya sudah mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita
memerlukan penglihatan binokular atau kosmetik.
Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa
ekstrakapsular.
Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata,
walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada
usia yang lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak
adalah diabetes melitus, hipoparatiroid, miotonia distrofia, tetani infantil dan
lain-lain.
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas
yaitu kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa
lensa.
Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang
lensa, sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda degenerasi pada
lensa yang mengenai seluruh lapis lensa.
Pengobatan pada katarak komplikatan dilakukan bila sudah mengganggu
pekerjaan sehari-hari.
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:
- Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia yang nyata.
Pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa
berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan
-

akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
Pasien diabetes juvenille da tua tidak terkontrol. Katarak akanterjadi
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau
bentuk piring subkapsuler.
15

Katarak pada pasien diabetes dewasa. Gambaran secara histologik dan


biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

Katarak Diabetes Sejati


Pada diabetes juvenillis yang parah kadang-kadang timbul katarak
bilateral secara akut. Lensa mungkin menjadi opak total selama beberapa
minggu.Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsuler yang
sebagian jernih dengan pengobatan.
Katarak Senillis pada Pasien Diabetes
Pada pengidap diabetes, skelosis nuklear senillis, kelainan subkapsuler
posterior, dan kekeruhan korteks terjadi lebih sering dan lebih dini.Terapi
yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi katarak
adalah kontrol kadar gula darah dan bedah katarak. Bedah katarak
bertujuan untuk mengangkat lensa dengan prosedur intrakapsular dan
ekstrakapsular
v.

Katarak Sekunder
Katarak sekunder atau sering disebut after cataract yaitu katarak yang timbul
beberapa bulan setelah ekstraksi katarak ekstakapsular atau setelah
emulsifikasi fako; berupa penebalan kapsul posterior proliferasi sel-sel radang
pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam penglihatan
penebalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser, memakai alat Nd. YAG

vi.

laser.
Katarak Trauma
Kekeruhan lensa akibat ruda paksa atau katarak traumadapat terjadi akibat
ruda paksa tumpul atau tajam. Ruda paksa ini dapat mengkibatkan katarak
pada satu mata atau monokular katarak.
Pengobatan pada katarak trauma bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu
sampai mata menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi dapat dalam bentuk
16

glaukoma lensa yang mencembung atau uveitis akibat lensa keluar melalui
kapsul lensa.
E. PATOFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.4

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.5
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.6
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:7
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
17

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)


b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan
triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke
retina.8

Gambar 4. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak

18

F. DIAGNOSIS
Diagnosa katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakitpenyakit yang menyertai. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat menyebabkan
perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum
operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat
memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi
dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan.
Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan
teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat
zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya
trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Kemudian
lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain
itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian
belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan
penglihatan.9

G. PENATALAKSANAAN
Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi operasi katarak secara
umum adalah untuk rehabilitasi visus, mencegah dan mengatasi komplikasi, tujuan
terapeutik dan diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan kosmetik. Saat ini terapi bedah
katarak sudah mengalami banyak perkembangan.10
Dahulu bedah katarak dilakukan dengan teknologi yang disebut ECCE dan ICCE
masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara utuh, sehingga pasien
pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya yang mengakibatkan
proses pemulihan matanya menjadi lama. Sekarang dengan teknologi fakoemulsifikasi
sayatan pada mata menjadi sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.

19

I.

Metode Ekstraksi intrakapsuler (ICCE), yang jarang lagi dilakukan


sekarang adalah mengangkat lensa in toto yakni didalam kapsulnya melalui
limbus superior 140-160 derajat. ICCE dilakukan pada negara-negara dimana
terdapat keterbatasan mikroskop untuk melakukan operasi katarak. ICCE
diindikasikan pada kasus-kasus katarak tidak stabil, intumesen, hipermatur, dan
katarak luksasi. Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada anak dan
dewasa muda serta katarak traumatik dengan ruptur kapsul. Kontraindikasi relatif

II.

ICCE adalah miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni.10,11


Metode Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE), yang saat ini masih sering
dipakai juga memerlukan insisi limbus superior. Bagian anterior kapsul dipotong
atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dinuang dari mata dengan
irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga meninggalkan kapsul posterior. ECCE
diindikasikan untuk operasi katarak yang diiringi dengan pemasangan IOL atau
penambahan kacamata baca, terjadinya perlengketan luas antara iris dan lensa,
ablasi atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada keadaan dimana
terjadi insufisiensi zonula zinni.10,11

Gambar 6. Teknik ECCE


III.

Metode fakoemulsifikasi yaitu dengan sayatan kecil dan tidak memerlukan


benang. Ada berbagai keuntungan dari metode tersebut, antara lain tanpa dijahit.
Ini karena sayatannya kecil. Kalaupun perlu jahitan hanya satu jahitan.
Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan irigasi atau aspirasi atau keduanya

20

adalah teknik ekstrakapsuler yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk


mengangkat nukleus dan korteks melalui incisi limbus yang kecil (2-5mm),
sehingga mempermudah penyembuhan luka operasi dan keluhan mata merah
tidak lama.10,12

Gambar 7. Teknik Fakoemulsifikasi

Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk


memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan
diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus
digantikan oleh kacamata afakia yang tebal, lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa
plastik (IOL) di dalam bola mata.10,12
Metod
e
ICCE

Indikasi
Zonula lemah

Keuntungan

Tidak ada resiko katarak Resiko tinggi kebocoran vitreous


sekunder.
Peralatan yang
dibutuhkan sedikit.

ECCE Lensa sangat


keras.
Endotel kornea
kurang bagus.

Phaco

Kerugian

Peralatan yang
dibutuhkan paling

(20%).
Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.
IOL di COA atau dijahit di posterior.
Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.

sedikit.
Baik untuk endotel

kornea.
IOL di COP.
Sebagian besar
Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen mahal.
Pelatihan lama.
katarak kecuali
Ultrasound dapat mempengaruhi
katarak
endotel kornea.
Morgagni dan
trauma.
21

Tabel 3. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke dalam
mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah IOL dapat
menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam
atau tajam penglihatan perifer.9
IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan khusus
dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah IOL kacamata
baca dan kacamata untuk melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya
dibutuhkan kacamata tipis untuk penglihatan jauh.9
Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang, retinopati
diabetik progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.11
Tentunya setiap tindakan operasi memiliki resiko, yang paling buruk adalah
hilangnya penglihatan secara permanen. Setelah dilakukan operasi masih mungkin
muncul masalah pada mata, sehingga diperlukan kontrol post operasi yang teratur.

Jangka Pendek
Infeksi pada mata
Perdarahan pada kornea (hifema)
Edema papil
Edema kornea
Rupture kapsul lensa
Ablasio retina

Jangka Panjang
Fotosensitif
Dislokasi IOL
Kekeruhan pada kapsul lensa
Ablasio retina
Astigmatisma
Glaukoma
Ptosis13
Tabel 4. Efek Operasi Katarak

H. KOMPLIKASI
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal,
postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular
lens, IOL).13
A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.

22

b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi
akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.

D. Komplikasi postoperatif lanjut


Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,
Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder
merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.
E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL

23

Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema


syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens
syndrome).
I. PROGNOSIS
Tindakan pembedahan secara defenitif

pada katarak senilis dapat memperbaiki

ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan untuk
pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak
senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi
tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan
ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan
paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.13

24

BAB III
KESIMPULAN

Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan
tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di
seluruh dunia. Hal ini didukung oleh factor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan
vitamin serta factor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan
mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap
cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambut laun
akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa kemudian penderita
katarak akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yautu katarak senile, congenital,
traumatic, toksis, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi.
Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE, ECCE, Phacoemulsification, SICS. Akan tetapi
jika gejala tidak mengganggu tindakan operasi tidak diperlukan, kadang kala hanya dengan
mengganti/menggunakan kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) sering terjadi akibat
bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling
sering terjadi.

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199,
200-13.
2. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract.Available at: http : / / emedicine .medscape . com / article /
1210837 -clinical#showall.Up dated on:7August 2012.Accessed on: 19 July 2014.
3. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914overview. Updated on: 22 January 2013. Accessed on: 19 July 2014.
4. Butterwick R. Cataract and Your Eyes. Available

at:

http://www.webmd.com/eye-

health/cataracts/health-cataracts-eyes. Updated on: 5 July 2012. Accessed on: 20 July 2014.


5. Hiller R, Sperduto RD, Ederer F. Epidemiologic Associations With Cataract in The 1971-1972
National Health and Nutrition Examination Survey. Am J Epidemiol 1983; 118 : 239-49.
6. Berson, Frank G. Basic Ophtalmology for medical students and Primary Care Residents. Sixth
Edition. American Academy of Ophtalmology. 1993.
7. Kanski, Jack J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second edition. Oxford: ButterworthHeinemann, 1993, 234-251.
8. Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart, 2000.
9. Johns J.K Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Section 11. American Academy of
Ophthalmology. 2011.
10. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi 17. Jakarta: EGC,
2007, p169-176.
11. Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI,2003.
12. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L, Gazzard G, Tan DT, Koh D, Saw
SM. Prevalence of Cataract in Rural Indonesia. Ophthalmology, Jul 2005; 112(7): 1255-62
13. Cataract Surgery. Available at: http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/extracapsular-surgeryfor-cataracts. Updated on: 24 August 2011. Accessed on: 19 July 2014.

26

Anda mungkin juga menyukai