Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metode Penelitian Yang Dibimbing Oleh Dr. H. Hakkun Elmunsyah, S.T., M.T
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metode Penelitian Yang Dibimbing Oleh Dr. H. Hakkun Elmunsyah, S.T., M.T
Pair Share untuk Mata Pelajaran Perakitan Komputer pada Siswa Kelas X
SMKN 1 Tarakan Tahun Ajaran 2016/2017
PROPOSAL SKRIPSI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Metode Penelitian
yang dibimbing oleh Dr. H. Hakkun Elmunsyah, S.T., M.T.
Oleh:
Kuncara Adi Laksana
130533608283
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
rupa
sehingga
masing-masing
anggota
dalam
satu
kelompok
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk
melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap prestasi
belajar siswa dengan mengambil judul Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share untuk
Mata Pelajaran Perakitan Komputer pada Siswa Kelas X SMKN 1 Tarakan Tahun
Ajaran 2016/2017.
1.2
Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa
2.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasar atas rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian
ini adalah:
1.
Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model Think-PairShare terhadap hasil belajar Perakitan Komputer siswa Kelas X SMKN 1
Tarakan tahun pelajaran 2016/2017
2.
1.4
Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas X SMKN 1 Tarakan tahun
pelajaran 2016/2017
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran
2016/2017.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Perangkat Proses dan Media
Penyimpanan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Hasil Belajar
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur
hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar
dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya),
sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995: 787). Dari
pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai
sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal
itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar.
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi
belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar
dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap
sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita
simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan
prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang,
misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar
menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali
ulangan harian dan sebagainya.
Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai berikut:
Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan
penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, Hasil yang dicapai oleh tenaga atau
daya kerja seseorang dalam waktu tertentu, sedangkan Marimba (1978: 143)
mengatakan bahwa hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara
langsung dapat diukur.
Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
a.
b.
Hasil
belajar
yang
berupa
kemampuan
penguasaan
ilmu
Faktor Internal
Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan
b.
Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan
masyarakat.
1.
orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang
tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire.
Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan
ada pula kekurangannya.
Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila
lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar
anak, tidak akan masuk terlalu dalam.
Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan
bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.
Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan
yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu
memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan
memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib
dalam belajar.
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan Guru
Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, Di dalam pergaulan di lingkungan keluarga
hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan
anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian. Pendek kata, motivasi, perhatian,
dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi anak.
2.
ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab
kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan
mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan
perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang
diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan
kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang
lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.
3.
dalam
berbagai
bidang
pelajaran.
Kemampuan
bernalar,
2.2
Pengajaran Kooperatif
Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).
2.2.1
depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling
mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi
juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena
sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya
sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,
makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling
membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau
saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan
ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari
ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh
(saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan
ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan
hidup di dalam masyarakat nyata.
2.2.2
agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhan inilah
yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk meraih hasil belajar yang
optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling
ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan
tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran,
dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b.
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa
dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah
belajar dari sesamanya.
c.
Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai
sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal
relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang
tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari
guru tetapi juga dari sesama siswa.
2.2.3
2.
Pengelompokkan
siswa
secara
homogen
atau
heterogen?
c.
(bintang kelas) hingga yang paling tidak disukai atau tidak memiliki
teman (terisolasi). Berdasarkan metode sosiometri tersebut guru
menyusun kelompok-kelompok belajar yang di dalam tiap kelompok
ada siswa yang tergolong banyak teman, yang tergolong biasa, dan
yang terisolasi.
2)
beranggotakan
3 orang siswa
yang
memiliki
karakteristik heterogen.
3)
3. Menetukan tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa hendaknya disusun agar
tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan tempat duduk dapat
dalam bentuk lingkaran atau berhadap-hadapan.
4. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Cara
menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan pembelajaran
dapat menetukan tidak hanya efektivitas pencapaian tujuan belajar siswa. Bahan
ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika kelompok
belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru tidak perlu membagikan bahan
ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika kelompok belajar belum banyak
pengalaman atau masih baru, guru perlu memberi tahu para siswa bahwa
mereka harus bekerja sama, bukan bekerja sendiri-sendiri. Ada 3 macam cara
b.
c.
5.
6.
menghindarkan
mereka
dari
freustasi
atau
kebingungan.
Dalam
c.
d.
Mengajukan
berbagai
pertanyaan
khusus
untuk
mengetahui
b.
8.
10.
11.
Tiap
anggota
kelompok
menjelaskan
bagaimana
memperoleh
jawaban.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
12.
14.
15.
16.
17.
2.3
Model Think-Pair-Share
Metode ini dikembankan oleh Spencer dan kawan-kawannya dari Universitas
Maryland yang mampu mengubah asumsis bahwa metode resitasi dan diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Model ThinkPair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta
saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan
suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya,
guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa
yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Guru tersebut lebih
memilih model Think-Pair-Share daripada metode tanya jawab. Untuk kelompok
secara keseluruhan. (whole-group question and answer). Lyman dan kawankawannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
2.
3.
mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling
kelas dari pasangan yang satu ke padangan yang lain, sehingga seperempat
atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk
melapor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim
Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
2.
3.
4.
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu
sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat
dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
3.3
ataupun dengan undian biasa. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengambilan sampel secara unrestricted random sample atau secara langsung
menarik sampel dari populasi tanpa adanya pembagian terlebih dahulu. Maka subyek
penelitian diambil sejumlah sampel dari populasi. Yakni Siswa SMKN 1 Tarakan
dengan total 70 Siswa.
3.4
Variabel Penelitian
Variabel adalah construct atau sifat yang akan dipelajari yang diukur dengan
berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai
fenomena-fenomena (Indriantoro dan Supomo 2002). Variabel penelitian adalah sautu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 1999).
Variabel dalam penelitian ini ada 3 yaitu variabel Pembelajaran kooperatif
Think Pair Share, motivasi belajar dan hasil belajar. Adapun variabel bebas atau
variabel independent dalam penelitian ini ada 2 yang diberi simbol, yaitu:
Pembelajaran kooperatif Think Pair Share (X1), Motivasi Belajar (X2). Sedangkan
variabel dependent atau variabel tergantung diberi simbol Y yaitu Hasil belajar atau
prestasi belajar.
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
untuk
mengukur
kemampuan
pemahaman
konsep
Ilmu
N XY X Y
N X
N Y
(Suharsimi
2001: 72)
Dengan: rxy
X2
Arikunto,
2r 1 /21/2
Dengan: r11
r1/21/2
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari
harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf
kesukaran adalah:
B
Js
P=
Dengan: P
: Indeks kesukaran
Js
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
D=
B A BB
=P AP B
JA J B
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
P A=
BA
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
JA
P B=
BB
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB
3.6
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari
upaya pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Tujuan : sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar mengajar.
Contohnya: tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap bab atau KD (kompetensi
dasar).
3.6.2
tambahan. Pengamatan dilakukan pada pengolahan belajar aktif dan aktivitas siswa
kelas X dan guru SMKN 1 Tarakan tahun ajaran 2016/2017.
3.6.3 Metode Interview atau Wawancara
Metode interview atau wawancara ini digunakan sebagai metode tambahan.
Wawancara dilakukan kepada siswa untuk mengetahui titik kepuasan saat
pelaksanaan proses belajar pembelajaran.
3.7
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1.
X
N
Dengan
: X
= Nilai rata-rata
N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut:
P=