PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai Negara yang sedang berkembang, pembangunan industri di
Indonesia merupakan salah satu usaha jangka panjang untuk merombakstruktur
perekonomian nasional. Sebagaimana pembangunan yang sedang berjalan saat ini,
Indonesia sudah seharusya menuju era indusrialisasi untuk menjadi produsen
dunia dalam memproduksi berbagai barang kebutuhan hidup yang bahan bakunya
tersedia melimpah di Indonesia, seperti minyak goring, sabun dan lain sebagainya.
Salah satu kebutuhan manusia saat ini adalah sabun. Karena hampir semua
manusia seluruh bagian bumi memakai sabun untuk berbagai keperluan hidupnya.
Selain itu sabun juga dipakai dalam dunia industry, seperti dalam industry
pengolahan bijih tambang dan pembuatan minyak gemuk untuk mesin mesin.
Oleh karena itu kebutuhan pasar bagi dunia industri sabun sangat luas sekali, hal
ini tentu akan sangat menguntungkan bagi Negara - negara yang memiliki sumber
daya alam bahan baku sabun.
Sabun dapat dibuat dari minyak (trigliserida), asam lemak bebas (FFA)
dan metal ester asam lemak dengan mereaksikan basa alkali terhadap masing
masing zat. Salah satu minyak yang akan dipakai pada pembuatan sabun yaitu
minyak kelapa sawit. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak
kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan
kolestrol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya
dikomsumsi untuk kebutuhan pangan tetapi juga memenuhi kebutuhan non
pangan (oleokimia) seperti sabun.
Indonesia memproduksi sabun yang sudah ada sebesar 1.530.760 ton /
tahun dari beberapa industry yang menghasilkan sabun. Selain itu Indonesia juga
mengeksport sebagian hasil dari produksi dalam negri sebanyak 177.320,20 ton
pada tahun 2009, 162.600,01 ton pada tahun 2010, 165.730,76 ton pada tahun
2011, 153.636,11 ton pada tahun 2012 dan juga 126.400,58 ton pada tahun 2013.
Selain itu juga Indonesia juga mendatangakan atau impor sabun dari beberapa
Negara sebanyak 3.216,260 ton pada tahun 2009, 2.286,120 ton pada tahun 2010,
3.174,248 ton pada tahun 2011, 7.338,887 ton pada tahun 2012 dan 11.755,590
ton pada tahun 2013.
(bps ; 2013)
Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit (bahan bakar
dasar sabun) terbesar di dunia. Sehingga pendirian industry sabun mempunyai
prospek yang sangat menguntungkan jika dikemabangkan di Negara Indonesia.
Minyak sawit dapat dipergunakan dalam industry melalui proses
penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RDBPO (Refined Bleached
and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi
minyak sawit padat (RBD Strearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD
Olein). RBD Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak sawit goring.
Sedangkan RBD Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margari
dan
shortening, disamping itu juga untuk bahan baku industry sabun dan deterjen.
RBDPS akan digunakan sebagai bahan baku dalam pra rancangan pabrik
pembuatan sabun padat ini, karena sudah murni, sehingga tidak perlu melakukan
proses panjang untuk memurnikannya.,
ekspor sabun
Membuka lapangan pekerjaan dan tenaga kerja terutama disekitar lokasi
pabrik tersebut
Mendukung perkembangan industri hilir di Indonesia
Produksi (Ton)
1.530.760
Impor (Ton)
3.724,836
1.530.760
4.141,043
1.530.760
3.216,260
1.530.760
2.286,120
1.530.760
3.174,248
1.530.760
7.338,887
1.530.760
11.755,590
* komsumsi dalam negri
Ekspor (Ton)
225.648,66
245.700,20
177.320,20
162.600,01
165.730,76
153.636,11
126.400,58
Komsumsi (Ton)*
1.308.836,183
1.289.200,843
1.356.656,058
1.370.446,114
1.368.203,488
1.384.462,777
1.416.115,006
1.3.2
dapat
b=
y
n
( x x ) ( y y )
( x x )2
( x x ) ( y y )= xy
x . y
n
2
x
( x x)2 =
y = Proyeksi kebutuhan
x= periode ( ta h un )
n= jumla h data
Periode
Tahun (x)
Kebutuhan (y)
x2
Xy
2009
1.356.656,058
2010
1.370.446,114
2011
1.368.203,488
2012
1.384.462,777
16
2013
1.416.115,006
25
1.356.656,058
2.740.892,228
4.104.610,464
5.537.851,108
7.080.575,030
20.820.584,89
Total
15
Rata-rata
6.895.883,443
1.379.176,689
55
( x x ) ( y y )
( x x )2
( x x ) ( y y )=20.820 .584,890
=
( 15 ) ( 6.895.883,443)
5
= 132.934,559
(15)2
( x x) =55 5
2
= 55 45
= 10
b = 132.934,559 / 10
= 13.293,456
a = 1.379.176,689
Maka:
Y = 1.379.176,689 + 13.293,456 (x 3)
Y = 1.379.176,689 + 13.293,456 X 39.880,368
Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 X
Dari degresi diatas didapatkan Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 X
Contoh perhitungan kebutuhan untuk X = 6
Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 X
Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 (6)
Y = 1.339.296,321 + 79.760,736
Y = 1.419.057,057
Untuk proyeksi kebutuhan pada tahun-tahun mendatang dengan cara yang
sama hasilnya dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :
Periode (X)
6
2015
2016
2017
2018
10
2019
11
2020
12
2021
13
2022
14
2023
15
2024
16
PT. PZ Cusson
PT. Multi Indonesi
PT. Filma Utama Soap
PT. Sayap Mas Utama
PT. Mega Surya Mas
Total produksi
100.000
800.000
10.000
281.000
10.000
1.530.760
sabun.
Ketersediaan bahan baku yang ada serta lokasi yang memadai.
2400000
1600000
Tahun
Ton/ tahun
800000
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Periode ( X ) tahun
PT. Salim Inomas Pratama, sebanyak 386.586 ton / tahun, PT. Adolina
Perbaungan sebanyak 30 ton TBS / jam. Dan masih banyak industry
industry penghasil RBDPS di Indonesia.
Serta untuk bahan pembantu, surfaktan dan sebagai nya salah satu dari
PT. Mata Pelangi
b.
Fasilitas Transportasi
Sarana transportasi yang memadai sangat membantu proses pemasaran
produk caprolactam dan pengangkutan bahan baku caprolactam dari
sumbernya. Selain itu, dengan adanya sarana transportasi yang memadai
baik transportasi darat, laut, maupun udara maka akan mempermudah untuk
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.
c.
Letak Pasar
Produk yang dihasilkan oleh suatu pabrik harus dipasarkan. Letak pasar
yang relatif dekat akan mempermudah pihak pabrik, dan dapat menekan
biaya transportasi yang harus dikeluarkan.
d.
Utilitas
Utilitas suatu pabrik juga merupakan faktor penting dalam pemilihan lokasi
suatu pabrik. Hal paling utama di sini adalah pembangkit tenaga listrik dan
air. Pada kawasan industri, utilitas dapat terpenuhi dengan baik.
e.
Tenaga Kerja
Pabrik memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak, maka perlu dipikirkan
tersedia atau tidaknya tenaga yang dibutuhkan. Tenaga kerja tersebut
meliputi tenaga kerja tingkat bawah, menengah, dan atas.
f.
Perluasan pabrik
Penting juga untuk diperhatikan ada atau tidaknya kemungkinan untuk
memperluas wilayah pabrik, karena dengan meningkatnya permintaan
produk akan menuntut adanya peningkatan kapasitas pabrik sehingga secara
otomatis akan membutuhkan perluasan lahan dalam pembangunan plant
plant baru.
yang
dikeluarkan
oleh
pemerintah
akan
sangat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
mechanical pressing
(olein)
Table 2.1 Komposisi asam lemak dari CPO, Olein, strearin, dan PKO.
10
CPO
Olein
Stearin
PKO
0 - 0,4
0,1 - 0,5
0,1 - 0,4
0,6 - 1,7
0,9 - 1,4
1,1 - 1,8
0 - 0,8
2,4 - 6,2
2,6-5,0
41,0 55,0
14,0 18,0
41,1 47,0
3,7 - 5,6
0 - 0,8
38,5 41,7
4,0 - 4,7
0,2 - 0,6
50,5 73,8
4,4 - 5,6
0,3 - 0,6
C16:1
0 - 0,6
0,1 - 0,3
C18:1
38,2 43,5
40,7 43,9
C12:0
C14:0
C16:0
C18:0
C20:0
Asam lemak tak jenuh
tunggal
6,5 - 10,0
1,3 - 3,0
-
12,0 19,0
3,2 - 8,5
1,0 - 3,5
0,1 - 0,5
6,6 - 11,9
C18:3
0 - 0,5
10,4 13,4
0,1 - 0,6
Rantai Karbon
Komposisi %
Miristat
C-14:0
Palmitat
C-16:0
42
Stearat
C-18:0
Oleat
C-18:1
41
Linoleat
C-18:2
10
Sumber : Riegel,1985
11
Sifat Kimia
Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin, sangat larut
biasa.
Rantai alkil (R) bias berupa rantai karbon jenuh atau tak jenuh.
Ikatan karbon tak jenuh dapat dehidrogenasi membentuk ikatan jenuh.
Ikatan karbon tak jenuh mudah teroksidasi oleh oksigen diudara.
Bersifat asam dalam air, dengan air membentuk ion H3O+
Bereaksi dengan basa membentuk garam.
(Kirk & Othmer, 1976)
2.1.2
Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida berguna sebagai sumber ion Na+ (reaktan) dalam
molekul sabun pada reaksi penyabunan dengan asam lemak. Caustic soda / NaOH
merupakan senyawa kimia yang bersifat basa dan bereaksi menetralisasi asam.
Disamping caustic soda, alkali yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah kalium hydroxida (KOH). Jika caustic soda yang digunakan dalam
pembuatan sabun akan menghasilkan sabun keras dan sebaliknya jika KOH yang
digunakan akan menghasilkan sabun yang lembut. Natrium hidroksida (NaOH),
juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau natrium hidroksida, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,
12
sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan
dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang
biasa disebut larutan Sorensen.
Pembuatan Natrium Hidroksida
Bahan baku proses pembuatan Natrium Hidroksida adalah garam, air, dan
listrik. Proses pembuatan Natrium Hidroksida melalui beberapa tahapan proses,
pemurnian bahan baku yang meliputi pencampuran, pengendapan pengotor,
penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap selanjutnya adalah proses utama
yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing meliputi evaporasi
dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan Natrium Hidroksida
berupa gas Cl yang diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair. Larutan NaCl
(brine) dimasukkan dalam sel pada suhu 65oC dengan dialiri listrik ( arus searah)
maka akan terjadi elektrolisis yang reaksinya sbb:
Na+ + Cl
NaCl
Anoda
: 2Cl-
Cl2 + 2e
Katoda : Na+ + e
Na
Na
+ Hg
2 NaHg
NaHg
+ 2 H2O
2 NaOH + H2 + Hg
NaOH
+ H2
+ Cl 2
NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki evaporator untuk
dipekatkan menjadi 50% NaOH. Amalgam
pengurai untuk direaksikan dengan H2O maka akan terjadi NaOH . Hasil
elektrolisis dengan katoda Hg didapatkan NaOH 50%.
(bahruddin,2003)
Disamping itu bisa diproduksi dari Lime dan Soda Ash. Pada proses ini
bahan yang digunakan adalah Soda Ash (Na2CO3) dan Lime (Ca(OH)2). Adapun
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2CO3 + Ca(OH)2 2NaOH + CaCO3
13
: 40
: 318,4
:1390
Densitas, gr/cm3
:2,130
:80,3
14
15
Keadaan air yang berbentuk cair meruapak suatu keadaan yang tidak
umum dalam kondisi normal. Terlebih memperhatikan hubungan antara anhidraanhidra yang lain dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan
bahwa seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida, terlihat bahwa
unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor dan fosfor, sulfur
serta klor. Semua jenis ini apabila berkaitan dengan Hidrogen akan membentuk
gas pada tekanan dan temperature standar, sedangkan air berwujud cair, hal ini
disebabkan hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase cair karena
oksigen bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali
flor).
1) Sifat Fisika
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/gmol
Wujud : Cair ( 250C, 1 atm)
Tidak berbau, berasa dan tidak berwarna
Titik didih : 100oC
Titik lebur : 0C
Kemurnian : 100% berat
(Yaws, 1999)
2) Sifat Kimia
lain membebaskan H2
Air bersifat amfoter
Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur dioksida membentuk basa kalium
2.2.2
dan gliserol.
Gliserin
16
CH2OH
CHOH
CH2OH
Rumus struktur giserin
Gliserin digunakan sebagau tambahan (aditif) pada sabun dan berfungsi
sebagai pelembab (moisturiser) pada sabun. Gliserol merupakan trihidrik alkohol
C2H5(OH)3 atau 1,2,3-propanetriol. Gliserin pertama sekali diidentifikasi oleh
Scheele pada tahun 1770 yang diperoleh dengan memanaskan minyak zaitun
(olive oil). Pada tahun 1784, Scheel melakukan penelitian yang sama terhadap
beberapa sumber minyak nabati lainnya dan lemak hewan seperti lard. Gliserin
digunakan sebagai emollient dan humectant dalam sediaan topikal dengan rentang
konsentrasi 0,2-65,7%
(Smolinske, 1992).
Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis, dapat
bercampur dengan air dan etanol. Sebagai suatu pelarut, dapat disamakan dengan
etanol, tapi karena kekentalannya, zat terlarut dapat larut perlahan-lahan
didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserin
bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan
sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air dan etanol.
(Ansel, 1989).
Pembuatan Gliserin
Cara mendapatkan gliserin telah berubah dari waktu ke waktu. Pada tahun
1889 lilin yang terbuat dari lemak hewan berfungsi sebagai sumber gliserin.
Ekstraksi adalah salah satu cara memperoleh gliserin. Cara termudah adalah
dengan mencampur lemak dengan alkali. Ketika keduanya dicampur akan
membentuk sabun dan gliserin, kemudian gliserin dipisahkan. Gliserin dapat
dihasilkan dari berbagai hasil proses, seperti:
17
1. Fat Splitting, yaitu reaksi hidrolisa air dan minyak menghasilkan gliserol
dan asam lemak. Reaksi yang terjadi adalah:
CH2RCOO
CHRCOO
CH2RCOO
Triasilgliserol
CH2OH
+ 3 H2O
3 R-COOH + CHOH
Air
CH2OH
Asam lemak Gliserin
+ 3 NaOH
CH2OH
3 R-COONa
CHOH
CH2RCOO
CH2OH
Triasilgliserol Natrium Hidroksida
Sabun
Gliserin
3. Transesterifikasi lemak dengan metanol menggunakan katalis NaOCH3
(Natrium methoxide) yang menghasilkan gliserol dan metil ester, reaksi
yang erjadi adalah:
CH2RCOO
CHRCOO
CH2RCOO
Triasilgliserol
+ 3CH3OH
Metanol
CH2OH
3 R-COOCH3+ CHOH
Metil ester
CH2OH
Gliserin
Gliserin adalah cairan kental yang tidak berwarna dan jika dicicipi terasa
manis. Gliserin dapat dilarutkan dengan mudah ke dalam alkohol dan air tetapi
tidak menjadi minyak. Senyawa kimia murni disebut Gliserol, yang menunjukkan
bahwa itu adalah alkohol. Gliserin juga mudah menyerap air dari udara sekitarnya
karena gliserin adalah higroskopis. Jika sebagian gliserin dibiarkan di tempat
terbuka, ia akan menyerap air dari udara sekitarnya hingga cairan itu akhirnya
20% air. Jika sejumlah kecil ditempatkan di lidah akan menyebabkan pelepuhan,
karena dehidrasi.
Kegunaan gliserin
Dalam sabun yang dibuat, gliserin berfungsi sebagai humektan. Humektan
adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengontrol perubahan kelembaban
18
suatu sediaan dalam wadah atau kemasannya dan mengontrol kelembaban kulit
ketika sediaan tersebut diaplikasikan (Sagarin, 1957). Gliserin termasuk dalam
tipe humektan organik, dimana gliserin merupakan humektan yang paling banyak
digunakan dalam industri kosmetik karena kestabilan harga dan presentasenya
relatif sedikit dari jumlah total penggunaan produk (Rieger, 2000). Gliserin pada
konsentrasi tinggi menimbulkan efek iritasi pada kulit dan lebih disukai
konsentrasi gliserin 10-20 % (Jellinek, 1970).
Penggunaan gliserin untuk berbagai keperluan adalah sebagai berikut :
a. Kosmetik : digunakan sebagai body agent, emollient, humectant, lubricant,
solven. Biasanya
b. dipakai untuk skin cream and lotion, shampoo and hair conditioners,
sabun dan deterjen.
c. Dental cream : digunakan sebagai humectant
d. Peledak : digunakan untuk membuat nitroglycerine sebagai bahan dasar
peledak
e. Industri makanan dan minuman : digunakan sebagai solven, emulsifier,
conditioner,
freeze preventer and coating. Digunakan dalam industri minuman anggur
dan
minuman lainnya.
f. Industri logam : digunakan untuk pickling, quenching, stripping,
electroplating,
galvanizing dan solfering
g. Industri kertas : digunakan sebagai humectant, plasticizer, softening agent,
dan lainlain.
h. Industri farmasi : digunakan untuk antibiotik, capsule dan lain-lain
i. Photography : digunakan sebagai plasticizing
j. Resin : digunakan untuk polyurethanes, epoxies, phtalic acid dan malic
acid resin.
k. Industri tekstil
digunakan
lubricating,
antistatic,
antishrink,
: 92
: 17,9
: 290
: 1,26
: 139,8
19
20
surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter
yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
(Rieger, 1997).
Terdapat empat kategori surfaktan berdasarkan muatannya yaitu :
a. Surfaktan Anionik
Surfaktan anionik merupakan surfaktan yang dapat membentuk ion negatif
atau anion. Contohnya adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl
Benzene Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS).
b. Surfaktan Kationik
Surfaktan kationik merupakan surfaktan yang dapat membentuk ion positif
atau kation. Contohnya adalah garam amonium.
c. Surfaktan Non ionic
Surfaktan non ionik merupakan surfaktan yang tidak membentuk ion negatif
maupun positif sehingga bersifat netral. Contohnya adalah Nonyl Phenol
Polyethoxyle.
d. Amfoter
Surfaktan amfoter merupakan surfaktan yang dapat membentuk ion positif
maupun negatif. Contohnya adalah Acyl Ethylenediamines.
Berdasarkan struktur kimianya, surfaktan dapat dibagi sebagai berikut:
a. Sabun, contohnya adalah Na-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat.
b. Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan, contohnya adalah minyak
jarak yang disulfatkan (TRO).
c. rafin atau olefin yang disulfurkan, contohnya adalah senyawa
sulfochlorida yang disabunkan, olefin yang disulfatkan.
d. Aralkil sulfonat, contohnya adalah alkil benzo sulfonat, naftalin sulfonat
seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonat-Na.
e. Alkil sulfat, contohnya adalah Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol
primer seperti asam malonat anhidrat + alkohol dengan Na-bisulfit , Alkil
sulfat sekunder/ dari alkil alkohol sekunder.
f. Kondensat asam lemak, contohnya adalah kondensat dengan gugus
amino, kondensat mengandung gugus oksi , kondensat dengan gugus inti
aromatik
g. Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter), contohnya adalah Alkil
amin poliglikol eter, Dispersol E.
Surfaktan memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai larutan koloid
21
22
toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS
dengan akibat iritasi sedang pada kulit.
Dalam prarancangan pabrik pembuatan sabun padat dari Refined Bleached
Deodorized Palm Stearine (RBDPs) surfaktan yang digunakan adalah
Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). EDTA digunakan sebagai zat
tambahan (aditif) pada sabun dan berfungsi sebagai antioksidan pada
sabun, memperlambat proses oksidasu pada rantai alkil tak jenuh.
Sifat sifat fisika EDTA:
a. Zat cair pada suhu kamar (250C, 1 atm)
b. Berat molekul (gr/mol)
: 118
c. Titik lebur pada 1 atm
: 11
d. Titik didih pada 1 atm
: 117
e. Densitas (gr/cm3)
: 0,919
(perry, 1997)
Sifat-sifat kimia EDTA:
a. Membentuk ion kompelks dengan logam-logam golongan transisi
b. Bersifat sebagai antioksidan, mencegah oksidasi berkatalitiskan ion
logam
c. Dapat mencegah penggumpalan darah
d. Melarutkan kerak logam dengan pembentukan senyawa kompleks
yang larut
e. Digunakan sebagai antibasi dalam penganan
f. Larut dalam air
(Kirk Othmer, 1976)
2.2.4
Pewangi
Parfum atau pewangi termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum
memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun.
Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah
memberi parfum akan berakibat fatal. Beberapa nama parfum yang digunakan
dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring
flower.
(Rudianto, 2007)
Pewangi merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk kosmetik
yang bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak dari bahan lain dan untuk
memberikan wangi yang menyenangkan terhadap pemakainya. Jumlah yang
ditambahkan tergantung kebutuhan tetapi biasanya 0,5 5% untuk campuran
sabun. Pewangi yang dipakai adalah essential Oil and fragrance Oils. Pewangi
23
2.3 Sabun
Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara
berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan
berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil
campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah
dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang
tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis
dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi
sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat
pembasah (wetting agent).
Pabrik sabun pertama kali berdiri pada abad ke 7 di Negara Eropa
( Italia, Spanyol, dan Prancis). Dalam proses pembuatannya mereka dijaga ketat
oleh tentara, karena formulanya di anggap rahasia. Kemudian sekitar tahun 1608
pembuatan sabun dikembangkan oleh Negara Amerika. Sabun pertama kali
dipatenkan tahun 1791 oleh seorang kimiawan dari prancis yang bernama
Nicholas Leblanc. Dimana pada saat itu Leblanc membuat sabun dari soda abu
dari garam. Setelah Leblanc berhasil membuat sabun dari soda abu, lalu teman
Leblanc yang berasal dari Negara yang sama membuat sabun dari lemak, glycerin
dan asam lemak.
(sumber ; Appleton & Simmson, W.H. 1908)
Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi
penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang
24
25
Klasifikasi sabun
Adapun jenis-jenis sabun dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Sabun transparan (Transparant Soap)
Sabun tembus pandang ini tampilannya jernih dan cendrung memiliki
kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat
sukar mongering.
2. Castile Soap
Sabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol ini memakai
olive oil untuk formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena tidak
memakai lemak hewani sama sekali.
3. Deodorant Soap
Sabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk menghilangkan
aroma tak sedap pada bagian tubuh. Tidak dianjurkan digunakan untuk
kulit wajah karena memiliki kandungan yang cukup keras yang dapat
menyebabkan kulit teritasi.
4. Acne Soap
Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada
jerawat. Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering bila
pemakaiannya dibarengi dengan penggunaan produk anti-acne lain. Maka
kulit akan sangat teritasi, sehingga akan lebih baik jika memberi pelembab
atau clarning lotion setelah menggunakan Acne Soap.
5. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser
Sabun ini biasanya dijual di gerai-gerai kecantikan. Harganya jauh
lebih mahal dari sabun sabun biasa, karena di dalamnya terdapat formula
khusus
seperti
pemutih.
Cosmetic
soap
biasanya
memfokuskan
26
27
cepat. Viskositas sabun tergantung pada temperature sabun dan komposisi lemak
atau minyak yang dicampurkan.
2. Panas Jenis
Panas jenis sabun adalah 0,56 Kal/g.
3. Densitas
Densitas sabun murni berada pada range 0,96g/ml 0,99g/ml.
(sumber ; Perry,1997)
Sifat sifat sabun kimia
a. Sabun bersifat basa.
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa.
Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan.
Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam
lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar,
karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+
sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Non polar :
28
terjadi pada
CH2OH
3RCOONa +
RCO-OCH2
Trigliserida
CHOH
CH2OH
sabun
Gliserol
29
NaOH
Zat Adiktif
Reaktor
Separator
Mixer
Drayer
Lapisan Recycle
Sabun
Packing
Stampe
r
30
dua
unit
turbodispeser,
unit
pertama
digunakan
untuk
31
mereaksikan campuran sabun yang keluar dari pemisah gas, NaOH segar dan
asam lemak segar dan terhubung dengan mixer.
Mixer
Drayer
Reactor
Sirkulasi
Air
Sabun
Packing
Stampe
r
CH2OH
3RCOOCH3
RCO-OCH2
Trigliserida
CHOH
CH2OH
Metil ester
Gliserol
32
RCOONa +
Metil ester
sabun
Trigliserida
CH3OH
metanol
CH3OH
NaOH
Reaktor
Reactor
Methanol
Flash
Drum
Reaktor
gliserol
Sabun
Packin
g
stamp
er
Drayer
vacum
Gambar 2.3 Diagram Alir Proses Saponifikasi Metil Ester Asam Lemak
dan
penanggulangannya
Tabel 2.3 Pemilihan Teknologi Proses Pembuatan Kaprolaktam
Proses
Saponifikasi
Netralisasi
Trligliserida
Lemak
RBDPS
RBDPS
RBDPS
80 oC
80 95 oC
1200C
1 atm
1 atm
2 atm
Konversi
Kemurnian produk
Hasil Samping
95%
85 - 95 %
Gliserol
99,9 %
76 90 %
air
98%.
73 93 %
Gliserol
Reaktor:
Alat Utama
Reaktor: CSTR
Reaktor Sirkulasi
CSTR
Utilitas
Dapat dipenuhi
Dapat dipenuhi
Dapat dipenuhi
Parameter
Bahan Baku
Kondisi Operasi
Temperatur
Tekanan
Dari data tersebut diatas dan melihat kelebihan serta kekurangan masingmasing teknologi proses, maka pra rancangan ini dipilih Saponifikasi
Trigliserida dengan bahan baku RBDPS dan reaktor yang di pakai CSTR dengan
alasan sebagai berikut :
1.
Reaktor CSTR lebih murah dari pada reactor lainnya dan prosesnya
juga lebih sederhana.
2.
3.
34
adalah
molekul
poliol
dengan
rumus
molekul
35
yang diawetkan, lotion dan sebagai pelumas. Hal ini juga dapat digunakan untuk
mencegah dongkrak hidraulik dari pembekuan. Kualitas antiseptik nya
mengizinkan penggunaannya dalam pelestarian spesimen ilmiah.
Sifat sifat fisika:
Berat molekul,(gr/mol)
Titik didih
: 290
Densitas gr/cm3
: 1,26
: 92
Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya manis
36
BAB III
KONSEPSI PERANCANGAN
3.1 Deskripsi Proses
Proses saponifikasi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap proses, yaitu:
1.
2.
3.
3.3.1
dan NaOH. RBDPS dimasukan kedalam tangki yang dilengkapi dengan pemanas,
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan steam sampai suhu 90 oC sebelum
dipompa kedalam reactor. Sedangkan NaOH dilarutkan dalam air proses yang
bersuhu 30 oC sampai kosentrasi masing masing 50% massa. RBDPS dan
campuran larutan NaOH kemudian dipompakan kedalam reactor.
3.3.2
(tangki pencampur) yang diberi jaket pemanas untuk dipanaskan sampai suhu 90
oC untuk dihomogenkan dan sekaligus beraksi membentuk sabun dan air. Lebih
dari 99,5% lemak/minyak berhasil disaponifikasi pada proses ini dengan waktu
tinggal 1,8 jam dan kondisi operasi 90 oC tekanan 1 atm. Hasil reaksi kemudian
dipompakan ke unit pemisah separator yang bekerja dengan prinsip perbedaan
37
densita. Pada unit ini akan akan terbentuk dua lapisan, yairu lapisan sabu pada
bagian atas dan lapisan impurities pada bagian bawah.
Impurities terdiri dari gliserol, sisa alkali dan air yang secarah keseluruhan
membentuk lapisan yang lebih berat dari sabun sehingga berada pada lapisan
bagian bawah didalam pemisah statis.
Proses selanjutnya adalah penambahan aditif dan pengeringan sabun
dalam unit pengeringan (drayer). Zat aditif yang ditambahkan adalah gliserin,
yang berfungsi sebagai pelembut dan pelembab pada kulit, EDTA yang berfungsi
sebagai surfaktan pada sabun (pembersih dan pemutih)yang dapat mengangkat
kotoran pada kulit. Dan pewangi (essential) yang befungsi untuk memberikan
kesegaran dan keharuman pada sabun. Zat tambahan ini dicampurkan dalam
tangki pencampur yang dilengkapi oleh jaket pemanas untuk menjaga sabun tetap
cair (suhu tetap) dan campuran homogen. Jumlah aditif yang ditambahkan sesuai
dengan spesifikasi mutu yang diinginkan.
Tahap berikutnya adalah proses pengeringan sabun. Kandungan air dalam
sabun biasanya diturunkan dari 30 35 % ke 18 %. Unit pengeringan sabun ini
biasanya berupa unit vacuum spray chamber.
3.3.3
Campuran sabun cair dari tangki pencampur dipompa ke unit flash drum, dimana
sabun mengalami proses flash pada 1 atm sehingga dihasilkan uap air jenuh
bersuhu 100 oC yang terpisah dari sabun dan keluar melalui bagian atas flash
drum. Kandungan air dalam sabun yang keluar dari bagian bawah flash drum
direncanakan tinggal 18% sebelum dikeringkan lebih lanjut dalam vacuum dryer.
Sabun kemudian ditransfer ke unit vacuum spray chamber. Kondisi vacuum
dihasilkam dengan menggunakan pompa vacuum. Dari unit pengeringan ini sabun
yang dihasilkan dengan menggunakan pompa vacuum. Dari unit pengeringan ini
sabun yang dihasilkan berupa serpihan (flake) dan dengan bantuan conveyor
dikirim ke unit finishing yang terdiri dari satuan mesin pembentukan sabun batang
dan disebut Bar Soap Finishing Machine (BSFM). Dari unit sabun ditransfer ke
unit penyimpanan dengan bantuan conveyor untuk penimbunan sementara
sebelum dijual.
38