Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai Negara yang sedang berkembang, pembangunan industri di
Indonesia merupakan salah satu usaha jangka panjang untuk merombakstruktur
perekonomian nasional. Sebagaimana pembangunan yang sedang berjalan saat ini,
Indonesia sudah seharusya menuju era indusrialisasi untuk menjadi produsen
dunia dalam memproduksi berbagai barang kebutuhan hidup yang bahan bakunya
tersedia melimpah di Indonesia, seperti minyak goring, sabun dan lain sebagainya.
Salah satu kebutuhan manusia saat ini adalah sabun. Karena hampir semua
manusia seluruh bagian bumi memakai sabun untuk berbagai keperluan hidupnya.
Selain itu sabun juga dipakai dalam dunia industry, seperti dalam industry
pengolahan bijih tambang dan pembuatan minyak gemuk untuk mesin mesin.
Oleh karena itu kebutuhan pasar bagi dunia industri sabun sangat luas sekali, hal
ini tentu akan sangat menguntungkan bagi Negara - negara yang memiliki sumber
daya alam bahan baku sabun.
Sabun dapat dibuat dari minyak (trigliserida), asam lemak bebas (FFA)
dan metal ester asam lemak dengan mereaksikan basa alkali terhadap masing
masing zat. Salah satu minyak yang akan dipakai pada pembuatan sabun yaitu
minyak kelapa sawit. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak
kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan
kolestrol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya
dikomsumsi untuk kebutuhan pangan tetapi juga memenuhi kebutuhan non
pangan (oleokimia) seperti sabun.
Indonesia memproduksi sabun yang sudah ada sebesar 1.530.760 ton /
tahun dari beberapa industry yang menghasilkan sabun. Selain itu Indonesia juga
mengeksport sebagian hasil dari produksi dalam negri sebanyak 177.320,20 ton
pada tahun 2009, 162.600,01 ton pada tahun 2010, 165.730,76 ton pada tahun
2011, 153.636,11 ton pada tahun 2012 dan juga 126.400,58 ton pada tahun 2013.

Selain itu juga Indonesia juga mendatangakan atau impor sabun dari beberapa
Negara sebanyak 3.216,260 ton pada tahun 2009, 2.286,120 ton pada tahun 2010,
3.174,248 ton pada tahun 2011, 7.338,887 ton pada tahun 2012 dan 11.755,590
ton pada tahun 2013.
(bps ; 2013)
Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit (bahan bakar
dasar sabun) terbesar di dunia. Sehingga pendirian industry sabun mempunyai
prospek yang sangat menguntungkan jika dikemabangkan di Negara Indonesia.
Minyak sawit dapat dipergunakan dalam industry melalui proses
penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RDBPO (Refined Bleached
and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi
minyak sawit padat (RBD Strearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD
Olein). RBD Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak sawit goring.
Sedangkan RBD Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margari

dan

shortening, disamping itu juga untuk bahan baku industry sabun dan deterjen.
RBDPS akan digunakan sebagai bahan baku dalam pra rancangan pabrik
pembuatan sabun padat ini, karena sudah murni, sehingga tidak perlu melakukan
proses panjang untuk memurnikannya.,

1.2 Maksud dan Tujuan Pendirian Pabrik


Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pemakaian sabun di Indonesia
Oleh sebab itu, alasan pendirian pabrik ini adalah sebagai berikut :

Mengaplikasikan ilmu teknik kimia khususnya dibidang perancangan,


analisa proses, dan operasi teknik kimia sehingga memberikan gambaran

kelayakan perancangan pabrik pembuatan kaprolaktam.


Memenuhi kebutuhan sabun di pasar dunia
Meningkatkan ekonomi masyarakat dan pendapatan devisa Negara dari

ekspor sabun
Membuka lapangan pekerjaan dan tenaga kerja terutama disekitar lokasi

pabrik tersebut
Mendukung perkembangan industri hilir di Indonesia

Mendorong tumbuhnya industri produsen dan industri pengguna sabun.

1.3 Analisa Pasar dan Perencanaan Kapasitas Produksi


1.3.1 Analisa Pasar
Semakin hari trend tentang sabun berbagai macam jenis sabun semakin
marak. Hal tersebut didasari oleh semakin banyak khasiat yang ditawarkan pada
masing masing jenis produk membuat para konsumsen tertarik. Hal tersebut
menyebabkan industry sabun berlomba lomba membuat produk dengan
berbagai macam sabun yang diproduksi. Terlihat pada tabel 1.1 akan kebutuhan
sabun di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya yaitu dari tahun 20072013 ditunjukan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2 Data Produk, Impor tahun 2007-2013
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Produksi (Ton)
1.530.760

Impor (Ton)
3.724,836

1.530.760
4.141,043
1.530.760
3.216,260
1.530.760
2.286,120
1.530.760
3.174,248
1.530.760
7.338,887
1.530.760
11.755,590
* komsumsi dalam negri

Ekspor (Ton)
225.648,66
245.700,20
177.320,20
162.600,01
165.730,76
153.636,11
126.400,58

Komsumsi (Ton)*
1.308.836,183
1.289.200,843
1.356.656,058
1.370.446,114
1.368.203,488
1.384.462,777
1.416.115,006

(Sumber : Biro Pusat Statistik,2013)


Perkembangan industri sabun di Indonesia semakin hari semakin
meningkat terbukti atas banyak nya produk sabun yang dihasilkan serta sebagian
di eksport ke Negara negara lain. Berdasarkan

dari data diatas dapat

disimpulkan bahwa kebutuhan konsumen akan sabun pada masa mendatang


meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu menyebabkan kebutuhan sabun pada
masa yang akan dating juga akan terus meningkat, sejalan dengan laju
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan aneka industri yang menggunakan
bahan baku sabun.
Pembangunan pabrik sabun ini dimaksukan bertujuan untuk memenuhi
seluruh kebutuhan sabun di pasar lokal dan dunia. Sasaran ekspor sabun ini akan
ditujukan ke negera-negara yang mengkonsumsi sabun.

1.3.2

Perencanaan Kapasitas Pabrik


Dari tabel 1.2 Data Produk, Impor tahun 2007-2013 maka

dapat

digunakan sebagai bahan analisa kebutuhan sabun mendatang dapat di cari


dengan menggunakan metode Least Square Time:
Y =a+b ( xx )
a=

b=

y
n

( x x ) ( y y )
( x x )2

( x x ) ( y y )= xy

x . y
n

2
x
( x x)2 =

Sumber : Chiulli, 1999


Keterangan simbol:

y = Proyeksi kebutuhan
x= periode ( ta h un )
n= jumla h data

Kapasitas yang dirancang ditentukan berdasarkan kebutuhan sabun tiap


tahun atau impor dari penggunaan sabun. Berikut adalah pengolahan data
kebutuhan kaprolaktam pada tahun 2009-2013
Tabel 1.3 Pengolahan Data Kebutuhan Sabun Tahun 2009-2013
Tahun

Periode
Tahun (x)

Kebutuhan (y)

x2

Xy

2009

1.356.656,058

2010

1.370.446,114

2011

1.368.203,488

2012

1.384.462,777

16

2013

1.416.115,006

25

1.356.656,058
2.740.892,228
4.104.610,464
5.537.851,108
7.080.575,030
20.820.584,89

Total

15

Rata-rata

6.895.883,443
1.379.176,689

55

Dengan menggunakan metode Least Square Time diatas maka:


b=

( x x ) ( y y )
( x x )2

( x x ) ( y y )=20.820 .584,890
=

( 15 ) ( 6.895.883,443)
5

20.820 .584,890 - (103438252 / 5)

= 132.934,559
(15)2
( x x) =55 5
2

= 55 45
= 10
b = 132.934,559 / 10
= 13.293,456
a = 1.379.176,689
Maka:
Y = 1.379.176,689 + 13.293,456 (x 3)
Y = 1.379.176,689 + 13.293,456 X 39.880,368
Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 X
Dari degresi diatas didapatkan Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 X
Contoh perhitungan kebutuhan untuk X = 6

Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 X
Y = 1.339.296,321 + 13.293,456 (6)
Y = 1.339.296,321 + 79.760,736
Y = 1.419.057,057
Untuk proyeksi kebutuhan pada tahun-tahun mendatang dengan cara yang
sama hasilnya dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :

Tabel 1.4 Proyeksi Kebutuhan Sabun 2014-2024


Tahun
2014

Periode (X)
6

2015

2016

2017

2018

10

2019

11

2020

12

2021

13

2022

14

2023

15

2024

16

Kebutuhan (ton) (Y)


1.419.057,057
1.432.350,513
1.445.643,969
1.458.937,425
1.472.230,881
1.485.524,337
1.498.817,793
1.512.111,249
1.525.404,705
1.538.698,161
1.551.991,617

Kapasitas pabrik yang didirikan harus diatas kapasitas minimum pabrik


atau minimal sama dengan pabrik yang berjalan. Untuk pertimbangan kapasitas,
dapat dilihat dari beberapa pabrik yang sudah berdiri pada table 1.5
Table 1.5 : Industry Penghasil Sabun di DalamNegri
Nama Perusahaan
PT. Sinar Antjol
PT. Salim Ivomas Pratama
PT. Hadikusumo Broscoy
PT. Lion Wings
PT. Unilever

Kapasitas (ton per tahun)


63.360
300
1.500
28.000
226.600
6

PT. PZ Cusson
PT. Multi Indonesi
PT. Filma Utama Soap
PT. Sayap Mas Utama
PT. Mega Surya Mas
Total produksi

100.000
800.000
10.000
281.000
10.000
1.530.760

Berdasarkan analisa perhitungan Least Square Time, data-data kapasitas


produksi pabrik sabun dari data aktual maupun proyeksi pada tahun 2020 yaitu
1.498.817,793 ton / tahun , maka pabrik ini direncanakan didirikan pabrik sabun
dengan kapasitas 300.000 ton / tahun pada tahun 2020 mendatang bertujuan untuk
merebut sebagian besar dari kebutuhan sabun di Indonesia, dengan pertimbangan
yaitu :

Melihat akan kebutuhan pasar saat ini, bertujuan untuk merebut


pangsa pasar lokal agar memenuhi kebutuhan sebagian kebutuhan

sabun.
Ketersediaan bahan baku yang ada serta lokasi yang memadai.

2400000

1600000

Tahun

Ton/ tahun
800000

Kap. Dalam Negeri

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Periode ( X ) tahun

Gambar 1.1 grafik supply & demand sabun


1.4 Pemilihan lokasi
Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan
serta kelangsungan dari suatu industri dan pada masa yang akan datang karena
berpengaruh terhadap factor produksi dan distribusi dari pabrik yang didirikan.
Untuk itu, perlu dipertimbangkan dengan cermat agar didapat keuntungan yang
maksimal bagi perusahaan. Idealnya, suatu perusahaan dalam menentukan lokasi
pabrik berdasarkan pada pertimbangan :
a.

Letak Sumber Bahan Baku


Bahan baku harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Agar kontinuitas
ketersediaan bahan baku ini dapat dijamin, letak pabrik yang ideal adalah
dekat dengan sumber bahan baku. Adapun lokasi pabrik bahan baku yang
digunakan dalam proses pembuatan caprolactam adalah sebagai berikut :

PT. Salim Inomas Pratama, sebanyak 386.586 ton / tahun, PT. Adolina
Perbaungan sebanyak 30 ton TBS / jam. Dan masih banyak industry
industry penghasil RBDPS di Indonesia.

PT. Asahimas Chemical (PT.ASC) memproduksi NaOH dengan


kosentrasi 48% sebesar 370.000 ton / tahun.

Serta untuk bahan pembantu, surfaktan dan sebagai nya salah satu dari
PT. Mata Pelangi

b.

Fasilitas Transportasi
Sarana transportasi yang memadai sangat membantu proses pemasaran
produk caprolactam dan pengangkutan bahan baku caprolactam dari
sumbernya. Selain itu, dengan adanya sarana transportasi yang memadai
baik transportasi darat, laut, maupun udara maka akan mempermudah untuk
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.

c.

Letak Pasar

Produk yang dihasilkan oleh suatu pabrik harus dipasarkan. Letak pasar
yang relatif dekat akan mempermudah pihak pabrik, dan dapat menekan
biaya transportasi yang harus dikeluarkan.
d.

Utilitas
Utilitas suatu pabrik juga merupakan faktor penting dalam pemilihan lokasi
suatu pabrik. Hal paling utama di sini adalah pembangkit tenaga listrik dan
air. Pada kawasan industri, utilitas dapat terpenuhi dengan baik.

e.

Tenaga Kerja
Pabrik memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak, maka perlu dipikirkan
tersedia atau tidaknya tenaga yang dibutuhkan. Tenaga kerja tersebut
meliputi tenaga kerja tingkat bawah, menengah, dan atas.

f.

Perluasan pabrik
Penting juga untuk diperhatikan ada atau tidaknya kemungkinan untuk
memperluas wilayah pabrik, karena dengan meningkatnya permintaan
produk akan menuntut adanya peningkatan kapasitas pabrik sehingga secara
otomatis akan membutuhkan perluasan lahan dalam pembangunan plant
plant baru.

g. Peraturan Pemerintah dan Keadaan Masyarakat


Kebijaksanaan

yang

dikeluarkan

oleh

pemerintah

akan

sangat

mempengaruhi kelangsungan suatu pabrik. Keuntungan bisa diperoleh jika


pemerintah memberikan kemudahan kepada pihak pabrik, sedangkan pihak
pabrik juga memberikan konstribusi kepada pemerintah berupa pemasukan
pajak serta dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat,
sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dengan melihat perbandingan dari tiap-tiap lokasi, maka dari tiga
alternatif pilihan kawasan industri dipilih lokasi pabrik sabun di daerah Kawasan
deliserdang , Sumatera Utara. Hal ini didasarkan akan bahan baku yang tersedia di
kawasan industry deli serdang dan sektar nya mencukupi untuk kebutuhan
produksi sabun selama perusahaan berproduksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1
2.1.1

Bahan Baku Pembuatan Sabun


Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPs)
Minyak sawit memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan

minyak nabati lainnya. Komposisinya terdiri dari asam lemak jenuh 50 %,


MUFA 40 %, serta lemak tak jenuh ganda yang ralatif sangat sedikit ( 10%).
(Darmoko, 2003).
Minyak sawit juga dapat difraksinasikan menjadi 2 bagian, yakni fraksi
padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Karakteristik yang berbeda pada fraksi
fraksi tersebut menyebabkan aplikasinya sangat luas untuk produk produk
pangan maupun non pangan. Proses pemisahan asam lemak yaitu stearin dan
olein dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain mechanical pressing,
solvent crystallization dan hydrophilization.
(Riegels, 1963)
Metoda mechanical pressing merupakan cara yang paling sederhana dan
masih dilakukan di banyak Negara. Pada metoda ini asam lemak dididihkan pada
sebuah benjana dan kemudian didinginkan. Setelah itu bahan tersebut akan
terbentuk menjadi dua fasa yaitu Kristal padat dan cairan. Fasa padat adalah
stearin dan fasa cair adalah olein. Reaksinya :
Fatty acid

mechanical pressing

Asam Stearat + Asam Oleat


(stearin)

(olein)

Table 2.1 Komposisi asam lemak dari CPO, Olein, strearin, dan PKO.

10

Jenis asam lemak


Asam lemak jenuh
C6:0
C8:0
C10:0

CPO

Olein

Stearin

PKO

0 - 0,4

0,1 - 0,5

0,1 - 0,4

0,6 - 1,7

0,9 - 1,4

1,1 - 1,8

0 - 0,8
2,4 - 6,2
2,6-5,0
41,0 55,0
14,0 18,0

41,1 47,0
3,7 - 5,6
0 - 0,8

38,5 41,7
4,0 - 4,7
0,2 - 0,6

50,5 73,8
4,4 - 5,6
0,3 - 0,6

C16:1

0 - 0,6

0,1 - 0,3

C18:1

38,2 43,5

40,7 43,9

C12:0
C14:0
C16:0
C18:0
C20:0
Asam lemak tak jenuh
tunggal

6,5 - 10,0
1,3 - 3,0
-

< 0,05 0,1


15,6 33,9

12,0 19,0

3,2 - 8,5

1,0 - 3,5

0,1 - 0,5

Asam lemak tak jenuh


ganda
C18:2

6,6 - 11,9

C18:3

0 - 0,5

10,4 13,4
0,1 - 0,6

(pusat : Penelitian kelapa sawit, 2003)


Dari tabel 2.1 menunjukkan beberapa komposisi asam lemak dari minyak sawit,
olein, dan fraksi stearin dari minyak sawit serta minyak inti sawit.
Tabel 2.2 Komposisi asam lemak dari proses deodorisasi minyak sawit
Asam Lemak

Rantai Karbon

Komposisi %

Miristat

C-14:0

Palmitat

C-16:0

42

Stearat

C-18:0

Oleat

C-18:1

41

Linoleat

C-18:2

10

Sumber : Riegel,1985

11

Sifat sifat fisika RBDPS

Berat molekul : 312 g/gmol


Warna : Putih Kekuningan
Titik didih : 291 C
Titik leleh : 70,1 C
Berbentuk padatan
Berbau khas
(Perry , 1997)

Sifat Kimia

Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin, sangat larut

dalam alkohol panas dan eter.


Dengan alkohol membentuk ester asam lemak menurut reaksi esterifikasi

biasa.
Rantai alkil (R) bias berupa rantai karbon jenuh atau tak jenuh.
Ikatan karbon tak jenuh dapat dehidrogenasi membentuk ikatan jenuh.
Ikatan karbon tak jenuh mudah teroksidasi oleh oksigen diudara.
Bersifat asam dalam air, dengan air membentuk ion H3O+
Bereaksi dengan basa membentuk garam.
(Kirk & Othmer, 1976)

2.1.2

Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida berguna sebagai sumber ion Na+ (reaktan) dalam

molekul sabun pada reaksi penyabunan dengan asam lemak. Caustic soda / NaOH
merupakan senyawa kimia yang bersifat basa dan bereaksi menetralisasi asam.
Disamping caustic soda, alkali yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah kalium hydroxida (KOH). Jika caustic soda yang digunakan dalam
pembuatan sabun akan menghasilkan sabun keras dan sebaliknya jika KOH yang
digunakan akan menghasilkan sabun yang lembut. Natrium hidroksida (NaOH),
juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau natrium hidroksida, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,

12

sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan
dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang
biasa disebut larutan Sorensen.
Pembuatan Natrium Hidroksida
Bahan baku proses pembuatan Natrium Hidroksida adalah garam, air, dan
listrik. Proses pembuatan Natrium Hidroksida melalui beberapa tahapan proses,
pemurnian bahan baku yang meliputi pencampuran, pengendapan pengotor,
penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap selanjutnya adalah proses utama
yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing meliputi evaporasi
dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan Natrium Hidroksida
berupa gas Cl yang diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair. Larutan NaCl
(brine) dimasukkan dalam sel pada suhu 65oC dengan dialiri listrik ( arus searah)
maka akan terjadi elektrolisis yang reaksinya sbb:
Na+ + Cl

NaCl
Anoda

: 2Cl-

Cl2 + 2e

Katoda : Na+ + e
Na

Na

+ Hg

2 NaHg

NaHg

+ 2 H2O

2 NaOH + H2 + Hg

Jadi reaksi total yang terjadi adalah:


2 NaCl + 2 H2O

NaOH

+ H2

+ Cl 2

NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki evaporator untuk
dipekatkan menjadi 50% NaOH. Amalgam

yang tejadi dimasukkan dalam

pengurai untuk direaksikan dengan H2O maka akan terjadi NaOH . Hasil
elektrolisis dengan katoda Hg didapatkan NaOH 50%.
(bahruddin,2003)
Disamping itu bisa diproduksi dari Lime dan Soda Ash. Pada proses ini
bahan yang digunakan adalah Soda Ash (Na2CO3) dan Lime (Ca(OH)2). Adapun
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2CO3 + Ca(OH)2 2NaOH + CaCO3

13

Metode ini dilakukan sebagai berikut : Larutan Na2CO3 dicampur dengan


Ca(OH)2 yang menghasilkan larutan NaOH dan CaCO3(s). Setelah dipisahkan
maka larutan NaOH dipekatkan untuk menghasilkan konsentrasi NaOH yang
diinginkan. Proses ini dapat dilakukan secara batch maupun kontinue. Pada reaksi
di atas digunakan larutan Na2CO3 20 %, sedangkan Ca(OH)2 yang digunakan
berupa buburan. Reaksi berlangsung pada temperatur sekitar 85oC. Setelah diaduk
selama sekitar 1 jam, kemudian diendapkan di dalam thickener. Larutan hasil
pemisahan dari thickener mengandung NaOH dengan kadar 10 12 %. Larutan
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam evaporator untuk dipekatkan kadar
NaOHnya menjadi 50% dengan konversi 95 96%. Sedangkan endapan yang
keluar sebagai hasil bawah thickener dipompa ke thickener yang lain untuk
diambil kandungan NaOH dan Na2CO3 dengan jalan menambahkan air panas ke
dalam thickener tersebut. Larutan hasil yang diperoleh adalah larutan encer yang
dipakai sebagai make up Na2CO3 20%.
(Faith and Keyes, 1957)
Kegunaan Natrium Hidroksida
Dalam sebuah industri, khususnya industri kimia Natrium Hidroksida atau
NaOH memiliki peranan yang sangat penting dalam proses produksi. Dalam
pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen dan sebagai
pembersih drain. Kegunaan Natium Hidroksida lainnya adalah:
-

untuk membuat hidroksida lain


Untuk membuat sabun , sutra tiruan
Untuk mengkilapkan kapsas
Sebagai bahan penglantang (obat pemutih )
Sebagai obat pemusnah hama
Untuk bahan pembuat kapur khlor

Sifat sifat fisika :


Berat molekul, gr/mol

: 40

Titik leleh pada 1 atm 0O

: 318,4

Titik didih pada 1 atm, 0O

:1390

Densitas, gr/cm3

:2,130

Kapasitas panas 0 0C, J/K.mol

:80,3

14

Sifat sifat kimia :

Termasuk dalam golongan basa kuat, sangat larut dalam air

Bereaksi dengan CO2 di udara membentuk Na2CO3 dan air

Bereaksi dengan asam membentuk garam

Bereaksi dengan Al2O3 membentuk AlO2 yang larut dalam air

Bereaksi dengan halide (X) menghasilkan NaOX dan asam halide

Bereaksi dengan trigliserida membentuk sabun dan glycerol

Bereaksi dengan ester membentuk garam dan senyawa alkohol


(sumber : kirk Othmer,1976)

2.2 Bahan Pembantu Pembuatan Sabun


Disamping bahan baku utama dalam pembuatan sabun, dibutuhkan juga
bahan pembantu yang berfungsi dalam pembuatan sabun tersebut seperti air,
surfaktan, dan pewangi.
2.2.1 Air
Air digunakan untuk melarutkan NaOH dan NaCl, mengurangi viskositas
sabun cair yang terbentuk sehingga memudahkan sirkulasi hasil reaksi. Air
merupakan pelarut universal. Air sering disebut pelarut universal karena air dapat
melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara
fase cair dan padat dibawah tekanan dan temperature standar.
Air merupakan senyawa yang petinng bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak untuk planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi, terdapat 4,1 triliun kilometer kubik tersedia dibumi.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kpa (1
bar) dan temperature 273,15 0K (0 0C). Zat ini merupakan pelarut yang penting,
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lain, seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan macam molekul organic.

15

Keadaan air yang berbentuk cair meruapak suatu keadaan yang tidak
umum dalam kondisi normal. Terlebih memperhatikan hubungan antara anhidraanhidra yang lain dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan
bahwa seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida, terlihat bahwa
unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor dan fosfor, sulfur
serta klor. Semua jenis ini apabila berkaitan dengan Hidrogen akan membentuk
gas pada tekanan dan temperature standar, sedangkan air berwujud cair, hal ini
disebabkan hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase cair karena
oksigen bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali
flor).
1) Sifat Fisika
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/gmol
Wujud : Cair ( 250C, 1 atm)
Tidak berbau, berasa dan tidak berwarna
Titik didih : 100oC
Titik lebur : 0C
Kemurnian : 100% berat
(Yaws, 1999)
2) Sifat Kimia

Pelarut kimia yang baik (paling sering digunakan)


Merupakan reagen penghidrolisa pada reaksi hidrolisa
Air dapat berfungsi sebagai media reaksi / katalis, isalnya substitusi

garam-garam padat dan perkaratan permukaan logam-logam.


Memiliki sifat netral (pH 7)
Bereaksi dengan karbon menghasilkan metana, hidrogen, karbon dioksida,

monoksida membentuk gas sintetis


Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium dan logam-logam reaktif

lain membebaskan H2
Air bersifat amfoter
Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur dioksida membentuk basa kalium

dan asam sulfat


Bereaksi dengan trigliserida (minyak/ lemak) menghaslkan asam lemak

2.2.2

dan gliserol.
Gliserin

16

CH2OH
CHOH
CH2OH
Rumus struktur giserin
Gliserin digunakan sebagau tambahan (aditif) pada sabun dan berfungsi
sebagai pelembab (moisturiser) pada sabun. Gliserol merupakan trihidrik alkohol
C2H5(OH)3 atau 1,2,3-propanetriol. Gliserin pertama sekali diidentifikasi oleh
Scheele pada tahun 1770 yang diperoleh dengan memanaskan minyak zaitun
(olive oil). Pada tahun 1784, Scheel melakukan penelitian yang sama terhadap
beberapa sumber minyak nabati lainnya dan lemak hewan seperti lard. Gliserin
digunakan sebagai emollient dan humectant dalam sediaan topikal dengan rentang
konsentrasi 0,2-65,7%
(Smolinske, 1992).
Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis, dapat
bercampur dengan air dan etanol. Sebagai suatu pelarut, dapat disamakan dengan
etanol, tapi karena kekentalannya, zat terlarut dapat larut perlahan-lahan
didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserin
bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan
sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air dan etanol.
(Ansel, 1989).
Pembuatan Gliserin
Cara mendapatkan gliserin telah berubah dari waktu ke waktu. Pada tahun
1889 lilin yang terbuat dari lemak hewan berfungsi sebagai sumber gliserin.
Ekstraksi adalah salah satu cara memperoleh gliserin. Cara termudah adalah
dengan mencampur lemak dengan alkali. Ketika keduanya dicampur akan
membentuk sabun dan gliserin, kemudian gliserin dipisahkan. Gliserin dapat
dihasilkan dari berbagai hasil proses, seperti:

17

1. Fat Splitting, yaitu reaksi hidrolisa air dan minyak menghasilkan gliserol
dan asam lemak. Reaksi yang terjadi adalah:
CH2RCOO
CHRCOO
CH2RCOO
Triasilgliserol

CH2OH

+ 3 H2O

3 R-COOH + CHOH

Air

CH2OH
Asam lemak Gliserin

2. Safonifikasi lemak dengan NaOH yang menghasilkan gliserin dan sabun,


reaksi yang terjadi adalah:
CH2RCOO
CHRCOO

+ 3 NaOH

CH2OH
3 R-COONa

CHOH

CH2RCOO
CH2OH
Triasilgliserol Natrium Hidroksida
Sabun
Gliserin
3. Transesterifikasi lemak dengan metanol menggunakan katalis NaOCH3
(Natrium methoxide) yang menghasilkan gliserol dan metil ester, reaksi
yang erjadi adalah:
CH2RCOO
CHRCOO
CH2RCOO
Triasilgliserol

+ 3CH3OH
Metanol

CH2OH
3 R-COOCH3+ CHOH
Metil ester

CH2OH
Gliserin

Gliserin adalah cairan kental yang tidak berwarna dan jika dicicipi terasa
manis. Gliserin dapat dilarutkan dengan mudah ke dalam alkohol dan air tetapi
tidak menjadi minyak. Senyawa kimia murni disebut Gliserol, yang menunjukkan
bahwa itu adalah alkohol. Gliserin juga mudah menyerap air dari udara sekitarnya
karena gliserin adalah higroskopis. Jika sebagian gliserin dibiarkan di tempat
terbuka, ia akan menyerap air dari udara sekitarnya hingga cairan itu akhirnya
20% air. Jika sejumlah kecil ditempatkan di lidah akan menyebabkan pelepuhan,
karena dehidrasi.
Kegunaan gliserin
Dalam sabun yang dibuat, gliserin berfungsi sebagai humektan. Humektan
adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengontrol perubahan kelembaban

18

suatu sediaan dalam wadah atau kemasannya dan mengontrol kelembaban kulit
ketika sediaan tersebut diaplikasikan (Sagarin, 1957). Gliserin termasuk dalam
tipe humektan organik, dimana gliserin merupakan humektan yang paling banyak
digunakan dalam industri kosmetik karena kestabilan harga dan presentasenya
relatif sedikit dari jumlah total penggunaan produk (Rieger, 2000). Gliserin pada
konsentrasi tinggi menimbulkan efek iritasi pada kulit dan lebih disukai
konsentrasi gliserin 10-20 % (Jellinek, 1970).
Penggunaan gliserin untuk berbagai keperluan adalah sebagai berikut :
a. Kosmetik : digunakan sebagai body agent, emollient, humectant, lubricant,
solven. Biasanya
b. dipakai untuk skin cream and lotion, shampoo and hair conditioners,
sabun dan deterjen.
c. Dental cream : digunakan sebagai humectant
d. Peledak : digunakan untuk membuat nitroglycerine sebagai bahan dasar
peledak
e. Industri makanan dan minuman : digunakan sebagai solven, emulsifier,
conditioner,
freeze preventer and coating. Digunakan dalam industri minuman anggur
dan
minuman lainnya.
f. Industri logam : digunakan untuk pickling, quenching, stripping,
electroplating,
galvanizing dan solfering
g. Industri kertas : digunakan sebagai humectant, plasticizer, softening agent,
dan lainlain.
h. Industri farmasi : digunakan untuk antibiotik, capsule dan lain-lain
i. Photography : digunakan sebagai plasticizing
j. Resin : digunakan untuk polyurethanes, epoxies, phtalic acid dan malic
acid resin.
k. Industri tekstil

digunakan

lubricating,

antistatic,

antishrink,

waterproofing dan flameproofing


l. Tobacco : digunakan sebagai humectant, softening agent dan flavor
enhancer
Sifat-sifat fisika:
a) Berat molekul (gr/mol)
b) Titik lebur pada 1 atm (0C)
c) Titik didih pada 1 atm (0C)
d) Densitas (gr/cm3)
e) Hfo (kcal/mol)

: 92
: 17,9
: 290
: 1,26
: 139,8

19

( Perry, 1997 ; Reklaitis, 1942)


Sifat sifat kimia:
a) Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya manis
b) Larut dalam air dan alkohol dalam semua perbandingan
c) Tidak lalrut dalam eter, benzena dan kloroform
d) Senyawa turunan alkohol (polialkohol) dengan tiga gugus OH
e) Dengan asam nitrat membentuk gliserol trinitrat
f) Bersifat higroskopis sehingga sering digunakan sebagi pelembab
g) Bereaksi dengan kalium bisulfat membentuk akrolein
( Kirk Othmer, 1976 ; Riegels, 1985)
2.2.3 Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua
ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu (biasa disebut
kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut ekor) yang tidak suka air
(Rieger, 1997). Keberadaan kedua gugus dalam struktur surfaktan biasa
diistilahkan kepala dan ekor. Gugus polar biasa disebut kepala dan ekornya
adalah gugus non polar. Filosofinya karena gugus non polarnya berupa rantai
panjang sehingga biasa diibaratkan ekor. Sedangkan gugus polarnya hanya gugus
karboksilat sehingga diibaratkan kepala
(Rieger, 1997).
Surfaktan (surface active agent) adalah suatu senyawa yang pada
konsentrasi rendah memiliki sifat untuk teradsorpsipada permukaan (surface)
ataupun antarmuka (interface) dari suatu sistem dan mampu menurunkan energi
bebas permukaan maupun energi bebas antarmuka (Rosen, 2004). Surfaktan dapat
digolongkan menjadi dua golongan besar berdasarkan kelarutannya, yaitu
surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
a. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai
panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
b. Surfaktan yang larut dalam air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat
pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah
korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu
surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif,

20

surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter
yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
(Rieger, 1997).
Terdapat empat kategori surfaktan berdasarkan muatannya yaitu :
a. Surfaktan Anionik
Surfaktan anionik merupakan surfaktan yang dapat membentuk ion negatif
atau anion. Contohnya adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl
Benzene Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS).
b. Surfaktan Kationik
Surfaktan kationik merupakan surfaktan yang dapat membentuk ion positif
atau kation. Contohnya adalah garam amonium.
c. Surfaktan Non ionic
Surfaktan non ionik merupakan surfaktan yang tidak membentuk ion negatif
maupun positif sehingga bersifat netral. Contohnya adalah Nonyl Phenol
Polyethoxyle.
d. Amfoter
Surfaktan amfoter merupakan surfaktan yang dapat membentuk ion positif
maupun negatif. Contohnya adalah Acyl Ethylenediamines.
Berdasarkan struktur kimianya, surfaktan dapat dibagi sebagai berikut:
a. Sabun, contohnya adalah Na-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat.
b. Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan, contohnya adalah minyak
jarak yang disulfatkan (TRO).
c. rafin atau olefin yang disulfurkan, contohnya adalah senyawa
sulfochlorida yang disabunkan, olefin yang disulfatkan.
d. Aralkil sulfonat, contohnya adalah alkil benzo sulfonat, naftalin sulfonat
seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonat-Na.
e. Alkil sulfat, contohnya adalah Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol
primer seperti asam malonat anhidrat + alkohol dengan Na-bisulfit , Alkil
sulfat sekunder/ dari alkil alkohol sekunder.
f. Kondensat asam lemak, contohnya adalah kondensat dengan gugus
amino, kondensat mengandung gugus oksi , kondensat dengan gugus inti
aromatik
g. Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter), contohnya adalah Alkil
amin poliglikol eter, Dispersol E.
Surfaktan memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai larutan koloid

21

Pada konsentrasi tinggi partikel koloid akan saling menggumpal,


gumpalan ini disebut misel atau agregat baik berbentuk sferik (daya hantar
listriknya tinggi) atau lamelar (daya hantar listriknya kecil disebut juga
koloid netral) dan ada dalam kesetimbangan dengan sekitarnya (pelarut
atau dispersi larutan). Kesetimbangan ini akan mencapai konsentrasi kritik
misel.
2. Adsorpsi
Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil daripada
pelarut murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi
adsorpsi positif. Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukkan bahwa
molekul-molekul zat terlarut lebih banyak terdapat dalam rongga larutan
daripada di permukaan. Hubungan antara derajat penyerapan dan
penurunan tegangan permukaan dinyatakan dalam persamaan Gibbs.
3. Kelarutan dan daya melarutkan
Partikel-partikel tunggal dari surfaktan relatif tidak larut, sedangkan misel
mempunyai kelarutan tinggi. Makin panjang rantai hidrokarbonnya, makin
tinggi temperatur kritik larutan.
4. Pembasahan
Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan
dinyatakan oleh Hukum Dupre.
5. Daya Busa
Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil
tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktan mempunyai
daya busa.
6. Daya Emulsi
Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang
tidak saling melarutkan. Surfaktan akan menurunkan tegangan antarmuka,
sehingga terjadi emulsi yang stabil. Surfaktan dapat menyebabkan
permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada pada
permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil
pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki

22

toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS
dengan akibat iritasi sedang pada kulit.
Dalam prarancangan pabrik pembuatan sabun padat dari Refined Bleached
Deodorized Palm Stearine (RBDPs) surfaktan yang digunakan adalah
Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). EDTA digunakan sebagai zat
tambahan (aditif) pada sabun dan berfungsi sebagai antioksidan pada
sabun, memperlambat proses oksidasu pada rantai alkil tak jenuh.
Sifat sifat fisika EDTA:
a. Zat cair pada suhu kamar (250C, 1 atm)
b. Berat molekul (gr/mol)
: 118
c. Titik lebur pada 1 atm
: 11
d. Titik didih pada 1 atm
: 117
e. Densitas (gr/cm3)
: 0,919
(perry, 1997)
Sifat-sifat kimia EDTA:
a. Membentuk ion kompelks dengan logam-logam golongan transisi
b. Bersifat sebagai antioksidan, mencegah oksidasi berkatalitiskan ion
logam
c. Dapat mencegah penggumpalan darah
d. Melarutkan kerak logam dengan pembentukan senyawa kompleks
yang larut
e. Digunakan sebagai antibasi dalam penganan
f. Larut dalam air
(Kirk Othmer, 1976)
2.2.4

Pewangi
Parfum atau pewangi termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum

memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun.
Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah
memberi parfum akan berakibat fatal. Beberapa nama parfum yang digunakan
dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring
flower.
(Rudianto, 2007)
Pewangi merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk kosmetik
yang bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak dari bahan lain dan untuk
memberikan wangi yang menyenangkan terhadap pemakainya. Jumlah yang
ditambahkan tergantung kebutuhan tetapi biasanya 0,5 5% untuk campuran
sabun. Pewangi yang dipakai adalah essential Oil and fragrance Oils. Pewangi

23

yang digunakan pada prarancangan Pabrik Pembuatan Sabun Padat adalah


Essential Oils.
(Prayugo, 1995)

2.3 Sabun
Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara
berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan
berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil
campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah
dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang
tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis
dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi
sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat
pembasah (wetting agent).
Pabrik sabun pertama kali berdiri pada abad ke 7 di Negara Eropa
( Italia, Spanyol, dan Prancis). Dalam proses pembuatannya mereka dijaga ketat
oleh tentara, karena formulanya di anggap rahasia. Kemudian sekitar tahun 1608
pembuatan sabun dikembangkan oleh Negara Amerika. Sabun pertama kali
dipatenkan tahun 1791 oleh seorang kimiawan dari prancis yang bernama
Nicholas Leblanc. Dimana pada saat itu Leblanc membuat sabun dari soda abu
dari garam. Setelah Leblanc berhasil membuat sabun dari soda abu, lalu teman
Leblanc yang berasal dari Negara yang sama membuat sabun dari lemak, glycerin
dan asam lemak.
(sumber ; Appleton & Simmson, W.H. 1908)
Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi
penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang

24

memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang


digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya
berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.
Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari
reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya
basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol.
Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

Gambar 2.1 Struktur Asam Laurat


Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun,
dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak.
Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh.
Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak
jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam
palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak
lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih
dari 6).
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena
air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh
dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.
(Fessenden,1982)

25

Klasifikasi sabun
Adapun jenis-jenis sabun dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Sabun transparan (Transparant Soap)
Sabun tembus pandang ini tampilannya jernih dan cendrung memiliki
kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat
sukar mongering.
2. Castile Soap
Sabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol ini memakai
olive oil untuk formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena tidak
memakai lemak hewani sama sekali.
3. Deodorant Soap
Sabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk menghilangkan
aroma tak sedap pada bagian tubuh. Tidak dianjurkan digunakan untuk
kulit wajah karena memiliki kandungan yang cukup keras yang dapat
menyebabkan kulit teritasi.
4. Acne Soap
Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada
jerawat. Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering bila
pemakaiannya dibarengi dengan penggunaan produk anti-acne lain. Maka
kulit akan sangat teritasi, sehingga akan lebih baik jika memberi pelembab
atau clarning lotion setelah menggunakan Acne Soap.
5. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser
Sabun ini biasanya dijual di gerai-gerai kecantikan. Harganya jauh
lebih mahal dari sabun sabun biasa, karena di dalamnya terdapat formula
khusus

seperti

pemutih.

Cosmetic

soap

biasanya

memfokuskan

26

formulanya untuk member hasil tertentu, seperti pada whitening facial


soap dan firming facial soap.
6. Superfatted Soap
Sabun memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak
sehingga membuat terasa lembut dan kenyal. Sabun ini sangat cocok
digunakan untuk kulit kering karena dalamnya terdapat kandungan
glicerin, petroleum dan beeswax yang dapat melindungi mencegah kulit
dan iritasi serta jerawat.
7. Oatmeal Soap
Hasil penelitian, mengatakan bahwa sabun yang terbuat dari
gandum ini mempunyai kandungan anti iritasi. Dibandingkan sabun lain,
sabun gandum ini lebih baik dalam menyerap minyak menghaluskan kulit
kering dan sensitive.
8. Natural Soap
Sabaun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap vitamin,
ekstrak buah, minyak nabati, ekstrak bunga, aloe vera dan essential oil.
Cocok untuk semua jenis kulit dan kemukinan membahayakan kulit sangat
kecil.
(Sumber ; Lubis, Ade Friadi. 2009)
Sifat-sifat fisik sabun
1. Viskositas
Setelah minyak atau lemak disaponifikasi dengan alkali, maka akan
dihasilkan sabun yang memiliki viskositas yang lebih besar dari pada minyak atau
alkali. Pada suhu di atas 75o C viskositas sabun tidak dapat meningkat secara
signifikan, tapi di bawah suhu 75o C viskositasnya dapat meningkatkan secara

27

cepat. Viskositas sabun tergantung pada temperature sabun dan komposisi lemak
atau minyak yang dicampurkan.
2. Panas Jenis
Panas jenis sabun adalah 0,56 Kal/g.
3. Densitas
Densitas sabun murni berada pada range 0,96g/ml 0,99g/ml.
(sumber ; Perry,1997)
Sifat sifat sabun kimia
a. Sabun bersifat basa.
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa.
Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan.
Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam
lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar,
karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+
sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Non polar :
28

CH3(CH2)16 Polar : COONa+(larut dalam miyak, hidrofobik, (larut dalam air,


hidrofilik, memisahkan kotoran non polar) memisahkan kotoran polar) Molekulmolekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang dengan satu gugus
ionik yang sangat polar pada salah satu ujungnya.
(sumber; Watt, Alexander., 1946)

2.4 Proses Pembuatan Sabun


Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat sabun maka
sampai saat ini telah dikenal tiga macam proses pembuatan sabun yaitu proses
saponifikasi trigliserida, netralisasi asam lemak dan proses saponifikasi metal
ester asam lemak.
Perbedaan antara ketiga proses ini terutama disebabkan oleh senyawa
impurities yang ikut dihasilkan pada reaksi pembentukan sabun. Senyawa
impurities ini harus dihilangkan untuk memproleh sabun yang sesuai dengan
standar mutu yang diinginkan. Karena perbedaan sifat dari masing masing
proses, maka unit operasi yang terlibat dalam pemurnian ini pun berbeda pula.
1) Proses Saponifikasi Trigliserida
Proses ini merupakan proses yang paling tua diantara proses proses yang
ada, karena bahan baku untuk proses ini sangat mudah di peroleh. Dahulu
digunakan lemak hewan dan sekarang telah digunakan pula minyak nabati. Pada
saat ini, telah digunakan proses saponifikasi trigliserida system kontinu sebagai
ganti proses saponifikasi trigliserida system batch. Reaksi yang

terjadi pada

proses ini adalah:


RCO-OCH2
RCO-OCH + 3NaOH

CH2OH
3RCOONa +

RCO-OCH2
Trigliserida

CHOH
CH2OH

sabun

Gliserol

29

Tahap pertama dari proses saponifikasi trigliserida ini adalah mereaksikan


trigliserida dengan basa alkali (NaOH,KOH atau NH4OH) untuk membentuk
sabun dan gliserol, serta impurities. Lebih dari 99,5% lemak / minyak berhasil
disaponifikasi pada proses ini. Kemudian hasil reaksi dipompakan ke unit
pemisah statis (separator) yang bekerja dengan prinsip perbedaan densitas. Pada
uni ini akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan sabun pada bagian atas dan
lapisan recycle pada bagian bawah. Recycle terdiri dari gliserin, sisa alkali,
sodium klorida, impurities, air yang secara keseluruhan membentuk lapisan yang
lebih berat dari sabun sehingga berada pada lapisan bagian bawah didalam
oemisah statis.
Proses selanjutnya adalah penambahan aditif danoengeringan sabun dalam
unit pengeringan (drayer). Zat aditif yang ditambahkan adalah gliserol, yang
berfungsi sebagai oelembut dan pelembab bagian kulit, EDTA yang berfungsi
sebagai surfaktan pada sabun (pembersih dan pemutih) yang dapat mengangkat
kotoran pada kulit. Dan gliserin (additive) yang berfungsi sebagai pelembab
9moisturizer) pada sabun. Zat tambahan ini dicampurkan dalam tangki pencampur
yang dilengkapi oleh jaket pemanas untuk menjaga sabun tetap cair (suhu tetap).
Jumlah aditif yang ditambahkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang diinginkan.
Tahap berikutnya adalah proses pengeringan sabun. Kandungan air dalam
sabun biasanya diturunkan dari 30 35 % ke 18 %. Unit pengering sabun ini
biasanya berupa unit vacuum spray chamber.
(riegel,1985)
Trigliserida

NaOH
Zat Adiktif

Reaktor

Separator

Mixer

Drayer

Lapisan Recycle
Sabun

Packing

Stampe
r

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Saponifikasi Trigliserida

30

2) Proses Netralisasi Asam Lemak


Proses ini menggunakan asam lemak sebagai bahan baku disamping basa
alkali. Pada proses ini tidak dihasilkan gliserol tetapi menghasilkan air sebagai
produk samping. Reaksi yang terjadi adalah reaksi antara asam lemah dengan basa
kuat .
Suhu reaksi pada proses ini berkisar antara 80oC 90 oC dan tekanan
operasi 1 atm. Sodium klorida juga ditambahkan dalam reaksi dan berguna untuk
mengurangi viskositas hasil reaksi sehingga memudahkan transportasi hasil reaksi
melalui pompa. Reaksi netralisasi berlangsung didalam reakto sirkulasi yang
terdiri dari turbodisper dan mixer. Turbodisper berfungsi untuk menghomogenkan
campuran reaktan sedangkan mixer berfungsi untuk memberikan waktu tinggal
yang cukup bagi reaksi reaktan untuk bereaksi tuntas. Kecepatan putaran
pengadukan dan turbodisper bekisar 40 50 rps dan dalam mixer berkisar 15 20
rps. Konversi reaksi asam lemak yang di peroleh dengan cara ini dapat mencapai
lebih dari 99.9%.
(spitz,1995)
Setelah reaksi netralisasi tuntas (diketahui dari conductivity controller)
maka sabun yang terbentuk dapat langsunng dikeringkan dalam uni yang sama
seperti pada proses saponifikasi trigliserida tetapi biasanya zat tambahan, seperti
pelembab, antioksidan, pengatur pH ditambahakan sebelum proses pengeringan.
Proses netralisasi ini pertama kali dikembangkan oleh Mazzoni. Proses ini telah
dibandingkan demgan menggunakan Na2CO3 bersama sama dengan NaOH dan
prosesnya disebut dengan nama Mazzoni CC, sedangkan proses yang hanya
menggunakan NaOH dikenal dengan nama Mazzoni LB.
Pada proses yang menggunakan Na2CO3, gas CO2 dihasilkan sebagai
produk samping reaksi sehingga harus disingkirkan sebelum masuk ke mixer
untuk mencegah naiknya tekanan dalam mixer. Untuk itu, pada proses ini
digunakan

dua

unit

turbodispeser,

unit

pertama

digunakan

untuk

menghomogenkan dan mereaksikan Na2CO3 dengan asam lemak dan terhubung


ke unit pemisah gas, unit kedua digunakan untu menghomogenkan dan

31

mereaksikan campuran sabun yang keluar dari pemisah gas, NaOH segar dan
asam lemak segar dan terhubung dengan mixer.

Asam Lemak NaOH


Sodium klorida
Reaktor

Mixer

Drayer

Reactor
Sirkulasi

Air
Sabun

Packing

Stampe
r

Gambar 2.2 Diagram Alir Proses Netralisasi Asam Lemak


3) Proses Saponifikasi Metil Ester Asam Lemak.

Metal ester asam lemak dihasilkan dari reaksi inter esterifikasi


trigliserida dengan methanol dengan bantuan katalis tertentu. Reaksinya adalah
sebagai berikut :
RCO-OCH2
RCO-OCH + 3CH3OH

CH2OH
3RCOOCH3

RCO-OCH2
Trigliserida

CHOH
CH2OH

Metil ester

Gliserol

32

Reaksi saponifikasi metal ester asam lemak dengan basa NaOH


menghasilkan sabun dan methanol. Reaksi ini dilangsungkan dalam reactor air
tubular pada suhu 120 oC tekanan 1 atm dengan konversi reaksi yang cukup
tinggi. Methanol yang terdapat dalam campuran reaksi dipisahkan dengan
menggunakan flash drum, dan kemudian campuran sabun di masukkan kembali
ke reactor alir turbular kedua untuk menyempurnakan reaksi penyabunan. Sabun
yang dihasilkan kemudian dikeringkan dalam pengeringan vacuum seperti telah
disebutkan diatas.
Proses ini hampir sama dengan proses saponifikasi asam lemak, perbedaan
terletak pada produk samping yang dihasilkan, yaitu air pada proses netralisasi
asam lemak dan methanol pada proses metal ester asam lemak. Reaksi
penyabunan metil ester adalah sebagai berikut:
RCOOCH3 + NaOH

RCOONa +

Metil ester

sabun

Trigliserida

CH3OH
metanol

CH3OH
NaOH

Reaktor

Reactor

Methanol

Flash
Drum

Reaktor

gliserol
Sabun

Packin
g

stamp
er

Drayer
vacum

Gambar 2.3 Diagram Alir Proses Saponifikasi Metil Ester Asam Lemak

2.5 Pemilihan Proses


Dari berbagai macam proses yang ada maka dilakukan pemilihan proses.
Pada pemilihan proses, akan ditentukan parameter yang akan digunakan dalam
analisa pemilihan proses. Adapun parameter tersebut adalah :
1. Mutu produk, kemampuan proses menghasilkan produk yang sesuai
dengan spesifikasi permintaan.
33

2. Produktivitas, kemampuan proses menghasilkan jumlah produk


3. Kemudahan proses menyangkut masalah tingkat kesulitan mengoperasikan
pabrik
4. Biaya modal investasi, menyangkut biaya pendirian pabrik
5. Tingkat keamanan, dimana proses dapat berjalan dengan aman
6. Dampak lingkungan, pengaruh limbah terhadap lingkungan

dan

penanggulangannya
Tabel 2.3 Pemilihan Teknologi Proses Pembuatan Kaprolaktam
Proses

Saponifikasi

Netralisasi

Trligliserida

Lemak

Ester Asam Lemak

RBDPS

RBDPS

RBDPS

80 oC

80 95 oC

1200C

1 atm

1 atm

2 atm

Konversi
Kemurnian produk
Hasil Samping

95%
85 - 95 %
Gliserol

99,9 %
76 90 %
air

98%.
73 93 %
Gliserol
Reaktor:

Alat Utama

Reaktor: CSTR

Reaktor Sirkulasi

CSTR

Utilitas

Dapat dipenuhi

Dapat dipenuhi

Dapat dipenuhi

Parameter
Bahan Baku
Kondisi Operasi

Temperatur
Tekanan

Asam Saponifikasi Metil

Dari data tersebut diatas dan melihat kelebihan serta kekurangan masingmasing teknologi proses, maka pra rancangan ini dipilih Saponifikasi
Trigliserida dengan bahan baku RBDPS dan reaktor yang di pakai CSTR dengan
alasan sebagai berikut :
1.

Reaktor CSTR lebih murah dari pada reactor lainnya dan prosesnya
juga lebih sederhana.

2.

Harga bahan baku lebih ekonomis dan mudah di dapat.

3.

Proses tidak menghasilkan limbah.

34

2.6 Produk Samping


Dari proses saponifikasi dari proses pembuatan menghasilkan sabun
sebagai produk utama tapi juga mengasilkan produk samping dari proses produksi
yaitu glicerol.
2.6.1 Gliserol
Gliserol

adalah

molekul

poliol

dengan

rumus

molekul

HOCH2CHOHCH2OH. Menurut nomenklatur IUPAC, gliserol disebut sebagai


Propan-1, 2, 3-triol. Massa molar adalah 92,09 g mol -1. Memiliki tiga gugus -OH
terikat pada tiga atom karbon terpisah. Ini milik keluarga alkohol dalam kimia
organik. Ini adalah, cairan tidak berwarna dan kental. Lebih lanjut, tidak berbau
dan juga dengan rasa manis.
Cairan ini sangat populer dalam produk kecantikan karena merupakan
humektan menyerap air sekitarnya. Ini berarti bahwa gliserin dapat membantu
melapisi dengan kelembaban. Tidak hanya itu digunakan dalam proses pembuatan
sabun, gliserin juga sebagai produk sampingan. Banyak produsen sabun
sebenarnya mengekstrak gliserin selama proses pembuatan sabun dan membuat
cadangan untuk digunakan dalam produk yang lebih mahal. Mengambil sejumlah
tetap setiap batang dari sabunnya, kemudian dapat ditambahkan untuk
menghasilkan produk akhir yang bagus dengan pelembab ekstra. Tambahan juga
meningkatkan aspek pembersihan sabun.
Gliserin yang dapat dilarutkan dengan mudah ke dalam alkohol dan air
tetapi tidak menjadi minyak. Senyawa kimia murni disebut Gliserol, yang
menunjukkan bahwa itu adalah alkohol. Gliserin yang memiliki berbagai
kegunaan. Hal ini dapat digunakan untuk membuat dinamit, meskipun tidak
meledak sendirian, dan itu harus diproses sebelum dapat digunakan sebagai bahan
peledak. Senyawa ini juga digunakan dalam mencetak dan tinta, buah-buahan

35

yang diawetkan, lotion dan sebagai pelumas. Hal ini juga dapat digunakan untuk
mencegah dongkrak hidraulik dari pembekuan. Kualitas antiseptik nya
mengizinkan penggunaannya dalam pelestarian spesimen ilmiah.
Sifat sifat fisika:

Berat molekul,(gr/mol)

Titik lebur pada 1 atm, (0C) : 17,9

Titik didih

: 290

Densitas gr/cm3

: 1,26

: 92

Sifat sifat kimia:

Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya manis

Larut dalam air dan alcohol dengan semua perbandingan

Tidak larut dalam eter, benzene dan kloroform

Bersifat higroskopis sehingga digunakan sebagai pelembab

Senyawa turunan alcohol (polialkohol) dengan tiga gugus OH


(sumber : perry,1997 ; Reklaitis, 1942)

36

BAB III
KONSEPSI PERANCANGAN
3.1 Deskripsi Proses
Proses saponifikasi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap proses, yaitu:
1.
2.
3.
3.3.1

Tahap persiapan umpan


Tahap reaksi saponifikasi Trigliserida
Tahap pengeringan dan finishing sabun
Tahap ppersiapan umpan
Umpan terdiri dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Staerin)

dan NaOH. RBDPS dimasukan kedalam tangki yang dilengkapi dengan pemanas,
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan steam sampai suhu 90 oC sebelum
dipompa kedalam reactor. Sedangkan NaOH dilarutkan dalam air proses yang
bersuhu 30 oC sampai kosentrasi masing masing 50% massa. RBDPS dan
campuran larutan NaOH kemudian dipompakan kedalam reactor.
3.3.2

Tahap reaksi saponifikasi trigliserida


RBDPS dan campuran larutan NaOH dipompakan masuk kedalam reactor

(tangki pencampur) yang diberi jaket pemanas untuk dipanaskan sampai suhu 90
oC untuk dihomogenkan dan sekaligus beraksi membentuk sabun dan air. Lebih
dari 99,5% lemak/minyak berhasil disaponifikasi pada proses ini dengan waktu
tinggal 1,8 jam dan kondisi operasi 90 oC tekanan 1 atm. Hasil reaksi kemudian
dipompakan ke unit pemisah separator yang bekerja dengan prinsip perbedaan

37

densita. Pada unit ini akan akan terbentuk dua lapisan, yairu lapisan sabu pada
bagian atas dan lapisan impurities pada bagian bawah.
Impurities terdiri dari gliserol, sisa alkali dan air yang secarah keseluruhan
membentuk lapisan yang lebih berat dari sabun sehingga berada pada lapisan
bagian bawah didalam pemisah statis.
Proses selanjutnya adalah penambahan aditif dan pengeringan sabun
dalam unit pengeringan (drayer). Zat aditif yang ditambahkan adalah gliserin,
yang berfungsi sebagai pelembut dan pelembab pada kulit, EDTA yang berfungsi
sebagai surfaktan pada sabun (pembersih dan pemutih)yang dapat mengangkat
kotoran pada kulit. Dan pewangi (essential) yang befungsi untuk memberikan
kesegaran dan keharuman pada sabun. Zat tambahan ini dicampurkan dalam
tangki pencampur yang dilengkapi oleh jaket pemanas untuk menjaga sabun tetap
cair (suhu tetap) dan campuran homogen. Jumlah aditif yang ditambahkan sesuai
dengan spesifikasi mutu yang diinginkan.
Tahap berikutnya adalah proses pengeringan sabun. Kandungan air dalam
sabun biasanya diturunkan dari 30 35 % ke 18 %. Unit pengeringan sabun ini
biasanya berupa unit vacuum spray chamber.
3.3.3

Tahap pengeringan dan finishing umpan


Pengeringan sabun dilakukan dalam unit vacuum spray chamber.

Campuran sabun cair dari tangki pencampur dipompa ke unit flash drum, dimana
sabun mengalami proses flash pada 1 atm sehingga dihasilkan uap air jenuh
bersuhu 100 oC yang terpisah dari sabun dan keluar melalui bagian atas flash
drum. Kandungan air dalam sabun yang keluar dari bagian bawah flash drum
direncanakan tinggal 18% sebelum dikeringkan lebih lanjut dalam vacuum dryer.
Sabun kemudian ditransfer ke unit vacuum spray chamber. Kondisi vacuum
dihasilkam dengan menggunakan pompa vacuum. Dari unit pengeringan ini sabun
yang dihasilkan dengan menggunakan pompa vacuum. Dari unit pengeringan ini
sabun yang dihasilkan berupa serpihan (flake) dan dengan bantuan conveyor
dikirim ke unit finishing yang terdiri dari satuan mesin pembentukan sabun batang
dan disebut Bar Soap Finishing Machine (BSFM). Dari unit sabun ditransfer ke
unit penyimpanan dengan bantuan conveyor untuk penimbunan sementara
sebelum dijual.

38

Anda mungkin juga menyukai