Anda di halaman 1dari 20

DEFINISI

Leishmaniasis adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh protozoa intra selular
yang termasuk ke dalam genus Leishmania. Genus Leishmania sp. termasuk golongan flagelata
yang hidup di dalam jaringan dan merupakan penyakit yang cara penularannya melalui gigitan
serangga. Ada kurang lebih 80 spesies lalat pasir yang terlibat dalam penularan Leishmania
kepada manusia, akan tetapi yang sering disebut sebagai vektor utama adalah genus
Phlebotomus dan genus Lutzomyia.
Pada manusia yang dapat menyebabkan penyakit adalah Leishmania donovani yang dapat
menyebabkan Visceral leishmaniasis atau Kala-azar, Leishmania tropica yang dapat
menyebabkan Cutaneous leishmaniasis dan Leishmania braziliense yang dapat menyebabkan
Muco-cutaneous leishmaniasis (Soedarto, 2011). Beberapa jenis mamalia seperti anjing, rodensia
liar dan karnivora lainnya dapat bertindak sebagai hospes reservoir parasit ini, sedangkan
Phlebotomus merupakan vektor penular penyakit leishmaniasis ini.
EPIDEMIOLOGI
Leishmaniasis dapat ditemukan pada 88 negara di dunia, dan diperkirakan 350 juta orang
beresiko terkena leishmaniasis. Sebagian besar pada wilayah beriklim tropis dan sub-tropis.
Diperkirakan kejadian leishmaniasis setiap tahunnya berkisar 1-1500000 kasus, yang
menyebabkan sekitar 50,000-60,000 kematian. Insiden penyakit ini meningkat di banyak daerah
(CMDT, 2015)
Menurut Soedarto (2011), Leishmaniasis viseral atau kala-azar banyak dilaporkan dari
India, Cina dan Mancuria, Afrika Utara, Afrika Barat, Afrika Timur, Eropa Selatan, Rusia dan
Amerika Selatan yang beriklim panas dan lembab. Penyakit ini terutama banyak diderita
penduduk yang bermukim di sepanjang sungai besar yang menjadi tempat berkembang biak
(breeding place) lalat pasir (sandflies, Phlebotomus) yang menjadi vektornya. Menurut Saleha
(2008), di sekitar Laut Tengah, penyakit ini hanya terdapat pada balita dan disebut kala-azar
infantil. Anjing merupakan reservoar dan sebagai sumber infeksi. Pada anjing kelainan terdapat
pada kulit, dinamakan Hundle kala-azar. Di Eropa dan Amerika Selatan, anjing sebagai binatang
peliharaan juga merupakan hospes reservoar, sedangkan di India penularan terjadi langsung
antara manusia dan manusia karena anjing tidak berperan sebagai reservoar. Daerah endemi

penyakit ini sangat luas, sedangkan di Indonesia penyakit ini belum pernah ditemukan (Sungkar,
2008).
Leishmaniasis kulit atau Oriental sore termasuk penyakit zoonosis karena adanya
binatang sebagai hospes reservoir. Anjing merupakan reservoir host utama di daerah endemis,
sedangkan di daerah padang pasir Asia Tengah, rodensia (gerbil) merupakan sumber infeksi
penyakit ini (Soedarto, 2011). Daerah endemi penyakit ini terdapat di berbagai negeri sekitar
Laut Tengah, Laut Hitam, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, Arab, India, Pakistan dan
Ceylon. Di Indonesia penyakit ini belum pernah ditemukan (Saleha, 2008).
Menurut Soedarto (2011), Leishmaniasis braziliensis atau Espundia ditemukan di
Amerika Tengah dan Selatan (mulai dari Guatemala sampai ke Argentina Utara dan Paraguay).
Anjing merupakan reservoir host di daerah tersebut. Di daerah endemi, penyakit ditemukan di
daerah pinggiran hutan dan banyak terdapat pada laki-laki dewasa yang bekerja di hutan,
sedangkan di Brazil sepertiga penderitanya adalah anak-anak. Diduga, hospes reservoar penyakit
ini adalah binatang liar. Anjing terkadang mengandung parasit ini tetapi tidak menimbulkan
kelainan pada tubuh binatang tersebut. Di Indonesia penyakit ini belum pernah ditemukan
(Saleha, 2008).
FAKTOR RESIKO
Menurut WHO (2015), ada beberapa faktor resiko utama penyebab terjadinya
leishmaniasis, yaitu :
a. Kondisi Sosial Ekonomi
Kemiskinan meningkatkan resiko leishmaniasis. Perumahan yang buruk dan kondisi sanitasi
domestik (misalnya kurangnya pengelolaan sampah, saluran pembuangan terbuka) dapat
meningkatkan berkembangnya vektor pada penyakit Leishmaniasis.
b. Malnutrisi
Kekurangan energi-protein, besi, vitamin A dan seng meningkatkan risiko terjadinya penyakit
Leishmaniasis, terutama Kala-azar.
c. Perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi kejadian leishmaniasis termasuk
urbanisasi, domestikasi dari siklus transmisi. Perpindahan penduduk dari dan ke tempat
endemik Leishmaniasis.

d. Perubahan iklim
Leishmaniasis sangat dipengaruhi oleh perubahan curah hujan, suhu dan kelembaban karena
dapat menyebabkan efek yang kuat pada vektor penyakit tersebut.
ETIOLOGI
Menurut Natadisastra (2009), Leishmaniasis adalah penyakit yang ditularkan oleh
Phlebotomus betina dan disebabkan oleh protozoa intraseluler genus Leishmania. Spesies yang
bersifat patogen terhadap manusia dari genus ini, yaitu Leishmania donovani, Leishmania
tropica dan Leishmania brazilliense.
Infeksi yang terjadi pada manusia disebabkan oleh sekitar 21 dari 30 spesies yang
menginfeksi mamalia. Diantaranya adalah L. donovani complex dengan 2 spesies (L. donovani,
L. Infantum); L. mexicana complex dengan 3 spesies utama (L. mexicana, L. amazonensis, and L.
venezuelensis); L. tropica; L. major; L. aethiopica; dan subgenus Viannia dengan 4 spesies utama
(L. (V.) braziliensis, L. (V.) guyanensis, L. (V.) panamensis, and L. (V.) peruviana) (CDC, 2013).
Menurut Soedarto (2011), secara umum Leishmania terdapat dalam dua bentuk, yaitu
bentuk leismania (stadium aflagella atau amastigot) dan bentuk leptomonad (stadium flagella
atau promastigot). Di dalam tubuh manusia atau hospes reservoir, parasit Leishmania hanya
terdapat sebagai bentuk leismania, sedangkan di dalam tubuh vektornya parasit ini terdapat
dalam bentuk leptomonad yang berada di dalam usus vektor. Bentuk leptomonad juga dapat
dihasilkan jika parasit ini di biakkan pada medium buatan.
a. Bentuk leismania
Stadium ini tidak mempunyai flagella. Berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran antara 24 mikron dengan inti yang terletak sentral. Bentuk leismania ini mempunyai kinetoplas yang
tampak sebagai bintik yang terletak di samping inti. Kinetoplas terdiri dari benda parabasal
yang berbentuk batang dan blefaroplas yang berbentuk titik kecil. Dari kinetoplas keluar
benang halus (filamen) yang disebut aksonema atau rhisoplas yang terdiri dari akar dan
flagel. Sepanjang perjalanan aksonema yang menuju ke tepi badan parasit terdapat ronggarongga jernih tidak berwarna yang disebut vakuol (Soedarto, 2011).
b. Bentuk leptomonad

Bentuk leptomonad terdiri dari leptomonad muda dan leptomonad yang sudah matang.
Terdapat perbedaan antara kedua bentuk tersebut. Bentuk leptomonad muda biasanya
berbentuk lonjong, pendek dengan panjang antara 5-10 mikron dan lebar antara 2-3 mikron.
Sedangkan bentuk leptomonad matang berukuran lebih panjang dan langsing, dengan
panjang 15-20 mikron dan lebar 1-2 mikron. Bentuk leptomonad mempunyai inti yang
terletak sentral, dengan kinetoplas terletak di ujung anterior tubuh parasit. Flagel yang keluar
dari bagian depan tubuh berukuran sama panjang atau lebih panjang daripada ukuran panjang
parasit. Flagel tidak membentuk undulating membrane. Pada akar flagel yang terletak di
depan kinetoplas terdapat rongga berwarna yang disebut vakuol eosinofilik (Soedarto, 2011).

PENULARAN DAN PENYEBARAN


Menurut Soedarto (2011), Leishmania mempunyai dua jenis hospes, yaitu hospes
definitif (manusia dan anjing) dan hospes perantara (Phlebotomus). Infeksi terjadi melalui
gigitan atau tusukan lalat Phlebotomus betina yang memasukkan stadium promastigot melalui
probosisnya ke dalam tubuh manusia.
Pada saat lalat Phlebotomus menghisap darah penderita leishmaniasis, Phlebotomus akan
menghisap parasit ini dalam bentuk leismania (stadium amastigot) . Bentuk leismania ini berada
di dalam sel-sel retikulo-endotel (RE), bentuk tersebut dapat membelah diri sehingga sel hospes
(host-cell) membesar dan pecah. Leishmania yang keluar tersebut kemudian mencari sel-sel
retikulo-endotel baru, atau memasuki aliran darah. Sehingga vektor yang menggigit penderita
akan menghisap darah yang mengandung parasit dalam bentuk leismania.
Setelah terhisap ke dalam tubuh vektor, bentuk leismania berubah menjadi bentuk leptomonad
(stadium promastigot), lalu mengadakan multiplikasi di dalam midgut vektor. Dalam waktu 3-5
hari, parasit tersebut memperbanyak diri dengan cepat. Kemudian bermigrasi melalui esofagus
dan faring ke saluran hipofaring yang terdapat dalam probosis lalat. 6-9 hari sesudah menghisap
darah penderita, vektor menjadi sangat infektif. Proses perkembangan menjadi bentuk infektif
parasit ini disebut sebagai anterior station development. Stadium promastigot ini adalah stadium
infektif dan dapat ditularkan kepada manusia atau hespes reservoar, bila lalat tersebut menghisap
darahnya. Dalam hal ini parasit tidak menginfeksi kelenjar ludah, sehingga kelenjar ludah tidak
berperan dalam penularan Leishmaniasis. Di dalam tubuh manusia, stadium promastigot masuk

ke dalam sel makrofag dan berubah menjadi stadium amastigot, selanjutnya stadium amastigot
ini berkembang biak dan seterusnya hidup di dalam intraseluler.

Siklus hidup Leishmania berdasarkan CDC (2013) adalah sebagai berikut :


(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Lalat pasir menggigit dan memasukkan promastigot ke dalam kulit manusia


Promastigot di fagositosis oleh makrofag
Promastigot bertransformasi menjadi amastigot di dalam makrofag
Amastigot memperbanyak diri di dalam sel-sel pada berbagai jaringan
Lalat menggigit manusia dan menelan makrofag yang terinfeksi oleh amastigot
Makrofag dicerna dan melepaskan amastigot
Amastigot bertransformasi menjadi promastigot di dalam midgut lalat (usus)
Kemudian membelah diri dan bermigrasi menuju proboscis lalat

KLASIFIKASI
Menurut Natadisastra (2009),pada genus Leishmania hanya ada tiga spesies yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu :
a. Leishmania donovani
Infeksi Leishmania

donovani

menyebabkan

leishmaniasis

viseral

(visceral

leishmaniasis), dum-dum fever, atau penyakit Kala-azar, atau Black fever (demam hitam),

karena kulit penderita berwarna hitam akibat terjadinya hiperpigmentasi. Leishmaniasis


viseral disebut juga sebagai Tropical splenomegaly. Leishmania donovani hidup intraseluler
di dalam sel-sel retikulo-endotel hati, limpa dan sum-sum tulang penderita (Soedarto, 2011).
Hospes reservoar penyakit ini adalah anjing. Lalat Phlebotomus merupakan hospes perantara
atau vektornya. Pada kala-azar didapatkan lima tipe kala-azar yang disesuaikan dengan letak
geografis dan strain vektornya. Kelima macam penyakit kala-azar tersebut adalah (Saleha,
2008) :
1. Tipe India, yang menyerang orang dewasa muda. Tipe ini adalah tipe kala-azar
klasik dan tidak ditemukan pada hospes reservoar (anjing).
2. Tipe Mediterania, yang menghinggapi anak balita dan mempunyai hospes reservoar
anjing atau binatang buas.
3. Tipe Cina, yang biasanya menyerang anak balita tetapi dapat menyerang orang
dewasa.
4. Tipe Sudan, yang menghinggapi remaja dan dewasa muda. Tipe ini juga tidak
ditemukan pada anjing, tetapi mungkin mempunyai hospes reservoar binatang buas.
5. Tipe Amerika Selatan, penyakit ini jarang terjadi (sporadis) dan dapat menyerang
semua umur.
Menurut Saleha (2008), pada manusia parasit ini hidup intraseluler dalam darah, yaitu
dalam sel retikulo-endotel (RE) sebagai stadium amastigot yang disebut benda Leishman
Donovan. Parasit ini berkembang biak secara belah pasang dan berukuran kira-kira 2 mikron.
Sel RE dapat terisi penuh oleh parasit, sehingga menyebabkan sel tersebut pecah. Stadium
amastigot sementara berada dalam peredaran darah tepi, kemudian masuk atau mencari sel
RE yang lain, sehingga stadium ini dapat ditemukan dalam sel RE hati, limpa, sum-sum
tulang dan kelenjar limfe viseral. Di lambung Phlebotomus, stadium amastigot ini berubah
menjadi stadium promastigot yang kemudian bermigrasi ke probosis. Infeksi terjadi dengan
tusukan lalat Phlebotomus yang memasukkan stadium promastigot melalui probosisnya ke
dalam tubuh manusia (Saleha, 2008)
b. Leishmania tropica
Infeksi Leishmania tropica hidup intraseluler di dalam sel-sel retikuloendotel dan kulit,
sehingga dapat menyebabkan leishmaniasis kulit (cutaneous leishmaniasis) atau penyakit
Oriental sore (Soedarto, 2011).
Hospes definitif pada parasit ini adalah manusia dan yang berperan sebagai hospes
reservoar adalah anjing, gerbil dan binatang pengerat lainnya. Hospes perantaranya adalah

lalat Phlebotomus. Ada dua tipe Oriental sore yang disebabkan oleh strain yang berlainan,
yaitu :
1. Tipe kering atau Urban, yang menyebabkan penyakit menahun.
2. Tipe basah atau Rural, yang menyebabkan penyakit akut.
Menurut Saleha (2008), parasit ini hanya hidup di dalam sel RE di bawah kulit di dekat
porte dentree, sebagai stadium amastigot dan tidak menyebar ke bagian lain. Morfologi
parasit ini tidak dapat dibedakan dari Leishmania donovani. Bentuk promastigot yang
merupakan bentuk infektif dapat ditemukan pada lalat Phlebotomus sebagai vektornya atau
dalam biakan. Cara infeksi parasit ini sama seperti pada Leishmania donovani.
c. Leishmania braziliensis
Leishmania braziliensis juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang dikenal
sebagai penyakit Espundia. Penyakit ini akan menimbulkan leishmaniasis mukokutan
(mucocutaneous leishmaniasis) atau leishmaniasis nasofaring. Penyakit ini banyak
dilaporkan dari negara-negara Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Soedarto, 2011).
Hospes definitif parasit ini adalah manusia, sedangkan lalat Phlebotomus berperan
sebagai hospes perantara. Menurut strainnya, penyakit ini dibagi menjadi tipe , yaitu :
1. Tipe ulkus Meksiko, dengan lesi yang terbatas pada telinga. Penyakitnya menahun,
parasitnya sedikit, ulkusnya kecil-kecil dan tidak menyebar ke mukosa lainnya.
2. Tipe Uta, lesi kulit yang menyerupai Oriental sore, pada lesi yang dini lebih banyak
ditemukan parasitnya daripada lesi yang sudah lama. Penyakit ini jarang menyebar ke
selaput mukosa.
3. Tipe Espundia, sering bersifat polipoid dan ulkus dapat menyebar ke lapisan mukokutis
dan kutis.
Menurut Saleha (2008), stadium amastigot parasit ini hidup di dalam sel RE di bawah
kulit porte dentree dan menyebar ke selaput lendir (mukosa) yang berdekatan, seperti kulit
dan selaput lendir, hidung, rongga mulut dan tulang rawan telinga. Stadium promastigot
terdapat pada lalat Phlebotomus sebagai bentuk infektif. Cara infeksi parasit ini sama seperti
pada Leishmania donovani dan tropica.
PATOGENESIS
Patogenesis Leishmaniasis dimulai pada saat parasit masuk melalui gigitan Phlebotomus
betina ke dalam tubuh hospes dan melalui mekanisme fagositosis masuk ke dalam makrofag atau
sel dendritik pada kulit. Hal ini kemudian mengaktifkan respon imun yang di tandai dengan
perekrutan makrofag dan sel T ke tempat terjadinya infeksi. Respon patologis dari infeksi

leishmania sangat tergantung pada faktor genetik dari hospes yang terinfeksi. Walaupun secara
keseluruhan masih belum dapat di mengerti dengan jelas, akhir-akhir ini beberapa faktor telah
dapat diidentifikasi dengan pendekatan genetik

MANIFESTASI KLINIS
Menurut

Margono

(2011),

manifestasi

Leshmaniasis

dibedakan

berdasarkan

penyebabnya, yaitu :
a. Visceral leishmaniasis (Kala-azar)
Masa inkubasi infeksi parasit ini berlangsung selama 3-6 bulan, diikuti timbulnya kelainan
kulit yang bersifat primer berupa nodul yang disebut Leishmanioma. Kemudian penderita
mengalami demam yang pada awalnya terus-menerus, lalu berubah menjadi demam remiten.
Biasanya disertai menggigil, berkeringat, lemah, anoreksia, penurunan berat badan, batuk,
dan diare Setelah itu kulit penderita menjadi kering, kasar dan mengalami hiperpigmentasi
terutama pada tangan, kaki, abdomen dan dahi yang terlihat jelas terutama pada penderita
yang berkulit putih. Sedangkan rambut penderita menjadi rapuh dan mudah rontok. Pada
pemeriksaan didapatkan adanya pembesaran limp, tegas, dan tidak nyeri tekan
(CMDT,2015).
Gejala klinis utama pada penyakit Kala-azar adalah demam, pembesaran kelenjar limfe yang
menyeluruh (limfadenopati) dan pembesaran abdomen akibat hepatosplenomegali yang
biasanya tidak disertai jaundice dan tanda-tanda toksik miokardium. Pada penyakit Kalaazar juga dapat terjadi perdarahan hidung, muntah, dan edema pada wajah penderita.
Menurut Hadidjaja (2011) Kala-azar adalah penyakit hitam di India karena pada penderita
yang berkulit berwarna terang menyebabkan warna kulit berubah menjadi keabu-abuan pada
tangan, abdomen dan wajah. Jika penyakit Kala-azar tidak di obati, dalam waktu 2 tahun
75%-95% penderita akan meninggal dunia akibat terjadinya komplikasi berupa infeksi
sekunder misalnya amubiasis, tuberkulosis atau penyakit-penyakit infeksi lainnya (Soedarto,
2011).
b. Cutaneous leishmaniasis

Masa inkubasi infeksi parasit ini berlangsung antara beberapa minggu sampai 6 bulan,
bahkan kadang-kadang sampai 2 tahun. Gejala klinis yang timbul berupa nodul pada kulit
yang sering mengalami ulserasi, yang kemudian sembuh dengan sendirinya dalam waktu
sekitar 6 bulan. Kelainan kulit ini disebut Oriental sore atau Delhi sore yang biasanya
berupa dua atau tiga nodul yang terdapat di daerah wajah, tangan atau kaki penderita.
Berdasarkan CMDT (2015), Infeksi awal penyakit ini berupa papul-papul kecil, kemudian
menjadi plak kering tanpa ulserasi atau ulkus besar yang berkrusta, dengan pinggiran
berbatas tegas dan berindurasi. Dapat disertai dengan lesi-lesi satelit. Lesi biasanya tidak
nyeri, kecuali bila terdapat infeksi sekunder. Kelenjar limfe regional dapat membesar dan
gejala sistemik biasanya jarang terjadi, akan tetapi demam ringan dalam waktu singkat
kadang menyertai onset penyakit.
c. Mucocutaneous leishmaniasis
Masa inkubasi penyakit espundia berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Penyakit espundia mempunyai gejala klinis yang dibagi menjadi dua fase, yaitu :
a. Fase Primer
Pada fase primer gejala klinis berupa kelainan kulit. Gejala klinis mula-mula terjadi
adalah timbulnya nodul kulit yang mirip dengan nodul kulit pada infeksi Leishmania
tropica. Bentuk ulkus pada espundia cenderung melebar secara melingkar dan tepi ulkus
yang tajam dengan permukaan ulkus yang basah. Pada mulanya lesi berbentuk papul
yang terasa gatal atau nyeri, kemudian berubah menjadi nodular. Setelah itu, lesi dapat
menjadi ulkus atau papilomatosa. Penyembuhan terjadi dalam beberapa bulan sampai
tahun. Pada pemeriksaan histologis pada ulkus dapat ditemukan adanya parasit dalam
bentuk leishmania di dalam monosit dan di dalam sel-sel sistem retikuloendotel yang
berada di daerah tepi ulkus.
b. Fase Sekunder
Pada fase sekunder adalah fase terjadinya infeksi pada selaput lendir, mulut dan saluran
pernafasan bagian atas. Gejala yang muncul pada regio nasal dan oral dapat terjadi
bersamaan dengan lesi awal, setelah lesi awal sembuh atau beberapa tahun sesudahnya.
Mukosa pada septum nasi anterior biasanya menjadi bagian yang pertama kali terserang
diikuti oleh destruksi ekstensif pada jaringan lunak dan kartilago pada hidung, mulut dan
bibir. Kerusakan dapat juga menyerang laring dan faring. Limfangitis, limfadenitis,
demam, penurunan berat badan, keratitis dan anemia sering menjadi gejala penyerta.

PENEGAKAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
Berdasarkan CMDT (2015), pengobatan pada penyakit Leishmaniasis tergantung dari
penyebabnya, yaitu :
a. Visceral leishmaniasis
1. Miltefosine
Obat oral pertama untuk pengobatan leishmaniasis
Dosis oral : 2,5 mg/kg dibagi dalam dua dosis selama 28 hari.
Sebuah kursus 28-hari miltefosine (2,5 mg / kg / d) juga efektif untuk pengobatan

2.

New World leishmaniasis kulit.


Efek samping : muntah dan diare tetapi hanya sebentar.

Liposomal Amfoterisin B
Umumnya efektif dan ditoleransi dengan baik, tetapi obat ini sangat mahal.
Dosis : 3 mg/kg/hari, secara intravena pada hari ke 1-5, 14, dan 21.
Efek samping : gejala gastrointestinal, demam, menggigil, dyspnea, hipotensi dan
toksisitas ginjal.

3. Konvensional Amfoterisin B Deoxycholate


Obat ini jauh lebih murah dan juga sangat efektif
Dosis : 1 mg/kg/hari selama 15-20 hari, melalui infus intravena
Efek samping : gejala gastrointestinal, demam, menggigil, dyspnea, hipotensi dan
toksisitas ginjal.
4. Antimonials Pentavalent
Obat yang paling umum digunakan untuk mengobati leishmaniasis di sebagian

besar wilayah
Antimonial diberikan sekali sehari dengan dosis 20 mg/kg/hari diberikan secara
intravena atauBintramuscular selama 28 hari untuk Visceral atau Mucocutaneous

leishmaniasis.
Efek samping : gejala gastrointestinal, demam, sakit kepala, mialgia, arthralgia
dan ruam. Suntikan intramuscular dapat menyebabkan abses steril.

5. Aminoglikosida Paromomycin
Jauh lebih murah daripada liposomal amfoterisin B atau miltefosine dan obat ini
ditoleransi dengan baik
Dosis : 11 mg/kg/hari, intramuskuler selama 21 hari.
b. Cutaneous leishmaniasis
1. Miltefosine
Obat oral pertama untuk pengobatan leishmaniasis
Dosis oral : 2,5 mg/kg/hari selama 28 hari.
Efek samping : muntah dan diare tetapi hanya sebentar.
2. Antimonials Pentavalent
Antimonial diberikan sekali sehari dengan dosis 20 mg/kg/hari diberikan secara

IM atau IV selama 20 hari.


Efek samping : gejala gastrointestinal, demam, sakit kepala, mialgia, arthralgia

dan ruam. Suntikan intramuscular dapat menyebabkan abses steril.


Umumnya Cutaneous leishmaniasis dapat sembuh sendiri dalam beberapa bulan.

c. Mucocutaneous leishmaniasis
1. Antimonials Pentavalent
Antimonial diberikan sekali sehari dengan dosis 20 mg/kg/hari diberikan secara

intravena atauBintramuscular selama 28 hari


Efek samping : gejala gastrointestinal, demam, sakit kepala, mialgia, arthralgia
dan ruam. Suntikan intramuscular dapat menyebabkan abses steril.

2. Stibogluconate
Dosis : 20 mg/kg/hari, diberikan secara IM atau IV dibagi dalam 2 dosis selama
30 hari
PROGNOSIS
Prognosis leishmaniasis tergantung pada kekebalan tubuh seseorang, ko-infeksi dan
terapi yang diberikan. Umumnya Cutaneous leishmaniasis kemudian sembuh dengan sendirinya
dalam waktu sekitar 6 bulan tanpa terapi. Kebanyakan individu memiliki respon baik terhadap
terapi yang diberikan. Pada Mucocutaneous leishmaniasis, bersifat kronis dan progresif, penyakit
ini mempengaruhi selaput lendir, mulut dan rongga hidung. Hal tersebut dapat merusak struktur
organ-organ tertentu. Kematian dapat terjadi apabila terjadi infeksi sekunder dan infeksi saluran
pernapasan mukosa. Pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, dengan terapi awal
dan perawatan suportif dapat menurunkan angka kematian. Jika penyakit Kala-azar tidak di

obati, dalam waktu 2 tahun 75%-95% penderita akan meninggal dunia akibat terjadinya
komplikasi berupa infeksi sekunder misalnya amubiasis, tuberkulosis atau penyakit-penyakit
infeksi lainnya (Soedarto, 2011).
PENCEGAHAN
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (2013), cara terbaik untuk
mencegah infeksi dari Leishmania adalah dengan melindungi diri dari gigitan lalat pasir
(Phlebotomus). Untuk mengurangi risiko tersebut, ikuti langkah-langkah pencegahan sebagai
berikut :
a. Hindari kegiatan di luar ruangan, terutama dari senja hingga fajar, karena lalat pasir umumnya
aktif pada senja hingga fajar.
b. Ketika di luar ruangan (atau di tempat yang tidak dilindungi) :
Memakai kemeja lengan panjang, celana panjang, dan kaus kaki
Gunakan repellents pada kulit, repellents paling efektif umumnya adalah yang
mengandung DEET kimia (N, N-diethylmetatoluamide).
c. Ketika di dalam ruangan:
Gunakan kelambu pada saat tidur. Jika memungkinkan, gunakan kelambu yang telah
direndam dalam atau disemprot dengan insektisida yang mengandung piretroid.
Catatan:
Kelambu, repellents, dan insektisida harus dibeli sebelum bepergian dan dapat ditemukan dalam
perangkat keras, berkemah, dan toko surplus militer. Kelambu dan pakaian yang sudah telah
diperlakukan dengan insektisida piretroid yang mengandung juga tersedia secara komersial.

Phlebotomus adalah genus dari "lalat pasir" atau sand fly dalam family Dipteran Psychodidae. dulu
Phlebotomus kadang-kadang dianggap termasuk dalam family yang terpisah, Phlebotomidae, tetapi
klasifikasi ini belum memperoleh penerimaan luas.
Scientific
-

classification
Kingdom:

- Phylum:

Animalia
Arthropoda

- Class:

Insecta

- Order:

Diptera

- Family:
- Subfamily:
- Genus:

Psychodidae
Phlebotominae
Phlebotomus

- Species: P. papatasi
Morfologi
- Mempunyai bentuk badan yang langsing, bengkok
- Berwarna kuning tua dengan mata hitam mencolok
- Ukuran badan 1,5-3mm.
- Badan, sayap dan kaki berbulu lebat.
- Pada posisi resting berdiri tegak menyerupai huruf V.
- Mempunyai antena satu pasang yang berbulu lebat dan masing-masing antena terdapat 16
segmen.

Bagian

Jantan

mulut

mempunyai

memiliki

Terminalia

alat

berupa
genital

pisau,
menonjol

fungsinya

untuk

dikenal

sebagai

memotong.
claspers.

- Betina memiliki sepasang recti anal.


Lingkaran Hidup
- Fase telur 6-12 hari, fase larva 25-35 hari, fase pupa 6-14 hari.
- Telur sampai dewasa memerlukan waktu 5-9 minggu.
- Tempat perindukannya pada celah-celah yang gelap, lembab, dan dekat sampah yang
mengandung nitrogen

Kutan

Mukokutan

Natadisastra, D. 2009. Dasar-dasar Parasitologi Kedokteran. Dalam: Djaenudin Natadisastra, &


Ridad Agoes, Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.
h. 55

Soedarto. 2011. Nematoda. Dalam Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : CV Sagung
Seto.

Anda mungkin juga menyukai